06 March 2007

Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. (gembala sidang MRII Jerman)

Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.


Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. lahir pada tahun 1970 di Surabaya. Sejak di sekolah minggu mengambil bagian dalam pelayanan musik gerejawi. Setelah lulus SMA melanjutkan study musik di Hochschule der Künste di Berlin majoring in harpsichord (Cembalo) di bawah Prof. Mitzi Meyerson (1990-96). Setelah lulus dari situ melanjutkan post-graduate study di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory) di Den Haag, a conservatory with the largest early music department in the world (mempelajari historical performance practice). Belajar di bawah Ton Koopman, seorang dirigen, organis, cembalis dan musicolog yang sangat ahli dalam interpretasi karya J.S. Bach. Selain itu juga mempelajari fortepiano di bawah Prof. Stanley Hoogland.

Setelah lulus dari situ pada tahun 1998 pulang ke Indonesia, lalu melayani sebagai Penginjil Musik di Gereja Reformed Injili Indonesia/GRII di Jakarta (Februari 1999). Pada tahun yang sama memulai studi theologia di Institut Reformed di Jakarta dan lulus pada tahun 2002 dengan Master of Christian Studies (M.C.S.). Sejak tahun 2002 sampai sekarang menjabat sebagai Dekan School of Music di Institut Reformed Jakarta serta menggembalakan jemaat Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) Jerman : Berlin, Hamburg dan Munich. Beliau ditahbiskan menjadi pendeta sinode GRII pada Paskah 2005 dan beliau sedang menempuh studi doktoral di Universitas Heidelberg, Jerman.

Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. (gembala sidang GRII Andhika, Surabaya)

Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div.
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. dilahirkan di Jakarta pada tahun 1959. Beliau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan ketika sedang kuliah di Fakultas Teknik Elektro Universitas Trisakti Jakarta. Menyelesaikan studi Sarjana Theologia (S.Th.)-nya di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta tahun 1995 dan tahun 1996 menyeleselaikan gelar Master of Divinity (M.Div.)-nya di sekolah yang sama.

Setelah pelayanan di Malang dan Madura, sejak tahun 1990 beliau bergabung dengan Kantor Nasional Lembaga Reformed Injili Indonesia di Jakarta. Beliau melayani di bidang literatur yang meliputi penerjemahan dan penerbitan buku-buku teologi. Selain itu beliau juga mengelola Literatur Kristen Momentum di Jl. Tanah Abang III/1 (sejak tahun 1993) dan di Jl. Cideng Timur 5A-5B (sejak tahun 1995).

Beliau ditahbiskan sebagai pendeta pada Mei 1996 dan mulai Juni 1996 menjadi gembala sidang Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Surabaya. Selain sebagai gembala sidang, saat ini beliau juga sebagai direktur operasional dari penerbitan dan jaringan toko buku Momentum dan direktur International Reformed Evangelical Correspondence Study (IRECS), sebuah sekolah teologi korespondensi untuk awam berbahasa Indonesia dengan jangkauan secara internasional. Selain itu beliau adalah dosen terbang di Sekolah Theologia Reformed Injili (STRI) Jakarta dan Institut Reformed di Jakarta.

Beliau juga banyak melayani khotbah dan seminar di berbagai gereja, persekutuan kampus dan persekutuan kantor, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; seperti Yogyakarta, Palembang, Batam, Singapura, Australia dan Eropa (Jerman dan Belanda).

Beliau menikah dengan Ev. Susiana Jacob Subeno, B.Th. dan dikaruniai dua orang anak bernama Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998). Pada tahun 2000, beliau bersama anak-anak Tuhan yang menempuh pendidikan theologia di Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika bergumul masalah pendidikan dan pada tahun 2006, beliau akhirnya mendirikan Pendidikan Reformed Injili LOGOS (LOGOS Reformed Evangelical Education) untuk Playgroup, Kindergarten dan Elementary.

Pendiri : Pdt. DR. STEPHEN TONG

Pdt. STEPHEN TONG, B.Th., D.L.C.E.



Pdt. DR. STEPHEN TONG lahir di Fukien, Tiongkok pada tahun 1940. Beliau melayani Tuhan sejak tahun 1957, baik di dalam bidang penginjilan, teologi, maupun penggembalaan. Pelayanan beliau yang telah terbukti menjadi berkat bagi zaman ini telah menarik perhatian banyak pemimpin gereja, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perhatian tersebut khususnya ditujukan kepada Reformed Theology yang senantiasa beliau tegaskan. Sejak tahun 1974, beliau mengadakan seminar-seminar di Surabaya. Pada tahun 1984, beliau mulai mengadakan Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) di Jakarta, untuk menegakkan doktrin Reformed dan semangat Injili. SPIK dipimpin Tuhan untuk menjadi pendahuluan bagi berdirinya Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII) pada tahun 1986, di mana Pdt. Dr. Stephen Tong mengajak Pdt. Dr. Yakub Susabda dan Pdt. Dr. Caleb Tong untuk menjadi pendiri bersama. Pada tahun 1995, beliau mendapat gelar Honorary Doctor of Leadership in Christian Evangelism (D.L.C.E.) dari La Madrid International Academy of Leadership, Filipina. Sebelumnya beliau telah menamatkan studi Bachelor of Theology (B.Th.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang.

Selain memimpin Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK), Pdt. Dr. Stephen Tong juga mendirikan Sekolah Teologi Reformed Injili (STRI) Surabaya (1986), STRI Jakarta (1987), dan STRI Malang (1990). Beliau juga memperluas seminar-seminar pembinaan iman tersebut ke kota-kota besar lainnya di Indonesia dan kota-kota di luar negeri, yang pelaksanaannya diserahkan kepada Stephen Tong Evangelical Ministries International (STEMI). Sejak tahun 1991 hingga saat ini, Pdt. Dr. Stephen Tong menjabat sebagai Rektor Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) (sejak tahun 2006, Rektor STTRII dipegang oleh Pdt. Yakub B. Susabda, Ph.D.) dan sejak tahun 1998 sebagai Rektor Institut Reformed.

Selain menegakkan doktrin Reformed di Indonesia, beliau juga pernah menjadi dosen tamu pada seminari-seminari di luar negeri, termasuk di China Graduate School of Theology di Hong Kong (1975 dan 1979), China Evangelical Seminary di Taiwan (1976), Trinity College di Singapura (1980, dan memberikan ceramah-ceramah termasuk di Westminster Theological Seminary, Regent College dan lain-lain di Amerika Serikat.

Di samping itu, Pdt. Dr. Stephen Tong pernah menjabat sebagai dosen teologi dan filsafat di Seminari Alkitab Asia Tenggara (1964-1988), pendiri STEMI (1979), pendiri Jakarta Oratorio Society (1986), pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) pada tahun 1989, Gembala Sidang GRII Pusat, ketua Sinode GRII, pendiri Institute Reformed for Christianity and the 21st Century (1996) di Indonesia dan Amerika, Christian Drama Society (1999).
Informasi dari Wikipedia :
Stephen Tong adalah seorang pendeta Kristen yang dilahirkan di propinsi Fujian pada 1940. Ia kemudian menjadi warganegara Indonesia dan saat ini tinggal di Jakarta. Ia adalah salah satu tokoh teologi Reformed terkemuka, mengadakan seminar-seminar di seluruh dunia secara teratur setiap tahun dan mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Kakaknya Caleb Tong adalah pendeta di Gereja Injili Indonesia di Bandung.
Teologi Reformed didasarkan pada Calvinisme, dan berprinsipkan penafsiran Alkitab yang akurat dan konsisten. Ia dikenal sebagai pengritik keras gerakan Karismatik, New Age Movement, Postmodernisme, seni kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filosofi, dan teologi kemakmuran. Sebagai pendeta, ia memiliki pengetahuan luas di bidang seni, musik, filosofi, sejarah, dan arsitektur. Ia telah menulis banyak lagu gereja dan merancang beberapa bangunan gereja.
Seminar-seminarnya diadakan di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya; dan di kota-kota mancanegara seperti di Cambridge (Massachusetts Institute of Technology), Hong Kong (China Graduate School of Theology), Taiwan (China Evangelical Seminary), Singapura (Trinity Theological College), Westminster Theological Seminary, Regent College, Columbia University, University of California at Berkeley, Stanford University, University of Maryland, dan Cornell University. Ia menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris.

PANGGILAN ULANG (Pdt. DR. CALEB TONG)

Panggilan Ulang

oleh : Pdt. Prof. Caleb Tong, D.Min.


"Karena itu beginilah jawab Tuhan: "Jika engkau mau kembali, aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayanan di hadapanku,..."

Pada setiap jaman Tuhan memanggil sejumlah orang yang dipilihNya untuk menjadi co-worker, teman sekerja dalam pekerjaanNya. Ini merupakan hal yang penting dan mulia. Panggilan Tuhan ini membentuk pribadi seorang hamba Tuhan, dan berdaya cipta, sebab pada dasarnya motivasi untuk melayani bukanlah inisiatif dari diri sendiri.
Tuhan memanggil orang-orang yang dimilikiNya itu menurut caraNya sendiri. Ada yang dipanggil melalui suatu mimpi, penglihatan, pendengaran di dalam hatinya, atau juga melalui orang lain, melalui hamba Tuhan, melalui orang tuanya, melalui pacarnya dan lain-lain. Segala macam cara bisa Tuhan pakai, misalnya seperti Samuel, orang tuanya telah menyerahkan dia menjadi hamba Tuhan bahkan sebelum ia ada dalam kandungan. Panggilan itu akhirnya menjadi nyata setelah bertumbuh dalam pengenalan yang benar. Memang Tuhan tidak pernah memaksa, tetapi apabila Tuhan menghendaki Tuhan dapat membuat sedemikian di dalam kuat kuasaNya sehingga kita akan merelakan diri untuk dipaksa. Oleh karena itu ada kalanya panggilan itu harus melewati proses yang panjang, karena ketidakrelaannya atau keraguannya untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Mungkin pada waktu remaja, Saudara telah menerima panggilan pertama. Kegirangan yang luar biasa, tetapi sesudah itu lupa. Dan setelah masuk universitas atau setelah menikah baru nyata pada panggilan yang kedua.
Yeremia, adalah salah seorang hamba Tuhan yang harus melewati tahapan- tahapan itu. Jika ayat di atas Saudara bandingkan dengan Yer. 1:4, maka Saudara lihat ini adalah suatu penegasan ulang, panggilan ulang yang Tuhan meteraikan sekali lagi. Pada waktu itu Yeremia dalam keadaan frustasi, down dan stress berat. Ia merasa menjadi seorang yang tidak mampu lagi melayani Tuhan. Oleh bangsanya ia hanya dianggap sebagai seorang muda yang pandai bernyanyi dan bermain kecapi. Kalau nyanyiannya sedang baik dan merdu maka mereka mendengarkan, tetapi kalau nyanyiannya kurang baik mereka hanya geleng-geleng kepala. Bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala, tidak lagi terharu oleh Firman Tuhan, sehingga Yeremia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dan berkata, '..aku tidak mau lagi menyebut nama Tuhan..." Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana bisa mengembalikan suatu motivasi yang murni dan hasrat yang baru di dalam pelayanannya. Ia telah letih lesu, tidak mau lagi melayani Tuhan dan sudah jauh dari Tuhan.
Di dalam ayat 19, dihadapan Yeremia sekali lagi Tuhan membeberkan keadaan bangsanya, bangsa yang melawan Allah, melawan kebenaran, melawan hamba Tuhan. Tuhan mendorong dia untuk menantang jaman bahkan menantang bangsanya. "..jikalau engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau..." "Kenapa engkau bersungut-sungut, kenapa putus asa, Yeremia? Coba marilah kita kembali memikirkan ...memulihkan bangsa ini kembali kepadaKu bukanlah berdasar pada kemampuanmu tapi adalah berdasar pada janjiKu, panggilanKu, penyertaanKu dan kuasaKu yang nyata dalam kelemahanmu..." Di sinilah Tuhan mengembalikan Yeremia pada panggilanNya yang semula.
Saya sebelumnya tidak pernah memikirkan mengapa saya menjadi hamba Tuhan. Tetapi pada suatu hari saya membuka-buka kembali catatan harian saya. Di situ saya menemukan catatan waktu saya lulus SD, kelas 6 (saya masih ada di Tiongkok). Pada waktu itu guru saya bertanya, "Kelak kalau sudah besar mau jadi apa?" Saya menjawab: "Mau jadi pendeta." Saya pikir aneh mengapa waktu itu saya ingin menjadi pendeta. Tapi sesudah SMP dan SMA saya sudah lupa. Saya telah lupa, tetapi Tuhan tidak lupa. Kita tahu di dalam hidup kita kadang-kadang Tuhan berulang kali harus memanggil kita. Ada kalanya kita sudah melayani Tuhan, tetapi untuk jangka waktu tertentu mundur dan kita tidak mau lagi melayani Tuhan. Dalam keadaan demikian Tuhan tidak pernah bosan mengingatkan kita pada panggilanNya yang semula.
Melayani Tuhan bukan berarti full-timer atau part-timer, tetapi full- life untuk Tuhan. Saya kurang setuju kalau semua orang meninggalkan profesi dan pekerjaannya untuk menjadi hamba Tuhan tanpa ada panggilan khusus. Kalau Saudara jelas dipanggil Tuhan mengkonsentrasikan pikiran hanya untuk doa dan pemberitaan Firman berarti Saudara harus merelakan diri dengan sungguh-sungguh, jangan lagi minta dispensasi dan kompensasi. Ini panggilan yang amat pribadi sifatnya. Tuhan menentukan pola rancangan hidup bagi setiap pribadi secara khusus. Saudara dilahirkan satu persatu, dipanggil juga satu persatu, dan Saudara juga ditempatkan satu persatu secara khusus oleh Tuhan. Saudara pasti dapat menjadi pelayan Tuhan melalui karier dan talenta yang ada pada diri Saudara sebaik seperti Saudara yang lain yang dipanggil sebagai hamba Tuhan full-time.
Bagi Yeremia panggilan ulang Tuhan itu jelas sekali, '...jika engkau mau kembali, aku akan mengembalikan engkau..' Ini suatu janji yang indah sekali. Jangan Saudara katakan tidak mungkin! Itu bukan cara berpikir orang Kristen. Segala sesuatu harus dipikirkan mungkin bagi Tuhan. Peganglah janji Tuhan. Kalau Tuhan memang jelas memanggil Saudara kembali menjadi hamba Tuhan, layanilah Dia dengan sepenuh hatimu, dengan sekuat tenagamu, dengan sepenuh pikiranmu, akal budimu, jiwamu, perasaanmu, dan kemauanmu untuk Tuhan. Tetapi kalau dengan jelas Tuhan memilih Saudara menjadi seorang part-timer pelayan Tuhan, Saudara harus dengan baik-baik menuju pada jenjang yang paling top, di dalam ketrampilanmu, kemampuanmu dan profesimu. Di situ Saudara dapat menggunakan ketrampilan dan kemampuanmu untuk bersaksi bagi Tuhan, di kalangan orang-orang yang sederajat dengan Saudara, bahkan di kalangan yang lebih tinggi, sehingga Saudara dapat menjangkau setinggi mungkin dalam ilmu dan bidang yang Saudara kuasai. Tetapi sekali lagi saya katakan, panggilan itu harus jelas.

Daniel, Yehezkiel dan Yeremia adalah tiga orang hamba Tuhan yang berada pada satu jaman yang sama, tetapi mereka dipanggil dan ditempatkan Tuhan pada posisi dan pada golongan serta sasaran pelayanan yang berbeda. Daniel dan kawan-kawannya diletakkan Tuhan di lingkungan istana untuk mempengaruhi para cendekiawan, intelektual, pimpinan dan bangsawan kerajaan pada waktu itu. Mereka digembleng Firman Tuhan bersama-sama, membentuk suatu kubu yang kuat sehingga memerangi jaman serta meraih kemenangan bagi Tuhan. Yehezkiel adalah nabi lain yang Tuhan tempatkan untuk melayani khusus yang ditawan di luar istana. Ia membentuk suatu bangsa dan dari satu bangsa yang mengenal Tuhan mempengaruhi bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Sedangkan Yeremia adalah nabi yang dipakai Tuhan melayani bangsanya sendiri, di negeri yang sudah ditawan. Mereka adalah sisa-sisa bangsa Israel dari golongan buangan dan rendah, yang terbelenggu oleh kemiskinan, kehampaan. Saudara melihat nabi-nabi itu Tuhan bentuk melalui visi dan pelayanan itu sendiri, sehingga mereka menjadi hamba Tuhan yang setia yang patut menjadi teladan.
Memaksakan diri untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana Tuhan adalah sia-sia. Kalau Saudara tidak dipanggil menjadi hamba Tuhan full-time, tetapi Saudara paksakan, Saudara akan kecewa. Bagaimana panggilan ini menjadi jelas? Roh Kudus akan memimpin Saudara sampai Saudara menjadi jelas. Taat dan pegang janji Tuhan.
Apakah sudah saatnya sekarang Saudara kembali pada panggilan Tuhan? Hanya Tuhan dan Saudara yang tahu. Bereskan urusan ini sekarang di hadapan Tuhan.

Sumber : Majalah MOMENTUM Edisi 04/Desember/1987 (halaman 2-3)

Diambil dari : http://www.sabda.org/e-reformed.



Profil Pdt. Dr. Caleb Tong :
*.Pdt. Prof. Caleb Tong, D.Min. adalah kakak kandung Pdt. Dr. Stephen Tong dan pendiri Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII) pada tahun 1986 bersama dengan Pdt. Dr. Stephen Tong dan Pdt. Dr. Yakub B. Susabda. Beliau meraih gelar Doctor of Ministry (D.Min.) dari Reformed Theological Seminary, USA.

KESELAMATAN HANYA DI DALAM KRISTUS (Pdt. Amin Tjung)

Keselamatan Hanya Di Dalam Kristus

oleh : Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Div., M.Th.*



Ringkasan : Semua manusia sudah berdosa, akibat dosa mati secara jasmani, rohani dan ada hukuman kekal (kematian kedua), tidak ada jalan keselamatan, baik dari sains dan teknologi, baik dari agama dan kepercayaan, keselamatan hanya dari Allah di dalam Kristus.

Semua Manusia Sudah Berdosa
Kita melihat hidup di dalam dunia yang sudah berdosa ada berbagai kesulitan, kesedihan, kesengsaraan dan kematian. Tidak ada manusia yang tidak pernah menghadapi kesulitan, tidak menangis. Semua manusia pernah menangis. Ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang sudah berdosa di hadapan Allah, sehingga dalam kehidupan banyak masalah dan kesulitan (Kej. 3:12-19). Memang kita melihat banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan sains dan teknologi yang berkembang secara cepat. Misalnya dengan ditemukan listrik, maka kegelapan bisa diatasi. Tetapi ada yang tetap tidak bisa diatasi, yaitu adanya dosa. Dengan berkembangannya sains dan teknologi, dosa juga ikut berkembang. Misalnya kecepatan perkembangan komputer, dengan adanya internet dan cyberspace (dunia maya), membuat dunia begitu kecil. Tetapi tetap ada kejahatan melalui komputer, melalui internet dan cyberspace, misalnya ada pornografi. Dosa ada di mana-mana, karena memang semua orang di dunia sudah berdosa. Alkitab menyatakan kebenaran ini. Ini bukan hasil penyelidikan manusia, tetapi kebenaran dari Allah sendiri. Allah yang berfirman bahwa “karena semua manusia sudah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom. 3:23).

Pengertian Dosa
Dosa pada dasarnya bukanlah suatu yang bersifat pasif, seperti: kelemahan, kesalahan atau ketidaksempurnaan. Tetapi dosa merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan dan secara aktif melanggar hukum atau perintah Tuhan (1Yoh. 3:4), sehingga menyebabkan kesalahan, kelemahan. Dosa ini diakibatkan dari manusia sendiri dengan kebebasannya menolak untuk tunduk kepada Allah yang berotoritas dan menolak untuk mengikuti petunjuk atau perintah-Nya. Dengan kebebasan sendiri, manusia memilih petunjuk Iblis, sehingga manusia tidak setia kepada Tuhan, menyimpang dari jalan dan sasaran yang benar, melanggar hukum dan perjanjian dengan Allah. Pengertian ini dapat kita lihat dari Adam dan Hawa yang dengan kebebasannya secara aktif memilih untuk mengikuti apa yang mereka mau dan cocok dengan pendapat iblis, melawan Tuhan yang berotoritas yang seharusnya mereka percayai dan sandari sepenuhnya (Kej. 2-3).

Kematian adalah Akibat Dosa
Upah dosa ialah maut (Rom. 6:23). Maut atau kematian adalah akibat atau upah dari dosa. Manusia yang berdosa ini dikatakan telah mati. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). Kalau kita memperhatikan Efesus 2:1, dikatakan bahwa kondisi manusia yang menerima surat itu dulu sudah mati, padahal mereka yang dulu sudah mati itu dikirimi surat oleh Rasul Paulus. Ini berarti mereka masih hidup secara fisik. Hal ini membuat kita memperhatikan arti mati di sini bukan mati tubuh atau fisik. Alkitab mengajarkan tiga (3) macam kematian, yaitu: kematian tubuh atau fisik, kematian rohani dan kematian kedua - perpisahan kekal atau penghukuman selama-lamanya.

Kematian Tubuh
Tuhan sudah berkata: “Janganlah kau makan buah itu, sebab pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati” (Kej. 2:17). Tatkala mereka melanggar firman Tuhan, tatkala mereka memakan buah yang dilarang untuk dimakan itu, mereka berdosa. Alkitab mengatakan mereka pasti mati. Tetapi apakah mereka mati secara fisik, secara langsung? Tidak. Adam dan Hawa tidak langsung mati secara fisik. Tetapi Alkitab mengatakan, di dalam Kejadian 5, bahwa Adam, setelah berumur 930 tahun, lalu ia mati; Set berumur 912 tahun, lalu ia mati; Keturunan Adam yang paling panjang umurnya, Metusalah, berumur 969 tahun dan mati. Mati, mati, mati.
Saudara, hal makan buah dan kemudian mati itu seperti bagaimana? Seorang filsuf yang bernama Sokrates , tatkala dia harus meminum cawan yang berisi racun, sebelum dia minum, dia bertanya apa yang akan terjadi, bagaimana proses racun itu bekerja? Racun itu bekerja dari kaki dan menjalar sampai ke jantung dan mati. Setelah minum, ia tidak langsung mati, bahkan sempat meminta teman-temannya yang hadir menyaksikan dan menangis itu untuk diam, jangan menangis. Ia kemudian jalan mondar-mandir, dan tatkala kakinya sudah mulai berat, dan tidak terasa ketika dicubit, ia mulai duduk dan berbaring. Tidak lama kemudian racun menuju jantung, dan akhirnya Socrates mati. Waktu Sokrates meminum racun itu, apakah dia langsung mati? Tidak. Tetapi dia berada di dalam proses menuju kematian. Dia sedang dying, sekarat, dalam proses kematian. Tatkala Adam dan Hawa memakan buah dari pohon itu, apakah mereka langsung mati? Tidak. Mereka berada dalam proses menuju kematian. Jadi mati adalah upah dosa, meskipun kematian fisik itu tidak langsung, tetapi dalam proses.
Ada pandangan dari ilmu pengetahuan yang mengatakan tidak demikian. Bahkan ada teori yang berkata manusia memang diciptakan fana, harus mati. Sebagaimana proses alam pada makhluk hidup yang lain, hewan dan tumbuh-tumbuhan, dari kecil, tumbuh menjadi besar, semakin tua, dan akhirnya mati; maka kematian manusia pun merupakan proses alam. Ini adalah hasil pengamatan manusia yang terbatas. Auguste Comte (1798-1857) , seorang filsuf positivis Perancis, yang sangat menekankan ilmu positif atau sains dan metode ilmiah, menyatakan bahwa paham positivisme yang menekankan sains itu tidak memadai karena tidak bisa memberikan kenyataan secara keseluruhan, sebab: pertama. kita sebagai manusia tidak mungkin mengetahui segala sesuatu. Yang diketahui manusia hanyalah yang diamati dan diteliti di sekitar kita. Kedua, selain itu yang kita amati hanyalah fenomena, gejala yang bisa berubah-ubah, bukan hakikat realitas yang sebenarnya.
Jadi pengetahuan manusia itu terbatas, relatif, dapat berubah dan dapat salah. Namun Allah, Sang Pencipta, yang mengetahui segala sesuatu dengan sempurna, menyampaikan kebenaran melalui Alkitab, Firman-Nya. Alkitab tidak memberitahukan dan tidak mengajarkan bahwa kematian itu natural, tetapi Alkitab memberitahukan dan mengajarkan bahwa manusia mati karena upah dari dosa. Allah menciptakan manusia berbeda dengan menciptakan binatang, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta dan isinya. Yang lain hanya diciptakan berdasarkan Firman-Nya dan menurut jenisnya saja, tetapi manusia diciptakan menurut gambar dan rupa dari Allah Tritunggal, oleh sebab itu tidak mungkin membawa benih kehancuran dan kematian. Jadi manusia secara natural tidak akan mati, tetapi kematian adalah akibat dosa. Selain itu, kematian bukanlah suatu hal yang natural, apalagi menyenangkan, tetapi hal yang menakutkan dan menggentarkan, karena ini adalah hukuman, penghakiman dan kutukan dari Allah atas dosa manusia (Rom. 1:32; 5:16; Gal. 3:13). Manusia tidak seharusnya mati. Manusia mati akibat pelanggarannya terhadap perintah Tuhan. Tatkala manusia melanggar perintah Tuhan, memang tidak langsung mati; ini akibat dari anugerah umum-Nya. Selain itu, tidak semua manusia mati. Ada yang tidak mati, tetapi diangkat ke surga, seperti Henokh (Kej. 5:24) dan Elia (2 Raj. 2:11). Ketika Tuhan Yesus datang kembali, yang belum mati tidak akan mati, tetapi akan diangkat untuk menyongsong Tuhan (1Tes. 4:17). Jadi pengamatan manusia yang mengatakan kematian itu natural adalah salah, karena hal itu tidak sesuai dengan Firman Allah. Tetapi jelas Alkitab menyatakan bahwa kematian fisik terjadi akibat dosa, meskipun tidak langsung mati atau mungkin tidak mati kalau dikehendaki Allah, atau Tuhan Yesus datang kembali.

Kematian Rohani
Kematian yang pasti langsung terjadi setelah Adam dan Hawa berbuat dosa adalah kematian rohani. Ini yang dikatakan Kitab Kolose: ‘Kamu dahulu mati karena pelanggaran’ (Kol. 2:13, bandingkan Ef. 2:1). Apakah jemaat di Kolose dulu mati secara fisik? Tidak, tetapi mereka mati dalam pengertian secara rohani. Apa artinya mati secara rohani? Artinya adalah putus atau terlepas hubungannya dengan Tuhan. Sebelumnya Adam datang kepada Tuhan, bersekutu dengan Tuhan. Hal itu begitu indah. Tatkala itu Tuhan berfirman kepada dia untuk memelihara, membudidayakan Taman Eden. Adam mampu menjalankannya. Adam memberikan nama kepada semua binatang yang dibawa kepadanya. Tetapi tatkala Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, segala sesuatu berubah. Ketika Tuhan datang kepada mereka, mereka bersembunyi. Mereka mulai menutup dirinya. Mengapa? Saat itu bagi mereka, Allah bukan lagi Allah yang mengasihi dan mereka ingin bersekutu dengan-Nya. Pengalaman yang indah sebelumnya berubah sama sekali. Saat itu karena melanggar perintah Tuhan, Allah dilihat sebagai hakim yang akan menghakimi, sehingga mereka bersembunyi dan melarikan diri dari Allah. Manusia putus hubungan dengan Allah. Manusia mati secara rohani. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia bukan mencari Allah, tidak ada seorang pun yang mencari Allah (Rom. 3:10-12). Manusia melarikan diri dari Allah. Tatkala Allah mencari manusia, manusia bersembunyi, lari dari hadapan-Nya (Kej. 3:9-10). Tetapi karena ada seed of religious, ada benih religiositas, ada benih agama, manusia harus mencari. Dan manusia mencoba beribadah pada ’allah’ yang sesuai dengan keinginannya. Allah yang benarlah yang mencari manusia. Yang dicari oleh manusia bukanlah Allah yang benar, karena manusia terbatas, tidak mungkin mengenal Allah yang benar.
Orang yang berdagang misalnya, mungkin dia menyembah ’ilah’ tertentu. Perempuan atau orang tertentu, menyembah ’ilah’ yang lain lagi. Mereka yang membuka bilyar atau tempat prostitusi atau tempat perjudian, mereka cenderung menyembah ’ilah’ yang berbeda pula. Petani juga mempunyai ’ilah’ lain... Saudara lihat, itu sesuai dengan kemauan masing-masing. Itu adalah satu pencarian manusia dalam mencari “allah”. Ludwig A. Feuerbach (1804-1872) berkata bahwa teologi itu sebenarnya antropologi. Theologi itu, ketuhanan itu, sebenarnya refleksi dari manusia. ’Allah’ itu manusia. Maksudnya bagaimana? Saya sebagai pribadi itu terbatas, misalnya tidak bisa memenuhi segala sesuatu sendiri, tetapi ada manusia lain yang bercocok-tanam, menjadi nelayan, membangun rumah, membuka bank dan sebagainya. Maka saya memang terbatas, tetapi manusia tidak terbatas. Tetapi melalui agama manusia berkata: manusia itu terbatas, tetapi Allah tak terbatas. Manusia ingin banyak tahu dan ingin menjadi mahatahu, tetapi tidak bisa, maka ada Allah yang Mahatahu. Manusia hadir, mencoba dengan pesawat, terbang cepat ke mana-mana. Mungkin pagi hari dia bisa di Jakarta, berangkat, mampir sebentar di Hong Kong untuk sarapan pagi, bekerja sebentar, lalu sore ke Beijing, tidur di sana. Dalam sekejap mata dia seperti mahahadir. Dia ingin hadir di mana-mana tetapi tidak bisa. Bagi Feuerbach, manusia menciptakan Allah menurut gambar dan rupa manusia. Dia membalik kebenaran dari Kejadian 1:26-27. Ini ada benarnya untuk agama ciptaan manusia. Tetapi salah dan tidak sesuai sama sekali dengan Alkitab. Agama yang sejati adalah Allah yang menciptakan manusia, dan manusia harus beribadah kepada-Nya. Allahlah yang mencari manusia, bukan manusia yang mencari Allah. Roma 1:25 mengatakan: manusia itu mengganti Allah yang seharusnya disembah selama-lamanya dengan creature, makhluk ciptaan . Manusia cenderung melarikan diri dari Allah. Manusia putus hubungan dengan Allah. Manusia tidak suka kepada Allah, tidak bersekutu dengan Allah, tidak mengenal Allah, kebenaran, kehendak, dan perasaan Allah. Manusia secara rohani dikatakan mati.

Kematian Kedua
Pemisahan kekal dari Allah disebut Alkitab sebagai kematian yang kedua (Why. 2:11; 20:6, 14; 21:8). Itu adalah kematian yang menakutkan, penghukuman di neraka selama-lamanya. Perhatikan orang yang di neraka itu berkata, “Aku meminta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” (Luk. 16:27-28). Tidak ada orang di neraka yang bisa tolong-menolong, tidak ada yang bisa saling menemani dan saling menghiburkan. Alkitab mengatakan, di situ hanya ada: kesakitan, penderitaan, ratapan dan kertak gigi, tanpa penghiburan sama sekali selama-lamanya (Luk. 16:24, 28; Mat. 25:30). Hukuman Allah itu bersifat permanen.
Orang boleh saja berkata bahwa mati itu selesai. Tetapi itu tidak bisa. Mereka tahu sesudah mati, itu belum selesai. Manusia harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Alkitab menyatakan bahwa manusia ditetapkan mati satu kali, setelah itu dihakimi (Ibr. 9:27). Jadi setelah mati, ada penghakiman dari Allah.
Setiap manusia telah berdosa kepada Allah. Allah adalah Allah yang Mahabesar, sehingga setiap kita melanggar perintah-Nya, itu adalah dosa yang besar. Jadi dosa itu bukanlah dosa yang kecil, tetapi dosa besar dan layak masuk neraka. Selain itu, Allah adalah Allah yang adil, sehingga akan mengadili dengan adil, dan tidak mungkin bisa disuap. Allah juga adalah Allah yang Mahahadir dan Allah yang Mahatahu, jadi tidak mungkin manusia dapat bersembunyi dan berdebat. Disamping itu, ada yang sering disalahmengertikan, Allah adalah Allah yang kekal. Apa artinya kekal? Kekal artinya melampaui waktu, tidak di dalam waktu. Allah yang kekal adalah Allah yang tidak berubah. Kita ada di dalam waktu. Kita hanya bisa berpikir dalam waktu, sehingga kita sering mengucapkan kata ’selama-lamanya’. Selama-lamanya itu ada lamanya, tetapi selama-lamanya itu ada di dalam waktu. Di dalam waktu, kita mengalami perubahan. Dulu saya gemuk, sekarang saya kurus. Dulu saya kecil, sekarang saya sudah dewasa. Dalam waktu seminggu, entah berapa banyak sel tubuh kita yang berubah. Ada perubahan, karena kita berada di dalam waktu. Tetapi Allah adalah Allah yang kekal, tidak berada di dalam waktu. Maka tatkala manusia dihukum, maka hukumannya bersifat kekal, bersifat permanen. Dunia seringkali menjadikan hal yang menakutkan ini sebagai bahan guyonan supaya tidak terlihat menakutkan; Ini tipuan iblis. Tetapi Allah memberitahukan kita melalui Alkitab, bahwa hukuman itu bersifat kekal, kematian kedua itulah hukuman selama-lamanya.
Memang ada orang yang percaya akan adanya kelahiran kembali setelah kematian, lahir kembali menjadi apa yang sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. Hukuman dianggap hanya sementara, masih ada kesempatan sampai dia mencapai kebebasan mutlak atau ketiadaan segala sesuatu. Ada agama yang berpandangan mirip demikian. Manusia bersalah, karenanya harus menjalani hukuman 1.000, 2.000 tahun, barulah akhirnya ke surga. Hukuman itu mungkin dikurangi masanya apabila orang tersebut menjalankan ibadah-ibadah tertentu, menjalankan perintah agamanya, akhirnya ia bisa mencapai surga. Kedua pandangan ini salah, karena tidak konsisten dengan pandangan bahwa Allah itu kekal, dan hukuman Allah itu kekal, permanen, tidak berubah.

Jalan Keluar Sains dan Teknologi
Semua takut terhadap kematian, tetapi yang menjadi masalah adalah setelah mati tidak selesai, ada penghukuman kekal. Kalau begitu, bagaimana manusia melepaskan diri, bagaimana manusia lolos dari penghukuman kekal itu? Di jaman modern menuju postmodern ini, mereka mengatakan bahwa jalan keluarnya adalah sains dan teknologi. Dulu manusia sakit kusta dianggap karena dikutuk, ternyata sekarang bisa diobati. Dulu orang bisa salah-mengerti tentang tata surya dan menyatakan geosentris, bumi menjadi pusat. Tetapi terjadi perubahan setelah Kopernikus, Galileo Galilei dan Johannes Kepler membuktikan heliosentris, bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya. Selain itu, ada kemajuan dalam sains, misalnya melalui Isaac Newton, karena melalui penjelasan fisika orang dapat melihat alam semesta dengan jelas, dapat mengerti, misalnya mengapa benda yang dilempar ke atas tidak melayang, tetapi jatuh lagi, yaitu karena ada gravitasi. Segala sesuatu mulai bisa dihitung. Apabila kita naik pesawat, bisa ditentukan akan tiba di tujuan pukul berapa. Semua karena kemajuan teknologi.
Ada seorang periset yang mengatakan bahwa 5-10 tahun lagi, orang yang sakit kanker tidak perlu lagi menjalani kemoterapi atau radiasi. Saat ini sedang dikembangkan pengobatan-pengobatan baru yang lebih baik. Ada pengharapan bagi manusia. Manusia menjadikan dirinya sebagai jawaban bagi permasalahnya. Apakah kemajuan sains memberikan jawaban? Ternyata tidak. Meskipun membantu kemajuan atau kenikmatan hidup, tetapi dengan kemajuan sains manusia semakin berbuat dosa dengan cara yang canggih dan hebat. Kemajuan teknologi membuat pembunuhan terjadi secara lebih luar biasa, kekejamannya pun lebih luar biasa. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar untuk mengatasi dosa. Sains tidak bisa mengatasi masalah kematian fisik. Sains dan teknologi juga tidak bisa menjangkau hal setelah kematian. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar.

Jalan Keluar dari Agama atau Kepercayaan
Bagaimana agama atau kepercayaan memberikan jawaban atas hal ini? Agama-agama nonsamawi atau nonwahyu tidak memberikan jawaban yang jelas. Agama-agama tertentu mencoba menentukan jalan mereka melalui pencerahan yang mereka dapat. Mereka memberikan jalan keluar dengan kelahiran kembali - ada terus kesempatan. Padahal ini bertentangan dengan konsep bahwa Allah itu kekal dan hukuman-Nya adalah kekal pula. Selain itu, kita melihat bahwa semua itu adalah cara manusia untuk mendapatkan keselamatan, bukan cara Allah. Sesungguhnya manusia bersalah kepada Allah, jadi bukan manusia yang menentukan pengampunan, melainkan Allah.
Agama lain yang digolongkan sebagai agama samawi atau agama wahyu menetapkan pelaksanaan syariat tertentu dengan menjalankan amal ibadah mereka (sembahyang, puasa, zakat) sebagai jawaban. Tetapi sesungguhnya, sembahyang apa yang tidak ada cacatnya, perbuatan baik apa yang tidak ada cacatnya? Seperti pohon ara buahnya ara, pohon apel buahnya apel, pohon semangka buahnya semangka, maka pohon dosa pun buahnya dosa. Manusia adalah makhluk yang berdosa, yang mati. Manusia tidak mungkin melakukan yang baik, hanya dosa, sehingga tidak bisa membayar di hadapan Allah. Kita terus berhutang kepada Allah, maka kita harus dihukum kekal.

Jalan Keluar dari Allah
Allah sendiri yang memberikan jalan keluar atas dosa dan kematian, yaitu dengan sistem penggantian atau substitusi. Setelah manusia berdosa, dijalankan sistem penggantian. Setelah Adam berdosa di hadapan Allah, Allah menentukan sistem penggantian dengan darah yang dicucurkan, binatang yang mati dibunuh. Pertama binatang yang dibunuh untuk pakaian Adam dan Hawa, kemudian ada korban Habel yang diterima. Ada sistem penggantian. Tetapi sistem korban orang Israel tidak mencapai puncaknya, hanya merupakan satu simbol atau bayang-bayang yang akan datang. Kalau kita bandingkan dengan Ibrani 10:1-5, binatang tidak mungkin mengganti manusia karena ada perbedaan kualitas. Yang bisa menggantikan manusia haruslah manusia juga. Maka dikatakan, tidak ada cara lain, Allah Bapa menentukan Tuhan Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian, yakni harus mati menebus dosa, harus mati untuk membayar hutang dosa dengan memakukan surat dakwaan, surat hutang itu di kayu salib (Rom. 3:25; Kol. 2:14-15). Itu cara yang Allah tentukan, dan hanya satu cara itu. Manusia bersalah kepada Allah, harus Allah yang menentukan cara pengampunan, dan cara pengampunan itu adalah melalui kematian Kristus Yesus di kayu salib - yang menggantikan.
Apakah itu adil? Bukankah Allah adalah Allah yang adil, yang salah yang dihukum, yang tidak bersalah dibebaskan? Mengapa Kristus yang tidak bersalah dihukum, dijadikan berdosa, dan kita yang bersalah di dalam Dia dibenarkan? Kalau demikian, apakah ada keadilan Allah? Ada. Yang salah tetap dihukum, tetapi Allah menggunakan sistem substitusi atau sistem penggantian. Dan sistem penggantian adalah satu-satunya cara yang Allah tentukan. Kalau begitu, apakah Kristus Yesus dipaksa? Tidak. Dia rela. Dia mau. “Aku datang untuk menjalankan kehendak-Mu, Aku datang untuk memberikan nyawa-Ku bagi tebusan untuk banyak orang.” (Ibr. 10:7; Mat. 20:28). Dia tahu apa yang dilakukan-Nya. Ia jalankan itu di dalam kerelaan, jadi tidak ada pemaksaan.
Apakah satu orang bisa menggantikan seluruh dunia? Ya, karena beda secara kualitas. Tuhan Yesus adalah manusia sejati dan Allah yang sejati. Manusia tidak bisa menjadi Allah, tetapi Allah bisa menjelma menjadi manusia. Kita percaya Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, untuk membayar harga, menebus kita, membeli kita ulang. Apa pantas? Ya, karena Dia Allah, kualitasnya lain. Di Indonesia misalnya, beras bisa ditukar dengan pesawat terbang. Di sini kita bicara tentang kualitas. Satu pesawat terbang bisa ditukar menjadi butiran beras yang tak terhitung. Kristus adalah Allah yang sejati, maka Dia bisa menggantikan semua manusia yang berdosa. Hal ini Dia lakukan melalui kematian-Nya di kayu salib. Sesungguhnya penderitaan Kristus tidak dimulai di Taman Getsemani, tetapi tatkala Dia menjadi manusia. Dia lahir di kandang domba; Kristus sudah mulai menderita, sebab Ia adalah Allah yang tidak terbatas menjadi terbatas, Allah yang mulia menjadi hina. Seumur hidup-Nya, Dia dikatakan sebagai “the man of sorrow”, manusia yang menderita. Serigala punya lubang, burung punya sarang, tetapi Dia, Anak Manusia, tidak ada tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk. 9:58). Dia Pencipta alam semesta, tapi tatkala Dia datang pada alam ciptaan-Nya, dunia, bahkan umat pilihan-Nya, yaitu bangsa Israel menolak Dia (Yoh. 1:10-11). Dia mengalami sengsara, dan puncaknya adalah di kayu salib. Penderitaan-Nya bisa menggantikan.
Lukas mencatat bahwa pada malam Dia menyerahkan diri setelah berdoa di Taman Getsemani, keringat-Nya seperti titik-titik darah (Luk. 22:44). Ada dua tafsiran mengenai hal ini: bisa deras seperti darah, bisa juga berwarna seperti darah karena hermatidrosis - pembuluh darah di bawah kulit-Nya pecah karena ketegangan yang luar biasa. Saat itu, malam itu, Dia diadili, dipukul, diludahi, ditampar, ditendang, diolok-olok, dipermainkan, hingga sekujur tubuh-Nya babak-belur, dan kemudian juga disesah - dipukuli dengan cambuk sehingga sekujur tubuh-Nya penuh luka dan berdarah. Begitu buruk rupa-Nya, sehingga bukan seperti manusia lagi. Itu belum puncaknya, sampai Dia dipakukan di kayu salib di puncak Golgota. Dosa isi dunia ditanggungkan atas-Nya. Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa karena kerelaan-Nya, supaya kita dibenarkan (2Kor. 5:21). Yesus berseru dengan suara nyaring, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Kau tinggalkan Aku?” Kita tidak bisa mengerti mengapa Allah bisa meninggalkan Allah. Mengapa Allah dalam persekutuan yang kekal itu mengalami suatu perpisahan? Tetapi yang kita mengerti adalah melalui perpisahan itu, kita yang tadinya berpisah dari Allah, boleh dipersekutukan lagi di dalam Kristus.” Perpisahan itu menggambarkan penghakiman, penghukuman yang kekal. Kita memang seharusnya dihukum kekal, permanen. Tetapi Kristus menggantikan kita, supaya kita bisa dilepaskan dari penghukuman Allah. Murka Allah ditimpakan kepada Kristus untuk memuaskan hati Allah.
Alkitab mencatat dalam kata propisiasi, dalam Roma 3:25 tadi, Kristus ditentukan menjadi jalan pendamaian. Kata propisiasi berbeda dengan kata rekonsiliasi yang berarti pendamaian. Sering digambarkan bahwa antara Allah dan manusia ada suatu tembok yang tidak bisa ditembus, lalu tembok itu dirobohkan dengan salib Kristus; ini adalah rekonsiliasi. Penghalang yang membuat perpisahan dihilangkan, sehingga yang terpisah disatukan kembali. Tetapi propisiasi itu menggambarkan Allah yang murka. Murka-Nya tidak bisa dihentikan dan menuntut semua manusia dihukum selama-lamanya. Murka-Nya hanya bisa dihentikan oleh satu, korban yang memuaskan Dia. Hanya satu saja yang dapat memuaskan, yaitu Kristus, korban yang bisa menghentikan murka Allah sekaligus membuat Allah tidak lagi menghukum karena Dia puas. Kristus satu-satunya jalan, tidak ada yang lain. Melalui kematian di kayu salib, Dia merobek tirai pemisah. Dia menebus. Dia membayar hutang dosa kita. Kita yang terjual di bawah kuasa dosa, kita yang berhutang di hadapan Allah, Kristus membeli kita ulang dengan membayarkan diri-Nya sebagai pengganti. Dialah yang memberikan kita hidup, yang menjadikan kita hidup, memberi kita hidup yang kekal. Hidup yang kekal, bukanlah hidup selama-lamanya. Hidup yang kekal adalah hidup yang digabungkan dengan Allah kembali, bersekutu atau berelasi dengan Allah, union with Christ, disatukan dengan Kristus. Dan ini tidak bisa dipisahkan. Kita bisa mati secara fisik, tetapi saat kita mati secara fisik, persekutuan ini tidak berakhir. Nanti dibangkitkan, tetap ada persekutuan dengan Allah. Maka Paulus berkata, “Aku yakin bahwa hidup maupun mati, pemerintah yang sekarang maupun yang akan datang, makhluk lain, atau kerajaan angkasa, tidak bisa memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” (Rom. 8:36-39). Satu kepastian keselamatan telah diberikan.

Bagaimana Kita Mengerti Penggantian Kristus
Rekan pelayanan Ev. Billy Graham bernama Cliff Barrow memiliki 2 anak yang nakal, dan dia berkata akan memukul mereka jika melanggar apa yang dilarangnya. Saat dia pulang dari bepergian, ternyata anaknya melanggar. Cliff Barrow serba salah. Apabila dia tidak menghukum anaknya, maka mereka akan menganggap perkataannya hanya main-main, tetapi kalau dia sungguh memukul anaknya, anaknya bisa trauma dan mati. Jadi dia berkata kepada anak-anaknya, “Salah harus dihukum, tetapi Papa tahu kamu tidak akan sanggup menerima hukuman Papa, maka sekarang masing-masing pukul Papa 10 kali dengan kekuatanmu. Papa membayar kalian, Papa menggantikan kalian yang seharusnya dihukum.” Kedua anaknya terpaksa memukul papanya sambil menangis sedih. Setelah itu mereka berdoa. Mulai hari itu mereka mengerti kasih papanya yang menggantikan mereka, dan percaya kepada papanya, kepada kasih papanya yang menggantikan mereka.
Seorang pelukis membuat lukisan mengenai penderitaan Kristus. Tatkala pada hari Jumat Agung lukisan tersebut dipamerkan, seorang anak muda, Zinzendorf, menatapnya lama sekali dan membaca satu kalimat yang tertulis di bagian bawah lukisan tersebut: “Nyawa-Ku Kuberikan bagimu, apa kauberi pada-Ku?’ Anak muda itu terus merenungkan kata-kata tersebut, dan pada hari itu juga ia menyerahkan dirinya menjadi seorang misionaris, karena dia mengerti kasih Allah baginya.
Apakah yang sudah kita mengerti tentang apa yang dikerjakan Tuhan Yesus? Apakah yang sudah kita berikan kepada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya, menebus, mensubstitsikan kita? Harusnya kita yang menerima penderitaan, perpisahan, dan hukuman kekal dari Allah Bapa, tetapi Dia menggantikan kita. Apakah Saudara sudah menerima keselamatan dari-Nya? Apa yang kauberi kepada Dia? Apakah Saudara percaya dan mempercayakan diri kepada Dia sepenuhnya? (el)

Diambil dari Majalah Momentum 51 - Tahun 2003

Sumber : http://www.pemudakristen.com




Profil Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Div., M.Th. :
*.Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Div., M.Th. dilahirkan pada 9 Februari 1966. Setelah menyelesaikan Sarjananya di STMIK "Budi Luhur" Jakarta, dengan gelar Sarjana Komputer (S.Kom.), maka beliau melanjutkan di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) untuk mengambil gelar Sarjana Theologia (S.Th.), dan kemudian lulus Master of Divinity (.MDiv.) pada tahun 1997 di sekolah yang sama. Selain itu, beliau juga pernah mengambil kuliah pasca sarjana Filsafat di Universitas Indonesia selama 1 tahun.
Dalam kiprahnya di dunia komputer, sebelum menjadi hamba Tuhan penuh waktu, beliau pernah turut membuat buku untuk kursus komputer dan sekaligus juga menjadi dosen di almamater, STMIK "Budi Luhur." Menjadi asisten dosen th. 1987, lalu menjadi dosen 1988-1991, menjadi guru komputer di SMU IPEKA Jakarta 1988-1989, kerja di ASTRA Group bidang komputer (1988-1989), membuat program dan melayani di Persekutuan Pembaca Alkitab Jakarta selama 6 bulan di tahun 1990, menjadikan beliau cukup banyak berkecimpung di dunia komputer.
Mulai terlibat dalam pelayanan di Lembaga Reformed Injili pada tahun 1990-1991. Sebelumnya, beliau melayani di Gereja Kristen Baptis Jakarta, menjadi guru sekolah minggu dan pemimpin PA (sejak 1984), sie kerohanian (1986), ketua pemuda dan tim penyusun AD/ART Sinode (1987-1989), dan mulai membawakan renungan di remaja, khususnya di cabang sejak 1988.
Dalam pelayanan kampus dan umum, beliau terlibat dalam memimpin Kelompok Kecil di kampus dan KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) di Perkantas (1985), mulai menjadi pengurus PMK di kampus (1986-1988). Sejak 1986 mulai banyak berkhotbah di persekutuan kampus, kelompok kecil atau memimpin berbagai seminar, lokakarya dan juga Kebaktian Kebangunan Rohani. Tahun 1989 mulai memegang persekutuan PMKJB bersama Perkantas.
Beliau juga banyak mengikuti pembinaan di Perkantas, Univ. Trisakti, PPA, Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) dari Pdt. Dr. Stephen Tong, dan masuk Sekolah Theologia Reformed Injili Jakarta th.1988 (selesai kuliah).
Beliau menikah dengan Ev. Dra. Lita K. Handaya dan dikaruniai tiga putra, Ezra (1993), Paul (1994) dan Kharis (1997).
Saat ini setelah beliau merampungkan studi Master of Theology (M.Th.) dalam bidang Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, beliau menggembalakan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Singapura, Dekan Institut Reformed, Singapura dan Dekan Akademis di Institut Reformed, Jakarta. Selain itu beliau juga melayani di Yayasan STT SETIA (Rektor : Pdt. Matheus Mangentang, M.Th., D.Min.)

KECEWA KEPADA ALLAH ? (Pdt. DR. STEPHEN TONG)

KECEWA KEPADA ALLAH ?
oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG



Artikel ini ditranskrip dari renungan yang disampaikan pada Persekutuan Doa Mahasiswa di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) dan Institut Reformed hari Selasa tanggal 16 Februari 1999



Dua hari yang lalu dalam suatu kesempatan yang baik, saya bertemu dengan dua orang saudara saya, Pdt. Dr. Caleb Tong dan Pdt. Dr. Joseph Tong. Saya menjemput mereka di bandara dan waktu di bandara seseorang datang kepada saya dan bertanya, "Pak Stephen ya?" Saya bilang, "Ya". Kami berjabat tangan. "Anda ikut kebaktian di mana?" Saya bertanya padanya dan dia menjawab, "Ya, dulu pernah satu dua kali mendengar khotbah Pak Stephen Tong. Kemudian saya ke gereja-gereja yang lain. Sesudah itu keliling sini, keliling sana, tidak menetap." Lalu saya bertanya, "Sekarang ke gereja mana?" Jawabannya, "Tidak ke gereja." Saya bertanya, "Sekarang tidak ke gereja?" Dia merokok dengan satu tangannya ditaruh di belakang. Asap rokoknya terus mengepul seraya berbicara dan ngomong dengan saya. Saya rasa dia sudah melarikan diri dari Tuhan. Lalu saya bertanya, "Mengapa tidak ke gereja?" Dia menjawab, "Kecewa." "Kecewa dengan siapa?" tanya saya. "Terus terang kecewa kepada Tuhan," setelah mengatakan kalimat itu, dia lalu pergi.Saya tidak habis-habisnya memikirkan kalimat itu. Berhakkah? Berhakkah manusia yang dicipta kecewa terhadap Sang Penciptanya? Ini yang menjadi pemikiran saya. Who are we? We think we deserve the right to claim we are disappointed by God. Siapakah kita yang berhak mengatakan, "Aku dikecewakan oleh Tuhan. Aku kecewa terhadap Tuhan."Kalimat ini membuat saya memutar pikiran sepanjang satu hari itu. Teologi apakah ini? Teologi ajaran apakah yang mengajar manusia, sehingga berani mengatakan, "Allah mengecewakan saya." Kalau Allah mengecewakan seseorang, hanya karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, Allah berhutang kepada saya dan Dia lupa bayar, maka saya kecewa. Kedua, Allah menipu saya, akhirnya saya dirugikan, maka saya kecewa. Ketiga, Allah berjanji sesuatu, akhirnya Dia tidak melunaskannya, sehingga saya kecewa. Tiga presuposisi ini, semuanya tidak memiliki dasar Alkitab. Allah tidak pernah berhutang kepada manusia. Teologi yang benar mengatakan, manusia berhutang kemuliaan Allah dan tidak bisa membayar sendiri. Yang seharusnya dikatakan adalah kitalah yang mengecewakan Tuhan, bukan Tuhan yang mengecewakan kita. Allah tidak pernah menjanjikan sesuatu yang Dia sendiri tidak melunaskannya, kecuali janji itu adalah semacam tafsiran manusia dan "misleading" (penyesatan) dari orang yang salah mengerti Alkitab. Jadi, Allah tidak berhutang kepada saya, Allah tidak sembarang berjanji kepada saya, Allah tidak mungkin menipu saya.Jika demikian apakah penyebabnya? Penyebab pertama adalah adanya pengkhotbah-pengkhotbah yang memberikan tafsiran yang salah terhadap ayat-ayat Alkitab. Misalnya, yang percaya kepada Tuhan pasti dapat kekayaan, pasti dapat hidup yang subur, makmur di dalam materi. Yang percaya kepada Tuhan pasti tidak ada mara-bahaya, penyakit, kesulitan, dan kemiskinan. Misalnya lagi, jikalau engkau memberikan persembahan, Tuhan akan mengembalikan sepuluh kali lipat ganda. Apakah saudara pernah mendengar khotbah semacam ini? Hal ini terjadi sejak kira-kira 25 tahun yang lalu, selangkah demi selangkah merambat masuk ke dalam mimbar-mimbar gereja yang tidak bertanggung jawab. Tetapi setiap statement yang tidak benar, bisa juga mendapatkan tunjangan dari Kitab Suci. Jadi ada ayat-ayat yang sepertinya mendukung statement itu, karena dimengerti secara fragmentaris, dan bukan secara totalitas. Karena mengambil ayat sebagian-sebagian lalu mengkhotbahkannya, sangat mungkin terjadi misleading bagi orang lain yang mendengarnya.Kedua, pengertian yang tidak membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain, mengakibatkan tidak diperolehnya prinsip total Kitab Suci. Mengambil suatu keputusan melalui bagian-bagian, lalu membuat statement. Hal ini sangat membahayakan. Saudara sebagai pengkhotbah, sebagai pemimpin gereja, sebagai pembawa firman, sebagai pemberita kehendak Tuhan, harus menghindarkan diri dari hal-hal semacam itu.Saya percaya, bukan dia saja, mungkin seluruh Indonesia berani mengatakan, "Aku kecewa terhadap Tuhan." Mungkin sudah puluhan juta orang pernah mempunyai ajaran salah yang menuju pada konklusi bahwa Allah menipu dia, Allah tidak melunaskan janji-Nya, Allah berhutang kepada dia sehingga dia berani mengatakan, "Saya kecewa kepada Tuhan."Tahun 1965, kalau saya tidak salah ingat, gunung Agung meletus di Bali. Lavanya mengalir begitu cepat, sehingga banyak orang yang tidak sempat mengungsi, mendadak terkena lava. Pada waktu itu saya berada di Bandung, lalu seorang wartawan datang kepada saya, "Pak Stephen, bolehkah saya tunjukkan kira-kira 180 foto yang saya ambil dengan cepat pada waktu orang-orang terkena lava itu?" Saya sedang makan ketika wartawan itu datang dan duduk di samping saya. Waktu saya melihat foto-foto tersebut, rasanya saya ingin muntah. Ada orang yang sedang tidur, lavanya datang dan saat itu juga separuh badannya menjadi tulang, dan separuhnya masih daging. Di tengah-tengah sambungan antara daging dan tempat tulang itu, ada satu garis putih yang besar dan bengkak, seperti kulit babi yang digoreng jadi rambak / krupuk. Bagian yang terkena api panas itu langsung melembung. Satu bagian masih daging biasa, bagian yang lain, matang menjadi seperti rambak. Meskipun saya mau muntah tapi saya dikejar oleh kuriositas, jadi satu per satu foto tersebut saya lihat sambil mau mengeluarkan air mata, sambil mau menangis, sambil mau berteriak, tetapi tidak bisa. Namun ada beberapa foto yang menggugah teologi saya, yaitu lava yang sudah dekat kira-kira tiga meter lagi, dan dalam beberapa detik akan terkena lava, tetapi orang tersebut tidak lari, ia sedang berlutut berdoa kepada dewa. Waktu saya lihat, saya berpikir, "Wah! Ini begitu beda dengan orang Kristen. Mengapa ada orang Kristen pada hari lancar, dia berani berdosa. Sedikit rugi, langsung mencacimaki Tuhan Allah. Mengapa orang kafir waktu mereka menghadapi kecelakaan, mereka tidak memaki-maki dewa mereka. Mereka minta pertolongan dewa, jangan sampai memusnahkan mereka. Mereka mengaku kesalahan, mengaku dosa." Pemikiran ini terus mempengaruhi saya sampai sekarang, sudah lebih dari 30 tahun. Pemikiran itu adalah, Why?...Why? ... What causes that? What causes it to be like that? Apa salahnya pemberitaan kita? Apa salahnya khotbah kita, sehingga anggota kita selalu merasa dia sepatutnya menerima anugerah Tuhan dan tidak boleh dirugikan apapun oleh Tuhan, kalau tidak, Allah harus dicela, dimaki, dipersalahkan, dan akhirnya dia keluar dari gereja.Lalu dari situ, pemikiran saya mulai berkembang pada the theology of suffering, the theology of worship, the theology of understanding grace, theology of resistant to the tribulation. Berkembanglah begitu banyak pemikiran saya semenjak melihat 180 foto tersebut. Mengapakah orang-orang Asia dengan sedikit kesulitan, meninggalkan gereja, keluar dari gereja? Mengapa orang Yahudi yang dibantai, dibunuh dengan gas, dihancurkan hidupnya, enam juta setengah jiwa, di dalam holocaust, tetapi mereka tetap menyembah Allah, tetap takut kepada Tuhan dan mereka tidak pernah meninggalkan iman mereka? Jadi, what's wrong? Apa yang salah di dalam pemberitaan kekristenan? Jawaban saya adalah satu kalimat, "Kita lebih suka memberitakan Allah itu kasih adanya, mengobral murah kasih Allah daripada berani mengkhotbahkan Allah itu suci dan adil, Dia akan menghakimi dosa seluruh dunia."Dari konklusi ini, pemikiran saya berkembang lagi, di manakah hamba-hamba Tuhan yang berani menyatakan tahta kemarahan Tuhan, keadilan Tuhan, kesucian Tuhan, untuk mengingatkan bangsa dan zaman ini? Semakin lama semakin sedikit. Tetapi pendeta yang berusaha memberikan injil palsu supaya gerejanya bertumbuh, supaya lebih banyak orang mendengar khotbahnya dengan kalimat, "Percayalah Tuhan, semua penyakit akan disembuhkan, semua kesulitan diatasi, semua akan diberikan kepada engkau" begitu banyak sekali, bahkan di dalam aliran Pantekosta dan Kharismatik sudah teracun satu pikiran: dengan banyak mujizat yang dilihat, orang akan beriman. Namun hari ini saya akan menunjukkan dua prinsip. Prinsip pertama, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujizat pun, namun banyak orang yang percaya melalui dia. Karena sifat lurus, jujur, berani, dan tidak mau dipengaruhi oleh dosa sehingga dia berkhotbah dengan kuasa luar biasa. Itu catatan Alkitab. Yohanes tidak pernah melakukan satu mujizat pun, teatpi yang percaya karena dia banyak sekali. Kedua, Islam adalah satu agama yang tidak pernah mengembangkan anggota mereka melalui daya tarik mujizat. Tidak pernah hal itu terjadi. Pada zaman filsuf David Hume, one of the greatest scepticist in the history of human philosophy, ia mengatakan bahwa salah satu sebab yang dipakai oleh orang Kristen untuk membuktikan agama Kristen sebagai satu-satunya agama yang sah adalah tidak adanya mujizat pada agama lain, tetapi hanya ada pada agama Kristen dan dimuat di dalam Kitab Suci. Tetapi cara dia melawan kekristenan justru dengan pertanyaan pernahkah mujizat yang dicatat dalam Kitab Suci orang Kristen, terjadi? Itupun belum bisa dibuktikan. Maka memakai bukti bahwa Kristen ada mujizat maka Kristen itu sah, pada hakekatnya tidak pernah mempunyai dukungan bukti. Apakah yang dicatat dalam Kitab Suci sungguh-sungguh pernah terjadi? Jadi dia menjadi scepticist. Itu namanya to destroy from the foundation the seeking of Christian foundation. Orang Kristen pada zaman itu selalu memakai fondasi-fondasi yang salah yang sebenarnya bukan fondasi untuk membangun iman. Kalau kita membiasakan diri menjadi pemberita, hoki, fat choi, property, kesuksesan sebagai imbalan kalau percaya kepada Tuhan, maka kita akan menciptakan orang-orang yang akhirnya melarikan diri dari kekristenan dengan kalimat, "Aku tidak lagi ke gereja karena aku kecewa kepada Tuhan." Saudara seharusnya mempersiapkan diri menjadi hamba Tuhan yang bertanggung jawab dalam pemberitaan firman, sehingga anggotamu selalu menuntut, "Saya jangan menipu Tuhan, saya jangan berhutang kepada Tuhan, saya harus menepati apa yang saya janjikan kepada Tuhan." Dan bukan berkata, "Tuhan berutang kepada saya, Tuhan menipu saya, apa yang Tuhan janjikan, tidak saya dapatkan, maka saya berhak melawan dan kecewa kepada Dia." Kiranya renungan pendek ini menjadi kekuatan bagi kita untuk menegakkan kembali kebenaran di dalam zaman ini.

MENGAPA KITA MEMULIAKAN ALLAH (Pdt. DR. STEPHEN TONG)

Mengapa Kita Memuliakan Allah ?


oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG


"...semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku, yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku..." (Yesaya 43:7)


Tuhan menciptakan manusia bukan supaya manusia hidup dan berbuat sekehendak hatinya. Tuhan menciptakan manusia supaya manusia tahu, ia harus memuliakan Allah Pencipta. Inilah tujuan kita diciptakan, tujuan kita ditebus.
Waktu saya masih kecil saya selalu ingat suatu ayat yang mengatakan, "muliakanlah Allah; muliakanlah Tuhan". Lalu saya berpikir, apakah Tuhan tidak malu, tidak sungkan, meminta orang memuliakan Dia? Saya tidak mengerti, maka saya tanya guru sekolah minggu saya. Guru menjawab: "Saya juga tidak mengerti!" Kalau guru tidak mengerti, mana bisa saya mengerti? Tetapi saya merasa, pasti ada jawaban dalam Kitab Suci, karena Allah tidak main-main. Kemudian saya temukan dalam Kitab Suci, dua kali Allah berkata, "Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain. Aku tidak mengizinkan kemuliaan-Ku diberikan kepada ilah-ilah yang palsu." (Yesaya 42:8).
Tidak lama setelah saya menjadi hamba Tuhan, pemuda-pemudi menanyakan pertanyaan sama, "Mengapa Allah minta kita memuliakan Dia?" Saya tanya kembali, "Sebelum kita memuliakan Allah, apakah kemuliaan Allah sudah sempurna?" Jawabnya: sudah! Kalau kemuliaan Allah sudah sempurna sebelum seorang memuliakan Dia, mengapa Dia minta lagi supaya kemuliaan diberikan kepada-Nya?
Saya sebenarnya tidak mengerti, tetapi satu hal saya mengerti. Matahari mempunyai cahaya sendiri, tetapi bulan tidak mempunyai cahaya sendiri. Bulan hanya memantulkan 8% dari cahaya matahari yang diterimanya; dia menjadi reflektor untuk memancarkan kembali cahaya itu kepada benda-benda lain. Andaikata saya mengambil cermin lalu memakainya sebagai reflektor untuk memantulkan kembali cahaya ke sumber cahaya tersebut, apakah dengan demikian sumber cahaya itu bisa menjadi lebih bercahaya? TIDAK! Tetapi di sini ada satu pengertian yang penting, yaitu KEMBALI KEPADA ASAL. Itulah maknanya.
Allah mau kita kembali kepada asal. Allah mau kita hidup dalam arah yang benar. Berapa banyak orang yang mempunyai arah hidup yang salah? Berapa banyak orang yang mempunyai suara bagus tetapi tidak memakai suara itu untuk Tuhan? Berapa banyak orang yang namanya kristen tetapi menyanyi di kelab malam? Berapa banyak orang yang namanya anak-anak Tuhan tetapi menyanyi untuk memuja hawa nafsu? Di sinilah letak perbedaan antara anak-anak Tuhan dan mereka yang tidak mengenal Tuhan. Bagi anak-anak Tuhan, bakatku berasal dari-Nya, uangku berasal dari-Nya, kesehatanku berasal dari-Nya. Berapa banyak orang yang dalam hal ini tidak mengerti! Mereka mengatakan, bakatku dariku, kepintaranku dariku, semua sukses dariku, segala keunggulanku adalah karena aku lebih dari orang lain.
Celakalah kalau kita menjadi orang tidak mengetahui sumber. Celakalah kalau kita tidak mengerti, bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sesuatu yang kita terima. Sampai saat Roh Kudus menggerakkan hati kita, barulah kita menjadi sadar bahwa keberadaan kita pada hari ini adalah anugerah Tuhan saja. Demikian dikatakan Paulus, "Karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang." (1Korintus 15:10).
Pada saat seorang Kristen mempunyai kesadaran sedemikian, pada saat dia mengerti akan sumbernya, dia sudah melangkah dalam hidup kerohaniannya ke pangkalan yang benar; dia berdiri di atas batu karang yang benar. Dia tahu, dia adalah dia; dia diciptakan oleh Tuhan, dia menikmati sukses karena Tuhan. Suaranya diberi oleh Tuhan, waktu dan hidupnya berasal dari Tuhan. Kalau kesadaran ini sudah ada, mungkinkah seseorang menjadi sombong, congkak, membanggakan diri dan merebut kemuliaan Tuhan? Itu tidak mungkin.
Tetapi kesadaran jangan berhenti di situ saja. Kesadaran itu harus mengarahkan kita kembali kepada Tuhan. Kalau bakatku, suaraku, kesehatanku, berasal daripada-Nya; kalau segala sesuatu yang baik dalam hidupku berasal daripada-Nya, apakah yang seharusnya aku perbuat? Memakai semuanya untuk kemuliaan Allah! Kesadaran itu membawa kita bukan hanya ingat akan sumber, tetapi kembali berarah kepada sumber.
Ketika saya berumur 17 tahun, oleh pekerjaan Roh Kudus saya teringat akan cinta kasih Kristus di atas kayu salib. Sekali lagi saya berkata kepada Tuhan, "Di sini hamba-Mu, aku doulos-Mu, aku hamba-Mu, karena aku telah ditebus dengan harga tunai, dengan darah Kristus yang mahal." Dalam Alkitab, Petrus menyebut tentang darah yang sangat bernilai, the precious blood of Christ (1Petrus 1:19). Pertanyaan ini muncuk satu kali saja dalam Alkitab -darah yang amat berharga, darah dari anak Allah sendiri, yang telah menebus saya. Siapakah saya? Saya adalah tebusan Tuhan.
Seorang pendeta yang tua sekali di Tiongkok, dalam khotbahnya 50 tahun lalu berkata demikian, "Sebelum suatu barang saya beli, barang itu milik toko. Setelah saya beli, barang itu milik saya. Mengapa saya membelinya? Karena saya mau mempunyai hak milik atas barang itu." Apa sebabnya saudara ditebus oleh Tuhan? Apa sebabnya saudara dibeli dengan darah yang begitu mahal? Karena Tuhan mau mempergunakan hak milik atas dirimu!
Saudara-saudara, Dia mau memakai saya, Dia mau memakai saudara, dan Dia mau berkata kepada saudara, "Muliakanlah Aku karena darah Anak-Ku yang tunggal. Aku sudah menebus engkau, Aku sudah membeli engkau dan sekarang Aku mau engkau memuliakan Aku." Umat Kristen memiliki agama yang bernyanyi karena ada yang kita puji, yaitu Tuhan penebus kita.
Lagu-lagu yang dikumandangkan dalam pagelaran perdana Jakarta Oratorio Society berbicara tentang Kristus, Kristus, Kristus. Kita diingatkan kembali akan Kristus, domba Allah, yang sudah mati disembelih untuk mengangkut dosa dunia; domba Allah yang membersihkan hati nurani kita masing-masing. Dia patut dipuji dan dimuliakan.
Marilah kita bersama-sama memuji Dia, bersyukur kepada-Nya dengan hati nurani yang bersih. Mari kita kembalikan kemuliaan kepada Tuhan.

Sumber : Majalah MOMENTUM No. 2 - Juli 1987

Diambil dari : http://www.geocities.com/reformed_movement

HIDUP DAN MAKNA HIDUP (Pdt. Sutjipto Subeno)

Hidup dan Makna Hidup
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.


Hidup adalah hal yang diberikan. Tak seorangpun bisa memilih mau hidup atau tidak mau hidup. Ia tidak bisa memilih mau dilahirkan atau tidak dilahirkan, tidak bisa memilih dilahirkan di Indonesia atau di Afrika, tidak bisa memilih lahir di keluarga A atau keluarga B, ataupun tidak bisa memilih dilahirkan di kota atau di hutan. Maka kita harus menyadari di titik pertama, tidak ada kehidupan yang kebetulan. Allah telah memberikan kemungkinan dan kesempatan kita hidup. Pertanyaan berikut, bagaimana kita memandang kehidupan.
Hidup adalah suatu perjalanan. Seluruh ciptaan dicipta oleh pencipta, berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh pencipta, dirancang bangun oleh pencipta berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian dijadikan oleh pencipta menjadi suatu realita sesuai rancangan yang telah dibuat, dan hasil akhir akan kembali untuk pencipta, dipakai sesuai tujuan semula. Bagaimana hidup boleh menggenapkan tujuan penciptaan sesuai kehendak Pencipta?

Sumber : http://ssubeno.blogs.friendster.com/sutjipto_subeno/

Matius 4:1-12 : LIFE AND TEMPTATION-2 (Pdt. Sutjipto Subeno)


Life & Temptation (2)
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 4:1-12


Kita telah memahami bahwa setelah kejatuhan, manusia rentan sekali untuk jatuh dalam pencobaan. Akan tetapi pada mereka yang yang percaya dalam nama-Nya diberikan kuasa (Yoh. 1:12) supaya kita dapat melawan segala godaan iblis, kekuatan melakukan kehendak Allah dan hidup sesuai Firman-Nya. Hati-hati, hari ini orang telah menyelewengkan pengertian kuasa dan menganggap kuasa yang spektakuler itu sebagai kuasa Allah. Kita akan merenungkan ketiga pencobaan yang dialami Tuhan Yesus dan hari ini kita akan merenungkan pencobaan pertama. Pertarungan antara iblis dan Kristus merupakan the ultimate duel; dua kekuatan paling besar di alam semesta saling bertempur. Iblis ingin menggantikan posisi Tuhan Allah. Perhatikan, kekuatan Allah dan iblis bukanlah dua kekuatan berlawanan yang sejajar tetapi dua kekuatan itu sifatnya submissive; Allah berada di pihak yang benar sedang di iblis berada di pihak yang salah. Allah sebagai pemenang, iblis harus kalah dan menyingkir. Dalam pertempuran ultimate ini tidak ada prinsip datasawala magabatanga (filosofi Jawa) yang menyatakan dua kekuatan sama-sama kuat, sama-sama mati. Tidak! Kuasa kebenaran harus menang.
1. Kuasa Firman mampu menghadapi segala pencobaan. Iblis tidak bodoh, ia tahu siapa yang ia hadapi maka siasat ampuh yang sifatnya esensial ia lancarkan untuk menjatuhkan Tuhan Yesus. Namun di luar perhitungannya, Kristus Yesus mempunyai kekuatan kokoh, Ia tidak dapat digoncangkan oleh apapun; tiga siasat yang dilancarkan iblis tidak mampu menjatuhkan-Nya. Hari ini banyak orang ketika berada dalam kesulitan dan tantangan ingin segera keluar dari pencobaan itu – orang berharap ada mujizat. Tidak! Itu bukan cara Allah bekerja. Ketika Tuhan Yesus dicobai, tidak ada mujizat dan Tuhan Yesus juga tidak meminta mujizat. Iblis justru yang menawarkan mujizat yang sifatnya supranatural dan spektakuler sebagai solusi mudah dan cepat, yaitu mengubah batu menjadi roti. Perhatikan, mujizat bukanlah penyelesaian yang diajarkan Kekristenan. Tiga pencobaan berat diselesaikan dengan kebenaran Firman. Inilah prinsip iman Kristen yang diteladankan oleh Kristus. Saat kita berada di titik kritis, Firman itulah memberikan jawab; kuasa Firman yang dahsyat melawan semua godaan iblis. Hati-hati, dengan siasat iblis yang licik, semua solusi yang ditawarkan kelihatan manis di depan tetapi berakhir dengan kebinasaan. Adalah tugas setiap anak Tuhan menyadarkan dunia untuk kembali pada Kebenaran Firman supaya orang tidak terjebak dalam siasat iblis. Menghadapi pencobaan iblis, Tuhan Yesus tidak menjawab dengan ratusan ayat Firman, Dia hanya memakai satu ayat dari satu kitab, yakni Ulangan 6 dan 8. Hal ini seharusnya menyadarkan kita akan kedahsyatan kuasa Firman Tuhan. Sayang banyak orang tidak tahu, kaum Liberal menganggap Firman itu tidak lebih hanya sekedar buku kesaksian, buku sastra atau buku otobiografi. Tidak! Alkitab adalah Firman Tuhan yang diwahyukan pada manusia. Otoritas Alkitab adalah otoritas kebenaran yang tertinggi. Sungguh ironis, hari ini gereja tidak lagi mengakui otoritas Alkitab; Firman Tuhan dianggap tidak berkuasa dibandingkan dengan nubuat-nubuat yang tidak bertanggung jawab bahkan ada gereja memakai ayat Firman sembarangan demi untuk memuaskan egoisme manusia.
Adalah pendapat salah yang menyatakan bahwa Firman itu dikatakan sebagai Firman kalau keluar dari mulut Allah secara langsung (rhema, bahasa Yunani). Tidak! Firman Tuhan (logos, bahasa Yunani) yang tertulis yang hari ini ada bersama kita itu diwahyukan oleh Allah dan itulah Firman. Lihatlah betapa rusak moralitas dan iman orang yang tidak mengakui otoritas Alkitab, orang mudah sekali tergoda masuk dalam godaan akan roti. Kristus memberikan teladan indah pada kita, Ia tidak menyelesaikan tantangan iblis dengan cara supranatural dan Kristus tidak berkompromi dengan iblis. Kristus melawan kuasa kejahatan dengan kuasa Firman. Allah memberikan Firman Tuhan sebagai senjata ampuh untuk melawan iblis karena itu; karena itu, kita membaca dan merenungkannya tiap-tiap hari. Iblis seperti singa yang mengaum-aum yang siap menerkam ketika kita lengah dan pada saat demikian sudah terlambat bagi kita untuk bersiap diri. karena itu, waspada dan siap sedia setiap saat dengan mempersenjatai diri dengan Firman Tuhan, satu-satunya kuasa yang dapat melawan iblis. Seperti ada pepatah Tionghoa “seorang prajurit dipersiapkan 1000 tahun untuk bertempur satu hari. Demikian juga halnya dengan spiritual, kita harus mempunyai kesiapan iman.


2. Otoritas Allah sebagai satu-satunya otoritas tertinggi. Kristus tidak menyangkali bahwa manusia perlu makan (Mat. 4:4) namun ada hal yang lebih penting dari roti, yaitu Firman. Prinsip ini sangat penting dalam menghadapi pencobaan. Kristus mau menegaskan siapa yang berotoritas; who is talking. Kita harus kembali pada true one authority, satu-satunya otoritas sejati, yaitu Tuhan Allah. Kalau kita tidak peka, sepintas tawaran iblis sangat positif dan sangat membangun. Maka tidaklah heran, hari ini banyak orang terjebak karena orang mengerti pencobaan di aspek materi. Letak permasalahannya adalah who is talking? Dalam hal menyediakan makanan dan membuat mujizat yang kelihatan positif, iblis mampu melakukannya namun satu hal yang tidak bisa ia lakukan adalah mengeluarkan Firman Kebenaran sejati. Ingat, manusia harus tunduk pada true one authority, yakni Kristus Yesus, Allah pemilik alam semesta.
Saat ini mungkin kita menghadapi kesulitan, kita di-PHK dari pekerjaan, kita mengalami masalah dalam rumah tangga maka waspadalah, saat itu iblis datang menawarkan jalan keluar yang cepat dan mudah. Pertanyaannya sekarang adalah beranikah kita untuk berkata “tidak“ dan mengusir setan. Allah tidak pernah menawarkan solusi mudah dan cepat, Allah tidak pernah menawarkan kenikmatan; semua harus melewati proses. Setiap orang yang dipakai Tuhan, dipersiapkan puluhan tahun sebelumnya, tidak ada cara instan. Bahkan Tuhan Yesus harus berpuasa 40 hari, masuk padang gurun, dan dicobai demikian juga dengan bangsa Israel harus melewati padang gurun selama 40 tahun sebelum masuk tanah Kanaan. Kristus, Allah pemilik alam semesta pun ketika datang ke dunia tidak dengan cara instan, Ia harus melalui proses seperti layaknya seorang manusia; Ia dikandung selama 9 bulan 10 hari, dilahirkan dan Ia bertumbuh semakin hari semakin bertambah besar. Kristus harus menunggu selama 30 tahun untuk Ia memulai pelayanan. Hari ini, kalau Alkitab ada di tangan kita maka itupun juga melalui proses selama kurang lebih 1500 tahun. Adalah mudah bagi Allah untuk menurunkan Alkitab secara lengkap ke dunia bahkan Allah mampu memberikan Alkitab langsung dalam berbagai bahasa sekaligus tapi Allah tidak lakukan itu, Tuhan memakai orang-orang untuk menuliskan setiap bagian demi bagian; semua harus melalui proses justru hal itu membuktikan Allah itu Allah yang berdaulat. Kalau kita tidak mengerti prinsip bahwa segala sesuatu harus melalui proses – kita mudah sekali masuk dalam jebakan iblis. Bertobat, berhentilah berpikir seperti dunia dan biarkan dirimu diubahkan oleh Kristus.
Biarlah kita peka, dengan akal licik dan siasat iblis; kalau kita tidak hati-hati kita bisa masuk dalam jebakannya karena kita menyangka itu berkat dari Tuhan. Inilah pencobaan. Sebagai anak Tuhan, kita harus tunduk pada satu otoritas, yakni otoritas Allah; kita hanya melakukan melakukan apa yang menjadi perintah Allah saja seperti yang Kristus teladankan. Jangan pernah sekalipun tunduk pada perintah iblis meskipun yang ia katakan terkadang benar, itu merupakan pengkhianatan. Iblis adalah musuh Allah lalu kita sebagai anak Allah ikut pada perintah iblis, berkompromi dengan musuh Bapa kita maka coba bayangkan, bagaimana sikap Tuhan Allah atas sikap kita? Orang yang mengaku sebagai anak Allah tetapi telah berkhianat maka ia tidak layak disebut anak Allah. Perhatikan, pencobaan pertama ini tidak mengandung unsur kesalahan sedikitpun bahkan kelihatan sangat positif tetapi ingat, usulan itu datangnya dari iblis bukan dari Tuhan. Kalau kita mengaku sebagai anak Allah maka kita harus taat pada satu otoritas saja, yakni otoritas Allah dengan demikian kita tidak mudah jatuh pada jebakan iblis yang mengiming-imingi kita dengan kenikmatan semu dan berakhir dengan kebinasaan.


3. Hidup hanya menjalankan Misi Tuhan. Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Tuhan Yesus mau menunjukkan siapa sumber kehidupan sejati. Hidup bukan kita yang menetapkan sendiri tetapi hidup dimulai dari rencana Allah. Tidak ada satu pun dari antara kita yang menetapkan kelahiran kita sendiri, bukan? Hidup kita milik Tuhan; kita ini buatan Allah diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:10). Letak permasalahannya adalah apakah kita mau taat mendengar Firman-Nya dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya saja? Sebagai anak Tuhan sejati, maukah kita bertekad hanya melakukan kehendak Allah dan menuntaskan apa yang menjadi rencana Allah. Iblis sangat pandai mengalihkan apa yang seharusnya menjadi orientasi hidup kita dan Kristus sangat peka dengan akal licik si iblis, Dia tahu kepada siapa Ia harus tunduk dan taat – Kristus mengutamakan apa yang menjadi misi Bapa-Nya. Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa-Ku. Biarlah hari ini kita mengevaluasi diri, apa yang menjadi kehendak Tuhan yang harus kita genapkan dalam hidup kita? Ingat, waktu yang telah lalu tidak akan pernah dapat diulangi lagi. Jadi, jangan sia-siakan hidupmu dengan membuang waktu yang ada untuk segala sesuatu yang sifatnya duniawi belaka. Kebutuhan manusia yang paling mendasar bukanlah semata-mata kebutuhan perut seperti yang diajarkan oleh Abraham Maslow. Firman Tuhan menegaskan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Allah kita bukanlah Allah yang tidak peduli, Allah kita bukanlah Allah yang tidak memelihara. Tidak! Allah punya cara memelihara kita. Kalau kita taat pada apa yang menjadi kehendak Tuhan, misi Tuhan maka Tuhan akan mengatur dan memimpin setiap langkah kita, Dia akan memelihara hidup kita. Ketika kita berada dalam pimpinan Tuhan maka kita mempunyai kekuatan dahsyat untuk melawan iblis; iblis tidak akan menjatuhkan kita.
Pertarungan antara Tuhan Yesus dan iblis merupakan pertarungan ultimat – pertarungan frontal antara dua kekuatan besar, yakni kekuatan Allah dengan kekuatan iblis. Perhatikan, Alkitab tidak banyak berbicara mengenai iblis tapi bukan berarti Alkitab menyangkali akan keberadaan iblis. Tidak! Alkitab mengakui keberadaan dan kehebatan iblis, Alkitab menyatakan siapa si iblis namun Alkitab tidak memberikan porsi besar untuk dituliskan di dalamnya. Banyak orang berbicara tentang iblis dan malah akhirnya iblis yang dipromosikan bukan Tuhannya. Tuhan ingin kita lebih mengenal Dia dan menjadi serupa Dia. Memang kita perlu memahami apa yang menjadi strategi iblis ketika ia mencobai manusia tetapi bukan berarti kita harus mengalihkan perhatian pada dia seluruhnya. Tidak! Tuhan sebagai pusat hidup kita maka kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita hanya kepada Dia semata. Kita akan memahami beberapa aspek yang menjadi strategi iblis supaya kita tidak masuk jebakannya.
1. Grassroot Temptation. Kita menemukan urutan yang berbeda dalam Injil Matius dengan Lukas. Secara kronologi waktu, Injil Lukas lebih tepat sedang Matius mencatat berdasar tematik dengan demikian orang dapat mengerti seluruh rangkaian pencobaan. Namun kedua penulis ini tetap menaruh pencobaan pertama di posisi pertama. Pencobaan pertama ini disebut sebagai grassroot temptation. Dan biasanya, orang mudah sekali masuk dalam pencobaan pertama. Siasat iblis ini sangat ampuh mulai dari Adam hingga sekarang maka siasat yang sama dikenakan pada Tuhan Yesus. Perhatikan, kalimat yang dipakai iblis sangat halus dan tajam; sepertinya tidak mengandung unsur dosa secara duniawi tetapi mengandung esensi dosa. Grassroot temptation ini berkait dengan natur manusia yang selalu ingin diperhatikan. Semakin bermasalah seseorang, semakin tamak, selfish, egois dia. Dan ketika pertolongan itu tidak juga didapatkan, orang mulai menyalahkan Tuhan maka itu berarti siasat iblis telah berhasil. Iblis tahu, lapar merupakan kebutuhan dasar manusia. Perhatikan, tawaran iblis sangat nikmat dan manis; orang yang tidak peka pasti langsung masuk dalam jebakannya. Orang pasti panik ketika ia dihadapkan pada realita kematian akibat kelaparan. Orang tidak lagi berpikir untuk nilai yang agung dan mulia. Hari ini banyak orang yang mau berkorban namun bukan untuk hal yang agung tapi karena mereka berharap mendapatkan keuntungan ganda. Siapa yang mau berkorban demi untuk menyelamatkan orang lain yang berada dalam penderitaan? Hati-hati, ketika kita mulai terpengaruh oleh konsep dunia yang menawarkan ketamakan maka itulah titik untuk iblis masuk menggoda manusia dan pada umumnya manusia jatuh dalam cobaan ini. Biarlah sebagai anak Allah sejati mempunyai jiwa seperti Tuhan Yesus yang rela berkorban demi untuk menjalankan kehendak Tuhan. Tuhan telah mempersiapkan pekerjaan yang baik yang harus kita genapkan; hidup kita bukan hidup yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan egois kita.


2. Sharp Temptation. Iblis sangat cerdik dan licik, ia tahu kapan saat dan posisi yang tepat untuk ia masuk dan menggoda manusia. Iblis mencobai pada saat kita lagi lemah. Iblis datang ketika Tuhan Yesus lapar dan seorang diri di padang gurun dimana tidak ada seorang pun yang dapat menolong-Nya. Suatu kesalahan fatal ketika berada dalam kesulitan, kita justru menjauh dari Tuhan. Banyak hal tidak kita mengerti namun percayalah, Allah tahu semua pergumulan kita, Tuhan memegang tangan kanan kita (Mzm. 73:22). Inilah yang menjadi kekuatan kita menghadapi kesulitan di dunia. Pada saat kita dalam pencobaan, janganlah kita berzinah dengan meninggalkan Tuhan. Pada saat kita lemah maka saat itulah kekuatan Tuhan sempurna. Saat kita berada dalam pergumulan itu waktunya kita untuk berdoa, dekat dengan Tuhan, waktunya kita membaca Firman Tuhan dan berpegang pada tangan Tuhan. Hati-hati, iblis mencobai kita pada saat kita berada dalam titik kritis, kalau kita tidak peka dan tidak mempunyai bijaksana dari Tuhan maka kemungkinan kita akan jatuh. Jangan pikir kita dapat melawan iblis dengan kekuatan dan kepandaian kita. Tidak! Iblis terlalu pandai dan licik untuk dihadapi. Kekuatan kita hanya satu, yakni hanya dalam Tuhan sajalah kita dapat berlindung.


3. Legal Temptation. Orang berpendapat bahwa pencobaan itu haruslah berkait langsung dengan kejahatan. Iblis tidak bodoh karena itu cara yang ia pakai sangat halus sehingga tanpa sadar orang akan jatuh dalam jebakannya. Iblis tidak secara kasar dan gamblang meminta Tuhan Yesus melawan Allah. Demikian juga untuk setiap anak Tuhan yang bertumbuh, cara gamblang sulit menjatuhkan manusia tetapi ingat, iblis akan terus mencari cara untuk menjatuhkan kita. Iblis sengaja memperlihatkan pada pencobaan secara etika, hukum, sosial tidak dapat disalahkan, kalau kita tidak cermat akan akal licik si iblis ini maka kita pasti akan jatuh dalam pencobaan. Hari ini, dunia telah rusak tindakan kriminal seperti mencuri menjadi halal karena alasan lapar. Perhatikan, solusi yang diberikan iblis sangat positif dan tidak merugikan orang lain. Teologi Reformed dengan cermat dan tajam melihat bahwa solusi yang ditawarkan itu tetap salah, kita harus kembali pada Kedaulatan Allah. Dosa jangan dimengerti dan dipandang dari pengertian dunia; kita harus melihat dari Kedaulatan Allah. Dunia berpendapat bahwa orang dicobai karena ia berbuat dosa; dosa disini mempunyai pengertian melanggar hukum. Jangan pikir kalau kita tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melanggar hukum berarti tidak berdosa. Tidak! Alkitab dengan tajam melihat dosa lebih dari perbuatan; dosa adalah fasik dan lalim. Fasik berarti orang tahu Allah tapi tidak merasa perlu menghormati Allah, ungodliness, asebea (bhs. Yunani); lalim adalah orang yang tahu kebenaran tetapi ia tidak perlu merasa taat pada kebenaran, unrighteousness, adekia (bhs. Yunani). Esensi dosa adalah melawan Allah dan kebenaran-Nya. Jadi, segala sesuatu yang positif tetap dosa kalau melawan Allah dan kebenaran-Nya. Biarlah kita peka akan pimpinan Tuhan sehingga kita tidak jatuh dalam pencobaan. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)


Sumber :
Ringkasan Khotbah mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 14 Januari 2007 (http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070114.htm)

Matius 4:1-12 : LIFE AND TEMPTATION-1 (Pdt. Sutjipto Subeno)

Life & Temptation (I)
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 4:1-12


Pendahuluan
Hal tentang pencobaan bukanlah hal yang sederhana yang dapat dianulir sebab pencobaan dapat membinasakan manusia ke dalam kebinasaan kekal. Tentang hal ini telah dituliskan dalam Alkitab karena itu, kita akan merenungkan signifikansi pencobaan ini dari teladan Tuhan Yesus dengan demikian kita tidak mempunyai konsep yang salah tentang pencobaan dan kita tidak jatuh dalam jebakan iblis. Pemazmur mengajak kita melihat suatu pergumulan seorang beriman yang percaya pada Allah Yehovah ketika melihat dan mengintepretasikan realita dunia secara salah maka hal itu hampir saja membuatnya jatuh pada pencobaan. Orang-orang fasik justru hidup nyaman dan nikmat, sehat dan gemuk, segala sesuatu yang dikerjakan selalu berhasil. Tidak sampai disitu, mulut mereka mengumpat Allah, mereka melawan Allah tetapi hidup mereka berlimpah dengan harta benda. Kontras sekali dengan hidup orang percaya yang ingin mempertahankan hidup bersih tetapi hidupnya seperti kena tulah, tiap-tiap hari mengalami kesulitan. Kalau tidak melihat dari sudut pandang Tuhan maka realita dunia itu akan menjadikan kita goyah. Inilah pencobaan.
Mulailah muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: mengapa anak Tuhan tidak dapat hidup nikmat, mengapa orang Kristen selalu tertimpa bencana? Yang sangat disayangkan, gereja pun menjadi goyah, gereja mulai berkompromi dengan dunia. Celaka, kalau kita hanya melihat dan memahami realita dari sudut pandang manusia sebab itu justru membuat kita tergelincir dalam kebinasaan. Maka jangan kaget kalau ada orang Kristen tapi berpikirnya sangat duniawi. Puji Tuhan, pemazmur disadarkan, setelah ia melihat dari sudut pandang Allah, ia dapat melihat bahwa semua yang indah itu hanya fenomena belaka. Tuhan menaruh mereka di tempat-tempat licin, mereka jatuh dan hancur dalam sekejap mata; habis lenyap oleh karena kedahsyatan (Mzm. 73:18-20). Hati-hati kenikmatan sesaat yang ditawarkan oleh iblis, semua itu kelihatan indah secara fenomena tetapi berakhir dengan kebinasaan. Ini pencobaan. Biarlah kita senantiasa melihat realita dari sudut pandang Tuhan sehingga kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan.
1. Pencobaan adalah realita kehidupan
Dunia semakin menuju pada kehancuran. Kita akan menghadapi tantangan besar dan dalam situasi itu, manusia rentan untuk jatuh dalam pencobaan. Memasuki awal tahun 2007 kita dihadapkan dengan situasi mengenaskan. Di tengah-tengah situasi itu, manusia terjebak dalam godaan iblis. Orang yang berada dalam kesulitan, orang tidak dapat berpikir jernih maka saat itu iblis datang menawarkan memberikan solusi yang mudah dan cepat tapi ingat, solusi yang ditawarkan itu membawa kita pada kebinasaan. Itulah sebabnya, kita perlu memahami apa yang disebut sebagai pencobaan. Ingat, iblis tidak pernah menarik orang karena alasan cinta kasih tetapi semua orang mau ikut iblis karena dengan caranya yang licik, ia memberikan racun manis atau janji-janji kosong sehingga orang takluk di bawah kakinya.
Beberapa penafsir menafsirkan bahwa puasa 40 hari 40 malam yang dilakukan Tuhan Yesus di padang gurun itu merupakan gambaran dari perjalanan bangsa Israel sebelum masuk tanah Kanaan yang berjalan selama 40 tahun di padang gurun. Keadaan ini untuk menguji dan membawa seseorang untuk mencapai suatu kualitas yang Tuhan inginkan. Orang seringkali beranggapan bahwa pencobaan Tuhan Yesus itu tidak riil, hanya sebuah figurasi belaka karena Tuhan Yesus adalah Allah maka Ia tidak mungkin akan jatuh dalam pencobaan. Tuhan Yesus adalah Allah (100%) dan manusia (100%). Sebagai manusia sejati, Ia merasa lapar, Ia dikandung dan dilahirkan seperti layaknya manusia lain. Manusia tidak dapat menerima realita ini karena Tuhan Yesus dicobai, Ia menang tapi kita kalah maka jangan kaget kalau muncul pendapat salah bahwa Tuhan Yesus tidak akan jatuh dalam pencobaan karena Ia adalah Allah sedangkan kita hanya manusia sehingga boleh untuk jatuh dalm pencobaan. Pernyataan ini merupakan upaya pembelaan diri yang menunjukkan kegagalan kita dan itu menjadi titik awal kehancuran kita.
Adalah asumsi yang salah, manusia tidak akan jatuh dalam pencobaan kalau ia hidup nyaman; penderitaan merupakan penyebab jatuhnya manusia dalam pencobaan. Tidak! Perhatikan, Adam pertama hidup dalam kenyamanan, segala situasi baik tapi toh ia jatuh dalam dosa. Jelaslah konsep Abraham Maslow salah; kalau semua kebutuhan manusia dipuaskan, itu tidak menjadikan hidup manusia baik. Situasi nyaman itu membuat Adam lengah, ia tidak mempunyai persiapan cukup untuk menghadapi kemungkinan akan pencobaan. Tuhan Yesus berada dalam situasi yang sangat berat tetapi Dia menang atas pencobaan.
Sebelum memulai pelayanan, Kristus dibawa masuk oleh Roh Allah ke padang gurun demikian juga dengan kita, sebelum masuk dalam kehidupan riil dan mencapai suatu kualitas yang baik maka orang harus masuk dalam pengujian terlebih dahulu. Orang yang sepanjang hidupnya nyaman terus tanpa pernah mengalami suatu kesulitan maka dapatlah dikatakan hidup itu tidak ada berharga. Lalu apa bedanya manusia dengan binatang? Binatang hidup nyaman, dipelihara dengan baik tapi berakhir di penyembelihan. Socrates menyadari bahwa unexcitement live unworth living, hidup yang tidak lewat pengujian tidak layak untuk dihidupi. Kehidupan yang Tuhan inginkan kehidupan yang harus melewati berbagai-bagai ujian dan kita menang. Inilah yang dinamakan kesuksesan hidup. Terkadang, Tuhan memang membiarkan kita hidup dalam kesulitan dan tantangan dan dalam keadaan demikian, Tuhan ingin kita melewati satu per satu dan menang. Dan inilah yang dikerjakan oleh Kristus, Adam kedua. Kristus menghadapi banyak tantangan dan kesulitan dan Ia pun keluar sebagai pemenang. Allah telah menyediakan kemuliaan bagi-Nya dan kemuliaan itu memang layak diberikan kepada Dia.
Yang menjadi pertanyaan adalah di tengah dunia ini, ketika kita menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan, seberapa jauhkah mata kita melihat dengan tepat sehingga kita tidak terjebak dalam interpretasi yang salah tetapi sebaliknya kita melihat kesulitan itu sebagai ujian. Kalau Tuhan membiarkan kita melewati berbagai kesulitan itu demi untuk kebaikan kita, yakni supaya kita mencapai suatu kualitas hidup dan kesuksesan sejati. Kristus sebelum mencapai kemenangan dan kemuliaan maka Ia harus memulai dari padang gurun untuk dicobai oleh iblis. Kalau kita mengerti akan konsep ini maka kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh permainan dunia.

2. Allah tidak mencobai dan tidak dapat dicobai
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis (Mat. 4:1). Jelas bahwa yang mencobai Tuhan Yesus itu iblis bukan Allah. Jadi, kalau kita jatuh dalam pencobaan dan seandainya hancur pun karena pencobaan maka jangan salahkan Tuhan. Tuhan tidak pernah mencobai siapapun dan Dia tidak pernah dicobai oleh siapapun (Yak. 1:13). Natur Allah yang suci, benar, adil dan mulia tidak dapat mencobai karena itu sama dengan melawan natur Allah. Allah berdaulat sehingga tidak ada siapapun dapat menggoyahkan-Nya. Pencobaan itu dari iblis tetapi celakanya, orang tidak menyadarinya dan andai tahu pun, orang tidak berani mengakui kalau pencobaan itu dari iblis tetapi ironisnya, orang mudah sekali menyalahkan Tuhan. Karena itu, waspadalah, seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya (2Pet. 5:8). Pertanyaannya adalah sampai sejauh manakah kita sadar dan peka akan godaan iblis?
Pola permainan iblis dari dulu hingga hari ini tidak berubah, ia datang pada saat orang tertekan dengan menawarkan solusi mudah dan cepat. Jangan pernah coba satu kalipun bermain dengan kuasa setan sebab sekali terjebak selamanya kita akan menjadi budak iblis. Ayub dicobai iblis tetapi iblis yang licik memutarbalikkannya seolah-olah pencobaan itu datangnya dari Tuhan. Allah adalah Allah yang berdaulat namun perhatikan, kalau Allah berdaulat maka bukan berarti iblis tidak ada. Tidak! Terkadang, Allah membiarkan kita sendiri dan hati-hati saat itu, iblis datang mencobai kita. Dalam kedaulatan-Nya, Allah membiarkan kita dicobai tetapi keadaan itu tidak selamanya sebab akan tiba saatnya, iblis dihancurkan dalam kebinasaan kekal. Jangan pernah berpikir bahwa solusi mudah dan cepat datangnya dari Tuhan. Tidak! Cara Tuhan bekerja tidak semudah dan sesederhana itu. Orang Kristen bukan diajar untuk lari dari pencobaan; Tuhan ingin supaya kita menghadapi dan melawan iblis dan keluar sebagai pemenang. Hati-hati cara iblis sangat halus ketika menggoda manusia bahkan sedemikian halusnya kita tidak menyadarinya. Orang yang terjebak dalam narkoba tidak terjadi secara langsung tetapi biasanya, dimulai dari hal yang kecil dulu seperti, merokok. Demikian pula dengan kerusakan moral yang lain bukan terjadi secara langsung tetapi sebagian besar mulai dari hal yang kecil dulu. Hati-hati, iblis juga memakai orang Kristen untuk menjatuhkan orang Kristen dengan memutarbalikkan kebenaran Firman.

3. Kuasa menjadi Anak Allah
Tuhan tidak mencobai manusia akan tetapi bukan berarti Tuhan tidak peduli ketika kita berada dalam pencobaan. Allah memberikan kekuatan yang cukup untuk anak-anak-Nya untuk melawan iblis. Tuhan memberikan kuasa hanya pada mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Pencobaan yang kita hadapi itu adalah pencobaan biasa yang tidak akan melebihi kekuatan kita (1Kor. 10:13). Kebenaran Firman ini telah diputarbalikkan oleh third wave movement yang berkembang pesat hari ini, kuasa itu diselewengkan sebagai kuasa kesembuhan, kuasa mengusir setan, kuasa mujizat seolah-olah dengan kuasa itu menjadikan dia nampak hebat secara fenomena tetapi moralitasnya rusak. Kuasa yang diberikan adalah kuasa menjaga kesucian, kuasa untuk hidup benar, kuasa untuk kita menang menghadapi godaan iblis sehingga kita tidak jatuh dalam pencobaan. Dunia sangat memahami konsep bahwa seorang anak yang baik tidak mempermalukan nama orang tuanya. Sebagai anak Allah, kita harus hidup mempermuliakan nama-Nya. Orang yang mengaku anak Allah tetapi hidup moralnya rusak dan mempermalukan nama Allah maka ia tidak layak disebut sebagai anak Allah. Dan Allah sudah memberikan kelengkapan cukup pada kita sehingga kita dapat melawan iblis. Jangan mengandalkan kekuatan dari luar. Letak permasalahannya adalah apakah kita mau melawan iblis dan keluar sebagai seorang pemenang? Seorang anak Tuhan sejati seharusnya mempunyai jiwa yang senantiasa selalu ingin menyenangkan hati Tuhan seperti yang dicetuskan oleh para tokoh reformasi. Marthin Luther memahami bahwa hanya dibenarkan oleh imanlah manusia yang lemah menjadi kuat. Allah ingin kita menjadi penakluk dan menang. Jangan salahkan lingkungan external kalau kita jatuh dalam pencobaan karena penyebab utama berasal dari dalam diri. Ketika Tuhan Yesus dicobai, keadaan juga tidak mendukung; Ia dalam keadaan lapar, setelah berpuasa 40 hari 40 malam, di padang gurun seorang diri, tidak ada orang yang dapat menolong Dia namun Dia menang.

Ada 6 aspek yang perlu kita waspadai supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan, yakni:
1. Tidak sabar. Adalah natur manusia berdosa selalu ingin serba cepat. Banyak orang setelah dibaptis atau lulus pendidikan theologia langsung ingin segera melayani namun biarlah kita meneladani Tuhan Yesus, kejadian spektakuler terjadi setelah ia selesai dibaptis (Mat. 5.13-17) seharusnya Ia layak untuk langsung namun Roh memimpin-Nya masuk ke padang gurun untuk berpuasa 40 hari 40 malam. Hal ini penting untuk pertumbuhan iman. Bersabar tidaklah mudah, dibutuhkan kekuatan lebih untuk kita dapat menahan diri. Biarlah kita senantiasa memohon pimpinan dan hikmat Tuhan sebelum mengambil suatu keputusan sebab sekali kita salah maka akibatnya akan celaka.
2. Tidak mau susah. Perhatikan, tidak ada sesuatu yang bermutu dan berkualitas didapat dengan cara mudah. Untuk sebuah emas murni harus melewati berbagai ujian. Berbeda halnya dengan iblis yang selalu menawarkan segala sesuatu yang berkualitas rendah, ia membawa kita pada suatu keadaan yang kelihatan nikmat secara fenomena tetapi berujung pada kebinasaan kekal. Tuhan ingin menjadikan kita seperti emas murni. Seorang anak yang takut jatuh ketika pertama kali belajar jalan maka selamanya ia tidak akan dapat berjalan dan bertumbuh. Karena itu, para orang tua jangan cabut hak anakmu untuk dia bergumul dan belajar dalam kesulitan.
3. Nafsu. Tuhan Yesus menegaskan syarat mutlak menjadi murid-Nya adalah menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Menyangkal diri berarti berkata “tidak“ untuk apa yang menjadi keinginan diri. Orang yang dipacu oleh ambisi pribadi biasanya tidak peduli dengan nasehat orang lain dan itu menjadi titik kehancurannya. Saat itu iblis mulai masuk, ia akan memberikan apapun yang menjadi keinginan nafsu kita. Jangan terjebak, semua itu semu dan berakhir dengan kebinasaan.
4. Sombong. Kalau kita mengatakan realita yang ada pada diri kita maka itu bukan sombong tetapi orang lain menganggap sombong, itu karena iri hati. Paulus sendiripun mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ahli bangunan yang cakap, ia membangun secara spiritual dan itu bukan sombong karena faktanya demikian. Sombong dibedakan dua, yakni aktif dan pasif. Sombong aktif adalah terang-terangan mengatakan diri hebat padahal tidak. Sombong pasif adalah orang mengaku tidak bisa apa-apa padahal seungguhnya, ia mempunyai kehebatan lebih. Hati-hati, itu bukan rendah hati karena ia menunggu orang untuk mengangkat dia. Orang timur cenderung sombong pasif, sombong yang secara tidak langsung. Manusia ingin seperti Tuhan, ia ingin keluar dari natur aslinya. Cara ini dipakai iblis untuk menjatuhkan manusia. Ingat, kesombongan membawa kita pada kematian.
5. Tamak, berarti ingin mendapatkan lebih dari yang seharusnya. Binatang kalau sudah kenyang ia tidak akan memangsa hewan lain yang lewat di depannya. Manusia lebih dari binatang, apapun yang ada di depan mata selalu ingin dimakannya. Jangan pikir semua pemberian itu asalnya dari Tuhan. Iblis juga bisa memberikannya. Semua hal yang sifatnya pemuas ketamakan pasti dari iblis. Tuhan memberikan pada kita makanan yang secukupnya. Ingat, pemberian iblis tidak pernah gratis, ia selalu menuntut balas. Untuk mengatasai ketamakan adalah dengan berani memberi. Dalam kehidupan iman kita, seberapa jauhkah kita mempunyai keberanian untuk memberi? Perhatikan, orang yang tamak akan mati dalam ketamakannya sendiri.
6. Iri hati, timbul ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Iri hati dapat merusak relasi manusia, iri hati membuat orang ingin menghancurkan orang lain. Perhatikan, Tuhan tidak membedakan manusia, Tuhan memperlakukan secara pribadi dan setiap orang diberikan talenta berbeda dan Tuhan menuntut kita kerja secara maksimum. Mereka yang diberi 5 talenta harus mengembalikan 5 demikian juga dengan mereka yang diberikan 2 talenta, ia harus mengembalikan 2. Jangan pikir orang yang punya 5 talenta dan menghasilkan 4 talenta berarti ia hebat kalau dibandingkan dengan 2. Tidak! Jangan lengah, dengan akal licik si iblis. Biarlah kita dipakai menjadi berkat. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :
Ringkasan Khotbah mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 7 Januari 2007 (http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070107.htm)