31 March 2007

Matius 1:1 : THE KINGDOM


Ringkasan Khotbah : 18 Januari २००४

The Kingdom
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 1:1

Banyak orang yang memperdebatkan injil Matius ataukah injil Markus yang terletak pada bagian pertama dari kitab Perjanjian Baru. Higher Criticism tidak percaya Alkitab adalah Firman Tuhan sehingga muncullah berbagai isu tentang kitab-kitab dalam Alkitab, seperti sumber penulisan Matius diambil dari injil Markus yang isinya lebih pendek. Mereka juga berpendapat bahwa tulisan Matius dan Markus diambil dari sumber Quele, yakni sumber yang diambil secara lisan, tradisi, budaya, dll. Alasan itulah yang meyakinkan mereka kalau Markus seharusnya diletakkan di urutan pertama sedang Matius di urutan kedua dalam PB. Namun mereka yang tetap setia dan berpegang pada Firman justru berpendapat lain yakni Matius atau Lewi, seorang pemungut cukai memperoleh anugerah menjadi murid Tuhan Yesus dan hidup bersama-sama denganNya selama kurang lebih tiga tahun maka tidak menutup kemungkinan kalau Matius mendapat informasi dari orang lain akan tetapi injil Matius tidak harus bergantung dari injil yang lain.
Banyak terjadi kesimpang siuran apakah Markus ditulis terlebih dahulu dari Matius atau sebaliknya tetapi menurut penafsiran perbedaan kedua injil tersebut ditulis tidak terlalu jauh yaitu sekitar tahun ah Tuhan Yesus naik ke surga। Pada saat itu konsep pengenalan orang terhadap Kristus sudah mulai beragam sehingga Matius merasa perlu untuk mengembalikan tatanan tersebut. Tulisan Matius ditujukan untuk orang Yahudi sedang injil Markus untuk orang non Yahudi itulah sebabnya kata-kata yang sensitif bagi orang Yahudi seperti kata “Allah“ ditulisnya dengan bebas. Berbeda dengan Matius yang mengganti kerajaan “Allah“ dengan kerajaan “Surga“. Bagi orang Yahudi, surga sudah berkonotasi tentang Allah; mereka tidak mau menyebut kata “Allah“ karena mereka takut melanggar hukum Taurat yang berbunyi “jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan...“ (Kel. 20:7). Matius juga merasa tidak perlu menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan tradisi orang Yahudi karena dia beranggapan pembacanya adalah orang Yahudi berbeda dengan Markus yang menjelaskan secara terinci mengenai tradisi Yahudi karena para pembacanya kebanyakan bukan dari kalangan Yahudi.

Kekristenan pertama kali berkembang di Israel di antara orang Yahudi sehingga dapatlah disimpulkan injil Matius ditulis terlebih dahulu dari Markus. Setelah perjalanan Paulus keluar barulah kekristenan menyentuh orang-orang non Yahudi, yaitu sekitar tahun 50-an menjelang sidang raya di Yerusalem. Adalah salah jikalau ada pendapat yang mengatakan injil tidak perlu ada empat dan mempertanyakan kenapa isi keempat injil tersebut berbeda. Justru sebaliknya kalau sama lalu kenapa injil ada empat? Untuk menyoroti pribadi atau otobiografi Kristus tidak cukup hanya satu orang saja. Bahkan empat pandangan mengenai Kristus tersebut sangatlah terbatas. Injil adalah sebuah biografi maka semua peristiwa harus berpusat dan berkait pada tokoh biografi tersebut. Keempat injil dalam Alkitab menyoroti Kristus sebagai pusat, melihat bagaimana Kristus hidup dan berkarya di tengah dunia dimana setiap injil mempunyai keunikan tersendiri yang berbeda dan saling melengkapi tetapi tetap berpusat pada Kristus.
Keunikan injil Matius berbicara tentang kerajaan surga, the true Kingdom berkaitan dengan seluruh sejarah yang sedang dipergumulkan oleh bangsa Israel. Bangsa Yahudi sangat mengerti dengan istilah kerajaan surga meskipun pengertiannya salah. Kalimat pertama dari injil Matius sangat signifikan karena menentukan isi keseluruhan tulisannya, yaitu tentang hal “Kerajaan Surga“. Di sepanjang injil Matius kita akan menjumpai banyak istilah “kerajaan“ mulai dari pasal 3 s/d 26. Hanya tiga pasal, yakni di pasal 14, 15 dan 17 istilah “kerajaan“ hilang meskipun konsepnya sama. Matius menulis silsilah Yesus yakni Kristus atau sama dengan Mesias, anak Daud, anak Abraham menjadi inti iman Kristen.
I. “Yesus Kristus“
Kedatangan Mesias, Raja yang akan memerintah sangatlah diharapkan bangsa Israel hingga kini. Kalimat pembuka injil Matius berbicara mengenai konsep anak Daud, raja yang dijanjikan dan di akhir tulisannya berbicara tentang kerajaan Allah yang bersifat am dan semesta dimana kuasa di surga dan di bumi ada di tanganNya (Mat. 28:18-20). Istilah kerajaan muncul sebanyak 162 kali di seluruh kitab PB dan khusus di injil Matius istilah kerajaan muncul sebanyak 55 kali berarti 1/3 dari keseluruhan. Matius banyak berbicara mengenai hal kerajaan surga karena ia ingin menyampaikan berita bahwa kehadiran Kristus adalah untuk menggenapkan kerajaan surga di dunia.
Berita pertama ketika Kristus melayani, yaitu “Bertobatlah karena kerajaan surga sudah datang.“ Matius ingin mengajak seluruh pembaca masuk ke dalam tema yang sentral. Kerajaan surga yang sejati yaitu kerajaan yang teokrasi dengan Kristus yang menjadi raja atas umatNya; Dia yang akan memimpin umatNya, memelihara umatNya dan Ia hanya menginginkan agar umatNya taat akan semua perintahNya. Tuhan adalah raja yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu. Berbeda dengan konsep ilah yang ada pada diri manusia, yakni hanya terbatas pada satu tempat tertentu. Allah ingin agar kita menjadikanNya Raja di atas segala raja dalam hidup kita, God is our King.
Allah tahu setiap penderitaan yang dirasakan oleh umatNya di Mesir. Memang terkadang sepertinya Tuhan membiarkan kita di dalam penderitaan tapi di balik penderitaan itu percayalah ada rencana indah yang Tuhan persiapkan. Karena Dia Raja maka Dia berhak melakukan semuanya itu tapi bukan berarti Tuhan diam dan membiarkan umatNya berada dalam penderitaan. Tidak! Allah tetap memperhatikan umatNya; Ia membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Firaun merasa diri kuat dan berkuasa akan tetapi kuasa kedaulatan Tuhan lebih besar dari kuasa manapun dan siapapun. Tuhan memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian yang penuh melimpah dengan susu dan madu dengan cara yang ajaib seperti mujizat manna, laut terbelah dua, dll. Ironisnya, mujizat tersebut tidak membuat mereka berterima kasih; mereka justru protes dan berkeluh kesah.
Itulah sifat manusia berdosa yang tidak percaya pada pemeliharaan Tuhan yang maha Agung; Tuhan telah mengatur segala sesuatunya cukup bagi kita, tidak kekurangan ataupun kelebihan. Manusialah yang serakah selalu merasa kurang. Bangsa Israel adalah bangsa yang bebal dan tegar tengkuk, padahal Tuhan Raja Semesta Alam sendiri yang memimpin mereka keluar namun mereka justru menginginkan raja dunia. Secara logika, raja dunia tidak lebih baik; bukankah raja-raja di dunia justru sangat menyengsarakan rakyat? Alasan yang paling rasionalpun tidak dapat mereka mengerti. Itulah sebabnya Matius ingin agar umat Tuhan kembali pada Kerajaan sejati yang dipimpin oleh Raja yang sejati.
II. “Anak Daud“
Matius menuliskan silsilah Yesus Kristus sebagai anak Daud untuk mengingatkan kembali kerajaan Mesianic yang ingin Allah genapkan, Mesias yang lahir dari keturunan Daud। Yang menjadi pertanyaan kenapa harus Daud dan bukan Saul, Salomo atau raja yang lain? Daud merupakan raja yang diperkenan Allah padahal kalau kita perhatikan secara humanistik seharusnya Salomo dan Saul lebih baik. Secara manusiawi, kerajaan Salomo lebih besar dan jaya, dia mempunyai kepandaian dan bijaksana yang tidak dimiliki raja lain. Pada jaman pemerintahannya tidak ada peperangan dan rakyat hidup sejahtera bahkan Tuhan memilih Salomo untuk mendirikan Bait Allah. Manusia melihatnya sebagai raja yang baik tetapi Tuhan tidak melihatnya demikian. Sejarah membuktikan, kehancuran Israel dimulai setelah pemerintahan Salomo karena dia gagal mendidik anak-anaknya takut akan Tuhan.

Begitu juga kalau dibandingkan dengan Saul, kepemimpinannya masih lebih baik dibandingkan dengan Daud. Sejarah menunjukkan Saul tidak pernah berbuat salah ketika memimpin, ia selalu menang dalam peperangan dan ia sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Bahkan dia lebih memilih tidak mematuhi perintah Tuhan demi untuk mendapatkan simpati dari rakyat ketika Tuhan memerintahkan agar seluruh harta, binatang dan segala bentuk materi apapun untuk dimusnahkan. Kesalahan fatal yang dibuat Saul yaitu dia telah menganggap remeh perintah Tuhan dan ia mengambil alih semua perintah Tuhan.
Bagaimana dengan Daud? Di masa pemerintahannya banyak terjadi peperangan, bahkan dengan akal liciknya dia mengatur siasat demi untuk mendapatkan seorang wanita, istri panglimanya. Secara manusia kita menilai Daud memiliki moral yang rusak, bukan? Akan tetapi cara berpikir manusia berbeda dengan Tuhan. Daud adalah seorang yang sangat mengasihi Tuhan bahkan dia rela mengorbankan apapun juga demi untuk Tuhan. Ingat, bukan berarti kita boleh melakukan kejahatan asal berkenan pada Tuhan. Tidak! Karena Tuhan setia dan adil; Dia setia mengampuni dosa tetapi Dia akan menghukum setiap perbuatan yang kita lakukan. Tuhan menghukum Daud atas perbuatannya.
Inilah konsep Mesianis yang Tuhan inginkan agar kita mengutamakan Dia sebagai Raja dalam hidup kita। Sebagai seorang raja, Daud sangat memahami bahwa ada Raja sejati, Raja di atas segala raja. Hal ini sangat dipahami oleh Matius itulah sebabnya dia menuliskan silsilah Yesus sebagai anak Daud. Bagaimana dengan hidup kita? Di tengah tantangan dunia yang menghimpit sudahkah anda mengutamakan Kristus sebagai yang terutama dalam hidup kita? Janganlah kamu kuatir tetapi bersandarlah padaNya, Tuhan pasti memelihara hidup kita, Dia adalah Mesias, Raja di atas segala raja.

III. “Anak Abraham“
Merupakan kebanggaan orang Israel kalau mereka disebut sebagai keturunan Abraham karena dari sinilah pengertian mereka sebagai umat pilihan dicerahkan। Konsep predestinasi, Allah memilih umatNya muncul dalam diri Abraham. Mulai dari Abraham inilah berdiri bangsa Israel; Abraham menyadari anugerah Tuhan ini sehingga ia taat dan ketika Tuhan memerintahkannya untuk meninggalkan tanah kelahirannya menuju tanah perjanjian. Abraham percaya mutlak pada janji Tuhan itulah sebabnya Abraham disebut sebagai Bapa orang beriman. Ironisnya, hari ini banyak orang yang lebih percaya janji manusia meski selalu ingkar daripada janji Tuhan yang pasti dan amin.

Bangsa Israel tidak menghargai anugerah Tuhan yang telah menjadikan mereka sebagai umat pilihan। Bangsa Israel tidak mau dipimpin oleh Raja sejati, mereka hanya membutuhkan Tuhan ketika mereka sedang dalam kesulitan saja. Akibatnya Tuhan menghentikan perjanjianNya dengan Abraham dan sebagai gantinya Dia memindahkannya pada orang-orang yang mau kembali pada kerajaan yang sejati. Bangsa Israel seharusnya belajar dari iman Abraham yang percaya mutlak pada kedaulatan Tuhan. Iman Abraham diuji ketika dia harus mengorbankan satu-satunya keturunan, anak yang dijanjikan Tuhan. Sebab Abraham tahu, Allah yang berdaulat tidak pernah ingkar janji maka kalaupun ia meminta Ishak untuk dikorbankan pastilah ia akan membangkitkannya kembali.

Kalau Abraham percaya penuh janji Tuhan lalu bagaimana dengan saudara? Janganlah mudah digiurkan oleh semua janji-janji manis yang ditawarkan dunia tapi percayalah dan bersandarlah hanya pada Tuhan। Sebab Dia tidak pernah lupa janjiNya dan hal ini telah teruji (Mat 1:17). Matius ingin menunjukkan satu hal bahwa Tuhan berkuasa atas sejarah. Ingat, Tuhan bukanlah budak kita karena itu jangan mempermainkan Tuhan demi untuk kepentingan dirimu sendiri. Sebagai seorang warga kerajaan surga hendaklah kita taat dipimpin oleh Kristus yang adalah Raja di atas segala raja. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Roma 1:9-13 : HAMBA KRISTUS : KEHENDAK YANG DIKUDUSKAN

Seri Eksposisi Surat Roma :
Hamba Kristus dan Fokus Injil-3


Hamba Kristus : Kehendak yang Dikuduskan


oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 1:9-13

Pada ayat 9, Rasul Paulus menunjukkan kasihnya kepada para jemaat di Roma dengan berkata, “Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu:” Prof। J. Knox Chamblin, Th.D. di dalam bukunya Paulus dan Diri pada halaman 3 mengungkapkan, “Paulus menulis sebagai pribadi yang utuh, di mana pemikiran, perasaan, dan kehendaknya secara konstan saling berinteraksi saat ia menulis.” (Chamblin, 2006, halaman 3) Di dalam ayat ini saja, kita menemukan suatu emosi/perasaan kasih dari Rasul Paulus yang terus mendoakan para jemaat di Roma. Paulus tahu kehidupan di Roma yang begitu sulit, sehingga ia terus mendoakan mereka. Doa adalah suatu hal yang penting dan merupakan suatu komunikasi kita sebagai anak-anak-Nya dengan Allah. Doa juga merupakan suatu ekspresi cinta kasih kita kepada seseorang yang kita kasihi dengan mengingat dan membawa mereka di dalam doa kepada Allah, sama seperti di dalam suatu komunikasi antara kita dan teman kita, kalau kita benar-benar mengasihi pasangan kita, maka kita berusaha mengingatnya dan menceritakannya kepada teman kita agar teman kita boleh mengetahuinya. Demikian pula dengan doa, kita sebagai anak-anak-Nya perlu memperhatikan orang lain yang kita kasihi dan kita perlu membawanya di dalam doa. Itu merupakan suatu bukti kepedulian kita terhadap sesama anak Tuhan. Apa yang Paulus telah lakukan yaitu dengan mendoakan para jemaat di Roma sebagai wujud kasihnya, seharusnya kita teladani dengan mendoakan mereka yang berada di dalam kesulitan khususnya anak-anak Tuhan di negara-negara yang melarang pemberitaan Injil dan berdirinya gereja. Mereka berjuang sekeras dan segiat mungkin agar dapat terus setia mengikut Kristus, dan ini harus kita doakan terus-menerus. Inilah bukti bahwa kita tidak menjadi orang Kristen yang egois yang terus memikirkan kepentingan kita sendiri di dalam doa. Di dalam doa, seringkali orang Kristen memuaskan keinginan pribadi mereka, misalnya minta kaya, minta pasangan hidup, minta pekerjaan, dll, bukan berarti semua itu tidak boleh, tetapi jika kita terus mengkhususkan doa untuk hal-hal pribadi kita sendiri, maka kita adalah orang Kristen yang egois. Biasakanlah di dalam doa, kita pertama kali mengingat kepentingan orang lain yang lebih buruk dan susah daripada kita, bahkan kalau perlu pertama kali kita mendoakan para misionaris dan hamba Tuhan yang setia mengabarkan Injil di daerah-daerah yang sulit dan keras. Ini namanya doa syafaat, dan orang Kristen yang terus berdoa syafaat adalah orang Kristen dan hamba-hamba-Nya yang setia. Hamba Tuhan yang setia bukan diukur dari berapa hebatnya dia berkhotbah, melayani, dll, tetapi diukur dari kepedulian mereka dengan jiwa-jiwa yang tersesat dan anak-anak Tuhan lainnya yang berada di dalam kondisi kesulitan (entah itu sakit, bangkrut, dll) dengan mendoakan mereka.

Paulus bukan hanya terus mendoakan mereka, tetapi ia juga menasehati mereka untuk terus berdoa। Di dalam Roma 12:12, Paulus berkata, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Di dalam penderitaan, doa merupakan suatu wadah kita berkomunikasi dengan Allah dan meminta-Nya untuk terus-menerus menguatkan kita dalam menghadapi berbagai macam kesulitan yang kita hadapi. Di dalam kesulitan yang para jemaat Roma alami, Paulus menghibur mereka di dalam ayat ini dengan tiga hal, yaitu : bersukacita di dalam pengharapan, sabar di dalam kesesakan dan bertekun di dalam doa. Doa tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tanpa doa, kita tidak mungkin sanggup kuat dan tahan menghadapi penderitaan. Kedua hal pertama yang Paulus utarakan di dalam Roma 12:12 jika tidak disertai dengan pernyataan, “bertekunlah dalam doa !” adalah suatu pernyataan yang sia-sia, karena bersukacita di dalam pengharapan dan sabar di dalam kesesakan tidak berguna tanpa ada penyerahan total kepada kehendak-Nya di dalam doa. Mayoritas, doa dikaitkan dengan bersukacita, sebagaimana di dalam 1 Tesalonika 5:16-17, Paulus menggabungkan antara “Bersukacitalah senantiasa.” dan “Tetaplah berdoa. (King James Version menerjemahkannya Pray without ceasing.=Berdoa tanpa henti.)” Sukacita tanpa doa adalah sukacita palsu/fenomenal dan cenderung lupa diri, karena sukacita sejati adalah sukacita di dalam Tuhan dan itu selalu berkait dengan penyerahan diri secara total kepada Allah di dalam doa. Di dalam doa, ada unsur sukacita, sebaliknya di dalam sukacita, ada unsur doa.

Doa inilah yang Paulus nyatakan dengan sukacita dan rasa cinta kasihnya di dalam ayat 10, “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu।” Kalau di ayat 9, muncul perasaan kasih dari Paulus, maka di ayat 10, muncullah kehendak Paulus yang ingin mengunjungi jemaat di Roma. Sungguh menarik, Paulus bukan hanya mengaitkan konsep doa dengan rasa kasihnya, tetapi juga mengaitkan doa dengan kehendak Allah. Doa yang beres bukan hanya sekedar ekspresi cinta kasih manusia, tetapi juga harus disinkronkan dengan cinta kasih versi Allah. Caranya adalah mempersilahkan Allah menunjukkan kehendak-Nya melalui jawaban doa kita. Paulus tahu benar siapa dirinya di hadapan-Nya, sehingga ketika ia berdoa, ia tahu di mana letak kedaulatan kehendak-Nya, sehingga segala sesuatu harus diserahkan kepada kehendak-Nya. Kalau kita mengingini sesuatu, biarlah kita berdoa terlebih dahulu kepada Allah untuk mensinkronkan kehendak kita apakah sesuai dengan kehendak-Nya yang kudus dan kekal. Marilah kita membiasakan diri mengutamakan kehendak Allah bukan kehendak pribadi, seperti Paulus yang tetap menyerahkan kehendak pribadinya untuk mengunjungi jemaat di Roma kepada kehendak Allah. Apa yang menjadi kehendak pribadi Paulus ?

Di ayat 11, Paulus mengungkapkannya, “Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu,” Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “Sebab saya ingin sekali bertemu dengan kalian supaya saya dapat membagi denganmu karunia dari Roh Allah untuk menguatkan kalian.” Bukan tanpa alasan Paulus ingin mengunjungi jemaat di Roma, tetapi ia ingin membagikan karunia Roh Allah kepada mereka untuk menguatkan mereka. Kepedulian Paulus bukan hanya diukur dari tindakan mendoakan para jemaat di Roma, tetapi juga keinginannya juga untuk mengunjungi mereka dan menguatkan mereka melalui pemberian karunia dari Roh Allah. Apa sajakah wujud karunia Roh Allah ini ? 1 Korintus 12 memberikan daftarnya, marilah kita menelusuri satu per satu dengan teliti.
1. Karunia pelayanan (ayat 5)
2. Karunia berkata-kata dengan hikmat (ayat 8 ; BIS, “kesanggupan untuk berbicara dengan wibawa”)
3. Karunia berkata-kata dengan pengetahuan (ayat 8 ; BIS, “kesanggupan untuk menjelaskan tentang Allah.”)
4. Karunia iman (ayat 9 ; BIS, “kemampuan yang luar biasa untuk percaya kepada Kristus ; ”)
5. Karunia menyembuhkan (ayat 9)
6. Karunia mengadakan mujizat (ayat 10)
7. Karunia bernubuat (ayat 10 ; BIS, “karunia untuk memberitahukan rencana-rencana Allah.”)
8. Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (ayat 10 ; BIS, “kesanggupan untuk membeda-bedakan mana karunia yang dari Roh Allah dan mana yang bukan.”)
9. Karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (ayat 10)
10. Karunia untuk menafsirkan bahasa roh (ayat 10)

Tiga prinsip penting berbagai macam karunia Roh Allah ini adalah pertama, berlaku hanya bagi umat pilihan-Nya, yaitu memuliakan Kristus (“Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.”—1 Korintus 12:3), kedua, sumber dari segala macam karunia rohani adalah dari Roh Kudus (“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.”—1 Korintus 12:4) dan ketiga, dipergunakan untuk saling memperlengkapi bagian-bagian di dalam satu tubuh Kristus (“Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”—ayat 7).
Dengan jelas, yang dimaksudkan oleh Paulus dengan karunia rohani di ayat 11 pasti berkaitan dengan karunia untuk kepentingan jemaat/bersama di dalam pembangunan tubuh Kristus. Karunia Allah bukan dimonopoli hanya untuk para hamba Tuhan, tetapi juga untuk semua anak Allah. Karunia tetap adalah karunia yang sama dengan anugerah, sesuatu yang berharga yang diberikan dari pribadi kepada pribadi yang tidak layak menerimanya. Demikian halnya dengan karunia/anugerah Allah diberikan oleh Allah kepada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Tetapi herannya, di zaman postmodern, banyak orang “Kristen” menganggap anugerah Allah bisa dimanipulasi dan dituntut seolah-olah mereka adalah orang-orang yang layak dan “harus” mendapatkan anugerah Allah khususnya berbahasa lidah/roh, padahal di dalam di dalam 1 Korintus 12, karunia berbahasa lidah/roh adalah salah satu dari 10 daftar karunia Roh Allah (bukan satu-satunya), bahkan diletakkan pada urutan kesembilan (paling tidak penting). Lalu, wujud karunia rohani apa yang Paulus maksudkan untuk menguatkan jemaat di Roma ?
Ayat 12, Paulus menegaskan bahwa karunia rohani yang dimaksudkannya adalah karunia iman (1 Korintus 12:9). Perhatikan ucapannya, “yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku.” (BIS, “Maksud saya ialah karena kita sama-sama sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka kita dapat saling menguatkan.”) Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam khotbahnya di hari pertama di dalam Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) Surabaya 2006 : “Pembelaan dan Perjuangan Iman (Pelayanan Apologetika Reformed)” memaparkan empat macam iman dan karunia iman diletakkan pada urutan ketiga dari keempat macam iman tersebut. Karunia iman adalah sebuah karunia pelayanan yang Allah percayakan kepada para hamba-Nya. Karunia iman yang Paulus miliki dilimpahkan dan dibagikan kepada para jemaat di Roma agar mereka pun memiliki iman di dalam pelayanan mereka. Iman di sini berarti bergantung kepada Allah atau percaya di dalam Kristus. Karena baik Paulus maupun jemaat di Roma memiliki macam iman yang sama, maka Paulus dapat menguatkan iman mereka, sehingga mereka dapat terus-menerus percaya di dalam Kristus tanpa henti. Inilah yang patut kita teladani. Sesama anak Tuhan seharusnya saling menguatkan. Hal ini bisa diartikan dua hal. Pertama, sesama anak Tuhan yang memiliki iman yang sama dapat saling menguatkan. Artinya, mungkin saja salah seorang dari anak Tuhan itu sedang mengalami kesusahan, meskipun ia juga memiliki iman yang beres, tetap saja ia membutuhkan penguatan dari kita. Itu adalah wujud kepedulian kita sebagai anak-anak-Nya di dalam pembangunan satu tubuh Kristus. Kedua, sesama anak Tuhan yang mungkin sementara waktu memiliki iman yang berbeda. Artinya, ada anak Tuhan yang sudah memiliki iman yang beres di dalam Tuhan, sementara anak Tuhan yang lain untuk sementara waktu memiliki iman yang tidak beres yang tidak di dalam Tuhan (mungkin di dalam materialisme, humanisme, dll). Maka, untuk anak Tuhan yang sudah memiliki iman yang beres wajib menguatkan iman anak-anak Tuhan lainnya yang masih belum beres, agar mereka pun boleh kembali beriman di dalam Kristus. Semua ini merupakan kehendak Paulus yang terdalam dari hatinya, tetapi apakah kehendak Paulus sesuai dengan kehendak Allah ?Pada ayat 13, ternyata Allah berkehendak lain dan tidak mengizinkan Paulus mengunjungi jemaat di Roma. Hal ini nyata di dalam pernyataan Paulus, “Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu--tetapi hingga kini selalu aku terhalang--agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain.” Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkannya, “Saudara-saudara! Saya ingin supaya kalian tahu bahwa sudah banyak kali saya bermaksud mengunjungimu tetapi selalu ada saja halangannya. Saya ingin supaya di antaramu pun pekerjaan saya ada hasilnya sebagaimana pekerjaan saya sudah berhasil di antara orang-orang yang bukan Yahudi di tempat-tempat yang lain.” Mengapa Allah tidak mengizinkan Paulus mengunjungi jemaat di Roma ? Bukankah seringkali kita suka sekali menuntut Allah untuk terus mengabulkan permintaan kita walaupun permintaan kita tidak sesuai dengan kehendak-Nya ? Atau mungkin juga kita berpikir bahwa bukankah kehendak Paulus itu baik yaitu mempedulikan kondisi kerohanian jemaatnya, lalu mengapa Allah tidak mengizinkannya ? Apakah ini bukti bahwa Allah itu jahat atau kejam ? TIDAK. Paulus sadar bahwa apa yang diinginkannya tidak sinkron dengan keinginan Allah, sehingga setiap kali ia berniat untuk mengunjungi jemaat di Roma, selalu terhalang/gagal. Apakah pernyataan Paulus berhenti sampai di sini, lalu ia mengeluh dan kecewa ? TIDAK. Paulus sadar bahwa kehendak-Nya lebih penting yaitu agar para jemaat di Roma berbuah. Inilah kehendak Paulus yang dikuduskan, yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah yang Berdaulat. Paulus tidak memaksa Allah mengabulkan kehendaknya, tetapi ia menyerahkan kehendaknya kepada kehendak Allah. Itu namanya kehendak bebas (free-will) yang sejati. Kehendak bebas bukan kehendak yang tanpa batas, seenaknya sendiri, tetapi kehendak manusia berdosa yang diserahkan total kepada kehendak-Nya yang bebas sehingga kehendak-Nya dapat terlaksana melalui diri kita dan orang lain demi kemuliaan-Nya. Ketidakhadiran Paulus di Roma di dalam sudut pandang Allah mengakibatkan mereka (para jemaat di Roma) semakin giat, bertekun di dalam doa, persekutuan dan pengajaran para rasul, sehingga pada akhirnya mereka dapat berbuah. Tidak semua kehendak dan kepedulian manusia yang dianggap baik pasti juga baik menurut kehendak Allah. Seandainya Paulus diizinkan oleh Allah mengunjungi jemaat di Roma untuk waktu yang lama, maka mungkin sekali jemaat di Roma bukan semakin berbuah, malahan bergantung terus kepada Paulus (alias manja). Di sini, kita harus peka akan pimpinan dan kehendak-Nya. Maukah kita meneladani Paulus dengan menyerahkan kehendak kita yang berdosa kembali dikuduskan oleh kehendak Allah sehingga nama-Nya semakin dipermuliakan ? Marilah kita belajar memiliki kehendak pribadi yang dikuduskan oleh kehendak Allah dengan membiarkan Allah bekerja sesuai dengan kehendak dan waktu-Nya di dalam diri kita dan sesama anak Tuhan lainnya demi memperlebar Kerajaan Allah. Ingatlah, jangan terbawa oleh perasaan sesat dan tergila-gila dengan fenomena, tetapi belajarlah melihat esensi di balik fenomena dari sudut pandang Allah dan membiarkan perasaan kita dikontrol oleh hati dan pikiran yang ditundukkan di bawah kehendak Allah yang kudus. Amin.

30 March 2007

VISI GERAKAN REFORMED INJILI (oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG)

VISI GERAKAN REFORMED INJILI

oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG



1. Sebelum Gerakan Ini
Pada pertengahan abad ke20, dunia Kekristenan baru mengalami sedikit kelegaan dari kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II. Daerah Eropa Timur sudah jatuh ke tangan komunisme. Daerah Eropa Barat dilanda oleh sekularisme. Pengutusan misionaris mulai beralih dari daratan Eropa ke Amerika Utara. Sedangkan gereja di Amerika harus menghadapi perkembangan Liberalisme yang sangat mengancam hidup Kekristenan tradisional.

Sementara itu teologi-teologi yang paling baru, misalnya: Demitologisasi berusaha menyaingi NeoOrtodoks dari sayap Barthian untuk mengecam kepercayaan Injil. Pada saat seperti itu, gereja di Asia sedang tertidur di dalam tahap mengabaikan teologi, meskipun gerakan rohani yang pernah dikaruniakan oleh Tuhan sudah menghasilkan banyak buah khususnya di Asia Tenggara dan Cina. Akibat kebaktiankebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh John Sung dan Andrew Gih telah menghasilkan banyak buah berupa pekerja penuh waktu yang melayani Tuhan serta timtim penginjilan yang berkembang di sana sini sehingga telah menggugah semangat kebangsaan di negaranegara Asia. Namun gerakan Ekumene yang mengabaikan ortodoksi dan memperluas semangat toleransi terhadap segala macam aliran baru, ditambah gerakan Karismatik yang telah menggantikan gerakan Pentakosta tradisional untuk merombak struktur pikiran gerejagereja denominasional, telah menghasilkan gelombanggelombang awam yang tidak mengerti teologi namun memberanikan diri untuk mengabarkan Injil dan mendirikan gerejagereja tanpa Pengakuan Iman, tanpa liturgi, bahkan tanpa penghargaan terhadap musikmusik yang agung yang diwariskan dari sejarah.

Pada tahun 70 hingga 80an, ketika kaum Injili melihat bahaya kesimpangsiuran yang terjadi di dalam Kekristenan, di Asia Tenggara gerakan mahasiswa mulai dibangkitkan, termasuk Gerakan Perkantas dan Lembaga Pelayanan Mahasiswa (Campus Crusade). Namun kubukubu teologi, yaitu tempattempat pendidikan hamba Tuhan sudah tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk mempertahankan iman kepercayaan yang ortodoks. Itulah sebabnya terjadi gerakan mendirikan sekolah teologi di luar jalur institusiinstitusi yang konvensional. Sejarah membuktikan sekolahsekolah semacam ini kurang berbobot dalam mempertahankan teologi yang benar dan pengertian Kitab Suci yang bertanggung jawab dan benar. Itulah sebabnya banyak hamba Tuhan lulusan sekolahsekolah semacam ini sulit menerima tantangan zaman apalagi menantang zaman, khususnya dalam menghadapi kaum intelektual.

Di pihak lain, kebangunan agama-agama di luar Kekristenan juga menjadi suatu tantangan yang besar bagi iman Kristen. Semakin banyaknya kaum cendekiawan dalam agama-agama lain dan kesadaran mereka untuk melakukan konsolidasi juga merupakan fakta yang tidak boleh kita abaikan. Selain itu, makin meningkatnya pendidikan serta makin banyaknya pengaruh filsafat modern di negara-negara Asia telah meningkatkan kemungkinan Kekristenan, dengan pimpinan yang kurang berbobot, menjadi agama yang dianggap terbelakang dan dilecehkan oleh generasi yang baru. Melihat situasi demikian, siapakah yang sudah bersiap sedia untuk menerima tantangan ini serta mengisi kebutuhan zaman pada akhir abad ke-20?

Kuantitas yang diperoleh melalui gerakan-gerakan yang berlangsung di kalangan rakyat jelata tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman ini. Karena ketidakpuasan terhadap kesimpangsiuran pengajaran Kristen masa kini dan ketidaksanggupan pihak Liberalisme maupun gerakan Kristen yang bersayap emosional untuk mewakili Kekristenan sejati, maka kami memikirkan perlu adanya Gerakan Reformed Injili.

Gerakan ini berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya Gerakan ini tidak mudah diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang transisi ini, apalagi Gerakan yang melawan arus ini berakar pada semangat yang dirintis pada abad ke-16. Gerakan ini bermotivasi membawa Kekristenan menuju abad ke-21. Itulah sebabnya, tidak heran, jika gerakan ini dinilai terlalu terbelakang atau melawan arus.


2. Gerakan Reformed dalam Sejarah
Reformasi yang terjadi pada abad ke-16 merupakan gerakan yang unik dan tidak tertandingi karena motivasi reformasi adalah kembali kepada Kitab Suci dan mengaku bahwa segala sesuatu semata-mata berdasarkan anugerah, dan bahwa hanya melalui iman, dan bukan jasa manusia, kaum pilihan dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan di dalam dunia ini. Gereja dipanggil bukan hanya untuk mengabarkan Injil dan mengajarkan kebenaran, gereja juga dipanggil untuk melaksanakan mandat budaya melalui bimbingan Firman Tuhan untuk mencerahkan dunia ini dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan dalam segala aspek kebudayaan.

Dalam segala segi kehidupan manusia, sejarah telah menyaksikan kontribusi Calvinisme, mulai dari kehidupan pribadi sampai kehidupan bermasyarakat dan pendidikan, bahkan menjadi perintis demokrasi di seluruh dunia. Pada saat pengaruh Liberalisme semakin meluas dan menggerogoti iman Kristen dalam abad ke-19, teolog-teolog Reformed dengan gigih berdiri di garis pertempuran yang paling depan untuk melawan ajaran-ajaran yang tidak setia kepada Kitab Suci. Sehingga baik di Eropa maupun di Amerika, buku-buku yang paling berbobot dalam memerangi ajaran-ajaran liberal kebanyakan merupakan hasil karya teolog-teolog Reformed. Semangat teologi Reformed inilah yang telah memelihara Kekristenan dari segala penyelewengan dan perselingkuhan gereja sebagai mempelai perempuan Kristus yang harus setia kepada Tuhan.

Tokoh-tokoh seperti Abraham Kuyper, Herman Bavinck, Hendrik Kraemer di Belanda; dan Charles Hodge, Archibald Hodge, B.B. Warfield, Gresham Machen, Cornelius Van Til, John Murray, dan tokoh-tokoh lainnya di Amerika telah memperlihatkan semangat tidak berkompromi mereka yang diturunkan dari John Calvin. Penemuan anugerah umum (common grace) dan keunikan pengertian wahyu umum (general revelation) telah menjadi keunggulan dan ciri khas Teologi Reformed dalam menangani masalah-masalah kebudayaan serta memberi pencerahan dan bimbingan kepada semua penemuan ilmiah yang paling modern, juga perubahan arus pikiran sampai pada Gerakan Zaman Baru dan Postmodernisme. Tidak ada seorang pun yang bisa mengabaikan apa yang telah dikerjakan oleh Teologi Reformed sepanjang sejarah. Teologi Reformed merupakan salah satu teologi yang paling tahan uji dan paling unggul untuk memimpin orang Kristen melalui peperangan iman dan memberi petunjuk untuk hari depan umat manusia.


3. Panggilan Gerakan Reformed Injili
Bukankah banyak pimpinan gereja yang pernah dididik di sekolah teologi Reformed di Amerika, Belanda, dan tempat-tempat lain yang sudah kembali berada di ladang pelayanan di Indonesia? Bukankah mereka yang seharusnya membawa gereja kembali kepada semangat Reformed serta membangkitkan kesadaran orang Kristen untuk memelihara iman kepercayaan yang diturunkan kepada kita dan berperang di dalam dunia yang penuh dengan arus pikiran yang sangat berlawanan dengan Kitab Suci?

Setelah menanti selama kira-kira 20 tahun, saya merasa sudah tidak boleh menunggu lagi – meskipun sejak tahun 1964 saya telah mengajar doktrin Reformed di sekolah teologi yang saya layani dan membentuk pikiran Reformed dalam diri para mahasiswa. Panggilan untuk mendirikan Gerakan Reformed Injili ini menjadi semakin jelas dan mendesak setelah saya mendapat penyakit hepatitis B pada tahun 1984.

Hidup adalah sementara. Meskipun saya sudah melayani selama 27 tahun, namun dengan pengertian yang diperoleh melalui pengalaman menderita penyakit lever semacam itu, saya merasa mungkin masih bisa bertahan dalam dunia ini selama hanya 15 sampai 20 tahun lagi. Maka saya tidak menanti orang lain lagi dan dengan sungguh-sungguh berdoa menyerahkan diri sekali lagi untuk menegakkan Gerakan Reformed Injili di Indonesia. Saya memohon kepada Tuhan supaya di dalam waktu 15 tahun, menjelang abad ke-21, sudah terbentuk sekelompok generasi muda yang memahami dan menyadari pentingnya Gerakan Reformed Injili serta rela menyerahkan diri untuk mengabdi dan berkorban di dalam zaman ini.

Tanggapan terhadap panggilan ini mendapat restu dari Tuhan, sehingga pada tahun 1984 dimulailah langkah yang pertama, yaitu dengan berani mengadakan Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) untuk memelopori doktrin Reformed. Di luar dugaan, pesertanya makin lama makin banyak dan dengan antusiasme yang sangat tinggi menerima doktrin Reformed yang diajarkan.

Gerakan SPIK yang dimulai sejak tahun 1984 telah menjadi gerakan yang tidak layu hingga sekarang, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Mereka yang disadarkan mengambil keputusan untuk mempelajari doktrin Reformed lebih lanjut. Maka langkah kedua dalam panggilan ini adalah mendirikan Sekolah Teologi Reformed Injili (STRI) bagi kaum awam pada tahun 1986.

Apakah yang Disebut Gerakan Reformed Injili?
Gerakan berbeda dengan organisasi. Gerakan merupakan semacam api dan semangat spiritual yang berkobar dan yang membakar sekelompok orang sehingga menjadi suatu kekuatan pengaruh terhadap pribadi-pribadi lain untuk melihat, mengakui, melangsungkan dan melaksanakan suatu tugas yang penting untuk mengubah sejarah. Gerakan sejarah yang bermutu selalu memiliki teori yang konsisten, strategi yang lincah, pengabdian yang tuntas, pengikut yang setia, dan pengaruh yang abadi, baik dalam bidang sekuler maupun rohani, unsur-unsur di atas bisa dilihat dengan jelas. Oleh karena itu Gerakan Reformed Injili juga harus meminta kepada Tuhan untuk memberikan pertolongan dan berkat dalam hal-hal yang penting. Kami percaya bahwa motivasi untuk mengadakan gerakan ini adalah murni berdasarkan panggilan Tuhan dan kebutuhan zaman serta berlangsungnya hidup iman sebagai orang Kristen dalam sejarah. Maka dengan jelas kami melihat Tuhan melimpahkan berkat-Nya baik dalam penyertaan maupun pengurapan, khususnya membangkitkan pribadi-pribadi yang dikobarkan oleh api Roh Kudus. Soli Deo Gloria (Segala kemuliaan hanya bagi Allah).


Apakah Isi Gerakan Reformed Injili?
Gerakan ini meliputi dua aspek. Pertama, mengembalikan pengertian teologi berdasarkan wahyu Allah dalam Kitab Suci yang dipelopori oleh para Reformator, khususnya sayap Calvinisme dan para penerusnya sampai sekarang. Dengan teologi yang ketat ini, yang berasal dari makna-makna yang tersimpan dalam Kitab Suci, maka iman orang Kristen akan dibekali dan diperkuat untuk menghadapi tantangan segala zaman. Kedua, mengobarkan semangat penginjilan dan memobilisasi orang Kristen untuk secara langsung memberitakan Injil, yang adalah kabar baik bagi seluruh umat manusia, memperkenalkan kuasa keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus bagi pengampunan dosa dan perdamaian manusia dengan Tuhan Allah sehingga menciptakan hidup baru yang memuliakan Tuhan, bersaksi bagi Kristus, dan mengabarkan Injil. Maka gerakan ini membawa gereja berakar dalam Firman Tuhan dan berbuah dalam dunia ini.


Bagaimana Permulaan Gerakan Ini?
Langkah-langkah Gerakan ini telah dipimpin oleh Tuhan melalui ketaatan hamba-hamba-Nya. Maka kami merencanakan (untuk Aspek Teologi Reformed): Pertama, membentuk sebanyak mungkin massa yang menyadari dan mengalami pengajaran Reformed Injili. Ini diwujudkan dalam bentuk Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK). Kedua, menyaring dan memperoleh sekelompok kaum awam yang menuntut diri untuk mempelajari teologi Reformed secara sistematis dan konsisten. Ini diwujudkan dalam bentuk Sekolah Teologi Reformed Injili (STRI). Ketiga, mendirikan perpustakaan yang menyediakan buku-buku bermutu untuk mengisi kebutuhan orang-orang yang ingin lebih banyak belajar kebenaran serta meyakini bahwa gerakan ini bersifat universal dan berpengaruh dalam sejarah. Keempat, mendirikan sekolah teologi dan Institut untuk mempersiapkan tenaga hamba Tuhan penuh waktu bagi generasi yang akan datang. Kelima, dengan teologi yang benar mendirikan gereja dan pos-pos Injil untuk menjadi wadah bagi para hamba Tuhan untuk boleh dengan berani mengajarkan teologi Reformed dan menggembalakan kaum pilihan Tuhan. Keenam, menerjemahkan dan mencetak buku-buku teologi Reformed.

Sedangkan rencana dalam Aspek Penginjilan meliputi: Pertama, mengadakan penginjilan massal dan secara langsung menghadapi kebutuhan masyarakat serta mengajar manusia untuk bertobat dan menyambut undangan menjadi orang Kristen. Kedua, mengadakan pemuridan penginjilan untuk melatih pribadi-pribadi yang merasa terpanggil untuk melebarkan Kerajaan Allah melalui penginjilan pribadi. Dengan demikian memobilisasi orang Kristen untuk menjadi saluran anugerah Tuhan bagi masyarakat. Ketiga, melatih penginjil-penginjil penuh waktu dalam sekolah teologi untuk mempersiapkan hamba-hamba Tuhan yang berkarunia dan berbeban khusus dalam penginjilan. Keempat, menyediakan pos-pos Injil untuk menampung buah-buah penginjilan untuk menuju kepada hidup penggembalaan dan gereja.


Apakah Keunikan Gerakan Ini?
Gerakan Reformed Injili berbeda dengan gereja dan denominasi Reformed Injili. Gerakan Reformed Injili dimaksud untuk menjadi dorongan bagi setiap denominasi dan boleh menjadi milik setiap gereja di luar Gereja Reformed Injili, sehingga gereja-gereja dibangunkan dan diarahkan kepada teologi yang benar dan semangat Injili yang benar. Namun Gerakan Reformed Injili tidak menutup kemungkinan bagi hamba-hamba Tuhan yang berteologi Reformed Injili untuk mendirikan Gereja Reformed Injili sebagai salah satu wadah dalam Kerajaan Allah, yang mendampingi gereja-gereja lain untuk melaksanakan tugas panggilannya sebagai tubuh Kristus.


Siapakah yang Ada dalam Gerakan Ini?
Gerakan ini tidak dimonopoli oleh hamba-hamba Tuhan penuh waktu, juga tidak dimonopoli oleh GRII, karena teologi Reformed dan penginjilan dalam Gerakan Reformed Injili merupakan inti internal dan aksi eksternal yang seharusnya dimiliki oleh semua gereja. Maka setiap orang Kristen yang telah mengalami kelahiran baru oleh Roh Kudus dan telah dibaptiskan ke dalam Tuhan, berhak berbagian dalam Gerakan Reformed Injili. Jika Tuhan memimpin, maka orang-orang Kristen yang bersemangat dan berteologi semacam ini, boleh dengan bebas, atas kerelaannya sendiri, bergabung ke dalam Lembaga Reformed Injili, bahkan Gereja Reformed Injili Indonesia. Setiap orang yang berbagian dalam gerakan ini harus menyadari dan memahami Pengakuan Iman Reformed Injili serta rela bekerja sama dengan kaum Reformed Injili untuk mengembangkan gerakan ini, dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan, memurnikan iman gereja, dan mengobarkan semangat Amanat Agung sampai Kristus datang kembali.


GRII dan Gerakan Reformed Injili
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, dan jemaat yang berkomitmen mengabarkan Injil. Gereja ini merupakan bagian dari tubuh Kristus, yang terdiri dari semua gereja yang berdasarkan pada ajaran yang benar dalam melaksanakan tugasnya di dalam dunia ini. Anggota GRII terdiri dari: Pertama, hasil penginjilan langsung yang menerima Tuhan dan dibaptiskan ke dalam GRII. Kedua, dari anggota gereja di luar negeri atau luar pulau yang pindah ke kota di mana GRII ada, lalu atas permintaan dan kerelaannya sendiri menjadi anggota GRII melalui atestasi setelah mengikuti katekisasi. Ketiga, anak-anak anggota yang dijanjikan oleh orangtua yang beriman untuk mendidik mereka berdasarkan iman Kristen. Keempat, perpindahan anggota gereja lain dengan mengikuti prosedur yang sah.

Dari antara anggota GRII yang meyakini pentingnya Gerakan Reformed Injili serta memiliki beban panggilan Tuhan untuk terjun dalam gerakan ini, mereka akan diberikan kesempatan untuk mengikuti pelayanan sehingga melalui pengamatan, latihan dan penyaringan, sebagian menjadi pekerja-pekerja yang melayani lebih banyak orang. Pengurus terdiri dari mereka yang sudah melewati tahap pelayanan yang dianggap cukup matang. Setiap orang Kristen yang menyadari dan memahami Gerakan Reformed Injili seharusnya memberi pengaruh yang positif, baik di dalam hidup gerejawi maupun hidup bermasyarakat dan bernegara.


Prospek Gerakan Ini
Melalui kepercayaan Reformed Injili, kami mengharapkan semakin banyak gereja yang kembali kepada ajaran yang benar, dan semakin banyak gereja yang terjun dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, STTRII (Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia), Institut Reformed, dan STRI yang berada di kota-kota besar di Indonesia maupun di luar negeri, memikul kewajiban untuk mendidik orang Kristen dalam pengenalan teologi Reformed serta memobilisasi misi penginjilan. Sedangkan GRII diharapkan untuk membuka sebanyak mungkin MRI (Mimbar Reformed Injili) di berbagai tempat untuk mengisi kebutuhan dan kehausan orang Kristen akan Firman Tuhan, teologi Reformed, dan latihan penginjilan. Kami mengharapkan teologi yang benar menjadi kunci pencerahan bagi kebudayaan dan kehidupan di dalam dunia ini; dan melalui penginjilan, membawa seluruh bangsa kembali kepada Tuhan. Karena Tuhan berkata. “Kamulah terang dunia, kamulah garam dunia.” Dalam menyongsong abad ke-21 yang ditandai dengan gerakan massa yang dipengaruhi oleh semangat Gerakan Zaman Baru serta gerakan kebudayaan yang berfilsafatkan Postmodernisme, marilah kita memancarkan cahaya Firman Tuhan bagaikan mercusuar yang menuntun semua orang yang tersesat kembali ke pangkuan Allah yang kekal.

Pengakuan Iman Reformed Injili

ALLAH
Kami percaya kepada satu-satunya Allah yang hidup dan benar, yang kekal dan keberadaan-Nya tergantung pada dirinya sendiri, yang melampaui dan mendahului semua ciptaan; yang dalam kekekalan-Nya ada dalam tiga pribadi; Bapa, Putera dan Roh Kudus, yaitu Allah yang Esa; yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan oleh Firman-Nya yang berkuasa; yang menopang dan memerintah segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya serta memelihara ketetapan-ketetapan-Nya yang kekal.

ALKITAB
Kami percaya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah penyataan Allah yang sempurna yang diilhamkan Roh Kudus kepada para penulisnya dan karena itu adalah benar tanpa salah dalam naskah aslinya. Alkitab menyatakan di dalamnya kesaksian Roh Kudus, dan merupakan wibawa tunggal dan mutlak bagi iman dan kehidupan, baik untuk perseorangan, gereja, maupun masyarakat. Kami percaya bahwa Alkitab tidak bersalah dalam segala hal yang diajarkannya, termasuk hal-hal yang menyangkut sejarah dan ilmu.

MANUSIA
Kami percaya bahwa manusia telah diciptakan secara unik menurut rupa Allah, diciptakan dengan kekudusan, keadilan dan pengenalan sejati; dan diperintahkan Allah untuk menghayati pikiran-pikiran Allah sebagai seorang pemelihara perjanjian yang taat: ia dipercayakan untuk memerintah dan mengusahakan ciptaan Allah lainnya untuk kemuliaan Allah. Kami percaya bahwa seluruh segi kehidupan harus dihayati di bawah perintah Allah sebagai ungkapan ketaatan kepada hukum-hukum Allah.

DOSA
Kami percaya bahwa apa yang telah terjadi dalam diri Adam dan juga adalah wakil umat manusia, mengakibatkan seluruh umat manusia telah jatuh dalam dosa dan maut; mati secara rohani, patut menerima murka adil Allah, tanpa pengharapan dan tanpa pertolongan untuk memperoleh keselamatan, baik dari dirinya sendiri atau dari luar dirinya maupun dari dunia ini.

PERJANJIAN ANUGERAH
Kami percaya bahwa Allah dalam kekekalan telah membuat perjanjian untuk umat pilihan-Nya, dengan Yesus Kristus sebagai Kepala; bahwa melalui ketaatan Yesus Kristus yang sempurna dan kematian-Nya sebagai pengganti manusia di kayu salib, Kristus telah memenuhi tuntutan murka Allah terhadap umat-Nya.
Melalui kuasa kebangkitan Kristus, Allah terus-menerus memanggil dan mengumpulkan umat-Nya dari segala zaman dan segala bangsa untuk menjadi suatu imamat yang rajani dan bangsa yang kudus bagi kemuliaan-Nya.

YESUS KRISTUS
Kami percaya kepada Yesus Kristus, Pribadi kedua Allah Tritunggal, Allah sejati dan manusia sejati, satu-satunya Juruselamat manusia; yang telah dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria; hidup tanpa dosa, disalibkan mati dan bangkit dari kematian, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk bersyafaat bagi umat-Nya sebagai Imam Besar, yang berhasil dan penuh pengertian; bahwa Dia akan datang kembali dalam tubuh kemuliaan-Nya, secara kasatmata dan secara tiba-tiba untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

ROH KUDUS
Kami percaya kepada Roh Kudus, Pribadi ketiga Allah Tritunggal, Pengilham Ilahi Alkitab, yang menginsyafkan manusia akan dosa mereka melalui Firman-Nya, yang melahirbarukan mereka, sehingga tumbuh iman dan pertobatan kepada Yesus Kristus untuk keselamatan; Dia memperlengkapi orang-orang beriman dengan kuasa untuk menaati hukum-hukum Allah; Dia mengaruniakan kepada Gereja Yesus Kristus karunia-karunia untuk pelayanan orang kudus; Dia bersyafaat bagi orang beriman dengan keluh kesah yang tak terucapkan untuk dan sampai hari pemuliaan umat Allah.

GEREJA DAN MISSI
Kami percaya akan satu Gereja yang kudus dan am, yang terdiri dari seluruh umat pilihan Allah dari segala zaman dan yang sebagiannya kini terhisap dalam gereja setempat; gereja setempat harus merupakan ungkapan dari sifat Gereja yang kudus dan am tersebut dengan menjaga kemurnian ajaran sesuai dengan Alkitab, dengan mendahulukan persatuan berdasarkan kebenaran di dalam ikatan kasih antara berbagai gereja setempat dan aliran gereja yang ada, dengan memancarkan kemuliaan Allah melalui ibadah, pengajaran Firman Allah, pelaksanaan baptisan dan perjamuan kudus, persekutuan, pelaksanaan disiplin dalam kasih, pelayanan dan misi, kami percaya bahwa gereja ada di dalam dunia untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dan mengungkapkan Ketuhanan Kristus lewat perbuatan-perbuatan nyata. Gereja menjalankan misi Yesus Kristus, yaitu menegakkan pemerintahan Kerajaan Allah atas dunia ini, baik melalui usaha-usaha penginjilan di dunia ini, sampai Kristus datang kembali untuk merampungkan penggenapan Kerajaan-Nya.

Diambil dari buku Gerakan Reformed Injili - Apa? dan Mengapa? (Pdt. Dr. Stephen Tong)

Disarikan dari : http://www.grii.org/grii-visi.htm

MENGAPA HARUS GERAKAN REFORMED INJILI ? (oleh : Denny Teguh Sutandio)

MENGAPA HARUS GERAKAN REFORMED INJILI ?
(Sharing Visi dan Misi Gerakan Reformed Injili Pdt. DR. STEPHEN TONG)


oleh : Denny Teguh Sutandio

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.
(2 Timotius 3:1-2a)


Alkitab dengan tegas dan tanpa kompromi menyatakan bahwa pada hari-hari terakhir (the last days), yang merupakan periode panjang antara kedatangan Kristus pertama dan kedua, akan datang masa yang sukar (atau dapat diterjemahkan berbahaya). Kedatangan masa sukar ini ditandai dengan dua ciri utama yaitu mereka akan mencintai diri sendiri (humanisme) dan mencintai uang (materialisme).

Bukan hanya itu saja, Alkitab juga menubuatkan humanisme ini ditandai dengan kegemaran mereka mendengarkan cerita-cerita dongeng yang menyenangkan telinga ketimbang kebenaran (2 Timotius 4:3-4). Persis juga seperti yang terjadi di dalam jemaat Galatia yang terbuai dengan “injil” palsu yang menambahkan anugerah penebusan Kristus dengan perbuatan baik (seperti sunat, dll) yang mengikuti tradisi Yudaisme/Taurat (Galatia 1:6-10). Inilah gejala dan krisis zaman. Sebuah gejala dan krisis yang mengerikan dan tambah lama tambah mengerikan. Bukan hanya orang-orang dunia saja yang melakukan hal ini, orang-orang “Kristen” dan para “pemimpin gereja” melakukan hal yang sama. Bukan Injil dan Kristus yang mereka beritakan lagi, tetapi “kristus-kristus” dan “injil-injil” palsu yang mereka beritakan yang mengajarkan bahwa “kristus” datang untuk memperhatikan orang miskin, terlantar, dll. Fakta bahwa Kristus yang disalib demi menebus dosa, Alkitab sebagai Wahyu Allah, dll sudah tidak diakui lagi dan dianggap mitos (demitologisasi dari Rudolf Bultmann). Inilah cikal bakal munculnya social “gospel” atau “theologia” religionum. Selain itu, di dalam hal humanisme, gerakan Karismatik/Pentakosta mengimport ajaran dari Gerakan Zaman Baru misalnya konsep little gods, Sebut dan Tuntutlah (name it and claim it), dll ke dalam keKristenan. Ibadah kesembuhan Ilahi (aka Festival “Kuasa Allah” menggunakan cara-cara Gerakan Zaman Baru, yaitu dengan berpegangan tangan untuk mendapatkan saluran “kuasa Allah”).

Di dalam hal materialisme, orang-orang dunia juga terus makin menggila. Dari filsafat Multi Level Marketing (MLM) ditambah membaca buku Rich Dad, Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki, dll, mereka mau terus mengeduk keuntungan, uang dan kekayaan untuk “hidup” yang lebih “baik”. Di dalam ke“Kristen”an pun, hal ini juga terjadi. Banyak “pemimpin gereja” tidak lagi mengabarkan Injil dan Kristus, tetapi mengajarkan bahwa orang yang mengikut “kristus” pasti kaya, sukses, berhasil, dll, bahkan mereka tidak segan-segan menipu jemaat dengan mengatakan bahwa setiap persepuluhan akan dilipatgandakan. Tujuan mereka mengkhotbahkan hal ini adalah untuk menarik anggota jemaat yang nantinya bisa dipergunakan untuk membangun gedung gereja/graha yang besar dan mewah di Surabaya (dan kota-kota lain) dan kalau perlu lengkap dengan hotel. Saya mendengar kabar bahwa di Gereja Mawar Sharon (GMS) Pusat dibuka counter ATM, cafe, dll (begitu pula di Gereja Bethany Indonesia Manyar, Bank Niaga melayani jemaat di dalam gereja). Inilah gejala materialisme di dalam keKristenan. Motivasi-motivasi inilah yang menyebabkan banyak orang Kristen sejati ketika mendengarkan khotbah-khotbah palsu (pseudo-sermon) tersebut akan mengutuki Tuhan ketika mereka mengalami penderitaan (dan bukan kesuksesan).

Bagaimana sikap kita seharusnya ? Mengikut arus ? Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengajarkan bahwa ikan yang selalu mengikut arus adalah ikan yang mati. Demikian juga, orang yang selalu mengikut arus apa saja pasti mereka adalah orang-orang yang mati. Alkitab mengajarkan kita, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran… kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:2, 5). Di dalam menghadapi krisis zaman, orang-orang Kristen sejati tidak seharusnya terbuai dan bahkan menjadi pengikut setia arus zaman, tetapi mereka tetap harus berpegang kepada Firman Tuhan (Alkitab). Bukan hanya setia kepada Alkitab, mereka pun harus tetap memberitakan Firman. Istilah “memberitakan Firman” di sini identik dengan menyatakan atau memproklamasikan Firman. Tindakan ini bukan hanya menuntut tindakan pasif yang tak berbuat apa-apa (hanya mendengar dan menerima Firman), tetapi bertindak aktif mau memberitakan Firman. Tindakan aktif ini bukan sekedar tindakan yang tak bernilai dan hanya menjawab tantangan zaman, tetapi juga tindakan ini menantang zaman dengan prinsip Alkitab. Menantang zaman ini ditandai dengan menyatakan apa yang salah, menegur dan menasehati mereka yang hidup sembarangan dengan kesabaran dan pengajaran. Itu adalah tindakan-tindakan eksternal. Selain itu, orang-orang Kristen harus melakukan tindakan internal, yaitu belajar menguasai diri dalam segala hal (termasuk introspeksi ajaran dan pribdai diri kita), belajar dan siap sedia menderita dan tetap terus memberitakan Injil serta menunaikan tugas pelayanan kita sampai akhir. Apa yang Paulus paparkan ini bukan sekedar teori. Paulus sudah menjalankannya sampai ia berani berkata, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Timotius 4:6-8). Tatkala dunia enggan mendengarkan Firman Allah (Alkitab) dan malahan menghinanya, maukah kita tidak putus asa tetap menyuarakan dan memproklamasikan berita Firman dan Injil. Di dalam kita memproklamasikan Injil, jangan putus asa, Roh Kudus selalu ada menyertai kita dan memimpin kita.

Lalu, bagaimana kita bisa memberitakan Firman ? Dengan presuposisi apakah kita memberitakan Firman ? Hampir semua keKristenan mengklaim diri mereka “Alkitabiah”, tetapi sungguhkah mereka “Alkitabiah” ? Mereka mengklaim diri “Alkitabiah” karena mereka suka mengutip banyak ayat Alkitab di dalam khotbah para pemimpin gereja mereka. Apakah ini bukti “Alkitabiah” ? TIDAK. Bagi saya, ini bukti bahwa sang pengkhotbah ini tidak menguasai Alkitab, karena Alkitab dikutip sini sana tanpa mengerti konteks, latar belakang, bahasa asli, dll. Prinsip hermeneutika (menafsirkan) Alkitab dihilangkan dan dianggap “tidak ada ‘roh kudus’” (begitu “nubuatan” para pemimpin gereja Karismatik/Pentakosta). Beberapa kaum Injili yang ketat ada yang sadar akan hal ini lalu memperhatikan dan mempelajari hermeneutika, tetapi sayangnya tidak ada presuposisi dasar yang mendasari prinsip hermeneutika mereka. Gereja Katolik menegakkan hermeneutika dari sistem kepausan, sehingga meskipun Paus salah, mereka tetap mengikutinya. Lalu, bagaimana keKristenan dapat mengerti dan mengintegrasikan Firman di dalam kehidupan sehari-hari mereka ? Jawabannya hanya satu dan satu-satunya melalui Gerakan Reformed Injili. Gerakan Reformed Injili didirikan oleh hamba-Nya yang setia, Pdt. Dr. Stephen Tong. Gerakan ini bermotivasi untuk menegakkan iman Kristen di atas dasar Alkitab dengan prinsip theologia Reformed (Calvinist ; pendiri : John Calvin) sebagai dasar. Mengapa harus theologia Reformed ? Theologia Reformed berusaha membawa sebanyak mungkin orang Kristen dari berbagai denominasi gereja untuk kembali kepada Alkitab dengan penafsiran Alkitab yang ketat dan sedekat mungkin dengan arti asli Alkitab. Oleh karena itu, theologia Reformed disebut theology from above. Selain itu, prinsip theologia Reformed berpusat kepada kedaulatan Allah, di mana Allah berdaulat atas segala sesuatu yang terjadi baik di Surga maupun di bumi. Bukan hanya itu saja, selain memiliki lima prinsip sola dari Dr. Martin Luther (sola Scriptura, sola gratia, sola fide, soli Deo gloria dan solus Christus), theologia Reformed menegakkan prinsip TULIP (Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistible Grace, Perseverance of the Saints). Kemudian, theologia Reformed juga memiliki semboyan Ecclesia Reformata Semper Reformanda Est yang artinya gereja-gereja Reformed mau di-Reformed-kan agar sesuai dengan Alkitab. Semua prinsip ini berakar dari pengajaran Alkitab yang konsisten. Tetapi sayangnya banyak gereja Reformed hanya mementingkan doktrin, sehingga mereka kehilangan semangat penginjilan. Hal ini menurut Pdt. Dr. Stephen Tong dikarenakan pendiri theologia Reformed, John Calvin sendiri tidak mengakui adanya jabatan penginjil, sampai masa tuanya, Calvin baru menyadari masih diperlukannya penginjilan, tetapi sudah terlambat. Oleh karena itu, semua gereja Protestan mainline yang dipengaruhi oleh Calvinisme tidak menghasilkan penginjil yang berkuasa. Billy Graham dan A. B. Simpson menurut Pdt. Dr. Stephen Tong keluar dari gereja Presbyterian karena tidak ada tempat bagi jabatan penginjil. Lalu, gereja-gereja Reformed yang dahulu murni dan berdasarkan Alkitab semakin lama semakin menyimpang jauh dari Alkitab. Misalnya, Rudolf Bultmann dan Karl Barth meskipun mengaku bertheologia Reformed tetapi ajarannya bukan Reformed, tetapi Neo-Orthodoks dengan meniadakan aspek wahyu umum dan hal-hal supranatural di dalam Alkitab. Inilah yang menjadi cikal bakal gerakan social “gospel” atau “theologia” religionum yang meracuni keKristenan di abad postmodern ini (menurut buku dari Pdt. Dr. Stevri Indra Lumintang, para tokohnya, a.l. Eka Darmaputera, Victor I. Tanja, Ioanes Rakhmat, K.A.M. Jusufroni {tambahan dari saya}, Frans Magnis Suseno, A. A. Yewangoe, C. S. Song dari Taiwan, banyak tokoh PGI khususnya dari gereja-gereja Protestan mainline, dll). Lalu, bagaimana keKristenan bisa menjawab tantangan zaman bahkan menurut Pdt. Dr. Stephen Tong, kita dapat menantang zaman ? Kalau kita melihat theologia Injili begitu lemah karena tidak ada fondasi yang kuat. Saya sendiri melihat kecenderungan kaum Injili ada dua, yaitu, ada yang tergila-gila dengan Karismatik/Pentakosta sehingga berani mengkompromikan iman Injili mereka, dan kedua, tergila-gila dengan social “gospel”. Bagaimana dengan Protestan mainline ? Social “gospel” is not a Gospel ! “Injil” sosial bukanlah berita Injil, karena Injil sejati memberitakan Kristus yang mati, bangkit dan naik ke Surga demi manusia pilihan-Nya yang berdosa, sedangkan social “gospel” tidak mengajarkan hal itu dan memfokuskan diri hanya pada hal-hal sosial. Apakah ini dapat menantang zaman postmodern ? MUSTAHIL ! Yang ada justru terbalik, mereka lah yang termakan arus zaman. Begitu pula halnya dengan Katolik Roma yang lebih termakan arus zaman, misalnya, sembahyang di depan kuburan orangtua boleh, ikut sembahyang di Mesjid (dilakukan oleh Paus Benedictus XVI), mengadopsi filsafat Yunani tentang form dan matter ke dalam konsep tentang Perjamuan Kudus, dll. Tidak ada jalan lain, hanya melalui Gerakan Reformed Injili sajalah, keKristenan dapat menantang zaman postmodern.

Ketika keKristenan terus hidup tidak seimbang, karena ada aliran Kristen yang terlalu mementingkan hal-hal jasmani (sekuler) dan tidak mementingkan hal-hal rohani (beberapa aliran gerakan Karismatik/Pentakosta dan social “gospel”), di sisi lain, ada aliran Kristen yang terlalu mementingkan hal-hal religius dan tidak memperhatikan hal-hal jasmani (kaum Pietisme/Injili), maka Gerakan Reformed Injili hadir untuk menyeimbangkan hal-hal yang penting di dalam keKristenan :
· Keseimbangan antara pengetahuan doktrinal yang berdasarkan Alkitab dan pengalaman rohani sejati dari pengetahuan doktrinal/theologia tersebut (rasio dan afeksi).
· Keseimbangan antara pengetahuan doktrinal/theologia yang berdasarkan Alkitab dan semangat berapi-api dalam memberitakan Injil dengan kuasa dan urapan Roh Kudus.
· Keseimbangan antara mandat budaya (mengintegrasikan iman Kristen di dalam seluruh kehidupan sekuler) dan mandat Injil (memberitakan Injil kepada semua orang).
· Keseimbangan antara penginjilan secara verbal (perkataan/PI pribadi) dan perbuatan.
· Keseimbangan antara hal-hal jasmani dengan hal-hal rohani (hal-hal rohani lebih penting, tetapi tidak berarti meniadakan hal-hal jasmani).
· Keseimbangan antara menegakkan kebenaran dan tetap mengasihi tanpa kompromi.

Saya menantang Anda, sudahkah Anda terpanggil untuk menegakkan Gerakan Reformed Injili dengan prinsip penafsirannya mendekati Alkitab ? Inilah suatu gerakan yang mulia dari hamba-Nya, Pdt. Dr. Stephen Tong. Marilah kita bersama-sama melayani Tuhan dengan prinsip, motivasi, tujuan dan arah yang benar sesuai dengan Alkitab sehingga kita dapat benar-benar memuliakan Allah. Pelayanan sejati bukan pelayanan anti doktrin, tetapi pelayanan yang diperlengkapi dengan doktrin/ajaran yang benar sesuai dengan Alkitab sehingga kita dapat mengerti siapa yang kita layani dengan benar. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati apa yang telah kita kerjakan dan terus menyempurnakan apa yang sedang dan akan kita kerjakan. Soli Deo Gloria. Solus Christus.


Jangan lewatkan !
Dapatkanlah segera makalah theologia yang disusun sendiri oleh Denny Teguh Sutandio :
· I KNOW WHOM I HAVE BELIEVED (RINGKASAN DOKTRIN-DOKTRIN DASAR IMAN KRISTEN YANG BERTANGGUNGJAWAB)
· BAGAIMANA MENAFSIRKAN ALKITAB DENGAN BERTANGGUNGJAWAB ? (KONSEP THEOLOGIA REFORMED DI DALAM MENAFSIRKAN ALKITAB)
· INTEGRASI IMAN KRISTEN DAN ILMU : MENGAPA HARUS DILAKUKAN DAN BAGAIMANA CARANYA ?
· ANDRIE WONGSO Vs ALKITAB (Tinjauan Kritis Terhadap Andrie Wongso dan Ajaran-ajaran Motivasinya)
· K.A.M. JUSUFRONI : SERIGALA BERBULU DOMBA (TINJAUAN KRITIS THEOLOGIA REFORMED INJILI TERHADAP GEJALA JUSUFRONIISME)



Makalah-makalah theologia yang agak tebal dapat dikirim melalui e-mail (GRATIS), judul-judulnya :
· TINJAUAN KRITIS THEOLOGIA REFORMED INJILI TERHADAP BUKU BEFORE 30 (PRINSIP DAN KEHIDUPAN PHILIP MANTOFA)
· TINJAUAN KRITIS THEOLOGIA REFORMED TERHADAP BUKU THE PURPOSE DRIVEN LIFE—buku ini ditulis oleh Dr. Rick Warren

Denny Teguh Sutandio juga menyelenggarakan program Suara Bagi Zaman (Voice to the Age) selama kurang lebih 74 jilid pengajaran theologia Reformed Injili yang bertanggungjawab. Anda bisa mendapatkannya secara gratis hanya melalui e-mail.


Pelayanan pribadi Gerakan Reformed Injili di Surabaya oleh Denny Teguh Sutandio :
E-mail : akoloutheo2003@yahoo.com
Friendster : http://www.friendster.com/imagodei
Web blog : http://dennytan.blogspot.com

GERAKAN KARISMATIK Ditinjau dari Sudut Pandang ALKITAB dan Theologia Reformed Injili (oleh : Denny Teguh Sutandio)

GERAKAN KARISMATIK
ditinjau dari Sudut Pandang Alkitab dan Theologia Reformed Injili

oleh : Denny Teguh Sutandio


Kali ini kita akan membahas sebuah tema besar yang mungkin saya rasa tidak akan habis disoroti hanya dalam bagian ini yaitu tema : GERAKAN KARISMATIK. Pada bagian ini, saya akan mencoba menjelaskan latar belakang munculnya gerakan ini, kelebihan dan kekurangan gerakan ini serta perkembangan/perubahan gerakan ini. Pada edisi-edisi berikutnya, saya akan menjelaskan secara detail masing-masing ajaran-ajaran gerakan ini yang menyeleweng dari Alkitab.
Bagaimana Sejarah Munculnya Gerakan Karismatik ?
Dr. Martin Luther sebagai tokoh reformator Protestan dari Jerman memulai tindakan memprotes penyelewengan-penyelewengan gereja Katolik Roma dengan menempelkan 95 dalil di depan gereja Wittenberg. Saat itu api dan semangat Luther telah membakar beberapa reformator seperti Calvin, Zwingli, dll untuk meneruskan semangatnya. Dalam hal ini, penerus Luther yang paling ketat mengajarkan theologia Reformasi adalah John Calvin, yang nantinya menjadi cikal bakal theologia Reformed. Pdt. Dr. Stephen Tong menyebut Luther sebagai pendobrak ajaran yang salah dan Calvin sebagai pembangun ajaran yang benar. Sejarah theologia dan gereja-gereja Reformed/Presbyterian telah berjalan tahun demi tahun meskipun di bawah tekanan yang berat khususnya dari kepausan Roma Katolik, di mana ada suatu saat, jemaat Protestan di Perancis dibunuh habis oleh raja Perancis yang Katolik. Sejarah ini terus berjalan, hingga pada suatu saat ada suatu gerakan yang timbul melawan atau tidak puas dengan theologia dan gereja-gereja Reformed/Protestan. Pertama-tama di awal abad 20, timbullah apa yang disebut dengan Gerakan Pentakosta (Old Pentecostal) yang dimulai dengan seorang wanita yang bernama Agnes Ozman yang mengaku menerima "baptisan" Roh Kudus di Jalan Azusa (Azusa Street). Gerakan ini disebut First Wave Movement (Gerakan Gelombang Pertama). Meskipun sudah menampakkan tanda-tanda kesesatan, tetapi gerakan ini belum terlalu 100% sesat, karena gerakan ini masih memegang Alkitab (meski ada yang sudah disalahtafsirkan), lagu-lagu rohaninya cukup bermutu, dll. Gerakan ini disusul dengan Second Wave Movement (New Pentecostal) dan Third Wave Movement yang akhirnya menjadi Gerakan Karismatik yang sekarang ini. Gerakan ini mulai mengheboh ketika terjadi suatu ibadat "kepenuhan" "roh kudus" di Toronto yaitu apa yang dikenal dengan gejala Toronto Blessing yang terjadi kira-kira akhir abad 20. Gejala ini ditandai dengan suatu tanda di mana ketika di dalam sebuah gereja di Toronto Vineyard Chuch pada waktu Firman Tuhan diberitakan dan khotbah disampaikan, tiba-tiba beberapa jemaat tertawa terbahak-bahak, menangis meraung-raung, memukul-mukul meja, mengaum seperti singa, dll. Lalu, si "pendeta" yang berkhotbah lalu mengklaim bahwa ini adalah pekerjaan "roh kudus", maka populerlah suatu istilah "baru" yaitu : "tertawa dalam roh", "tertawa kudus" ("holy" laughter), dll. Gejala ini mulai mengheboh dan menyusup ke dalam berbagai denominasi gereja induk seperti Gereja Anglikan, Presbyterian, Baptis dan bahkan Katolik Roma (muncul Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik). Dari gejala ini, gereja-gereja di seluruh dunia ikut-ikutan semua, bahkan ada gereja-gereja yang memakai nama "Blessing" di belakang nama gerejanya, yang paling heboh, Ir. Herlianto, M.Th. dalam bukunya Toronto Blessing, Lawatan Roh Allah Masa Kini ? pernah menyebutkan adanya sebuah nama : Satay Kranggan Blessing. Istilah "Blessing" begitu ramai dipergunakan oleh orang-orang "Kristen" dan "gereja-gereja" di seluruh dunia. Yang paling menghebohkan sebuah gereja Karismatik "terbesar" di Surabaya (yang memiliki "Graha" di Nginden) pernah mengadakan tour spesial ke Toronto untuk menyaksikan Toronto Blessing untuk dibawa ke gerejanya. Gejala ini sempat heboh, bahkan buku-buku yang membahas mengenai gejala ini (ada yang pro dan kontra) begitu laris di pasaran Kristen. Pdt. Dr. Bambang H. Widjaja (Gereja Kristen Perjanjian Baru─GKPB), pernah menyetujui gerakan Toronto Blessing sebagai karya "roh kudus" dalam sebuah bukunya. Gejala ini bertahan paling lama 5 tahun, semenjak awal abad 21, gejala ini sudah tidak terdengar lagi suaranya. Tiba-tiba gejala ini surut total dan buku-bukunya sudah mulai kosong dan tidak dicetak lagi karena gejala ini sudah REDA ! Sebagai kelanjutannya, Pdt. Dr. Bambang H. Widjaja ini dalam Majalah Rohani BAHANA mengaku kesalahannya dahulu yang menerima gejala Toronto Blessing sebagai lawatan "roh kudus".
Setelah gejala ini reda, timbul suatu trend baru dari gerakan Karismatik yaitu bukan pergi ke Toronto, tetapi pergi ke Korea. Seorang "hamba Tuhan" yang bernama "Rev." Dr. Paul (David) Yonggi Cho yang pernah menulis Dimensi Keempat, dll menjadi "hamba Tuhan" booming setelah redanya gejala Toronto Blessing. Melalui gerejanya, Yoido Full Gospel Church di Seoul, Korea Selatan, banyak "hamba Tuhan" dan gereja di seluruh dunia meniru dan menganggap gereja Paul Yonggi Cho adalah gereja yang sukses karena jumlah jemaatnya terbesar di Korea. Tetapi setelah diadakan survei gereja di seluruh Korea Selatan, ternyata gereja terbesar bukanlah gereja Paul Yonggi Cho, tetapi Gereja Presbyterian. Bukankah ini sebuah penipuan yang dilakukan oleh gereja-gereja Karismatik yang menganggap diri dari "roh kudus" ?! Paul Yonggi Cho dalam bukunya Dimensi Keempat mengajarkan bahwa ketika kita ingin mempunyai mobil VW kodok, bayangkan warna, jenis, harga dan semua tentang mobil VW kodok, lalu klaimlah, maka Anda akan mendapatkannya. Ajaran Positive Thinking ini begitu merajalela di dalam gereja-gereja Kristen khususnya di gereja-gereja Karismatik. Lalu, tidak sampai di situ saja, ajaran-ajaran Positive Thinking juga dicetuskan oleh Dr. Norman Vincent Peale (mantan dari gereja Methodist), "Rev." Robert H. Schuller, "Rev." John Avanzini, "Rev. Dr." Morris Cerullo, dll dengan ajaran "Name it and claim it" ("Sebut dan Tuntutlah !"). Setelah itu, ajaran "Word Faith Movement" juga muncul dari pendiri, "Rev." Benny Hinn, dll. Ajaran ini mengatakan bahwa apa yang kita katakan, kita harus mengimaninya bahwa itu pasti terjadi. Kemudian, muncul tokoh-tokoh terkenal yang juga TV evangelists ("penginjil-penginjil TV) mulai dari Jim Bakker, Jimmy Swagart, dll. Anda tahu siapa kedua tokoh ini ? Jim (James) Bakker adalah seorang "pendeta" yang berhasil dengan liciknya menipu orang-orang "Kristen. Di salah satu kebaktian yang disiarkan di TV, Jim Bakker berkata bahwa orang yang duduk di baris keempat dan kolom ke empat (dan seterusnya) sedang sakit kanker, lalu Jim Bakker berkata bahwa Tuhan akan menyembuhkannya. Semua orang kaget dan menyangka inilah pekerjaan "roh kudus" pertama dari karunia-karunia Roh Kudus yaitu kata-kata bijaksana (1 Kor. 12:1-11). Oleh karena itu, gejala ini di kalangan gereja-gereja Karismatik disebut Third Wave Movement (Gerakan Gelombang Ketiga). Tetapi seorang wartawan mulai curiga dengan hal ini, tiba-tiba ia menyelidikinya dan ternyata diketemukan bahwa Jim Bakker memakai sebuah wireless-earphone ketika berkhotbah. Di mana lazimnya, sebelum kebaktian dimulai, ada penyambut tamu yang menanyakan kabar dari para jemaat yang datang, nah, si penyambut tamu ini melaporkan ke Jim Bakker melalui wireless-earphone bahwa si ini, itu sakit ini dan itu. Lalu, Jim Bakker mengatakan bahwa "roh kudus"-lah yang memberitahu demikian. Hidupnya pun benar-benar tidak beres, main pelacur yang tidak lain adalah dengan sekretaris gerejanya sendiri, Jessica Khan. Inilah gaya penipuan yang telah merugikan berjuta-juta orang "Kristen" yang dengan mudahnya ditipu oleh pekerjaan-pekerjaan setan ! Inikah pekerjaan "roh kudus" ?!
Orang kedua yang sama gilanya adalah Jimmy Swagart. Jimmy Swagart dalam setiap khotbahnya di TV di USA selalu berkata, "God told me" (=Tuhan berkata kepada saya) bahwa gereja-gereja akan suam-suam kuku, dan hanya gerejanya saja yang "bertumbuh". Di TV, Jimmy Swagart menghina Jim Bakker, tetapi pada saat yang sama, dia sedang berbuat hal yang sama dengan Jim Bakker. Pagi, dia berkhotbah tentang "roh kudus", dan malam harinya dia pergi ke pelacuran. Lantai rumahnya dari marmer, kran rumahnya dilapisi emas, dan rumah anjingnya ada AC. Jimmy Swagart memecat asistennya karena tidak mau taat kepadanya. Lalu, si asisten ini merasa benci dan dendam, dan akhirnya bertekad untuk menelusuri kehidupan Jimmy Swagart. Dan akhirnya, si asisten ini menemukan Jimmy Swagart sedang ke pelacuran. Si asisten ini merekam semua adegan ini dan mengempiskan ban mobilnya agar si asisten ini bisa merekam dengan lebih lama semua adegan ini tanpa diketahui oleh Jimmy Swagart. Lalu, hasil rekaman ini dibawa ke sinode Assembly of God (Gereja Sidang Jemaat Allah) di Colorado, USA dan Jimmy Swagart dipanggil sinode, ditontonkan sebuah hasil rekaman video ini dan ditanyai apakah dia berbuat seperti itu. Pertama kali, sebelum ditontonkan hasil rekaman ini, ia tidak mau mengaku, tetapi setelah ditontonkan hasil rekamannya, ia akhirnya mengaku. Ia diharuskan mengaku di TV di hadapan 8.000 orang atau lebih, lalu berita ini tersiar dan kembali, keKristenan dihina.
Orang ketiga yang sama tololnya adalah Oral Roberts. Di TV, dia berteriak-teriak minta uang U$ 8,3 juta. Ia mengaku jika dia tidak dipenuhi keinginan, maka ia akan dipanggil oleh Tuhan. Kemudian, orang-orang "Kristen" pemuja Oral Roberts di USA ramai-ramai mengumpulkan uang karena takut dia meninggal. Tiba-tiba pada hari H, munculnya sebuah check yang berisi U$ 6 juta dan ketika wartawan menelusurinya, apakah orang yang memberikan check ini orang Kristen atau bukan, ternyata bukan. Orang ini berkata, "Ya, kalau orang sudah gila tidak ditolong, kan kasihan. Toh uang saya cukup banyak, nanti kalau orang itu bunuh diri kan kasihan." Kembali, keKristenan dihina habis-habisan. Anda mengira ini pekerjaan "roh kudus" ?! Anda kira pekerjaan "roh kudus" pasti wah, heboh dan gemerlap ala "club" rohani ?! Setelah gejala Toronto Blessing, Paul Yonggi Cho dan para TV evangelists ini usai, sekarang timbul gejala-gejala baru mulai dari Pensacola Blessing, "mukjizat" gigi emas, "penginjilan" terhadap orang mati (ala "Ev." Andereas Samudera), Minyak Urapan (Pemuja Pariadjiisme), Festival "Kuasa Allah" ("Pemuja" Mantofaisme), Graha BETHANY (Pemuja Bethaniisme). KeKristenan telah dirusak oleh ajaran-ajaran yang begitu simpang siur tetapi tetap saja tidak sadar bahkan mereka cenderung menikmatinya (enjoy) karena mereka menganggap yang dari "roh kudus" tidak usah pakai pikiran. Sambil berkata demikian, orang seperti ini sebenarnya secara tidak sadar sedang menggunakan pikirannya untuk mengatakannya. Ironis sekali ! Setelah kita menelusuri sejarah-sejarah gerakan ini, mari kita kembali untuk menyelidiki benarkah gerakan ini dari Tuhan dan sesuai Alkitab, atau sebenarnya ini merupakan penipuan yang setan sedang kerjakan untuk memperdayakan anak-anak Tuhan di zaman ini ? Jujur saya akui tidak semua gereja-gereja Karismatik/Pentakosta menerima ajaran-ajaran yang sama, karena beberapa dari mereka sudah sadar bahwa ajaran-ajaran mereka salah, dan bahkan ada seorang hamba Tuhan dari Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) menyerang ajaran-ajaran sesat seperti "mukjizat" gigi emas, tertawa "kudus" ala Toronto Blessing, dll.

Apa Kelebihan-kelebihan dari Gerakan Karismatik ?
Pertama, gerakan ini memotivasi orang untuk memberitakan Injil. Memang benar, sepanjang sejarah theologia, khususnya theologia Reformed, semangat penginjilan sudah menjadi luntur semenjak Calvin mengatakan bahwa penginjil tidak diperlukan lagi. Tetapi tidak berarti akibatnya munculnya gerakan Karismatik, muncullah theologia Reformed Injili. Karena sepanjang sejarah, Rev. Jonathan Edwards, A.M. dan George Whitefield bertheologia Reformed sekaligus bersemangat Injili (mengabarkan Injil). Jadi muncullnya theologia Reformed Injili bukan karena adanya gerakan Karismatik, tetapi itu sudah semestinya yang diajarkan oleh Alkitab dan diikuti oleh gereja-gereja. Meskipun gerakan ini memiliki semangat penginjilan, tetapi orang-orang dalam gerakan ini kurang menguasai isi Injil Kristus yang sejati, dikarenakan mereka sendiri tidak perlu theologia yang sehat.
Kedua, ada sukacita dalam pelayanan. Banyak para pelayan gereja-gereja Protestan mainline sudah kehilangan sukacita dalam melayani Tuhan, karena ada "beban" jika mereka harus melayani Tuhan. Gerakan Karismatik sedikit memberikan kontribusi positif yaitu adanya sukacita dalam melayani Tuhan. Mereka rajin dan giat melayani Tuhan. Hal ini yang patut ditiru oleh gereja-gereja Protestan mainline yang hanya pintar bertheologia, tetapi lupa untuk ambil bagian dalam pelayanan. Meskipun gerakan ini memotivasi orang untuk melayani Tuhan, tetapi orang-orang dalam gerakan ini terkadang menyepelekan pentingnya theologia yang sehat dalam pelayanan itu sendiri.
Ketiga, memotivasi orang untuk berdoa. Gereja-gereja Protestan mainline (seperti GKI, GPIB, GKJW, dll) sudah melupakan pentingnya berdoa. Doa menjadi suatu rutinitas dan keterpaksaan semu, sehingga ibadah/kebaktian doa sudah hilang dari peredaran mayoritas gereja-gereja seperti yang saya sebutkan. Dalam hal ini, gerakan Karismatik sedikit memberi kontribusi positif yaitu pentingnya jam doa dalam gereja. Tetapi yang perlu disadari apa pentingnya jam doa ini dan motivasi dalam berdoa, kurang dimengerti secara holistik oleh gerakan Karismatik, sehingga mereka mengadakan doa bahkan doa semalam suntuk tanpa mengetahui motivasi, tujuan dan cara yang benar yang seperti Tuhan inginkan. Saya tidak menyalahkan jika gereja-gereja mengadakan ibadah/persekutuan doa bahkan doa semalam suntuk, karena itu baik, tetapi motivasi, cara dan tujuan dari doa tersebut harus jelas.
Keempat, khotbah yang cukup panjang/lama. Gereja-gereja non-Karismatik (Protestan mainline dan Katolik Roma) memiliki jam khotbah lebih pendek dari gereja-gereja Karismatik. Ambil contoh, gereja Katolik mempergunakan jam khotbah hanya kira-kira 10-15 menit dan selebihnya dipergunakan hanya untuk liturgi ibadah. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran dari seorang theolog Katolik Roma Thomas Aquinas yang mengatakan pentingnya liturgi dalam gereja, sehingga khotbah dan penyampaian Firman Tuhan disingkirkan bahkan hampir diabaikan. {Hal ini akan saya uraikan pada edisi berikutnya}. Gereja-gereja Protestan mainline (seperti GKI) mempergunakan jam khotbah hanya kira-kira 15-20 menit dari kira-kira 1 jam ibadah, lebih lama sedikit dari gereja-gereja Katolik Roma, tetapi masih sebentar. Dan gereja-gereja Injili (seperti GKA, GKT, dll) hanya mempergunakan waktu 30-45 menit dari 90 menit ibadah, lebih mendingan dari gereja-gereja seperti GKI, dll, tetapi masih kurang. Dalam hal ini, gereja-gereja Karismatik mempergunakan jam khotbah hampir 1 jam penuh, meskipun perlu disadari beberapa khotbah mereka hampir tidak ada isinya karena terlalu banyak lelucon, kesaksian, cerita-cerita, dll. Gerakan Reformed Injili dari hamba-Nya, Pdt. Dr. Stephen Tong mendobrak gereja-gereja seperti ini dan mulai menempatkan pemberitaan Firman Tuhan melalui khotbah ekspositori (membahas dan menafsirkan ayat per ayat dalam satu perikop Alkitab). Jadi, Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) yang didirikan oleh hamba-Nya yang setia ini menempatkan jam pemberitaan Firman Tuhan melalui khotbah sebagai yang utama. Di GRII Andhika (gereja saya), jam khotbah hampir 1 jam bahkan lebih sedikit (jika kebaktian umum sore yang dimulai Pkl. 16.30 WIB, khotbah dimulai kira-kira Pkl. 17.25-18.25 WIB, jika gembala sidang, Pdt. Sutjipto Subeno yang berkhotbah, sebelumnya ada pengumuman sebentar mulai Pkl. 17.10-17.20/25 dari gembala sidang).
Kelima, menggugah kembali pentingnya pengalaman rohani. Gereja-gereja Protestan mainline terlalu menekankan pentingnya theologia dan akademis, sampai lupa pentingnya juga pengalaman rohani dengan Tuhan. Dalam hal ini, gerakan Karismatik menggugah kembali pentingnya pengalaman rohani, tetapi masalahnya pengalaman rohani tidak selalu datang dari Tuhan. Nah, oleh karena itu, kembali, Gerakan Reformed Injili menyeimbangkan kedua hal ini, pentingnya theologia yang sehat dan bertanggungjawab yaitu theologia Reformed dan pengalaman rohani sejati yang sesuai Alkitab. Setiap pengalaman rohani yang bukan datang dari Allah dan tidak sesuai dengan Alkitab wajib dibuang, sedangkan yang sesuai dengan Alkitab, menandakan adanya hubungan yang intim/relationship dengan Allah. Tidaklah salah jika ada orang yang bersaksi di gereja, menyaksikan cinta kasih Tuhan, tetapi yang perlu diperhatikan kesaksian itu apakah asli atau palsu dan apakah yang disaksikan benar-benar sesuai Alkitab atau asal comot ayat Alkitab tanpa melihat konteks lalu bersaksi sembarangan dengan pakai ayat Alkitab tersebut.

Apa Kekurangan-kekurangan dari Gerakan Karismatik ? (dalam hal ajaran)
Pertama, "theologia" kemakmuran. Mayoritas (TIDAK SEMUA) gerakan/gereja Karismatik mengagungkan apa yang disebut sebagai "theologia" kemakmuran atau yang disebut sebagai "injil" sukses. Ajaran ini mengatakan bahwa setiap orang "Kristen" harus sukses, kaya, berhasil, berkelimpahan, sehat, dll. Buku-buku yang bertemakan sukses dari "Rev. Dr." Paul Yonggi Cho yang berjudul, "Mengapa Saya Harus Menderita ?", "Dimensi Keempat", dll begitu laris di pasaran keKristenan. Bahkan ada satu gereja Karismatik "terbesar" di Surabaya menggunakan nama depan "Successful". Siapa sich di dunia ini yang tidak mau sukses ? Bahkan banyak "hamba Tuhan" pun salah mengerti konsep sukses yang Tuhan inginkan. Bukankah dunia ini selalu mengajarkan sukses, berpikir dan menjadi kaya, dll ? Menurut mereka, sukses itu ditandai dengan banyaknya uang, kita semakin dihormati, atau mungkin kita menjadi motivator unggul seperti yang sedang digembar-gemborkan oleh Andrie Wongso yang mengadakan seminar bersama A. A. Gym. Itukah sukses yang Tuhan inginkan ? Mengapa banyak orang "Kristen" tidak mau sukses dengan cara Tuhan yaitu rela menjadi hamba, taat mutlak pada perintah-Nya, tidak maunya sendiri, mengerjakan apa yang Alkitab ajarkan ? Itu prinsip sukses ala Kristen dan Alkitab. Kita bukannya tidak boleh sukses, tetapi apakah ukuran kesuksesan (apalagi di gereja) selalu dari kuantitas, keuangan, dll ? Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa kalau gereja dikatakan sukses, bertumbuh dan ada "roh kudus" kalau kuantitas jemaatnya bertambah/banyak, maka sebutlah juga Mekkah sebagai tempat yang ada "roh kudus" karena setiap tahun orang yang datang ke Mekkah, itu hampir 12 juta lebih banyak dari orang-orang dalam sekali penginjilan oleh Billy Graham. Kuantitas tak menjamin sebuah gereja benar-benar ada Roh Kudus. Karena sejujurnya, gereja-gereja setan di USA lebih banyak pengikutnya, beranikah Anda mengatakan itu juga dari "roh kudus" ?
Kedua, mutlaknya berbahasa roh. Mayoritas (tidak semua) dari gerakan ini memutlakkan bahasa roh sebagai satu-satunya tanda kepenuhan "roh kudus". Bahkan di salah satu gereja Karismatik terbesar di Surabaya membuka SOM (Sekolah Orientasi Melayani) kelas bahasa roh. Sungguh lucu, apakah Alkitab pernah mengajarkan bahasa roh perlu dipelajari ? Bukankah itu salah satu dari karunia Roh Kudus yang paling tidak penting (1 Kor. 12:1-11) ? Bahkan, Pdt. Thomy J. Matakupan dalam katekisasi yang pernah saya ikuti, pernah mengatakan di sebuah SOM BETHANY, ada "pendeta" yang menyebutkan bahwa hanya orang-orang yang bisa berbahasa roh yang diangkat Tuhan Yesus ke Surga. Di seluruh Alkitab, tidak ada satu ayat pun yang mengajar hal seperti ini. Inilah namanya sesuatu yang relatif dimutlakkan. Masih adakah bahasa roh sampai sekarang ? Masih ada, tetapi penggunaannya sudah diselewengkan oleh banyak "pemimpin-pemimpin gereja" yang tidak bertanggungjawab ! Bahasa roh bukan sebagai syarat untuk diselamatkan (Second Blessing/Berkat Kedua), tetapi itu hanya karunia dan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang Allah inginkan. Karunia ini pun adalah termasuk karunia yang tidak penting karena urutannya paling akhir, karena karunia ini mudah dipalsukan oleh setan. Kalaupun karunia bahasa roh ada, ini harus dipergunakan hanya dalam pengabaran Injil bukan sebagai embel-embel/syarat tambahan untuk masuk Surga. Keselamatan hanya ada di dalam nama Tuhan Yesus dan hanya melalui anugerah-Nya yang memberikan iman kepada anak-anak-Nya serta kita melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada cara lain manusia bisa diselamatkan, hanya oleh karena anugerah dan iman saja, bukan karena perbuatan baik atau pun kemampuan berbahasa roh (juga bisa digolongkan sebagai perbuatan baik manusia). Untuk hal ini, silahkan baca 1 Korintus 14:1-40 (baca seluruh ayat, jangan dipotong-potong).
Ketiga, Word of Faith Movement (Gerakan Kata-Kata "Iman"). Mayoritas dari gerakan ini mempercayai bahwa apapun yang kita katakan, kita harus mengimaninya bahwa itu pasti terjadi. Itukah iman ? Itu bukan iman, tetapi self-confidence (kepercayaan diri) yang menggunakan nama iman dan Tuhan dengan sembarangan padahal itu dari diri sendiri. Bedakan dua istilah antara iman dan kepercayaan diri dan antara istilah iman dan Positive Thinking ! Iman adalah penyerahan total diri manusia kepada Allah dan menempatkan-Nya sebagai Tuhan (LORD ; Yunani : Kurios) di dalam hidupnya (Yunani : pistos berarti bergantung pada Kristus).
Keempat, "rebah dalam roh". Mayoritas gerakan ini mempercayai bahwa jika "roh kudus" bekerja atas orang-orang tertentu, maka orang-orang tersebut harus rebah/jatuh ke belakang (Jawa : nggeblak). Hal ini terjadi pada banyak ibadah/kebaktian kesembuhan "ilahi" atau dengan istilah-istilah seperti : Festival "Kuasa Allah" atau KKR Kesembuhan "Ilahi" atau sejenisnya. Biasanya orang-orang yang maju ke depan (altar call) didoakan oleh "pendeta" lalu tiba-tiba pasti disertai adegan nggeblak ini. Kalau pun orang-orang ini ada yang tidak nggeblak, sang "pendeta" mendorong-dorong atau kalau perlu meniup (entah sudah sikat gigi atau belum) supaya orang ini bisa jatuh/nggeblak (entah apakah itu dari "roh kudus" atau tidak tahan bau si "pendeta" yang belum sikat gigi atau baru makan jengkol). Kemudian, anehnya, ada orang-orang/panitia-panitia yang menjaga agar orang-orang yang jatuh ini kepalanya tidak sampai ke tanah. Pdt. Thomy J. Matakupan (GRII Andhika) kembali mengatakan bahwa Alkitab tak pernah mengajarkan dua adegan ini !
Kelima, orang-orang "Kristen" yang sakit pasti disembuhkan oleh Tuhan. Kembali, Word Faith Movement muncul. Kalau ini bentuknya mirip Word Faith Movement, tetapi lebih menekankan aspek self-confidence dari si sakit lalu si sakit harus memiliki "iman kepada Tuhan" (yang sebenarnya iman kepada diri sendiri) bahwa dia pasti sembuh. Mereka menggunakan istilah, "Name it and claim it !" (Sebut dan Tuntutlah!). Mereka beralasan kita adalah anak-anak Raja, di mana Raja pasti menuruti apa yang kita mau, karena kita adalah anak-anak-Nya. Benarkah ajaran demikian ? Bukankah Kristus sendiri yang adalah Anak Allah dibiarkan oleh Bapa-Nya menanggung dosa manusia bahkan sampai disalib di kayu salib ? Kalau seandainya ajaran ini benar, tentunya Kristus juga tidak boleh dibiarkan oleh Bapa-Nya untuk mati di kayu salib demi dosa-dosa kita karena Kristus adalah Anak Allah, dan bagaimana "nasib" kita yang dosanya tambah lama tambah besar dan tak tertebus ?! Orang yang memiliki kepercayaan bahwa kalau mereka sakit pasti disembuhkan oleh Tuhan, suatu saat ketika mereka benar-benar sakit dan Tuhan tidak menyembuhkannya, maka orang-orang seperti ini paling dahulu menghujat Allah dan meninggalkan gereja. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan beliau pernah bertemu dengan seorang "Kristen" yang mengatakan bahwa dia sedang kecewa kepada Allah. Beliau bingung mengapa ada orang "Kristen" seperti ini. Apakah ini salahnya sendiri atau sebaliknya, salah gereja yang mengajarkan Alkitab secara sembrono dan mengatakan bahwa orang Kristen pasti sukses, sehat, kaya, berkelimpahan, dll? Benarkah orang sakit pasti disembuhkan oleh Tuhan ? Sebenarnya yang berdaulat itu Tuhan atau manusia ? Kalau ajaran ini benar, maka idealnya, manusia lah yang mengatur alam semesta dan "Tuhan" menjadi pembantunya saja. Tetapi kenyataannya, manusia saja mengurusi keluarga saja tidak beres, apalagi mengurusi alam semesta tambah tidak beres. Jadi, siapa yang sebenarnya berdaulat ? Tentulah, Allah. IA memang mampu menyembuhkan penyakit karena IA Mahakuasa, tetapi IA sendiri belum tentu mau melakukannya, karena mungkin tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Misalnya : kalau penyakit si X disembuhkan, si X tidak lagi melayani Tuhan, maka IA tidak menyembuhkan penyakitnya.
Keenam, "roh kudus" melawan rasio. Bukankah mayoritas "hamba Tuhan" dari gerakan ini melawan theologia habis-habisan dan menganggap theologia itu produk setan ?! Mereka menganggap orang yang dipenuhi "roh kudus" tidak boleh pakai akal/rasio. Sungguh aneh, bukan ? Rasio itu diciptakan oleh Tuhan dan barangsiapa yang menghina rasio, ia juga menghina Tuhan sebagai Penciptanya. Memang, orang Kristen tidak boleh mendewakan rasio, tetapi orang Kristen tetap harus berpikir dan beriman ketika di gereja. Masalahnya, orang Kristen kalau ke gereja sudah tidak mau lagi menggunakan pikirannya karena si "pendeta" berkata bahwa khotbah itu tidak boleh memberatkan jemaat. Benarkah Roh Kudus bertentangan dengan rsaio ? Bukankah Alkitab sendiri mengatakan bahwa Roh Kudus akan datang untuk menginsyafkan manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman serta apa yang Kristus telah ajarkan (baca : Yohanes 15-16) ?
Masih banyak ajaran Karismatik yang perlu dibereskan satu per satu melalui tema-tema yang berbeda pada edisi-edisi berikutnya. Sekarang, mari kita menyelidiki perkembangan dan sedikit perubahan gereja-gereja Karismatik abad ini. Setiap kali saya membicarakan gerakan Karismatik, saya TIDAK menyebutkan kata "semua gerakan Karismatik", karena saya tahu ada beberapa gereja-gereja Karismatik/Pentakosta yang menyadari kekeliruannya dan bertobat. Ada beberapa tokoh-tokoh/"pendeta-pendeta" Karismatik yang menyadari kekeliruannya dan bertobat :
Pertama, Jim Bakker. Jim Bakker yang sudah saya kemukakan di atas bahwa dia adalah pengkhotbah TV yang ternyata menipu jutaan jemaat melalui wireless-earphone yang dipasang itu akhirnya mengakui kesalahannya dan melalui pengakuannya yang dicantumkan di Majalah Rohani Populer BAHANA : I Was Wrong (Saya Dulu Salah) mengungkapkan semua kekeliruannya dulu bahkan saya sendiri pernah melihat buku yang ditulis Jim Bakker yang membahas racun dari "theologia" kemakmuran yang edisi terjemahannya diterbitkan oleh Metanoia.
Kedua, "Rev." Benny Hinn yang juga pencetus ajaran Word Faith Movement dan "theologia" kemakmuran juga mengakui kesalahannya setelah menyadari ketika ia sedang melayani Tuhan di sebuah daerah, ternyata ada seorang Kristen yang miskin tetapi setia dalam mengikut Tuhan. Di saat itulah, Benny Hinn sadar lalu mengoreksi kesalahannya yang dahulu mempopulerkan bahwa orang "Kristen" harus kaya dan sukses.
Ketiga, Rev. Dr. Paul (David) Yonggi Cho yang gerejanya banyak diagungkan oleh banyak pemimpin gereja Karismatik, ternyata sudah bertobat dan kembali mempelajari theologia baik-baik (Reformed theology). Tahukah Anda gerejanya dulu yang liturgi/tata ibadahnya dan lagu-lagunya Karismatik murni (Full Gospel-Injil Sepenuh), sekarang diganti menjadi lagu-lagu klasik dan liturginya ala gereja Protestan (tertib) serta khotbahnya tidak lagi bersifat Karismatik, tetapi Injili.
Keempat, Pdt. Josep Sebastian Kawu. Mungkin nama ini tidak seberapa dikenal. Pdt. Josep Sebastian Kawu adalah mantan pendeta di GEREJA BETHANY yang BERTOBAT, menempuh pendidikan theologia Reformed di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta dan sekarang menggembalakan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Graha Famili, Surabaya, satu-satunya gereja Bethel Indonesia (GBI) yang mendukung KKR dan seminar Pdt. Dr. Stephen Tong.
Setelah menyadari kengerian gejala Karismatik ini dan perubahan gerakan Karismatik ini ke arah sedikit lebih baik (Jawa : nggenah), sadarkah kita trend dan arus zaman yang menipu ternyata hanya tahan sebentar saja dan kebenaran sejati yang Alkitab ajarkan tak akan pernah bisa digeser oleh arus zaman. Injil sejati memang sulit dan "terkesan" tidak laku, tetapi itu yang paling bertanggungjawab dan teruji segala zaman. Bandingkan theologia Reformed dengan theologia-theologia dari gereja-gereja lain, manakah yang paling berkualitas dan bertanggungjawab ?! Tahukah Anda arloji buatan mana yang berkualitas ? Casio buatan Jepang ? TIDAK ! Dari Indonesia atau Arab ? MUSTAHIL. Dari negara-negara Katolik Roma ? TIDAK ! Dari negara-negara Budha, Hindu, Kong Hu Cu ? TIDAK ! Hanya negara-negara yang dipengaruhi oleh Protestantisme (Reformed) yang bisa memproduksi arloji dan barang-barang bermutu misalnya Rolex, dll yang buatan Jerman (negara kelahiran Luther), Perancis (daerah yang dipengaruhi theologia John Calvin/Reformed), Belanda (Protestan). Kalau Toronto Blessing dari Tuhan, mengapa ajaran ini bisa reda dengan sendirinya ? Mengapa ajaran Reformed Injili yang dulu sudah dimiliki para penginjil seperti Jonathan Edwards, Arthur W. Pink, George Whitefield, dll tetap ada/exist sampai sekarang dan diteruskan oleh hamba-Nya, Pdt. Dr. Stephen Tong ?! Injil Kristus yang murni tak mungkin bisa hilang dari peredaran meskipun manusia menghambatnya! Tetapi "injil" murahan pasti akan reda dan digeser oleh arus zaman yang sedang menggelora ! Terserah Anda, maukah Anda dikecoh oleh berbagai fenomena-fenomena yang menipu dalam BEBERAPA gerakan Karismatik yang liar atau maukah Anda kembali kepada Alkitab dan belajar Firman-Nya dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab ?! Renungkanlah ! Amin.

Kepustakaan :
1. Tong, Pdt. Stephen, Dr. Artikel : Apakah Baptisan Roh Kudus ?
2. Tong, Pdt. Stephen, Dr. Artikel : Kecewa Kepada Allah.
3. Tong, Pdt. Stephen, Dr. 2004. Kaset Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) 2004 : Gerakan Reformed Injili dan Krisis Zaman. Jakarta : Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI).
4. Tong, Pdt. Stephen, Dr. 2005. Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) 2005 : Gerakan Reformed Injili dan Arah Sejarah. Surabaya : Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI).
5. Subeno, Pdt. Sutjipto, S.Th., M.Div. (2005). Khotbah Mimbar. Surabaya : Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika.
6. Matakupan, Pdt. Thomy, Drs., S.Th., M.Div. (2005). Bahan Katekisasi. Surabaya : Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika.
7. Alkitab. (2000). Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
8. Herlianto, Ir., M.Th. Toronto Blessing : Lawatan Roh Allah masa kini ? Bandung : Yayasan Bina Awam (YABINA).
9. Majalah Rohani Populer BAHANA. Jakarta : Yayasan ANDI.
10. Majalah Rohani Solagracia. Jakarta : Persekutuan Pekabar Injil (PPI).




Printed©2005 by : Euaggelion Ministries (pelayanan pribadi)

Refleksi Jumat Agung 2007 (2) : BEBASKAN BARABAS dan SALIBKAN DIA ! (oleh : Denny Teguh Sutandio)

Refleksi Jumat Agung 2007 (2)

BEBASKAN BARABAS dan SALIBKAN DIA!
oleh : Denny Teguh Sutandio

Nats : Matius 27:11-26 (17)

Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"


Matius 27:11-26 merupakan suatu perikop di mana Tuhan Yesus berada di hadapan Pontius Pilatus. Kalau kita membandingkannya dengan Injil Lukas 23:1-5,13-25, maka bagian perikop ini adalah bagian ketiga pengadilan Kristus setelah Ia diadili oleh Pilatus untuk pertama kalinya dan Herodes. Perikop ini (Matius 27:11-26) dimulai dari pertanyaan Pilatus kepada Kristus yang menanyakan tentang apakah Kristus adalah Raja orang Yahudi. Pertanyaan ini dijawab “ya” oleh Tuhan Yesus. Sebaliknya, di ayat 12, Matius mencatat bahwa jawaban ini tidak diberikan-Nya kepada para imam kepala dan tua-tua ketika mereka menanyakan hal serupa. Kemudian, di ayat 13-14, Pilatus menanyakan sesuatu, tetapi Kristus tidak menjawab, sehingga Pilatus heran. Kalau kita membandingkannya dengan Lukas 13:13-25 yang dikhususkan untuk menuliskan peristiwa tentang Kristus yang detail (Lukas 1:1-4), khususnya mulai ayat 13-16, Pilatus sudah menyatakan bahwa dia dan Herodes tidak menjumpai kesalahan apapun di dalam diri Kristus, sehingga ia ingin melepaskannya. Kalau kita kembali pada Matius 27:17, Pilatus bertanya, “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” Apa sebenarnya makna di balik pernyataan Pilatus ini ? Pertanyaan ini mengandung dua presuposisi dasar dari Pilatus. Di satu sisi, Pilatus ingin melepaskan Kristus karena dua alasan, pertama, ia tak menjumpai kesalahan apapun di dalam diri Kristus ; kedua, istrinya memperingatkannya agar tidak mengurusi masalah ini karena istrinya tidak bisa tidur (Matius 27:19). Di sisi lain, motivasi Pilatus yang utama bukan ingin melepaskan Kristus, tetapi untuk menarik hari orang Yahudi (Markus 15:10,15), sehingga nantinya ia menyetujui massa untuk menyalibkan Kristus. Bagi saya, di balik pernyataan ini, terkadung satu prinsip penting yaitu pilihan itu penting. Di dunia ini, ketika kita memilih sesuatu, kita tidak pernah diajar untuk mempertanggungjawabkan. Tetapi di dalam keKristenan, apapun yang kita pilih, atau apapun yang kita pikirkan, kerjakan, dan katakan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Secara spesifik, ketika kita memilih hal yang salah, pilihan kita akan berakibat fatal. Seperti Pilatus menawarkan Barabas (terjemahan KJV, ISV, ESV dan bahasa Yunani tidak menambahkan kata “Yesus”) atau Yesus, setan mencobai manusia dengan dua tawaran yaitu mengikuti dirinya (setan) atau mengikuti Kristus. Ketika kita memilih salah, seluruh hidup kita pun menjadi tidak bermakna.

Lalu, bagaimana orang banyak atau massa menjawab pilihan Pilatus itu ? Seperti yang telah saya jelaskan di atas bahwa pilihan itu penting, maka massa yang berkumpul pada saat itu setelah dipengaruhi oleh para imam kepala (Markus 15:11) berteriak untuk melepaskan Barabas bagi mereka dan menyalibkan Kristus (bandingkan Lukas 23:18 ; Yohanes 18:40). Lukas 23:19 menjelaskan bahwa Barabas adalah seorang penjahat yang terlibat di dalam dua kesalahan besar, yaitu pemberontakan dan pembunuhan. Meskipun seorang penjahat, bagi massa yang dipengaruhi oleh para “rohaniwan” pada saat itu, Barabas itu lebih “berharga” dan “penting” daripada Kristus. Bagaimana dengan kita ? Pdt. Thomy J. Matakupan pernah menuturkan bahwa ketika kita kembali kepada masa itu dan semua memori kita tentang Kristus dihapus, apakah benar kita termasuk salah satu murid-Nya yang melayani-Nya atau mungkin bahkan kita termasuk salah satu orang yang mengatakan, “Salibkan Dia!” Pilihan massa pada waktu itu menentukan nilai hidup yang mereka pegang. Mereka lebih memilih seorang penjahat yang brengsek ketimbang harus memilih Kristus yang ternyata tidak dapat memuaskan nafsu mereka yang menyesatkan (yaitu menjadikan Kristus sebagai raja yang bertahta di Israel mengalahkan Romawi). Seringkali, kita sebagai manusia juga demikian. Kita tidak ada bedanya dengan binatang yang gemar memuaskan nafsunya dan menolak kebenaran. Bagi kita, harta, kekayaan, posisi, pangkat, uang, dll yang menjadi “tuhan” di dalam hidup kita. Bahkan orang “Kristen” sekalipun rela menukar Kristus dengan hal-hal yang remeh hanya untuk memuaskan keinginan nafsu mereka yang menyesatkan, misalnya menjual “Kristus” dengan menjadi penganut agama lain atau/dan men“tuhan”kan filsafat atheistik (misalnya humanisme, materialisme, dualisme, dll). Mengapa ? Karena seperti anggapan para ahli Taurat di zaman Kristus, Kristus hanya dimengerti sebagai sinterklas, dokter, pemberi berkat, dll dan ternyata Ia bukan seperti itu sehingga Ia tidak memuaskan keinginan mereka. Ketika Allah tidak menuruti keinginan kita, kita seringkali marah bahkan kita mungkin sampai berteriak seperti massa pada waktu itu, “Salibkan Dia!” Sudah sepatutnya kah kita berlaku demikian ? TIDAK ! Ketika kita memberontak terhadap Kristus, hidup kita bukan tambah baik, malahan tambah buruk, bejat dan rusak serta hidup kita semakin tak berpengharapan.

Oleh karena itu, hari ini, ketika kita merenungkan bagian ini, sudahkah kita menyadari arti pengorbanan Kristus bagi manusia berdosa ? Kristus yang tidak berdosa dan 100% suci rela mengorbankan diri-Nya sendiri untuk mati menebus dosa manusia yang seharusnya mati akibat dosa. Ketika kita menyadari arti pengorbanan Kristus, biarkanlah Roh Kudus bekerja di dalam hati kita sehingga hidup kita hanya menTuhankan Kristus saja dan membuang semua filsafat atheis duniawi yang mencoba mengcengkeram hidup kita. Ketika kita menTuhankan Kristus, Ia sendiri menjamin bahwa hidup kita pasti berkelimpahan (Yohanes 10:10b). Berkelimpahan di sini TIDAK berarti kaya, makmur, dll, tetapi hidup yang memiliki kelimpahan makna dan pengharapan di dalam Kristus yang telah memberikan harapan baru bagi kita, seperti syair lagu rohani mengatakan, “Sebab Dia hidup, ada hari esok. Sebab Dia hidup, ku tak gentar, karena ku tahu Dia pegang hari esok. Hidup jadi, berarti sebab Dia hidup.