18 March 2012

Bagian 14: Karunia Pelayanan (Rm. 12:7)

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 14: Karunia Pelayanan (Rm. 12:7)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah menjelaskan tentang karunia pimpinan/administrasi, maka saat ini mulai poin 12 hingga akhir, kita akan beralih ke nats Roma 12 untuk mendaftarkan karunia-karunia Roh Kudus yang lain yang Paulus sebutkan. Di poin pertama di Roma 12, Paulus menyebutkan karunia pelayanan. Teks LAI menerjemahkannya, “melayani”, padahal teks Yunani yang dipakai: διακοναν (diakonian) berbentuk kata benda, berfungsi sebagai objek langsung (akusatif), feminin, dan tunggal dari kata διακονα (diakonia). ESV, NASB, dan RSV sama-sama menerjemahkannya, “service” (pelayanan), sedangkan ALT, EMTV, KJV, dan LITV menerjemahkannya, “ministry” (pelayanan).

Lalu, apa artinya karunia pelayanan? Ketika kembali menyelidiki kata διακοναν (diakonian) maupun kata διακονα (diakonia), kata ini mayoritas merujuk pada pelayanan secara umum kepada Allah. Misalnya, kata διακοναν (diakonian) yang terdapat di: Lukas 10:40; Kisah Para Rasul 11:29; 12:25; 20:24; Roma 11:13; 1 Korintus 16:15; 2 Korintus 4:1; 5:18; 11:8; Kolose 4:17; 1 Timotius 1:12; 2 Timotius 4:5, 11; dan Wahyu 2:19. Khusus kata διακοναν (diakonian) di Ibrani 1:14 tidak merujuk pada pelayanan kepada Allah, karena konteks menunjukkan bahwa itu pelayanan kepada manusia. Lalu, kata διακονα (diakonia) juga mayoritas merujuk pada pelayanan kepada Allah dan Kristus yaitu di: 2 Korintus 3:7, 8, 9; 6:3; 9:12. Namun, ada juga pengertian lain tentang pelayanan di sini, yaitu pelayanan kepada orang yang membutuhkan, misalnya di: Matius 25:44[1]; Kisah Para Rasul 6:1-2[2]; dan Roma 15:25[3].[4]

Jika demikian, apa arti pelayanan? Apakah artinya merujuk pada arti pelayanan secara umum atau secara khusus? Beberapa ada yang mengartikannya: pelayanan secara umum, namun benarkah penafsiran ini? Mari kita memperhatikan konteks Roma 12 secara keseluruhan. Setelah dua ayat pertama di pasal 12 membahas tentang kita harus diubah akal budi kita, supaya dapat mengenal kehendak Allah, maka di ayat 3-5, Paulus berbicara tentang kesatuan tubuh Kristus. Di dalam kesatuan tubuh Kristus, Paulus menasihatkan, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:” (ay. 6a) Di dalam kesatuan tubuh Kristus terdapat berbagai macam karunia (gift) yang berlainan/berbeda menurut pemberian Allah kepada kita. Dengan kata lain, daftar karunia mulai ayat 6b-8 adalah variasi karunia berdasarkan pemberian Allah. Karunia pelayanan di ayat 7 adalah salah satu karunia yang didaftarkan Paulus. Jika karunia ini dimengerti sebagai pelayanan secara umum, maka apa bedanya Markus, Petrus, Paulus yang melayani dengan orang Kristen tertentu yang memiliki karunia pelayanan? Perlu diperhatikan, semua orang Kristen harus melayani Allah secara umum, namun beberapa orang diberi karunia khusus untuk melayani. Yang dimaksud karunia pelayanan di sini adalah karunia khusus di dalam pembangunan tubuh Kristus (bdk. 1Kor. 12). Emeritus Profesor of Theology di University of Durham, U.K., Prof. C. E. B. Cranfield menafsirkannya sebagai, “the spiritual capacity for practical service.[5] (kapasitas rohani bagi pelayanan praktis) Karunia pelayanan di dalam pembangunan tubuh Kristus bisa berupa karunia melayani jemaat baik dalam hal rohani maupun jasmani.



[1] Kata Yunaninya: διηκονσαμν (diēkonēsamen) yang merupakan kata kerja indikatif aorist aktif, orang pertama jamak dari kata διακονω (diakoneō).

[2] Di ayat 1, kata Yunaninya: διακονίᾳ (diakoniai) yang merupakan kata benda yang berfungsi sebagai objek tidak langsung (datif), feminin, dan tunggal dari kata διακονα (diakonia). Sedangkan di ayat 2, kata Yunaninya: διακονεν (diakonein) yang merupakan kata kerja infinitif, present, aktif dari kata διακονω (diakoneō).

[3] Kata Yunaninya: διακονν (diakonōn) yang merupakan kata kerja partisipel, present, aktif, nominatif, maskulin, dan tunggal dari kata διακονω (diakoneō).

[4] C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans (London; New York: T&T Clark International, 2004), hlm. 621.

[5] Ibid., hlm. 623.

Resensi Buku-159: LATAR BELAKANG PERJANJIAN BARU-3: Sastra (Pdt. Lukas Tjandra, D.Miss.)

Injil Matius, Kisah Para Rasul, Surat Roma, dll merupakan beberapa kitab dalam Perjanjian Baru. Apa itu Perjanjian Baru? Apa yang melatarbelakangi Perjanjian Baru?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
LATAR BELAKANG PERJANJIAN BARU
Jilid 3: SASTRA


oleh: Pdt. Lukas Tjandra, D.Miss.

Penerjemah: Ev. Eunice Liauw, S.Th.

Penerbit: Literatur SAAT Malang, 2010



Di dalam bukunya Latar Belakang Perjanjian Baru Jilid 3: Sastra, Pdt. Lukas Tjandra, D.Miss. menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi Perjanjian Baru khusus di dalam bidang sastra dengan 5 pasal. Pasal 1 berisi latar belakang Perjanjian Lama, Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta), dan kaitan PL dengan PB. Di Pasal 2, Pdt. Lukas Tjandra memaparkan seputar kitab-kitab Apokrifa (latar belakang, status, kekurangan, dan nilai Apokrifa) dan Pseudepigrafa (intisari). Kemudian, di Pasal 3, penulis memaparkan seputar sastra Perjanjian Lama (kitab Hikmat dan sastra Nabi, dll) dan tulisan-tulisan lain dalam Kitab Agama Orang Yahudi, seperti: Talmud dan Midrash. Selanjutnya, pembahasan beralih kepada gulungan laut mati yang ditemukan dan masyarakat Qumran. Dan di akhir pasal, beliau memaparkan pengenalan seputar Alkitab dan terjemahannya. Di bagian akhir ini, beliau menguraikan sejarah terbentuknya Perjanjian Baru, salinan-salinan PB yang disebut Codex (ada 7 Codex), berbagai jenis terjemahan kuno dalam bahasa Aram, Latin, dan Syria, berbagai terjemahan Alkitab berbahasa Inggris dari kuno sampai modern, dan sejarah Alkitab terjemahan Indonesia. Biarlah buku yang disusun dengan teliti dan bahasa yang sederhana ini dapat menguatkan iman Kristen kita tentang dapat diandalkannya Perjanjian Baru yang kita miliki.



Profil Pdt. Dr. Lukas Tjandra:
Pdt. Lukas Tjandra, M.A., D.Miss. yang lahir di Binjai, Sumatera Utara adalah General Secretary di Golden Lampstand Publishing Society sejak tahun 2001. Beliau adalah alumni Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang pada tahun 1956-1959, kemudian melanjutkan studi di Melbourne Bible Institute pada tahun 1962-1963. Pada tahun 1973, beliau menyelesaikan studi Master of Arts (M.A.) di Trinity Evangelical Divinity School, U.S.A. dan Doctor of Missiology (D.Miss.) di Fuller Theological Seminary, U.S.A. pada tahun 1988.