06 November 2010

Resensi Buku-105: KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN (Prof. Wayne A. Grudem, Ph.D.)

...Dapatkan segera...
Buku
KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN:
Menjawab 20 Pertanyaan Mendasar Mengenai Iman Kristen


oleh:
Prof. Wayne A. Grudem, Ph.D.

Editor: Rev. Elliot Grudem, M.Div.

Penerbit: Metanoia, 2009

Penerjemah: Daniel Budiantoro





Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:
Iman Kristen adalah iman yang berpusat kepada Allah dan kedaulatan-Nya. Mengerti iman Kristen harus mengerti apa yang Allah firmankan di dalam Alkitab. Lalu, sebagai orang Kristen, bagaimana kita dapat mengerti iman Kristen secara tuntas sesuai dengan Alkitab? Prof. Wayne A. Grudem, Ph.D. melalui bukunya Kebenaran yang Memerdekakan menguraikan 20 doktrin dasar iman Kristen ditinjau dari perspektif iman Kristen (theologi Reformed) yang bertanggungjawab. Ke-20 doktrin dasar tersebut menjelaskan Bibliologi (Doktrin Alkitab) sebagai dasar semua doktrin (atau disebut juga Prolegomena), Theologi (Doktrin Allah), Christian Antropologi (Doktrin Manusia), Hamartologi (Doktrin Dosa), Kristologi (Doktrin Kristus), Soteriologi (Doktrin Keselamatan), Ekklesiologi (Doktrin Gereja), dan Eskatologi (Doktrin Akhir Zaman). Uniknya, ke-20 doktrin dasar iman Kristen yang diuraikan Dr. Grudem ini begitu sederhana, karena buku ini merupakan ringkasan dari dua buku beliau yaitu Systematic Theology dan Bible Doctrine. Meskipun dalam beberapa konsep, saya kurang menyetujui pandangan Dr. Grudem, tetapi mayoritas pengajaran dalam buku ini patut diacungi jempol, karena mampu menyajikan perdebatan doktrinal di dalam theologi dengan bahasa yang mudah dimengerti. Di bagian Apendiks, beliau menyelipkan dua bab. Bab pertama berisi Pengakuan Iman Nicea, Konstantinopel, dan Calcedonia ditambah The Chicago Statement on Biblical Inerrancy. Kemudian di Bab 2, Dr. Grudem memasukkan referensi bacaan lanjutan mengenai theologi sistematis yang berisi buku-buku bacaan theologi sistematika yang ditulis oleh para theolog Injili (beliau khusus memasukkan dua buku dari orang Katolik di dalamnya sebagai bahan studi)





Rekomendasi:
“Ini benar-benar 20 ajaran dasar yang harus diketahui setiap orang Kristen. Wayne Grudem adalah pakar pengajar yang memiliki kemampuan menjelaskan kebenaran yang rumit dalam bahasa sederhana. Dia adalah orang dengan keyakinan yang dalam dan hasrat theologi – dan mereka yang membaca buku ini akan terdidik dan termotivasi dalam iman.”
Prof. R. Albert Mohler, Jr., Ph.D.
(Presiden kesembilan dan Profesor Theologi Kristen dari Southern Baptist Theological Seminary, Louisville, Kentucky, U.S.A. dan anggota dewan dari: Focus on the Family dari James Dobson dan Council on Biblical Manhood and Womanhood; Bachelor of Arts—B.A. dari Samford University; Master of Divinity—M.Div. dan Doctor of Philosophy—Ph.D. dalam bidang Theologi Sistematika dan Historika The Southern Baptist Theological Seminary)

“Didasarkan pada Systematic Theology, ringkasan ini akan sangat membantu pemula dengan Kristus untuk meneguhkan imannya.”
Prof. James Innell (J. I.) Packer, D.Phil.
(Board of Governors’ Professor of Theology di Regent College, Vancouver, Canada; B.A.; Master of Arts—M.A.; dan Doctor of Philosophy—D.Phil. dari Corpus Christi College, Oxford University, U.K.

“Meskipun buku ini adalah hasil pemadatan dari Systematic Theology karya Wayne A. Grudem, namun saya tidak kehilangan antusiasme akan kebenaran yang dicintainya dan kejelasan kata-katanya.”
Rev. John Stephen Piper, D.Theol.
(Pendeta Pengkhotbah dan Visi di Betlehem Baptist Church, Minneapolis, Minnesota, U.S.A. dan Pendiri sekaligus Presiden dari Desiring God Ministries {website: www.desiringgod.org}; B.A. dari Wheaton College, U.S.A.; Bachelor of Divinity—B.D. dari Fuller Theological Seminary, Pasadena, California, U.S.A.; dan Doctor of Theologie—D.Theol. dari University of Munich, Munich, Jerman Barat)





Profil Dr. Wayne A. Grudem dan Rev. Elliot Grudem:
Prof. Wayne A. Grudem, B.A., M.Div., Ph.D. adalah Research Professor bidang Theologi dan Studi Biblika di Phoenix Seminary, Phoenix, Arizona. Beliau menyelesaikan studi B.A. di Harvard University; M.Div. di Westminster Theological Seminary, U.S.A.; dan Ph.D. di University of Cambridge, U.K.

Rev. Elliot Grudem, B.A., M.Div. yang adalah anak kandung dari Prof. Wayne A. Grudem, Ph.D. adalah gembala dari Christ the King Presbyterian Church sejak Musim Panas 2005. Beliau juga adalah editor dari Christian Beliefs: Twenty Basics Every Christian Should Know (buku yang ditulis oleh ayahnya ini). Beliau menyelesaikan studi B.A. dalam bidang Sejarah dan Bahasa Inggris di Miami Univeristy dan M.Div. di Reformed Theological Seminary, U.S.A. Beliau ditahbiskan sebagai pendeta di the Presbyterian Church in America dan anggota dari Acts 29 Network.

KRISTEN MISTIK: Tinjauan Kritis dan Tantangan (Denny Teguh Sutandio)

KRISTEN MISTIK:
Tinjauan Kritis dan Tantangan


oleh: Denny Teguh Sutandio



PENDAHULUAN
Di abad modernisme, khususnya abad Pencerahan, manusia lebih menekankan fungsi rasio, sehingga apa pun yang tidak sesuai dengan rasio dianggap bukan kebenaran sejati. Matinya modernisme ditandai dengan Perang Dunia 1 dan 2. Namun sayangnya, matinya modernisme TIDAK menyadarkan manusia kembali kepada Tuhan, malahan justru tambah parah. Setelah meninggalkan modernisme, manusia sekarang masuk ke dalam zaman postmodern. Di zaman ini, ide postmodernisme muncul. Di satu sisi, ide ini mengandung sisi positifnya yaitu menyadari bahwa rasio bukan segala-galanya dan mengembangkan kemampuan manusia yang bukan hanya sisi kognitif saja (selain IQ, saat ini kita mengenal istilah: EQ, SQ, dll), namun di sisi lain, ide ini juga mengandung sisi negatif, yaitu kaburnya batasan yang jelas (Pdt. Joshua Lie, Ph.D. {Cand.} menyebutnya: borderless). Postmodernisme kemudian saat ini disisipi dengan sebuah gerakan yang kerap kali disebut: Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) yang merupakan sebuah perkawinan antara filsafat Barat (rasionalisme dan empirisisme) dan filsafat Timur ditambah Monisme (percaya bahwa segala sesuatu itu satu atau dengan bahasa agama, segala sesuatu menuju “tuhan” yang sama) dan Pantheisme (percaya bahwa segala sesuatu itu adalah “allah”). Kalau kita telusuri, ide Gerakan Zaman Baru (GZB) sebenarnya mirip dengan ide dalam Buddhisme dan Taoisme yang menekankan pentingnya persatuan dengan alam.




KRISTEN MISTIK: PENGARUH GERAKAN ZAMAN BARU
Sebagai sebuah gerakan yang muncul kira-kira 40-50 tahun yang lalu, GZB telah merembes ke dalam segala bidang kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, pendidikan, sains, bahkan agama, khususnya Kekristenan. Reiki, Kundalini, Yoga, dll digemari oleh banyak orang, bahkan tidak terkecuali orang “Kristen”. Bahkan menurut pengakuan salah seorang Kristen yang pernah mencoba Reiki dan Kundalini, pemimpin gereja baik dari Protestan maupun Katolik mencoba Reiki dan Kundalini. Meskipun GZB merupakan perkawinan antara filsafat Barat dan Timur, namun kalau kita memperhatikan dengan teliti, unsur filsafat Timur yang lebih menonjol. Oleh karena itu, saya menyebut zaman ini sebagai zaman mistik. Bahkan Kekristenan pun secara sadar atau tidak sadar telah diracuni oleh mistisisme ala GZB. Ciri-cirinya:
Pertama, mengaburkan antara Allah dan manusia. Kekristenan sejati sesuai dengan Alkitab mengajarkan bahwa meskipun menyandang gambar dan rupa-Nya, manusia dan Allah TETAP berbeda secara kualitatif. Namun karena diracuni oleh GZB, maka beberapa Kristen mulai menganut konsep bahwa Allah dan manusia itu satu adanya. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa karena kita ada di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita, maka apa yang kita katakan itu yang Kristus katakan. Bahkan yang lebih ekstrem lagi, ada seorang pendeta yang berani mengatakan bahwa kita adalah allah-allah kecil (little gods). Sebuah kekonyolan terjadi, jika Allah dan manusia itu sama, mengapa di gereja si pendeta tersebut, si pendeta dan jemaatnya masih berdoa kepada Allah, dll? Bukankah logisnya, mereka menyuruh jemaatnya untuk berdoa kepada diri mereka sendiri yang adalah “Allah”?


Kedua, mementingkan kuasa kata-kata. Karena manusia dianggap sebagai allah-allah kecil, maka tidak heran, banyak Kristen bahkan pemimpin gereja berani mengajarkan bahwa kata-kata orang Kristen memiliki kuasa untuk mendatangkan berkat atau kutuk, oleh karena itu, selalu katakan kata-kata positif. Jadi, ketika ada orang yang sakit kanker, para penganut berpikir positif ini menyuruh orang yang sakit tersebut berkata, “Saya tidak pernah dan tidak boleh sakit.” Namun apakah setelah mengatakan hal tersebut, pengidap kanker tersebut menjadi sembuh? Dalam beberapa hal, sebagai orang Kristen, memang adalah bijak jika kita lebih banyak berkata-kata positif untuk menegur dan membangun orang dan mengurangi kata-kata negatif, karena kata-kata negatif kebanyakan melemahkan semangat orang (namun TIDAK berarti TIDAK boleh berkata-kata negatif), namun ketika kita terlalu menekankan mutlaknya kata-kata positif dan menghilangkan sama sekali kata-kata negatif, bagi saya itu terlalu naif! Coba buktikan: jika Anda pergi ke dokter untuk berobat, kemudian dokter mengatakan bahwa Anda sakit malaria atau TBC, lalu Anda mengatakan, “JANGAN dokter, dokter gak boleh bilang gitu. Bilang dong, saya sehat!” Setelah Anda berkata demikian, saya jamin, si dokter akan menelpon petugas rumah sakit jiwa untuk membawa Anda untuk segera direhabilitasi, wkwkwk.


Ketiga, larisnya roh-roh lain. Karena berfokus pada persatuan dengan alam, maka beberapa (banyak) orang Kristen dan pemimpin gereja mengalihkan perhatiannya pada dunia roh. Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D. di dalam bukunya Pengantar Theologi Sistematik mengatakan bahwa sebuah khotbah yang berpusat pada Allah menghindarkan jemaatnya dari: keduniawian (worldliness) dan kedunia-lainan (other-worldliness). Namun karena banyak khotbah hari ini tidak berpusat pada Allah, maka tidak heran, terciptalah suatu generasi “Kristen” yang maniak dengan dunia roh. Hari-hari ini, buku yang bertemakan dunia roh, dunia santet, dll laris di kalangan Kristen dan penulis bukunya ramai diundang di gereja. Bahkan seorang teman saya “Kristen” dan tentunya bersama dengan beberapa orang Kristen yang berasal dari gereja yang suka dengan dunia roh mengatakan bahwa beberapa orang Kristen diberi karunia untuk melihat setan. Saya terkaget-kaget, di Alkitab TIDAK ada satu orang pun yang diberi karunia dari Tuhan untuk melihat setan! Anehnya, koq melihat setan bisa bangga ya, apa motivasi orang yang bisa melihat setan? Kemudian, setelah melihat setan, mau diapain? Mau ditengkingin satu per satu? Tugas orang Kristen dan pemimpin gereja seharusnya memberitakan Injil dan mengajar iman Kristen, sekarang berubah menjadi gemar menengking setan (ada setan mati lampu, setan air mampet, dll). Saya TIDAK anti dengan pengusiran setan, namun saya paling tidak suka mengatakan apa-apa sebagai setan. Guci tua yang ada gambar naganya dianggap setan, tetapi herannya salah satu mata uang negara tertentu yang ada gambar naganya, mengapa uang tersebut tidak dibakar? Di Alkitab, ada tulisan naga di kitab Wahyu, apakah kitab Wahyu perlu dibakar juga? Gara-gara sibuk dengan urusan setan dan kroni-kroninya, Kekristenan mulai dialihkan oleh setan sendiri dari mimbar yang seharusnya memberitakan firman menjadi mimbar yang suka membuka kedok setan, sehingga jemaat bukan makin mengerti firman, tetapi makin mengerti dan mendalami setan.


Keempat, larisnya para pelayan roh-roh lain. Karena roh-roh lain juga laris, maka tidak heran para pelayan roh-roh tersebut juga laris. Beberapa orang Kristen merasa TIDAK bersalah apa-apa tatkala mereka mendatangi peramal nasib atau dukun untuk meminta petunjuk entah itu petunjuk agar kariernya lancar atau enteng jodoh, dll. Bagaimana tidak, seorang tacik yang melayani dalam tim pembesukan jemaat di salah satu gereja Injili di Surabaya mendatangi seorang peramal! Mereka tidak menyadari bahwa peramal lebih tidak bisa diandalkan ketimbang Allah. Mari buktikan: peramal tetap adalah manusia yang terbatas dan berdosa, apakah ia bisa meramal sampai 10 bahkan 100 tahun kemudian? Kata seorang rekan saya, ada seorang peramal perempuan yang kerap kali masuk televisi hanya bisa meramal sampai tahun 2012, kenapa hanya bisa sampai 2012? Apa setelah dia melihat film 2012? Aneh-aneh ae, hahaha. Kedua, biasanya isi ramalan itu merupakan isi yang umum. (alm.) Pdt. Ir. Amin Tjung, M.Th. pernah mengatakan bahwa ada seorang yang mau buka perusahaan datang ke peramal, si peramal menasihati bahwa ia harus hati-hati. Gak usah pergi ke peramal pun, orang lain juga bisa menasehati hal yang sama, cape dech… Ketiga, apakah si peramal itu sendiri bisa meramal kehidupannya yang akan datang? Jika tidak bisa, ngapain ngeramal orang lain?


Kelima, larisnya sarana yang dipakai oleh roh-roh lain. Selain para pelayan roh-roh lain, roh-roh lain juga menggunakan sarana-sarana tertentu yang disakralkan. Banyak orang Kristen hari-hari ini mensakralkan barang-barang tertentu atau tempat tertentu, misalnya: berdoa lebih afdhol kalau di bukit doa, mutlaknya minyak urapan sebagai sarana kesembuhan, dll. Berdoa di bukit doa tidaklah salah, namun jika sudah memutlakkannya lalu mengajar bahwa jika berdoa di bukit doa maka pasti dikabulkan Tuhan itu sudah memberhalakan tempat dan jangan salahkan jika iblis gemar tinggal di sana. Di Alkitab Perjanjian Baru, tidak ada satu ayat pun yang mengajar minyak urapan sebagai media kesembuhan. Ada pendeta yang menafsirkan kata “minyak” di Yakobus 5:14 sebagai minyak urapan. Minyak di situ artinya minyak sebagai obat dan di seluruh Injil, Kristus TIDAK pernah satu kali pun menggunakan minyak sebagai sarana menyembuhkan orang sakit. Nah, yang aneh, pendeta yang kerap kali gembar-gembor minum kopi dan sarapan sama Tuhan Yesus, koq bisa gak sehati ama Tuhan Yesus: Kristus TIDAK pernah menggunakan minyak urapan, koq si pendeta malah memberhalakan minyak urapan? Yang error itu sebenarnya siapa toh? HeheheJ

Sarana lain yang dipakai roh-roh lain adalah tradisi mistik Timur. Kalau kita melihat di Tiongkok, orang-orang Tionghoa percaya dengan shio. Shio ini sebenarnya merupakan tanda supaya orang bisa mengetahui dia lahir pada tahun apa dan usianya sekarang berapa. Namun dalam perkembangannya, shio disisipi muatan mistik dengan mengatakan bahwa orang yang shionya babi itu penidur, perempuan yang shionya macan itu tidak laku (karena keras), bahkan ada yang membanggakan diri bahwa orang yang shionya kambing itu perhatian, mengerti, lemah lembut, dll (maklum gak ada yang muji dia), hahaha. Ada juga yang mengajar bahwa orang yang shio X jiong dengan orang yang shionya Y. Tetapi begitu ditunjukkan fakta bahwa ada seorang pendeta yang bershio babi namun bukan penidur, orang yang memuja shio ini mengatakan bahwa itu mungkin babi air atau babi tanah. Hahaha. Yang lebih ekstrem, seorang pendeta supaya kelihatan “rohani” mengatakan bahwa shionya shio Yesus (bukan rohani, tetapi justru menghina Yesus dengan menyamakan-Nya dengan binatang). Di dalam tradisi Indonesia juga kita sering mendengar bahwa jangan berdiri di depan pintu saat maghrib, jangan buang air kecil di bawah pohon besar (lha ya jelas, pesing toh, wkwkwk), dll. Semuanya ini juga masih dipercaya dan dilakukan oleh beberapa orang Kristen.




IMAN KRISTEN DAN MISTIK
Apakah berarti iman Kristen tidak mengandung unsur mistik? Tentu ada, tetapi yang disoroti di sini, iman Kristen bukan iman mistik yang buta, tetapi iman “mistik” yang obyektif dan ada dasarnya. Di dalam ajaran Alkitab yang dikembangkan oleh seorang theolog, kita mengenal doktrin persatuan mistis orang percaya dengan Kristus (mystical union with Christ). Kita juga mengenal beberapa tokoh mistik Kristen, misalnya: Bernard of Clairvaux dan Thomas à Kempis yang terkenal dengan bukunya The Imitation of Christ. Mereka berdua mengajarkan iman Kristen secara mistis, namun mistik versi mereka berdasarkan Alkitab, karena mengajarkan doa, kontemplasi/meditasi (merenungkan firman Tuhan, bukan mengosongkan pikiran), dll. Mistisisme Kristen yang Alkitabiah ini seharusnya menyadarkan kita pentingnya kesalehan (pietas) hidup kita. Saya terus terang takut dan kuatir dengan beberapa orang Kristen yang terlalu gemar berkutat di dalam hal-hal theologi, mereka kebanyakan menjadi kering dalam hal kerohanian: malas saat teduh, berdoa, rendah hati bersekutu dengan sesama saudara seiman, dll, sebaliknya mereka menjadi arogan, gemar mengkritik sini sana dan ahli dalam berdebat. Namun ingatlah mistik versi Kristen yang sesuai dengan Alkitab BERBEDA dari mistisisme ala GZB yang anti hal-hal rasional dan cenderung subyektif (meskipun beberapa istilah yang dipakai antara versi Alkitab dan versi GZB hampir sama).

Dunia yang dipenuhi oleh semangat mistisisme ala GZB TIDAK seharusnya membuat orang Kristen menjadi ikut-ikutan! Sebagai pengikut Kristus, kita diperintahkan untuk diubah pola pikir kita untuk mengerti kehendak Allah (Rm. 12:2) dengan cara berfokus kepada Kristus (Kol. 2:8). Hidup Kristen yang berfokus kepada Kristus berarti hidup yang men-Tuhan-kan Kristus dan tunduk di bawah otoritas Alkitab. Tunduk di bawah otoritas Alkitab berarti diawali dengan belajar Alkitab baik-baik dan bertanggung jawab, lalu menguji segala sesuatu di dunia ini dengan dasar Alkitab (1Tes. 5:21).

Bagaimana dengan kita? Masihkah kita sebagai orang Kristen percaya pada tradisi dan ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab yang melawan Alkitab? Saatnya kembali kepada Alkitab dan fokuskan iman dan hidup kita kepada Kristus, Kakak Sulung kita. Ujilah tradisi, ajaran, dan filsafat dunia dengan Alkitab: terimalah yang positif dan buanglah yang negatif (melawan Alkitab). Amin. Soli Deo Gloria.