17 January 2008

Matius 8:18-22 : THE START OF THE FOLLOWER

Ringkasan Khotbah : 16 Januari 2005

The Start of the Follower

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 8:18-22



Puji Tuhan, kita telah menyelesaikan bagian pertama dari implikasi Kerajaan Sorga, yaitu Kristus adalah Raja sekaligus Tuhan maka kita yang adalah budak-Nya harus men-Tuhankan Dia dalam hidup kita, the Lordship of Christ. Matius membagi implikasi Kerajaan Sorga ini menjadi empat sub tema dan susunannya sangat unik, yaitu: setiap sub tema masing-masing terdiri dari 17 ayat dan di dalam sub tema tersebut masing-masing ada tiga contoh (Mat. 8:1-17; Mat. 8:18-34; Mat. 9:1-17; Mat. 9:18-34). Tuhan tidak pernah memaksa supaya orang men-Tuhankan Dia. Tidak! Iman sejati tidak dapat dipaksa. Iman sejati memberikan kekuatan pada orang sehingga dengan sadar ia mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan yang bertahta atas hidupnya. Berbeda dengan iblis, iblis tidak mempunyai kekuatan tersebut maka satu-satunya cara supaya orang mau menuruti perintahnya adalah dengan merasuk dan membelenggunya. Kalau manusia dapat menyembah Tuhan dengan tulus dan tanpa paksaan maka itu membuktikan satu hal, yaitu Kristus adalah Tuhan yang sejati.
Ketuhanan Kristus ini dinyatakan melalui tindakan-Nya yang justru oleh manusia dianggap kontroversial. Ingat, jangan samakan manusia dengan Tuhan; kalau secara logika, manusia pikir tidak mungkin maka justru sebaliknya, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil; yang manusia anggap baik justru sebaliknya menurut Tuhan tidaklah demikian. Cara Tuhan bekerja sangatlah unik bahkan jauh melampaui logika manusia dan sifatnya selalu berlawanan dengan konsep manusia berdosa. Jangan kenakan standar manusia pada Tuhan justru sebaliknya manusialah yang harus ikut dengan standar Tuhan. Setelah orang dibukakan dan memahami implikasi Kerajaan Sorga, yaitu the Lordship of Christ, kini, Kristus Tuhan menuntut suatu komitmen pada setiap orang yang menjadi warga Kerajaan-Nya, true disciplership. Matius memberikan tiga contoh yang kelihatannya bersambung dan berurutan namun kalau kita bandingkan dengan Injil yang lain maka ada beberapa perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap penulis melihat Kristus dari dimensi yang berbeda seperti halnya Matius yang melihat Kristus sebagai Raja.
Kita dapat melihat bagaimana sikap atau reaksi: orang, alam/tatanan dunia dan iblis melalui tiga contoh yang ditulis oleh Matius. Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, perhatikan, Tuhan Yesus justru menyuruh para murid untuk bertolak ke seberang (Mat. 8:18). Seberang yang dimaksud di sini berarti konteksnya berada di tepi danau Galilea. Pertanyaannya kalau hari ini, kita yang dikelilingi oleh banyak orang, kita menjadi seorang selebritis, bagaimanakah reaksi kita? Seperti Tuhan Yesuskah atau kita malah menikmati situasi tersebut? Orang Yahudi sangat terkejut atas tindakan Tuhan Yesus tersebut sebab reaksi Kristus berbeda dengan manusia pada umumnya. Reaksi siapakah yang paling benar? Manusia berdosa tentu akan menjawab kalau sikapnyalah yang paling benar dan menyalahkan Tuhan Yesus. Pertanyaannya adalah siapakah manusia sehingga berani mengatur Tuhan Sang Pencipta alam semesta supaya menurut dengan cara dan konsep manusia? Ingat, cara Tuhan berbeda dengan cara manusia.
Sebagai warga Kerajaan-Nya, kita harus turut pada perintah Kristus, Tuhan Raja yang menjadi teladan hidup kita. Andai, Kristus menggunakan cara manusia ketika Ia menjalankan misi-Nya di dunia pastilah Ia akan sukses sebab saat itu Tuhan Yesus sudah sangat terkenal maka pastilah setiap hari ada banyak orang yang mau mengikut Dia. Tuhan Yesus berbeda, Ia tidak mudah larut dalam pujian manusia, Ia justru menjauh. Tuhan Yesus tahu apa motivasi mereka mengikut itulah sebabnya Tuhan menegur dengan keras ketika orang mau mengikut Dia (Luk. 9: 57-62). Ribuan orang Yahudi yang mengikut dan mau menjadi pengikut adalah bukti bahwa Tuhan Yesus telah mencapai prestasi yang begitu tinggi yang tidak dipunyai oleh guru-guru yang lain. Ajaran Tuhan Yesus berkualitas tinggi sehingga mereka menjadi takjub (Mat. 7:28). Reaksi yang ditunjukkan ini tidak wajar sebab orang Yahudi selalu merasa diri sebagai orang pandai dan bijaksana sehingga sulit tunduk pada orang lain. Jangan terjebak dalam konsep dualisme. Seorang Kristen yang saleh bukan berarti kita tidak boleh tenar atau outstanding. Tidak! Orang Kristen justru harus outstanding sebab itu menjadi citra Kekristenan dan hal ini telah diteladankan oleh Kristus sendiri. Kristus telah mencapai keunggulan dan nilai tertinggi yang tidak dapat dicapai oleh manusia manapun di dunia. Hanya dengan bersandar pada pimpinan Tuhan sajalah maka orang Kristen dapat mencapai kualitas tertinggi seperti yang Kristus teladankan. Orang Kristen yang skeptis, tidak mau mencapai kualitas itu berarti menghina Kekristenan. Semua kepandaian dan ketenaran kalau tidak di dalam Tuhan hanyalah kesia-siaan namun di sisi lain, janganlah terjebak masuk ke dalam ekstrim yang lain, yaitu kita menikmati hidup dalam keglamouran dan kita senang karena banyak orang yang memuja dan kita menikmati itu sebagai suatu pen-Tuhanan diri.
Seorang Kristen harus mengejar kualitas seperti yang telah Kristus teladankan dan kualitas inipun telah diakui oleh dunia bahkan orang yang menolak Kristuspun mengakui pengajaran Yesus adalah the golden rule. Memang, dalam berbagai aspek, Kekristenan mempunyai integritas, moralitas, nilai hidup dan harkat yang tinggi dan sebagai anak Tuhan kita seharusnya bangga akan tetapi janganlah kita menjadi lupa diri sebaliknya kita harus retret dan mengevaluasi diri. Manusia mudah sekali jatuh ke dalam dosa, manusia selalu ingin menjadi “Tuhan“. Raja yang Agung itu telah memberikan teladan indah dan bersifat paradoks – saat orang banyak memuja Dia, Yesus malah meninggalkannya. Cara Kristus bereaksi tentulah sangat mengejutkan para murid padahal reaksi seperti ini bukan yang pertama kali ditunjukkan oleh Kristus namun toh mereka tidak juga mengerti. Ketika Tuhan Yesus bertransfigurasi dan bertemu dengan Musa dan Elia maka reaksi para murid saat itu adalah mereka hendak menetap dan mendirikan tiga tenda. Inilah sifat manusia berdosa. Kalau menjadi seorang pengikut sejati, the true follower of Christ maka kita harus mengikut pada cara berpikir Kristus, kita harus merombak seluruh konsep yang kita yang salah. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan menjadi ciri-ciri dari seorang pengikut Kristus sejati, yaitu:
1. Memandang ke Atas
Manusia mudah sekali jatuh ke dalam dosa dan manusia gampang terjebak oleh situasi dunia yang memang sengaja iblis ciptakan. Ketika kita berada dalam posisi outstanding, ingat kita harus mengarahkan pandangan kita hanya kepada Tuhan saja sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm. 11:36). Nanti, di akhir dari pengajaran Kristus tentang implikasi Kerajaan Sorga – banyak orang mau menjadi pengikut-Nya namun Tuhan Yesus tidak memandang hal tersebut sebagai kepopularitasan diri namun Tuhan Yesus melihat mereka sebagai gambaran domba yang tak bergembala, mereka seperti orang yang tersesat; karena itu pandanglah pada si empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja untuk tuaian itu (Mat. 9:35-37). Inilah langkah awal bagi kita kalau mau menjadi seorang pengikut Kristus yang sejati. Orang harus bisa mati terhadap pujian dan hendaklah kita selalu memandang pada Kristus.
Orang yang hanya peduli pada perkataan orang lain maka ia tidak akan pernah mencapai kesuksesan karena seluruh jiwanya selalu dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di dekatnya akibatnya semua keputusan dan tindakannya selalu diatur oleh orang lain. Seorang pengikut Kristus sejati seharusnya tahu bagaimana ia harus bereaksi ketika sesuatu yang nyaman dan nikmat itu datang padanya, yaitu ia harus memandang pada Tuhan – pada apa yang menjadi kehendak Tuhan saja. Ironisnya, manusia lebih takut pada manusia daripada takut kepada Tuhan, manusia takut ditolak karena itu kita harus memandang pada Tuhan supaya kita tidak terjatuh dalam dosa. Pengikut Kristus sejati bukanlah pengikutnya seorang “pengikut“. Siapa pengikut Kristus sejati dan siapa yang bukan dapat kita lihat dari sikap atau reaksinya ketika ia sedang berada di puncak karir atau ketika ia berada dalam posisi outstanding.

2. Menilik ke Dalam
Kalau pada bagian pertama kita dapat membedakan manakah orang yang menyenangkan manusia dengan orang yang menyenangkan hati Tuhan dari reaksi, cara pengambilan keputusan, sikap, dan lain sebagainya tapi di bagian kedua ini sangat sulit dilihat sebab menyangkut motivasi. Hati-hati, bagian pertama dan kedua ini kelihatan hampir sama, di satu sisi, kita mau mempertumbuhkan pelayanan – bersifat rohani tapi di sisi lain kalau kita tidak berhati-hati maka kita akan jatuh dalam kesombongan. Apakah yang sedang kita perjuangkan itu demi untuk menggenapkan kehendak Tuhan atau demi untuk kesuksesan diri? Perbedaan kedua aspek ini sangat tipis, kalau kita tidak berhati-hati maka kita akan jatuh dalam kesombongan karena itu, Tuhan mengajarkan pada kita untuk retret dengan demikian kita dapat menguji setiap motivasi kita yang terdalam. Retret adalah waktu bagi kita untuk mengevaluasi diri dan melepaskan diri dari segala macam aspek “kesuksesan duniawi“. Ini seharusnya menjadi jiwa Kekristenan dimana mata tidak selalu memandang pada hal-hal yang duniawi. Orang lain mungkin tidak tahu apa motivasi kita, dengan mudah kita dapat mengelabui orang dengan kalimat-kalimat indah dan rohani, namun kita tahu persis apa motivasi kita sendiri. Ingat, selain diri kita sendiri ada oknum yang lain yang juga tahu, yaitu Tuhan dan iblis. Hati-hati, dengan tipu muslihat iblis sebab ia tidak akan tinggal diam, dengan segala cara ia akan berusaha menggoda kita supaya jatuh dalam dosa. Jangan terjebak dengan hal-hal yang secara kasat mata kelihatan enak sebab semua itu hanya bersifat sementara dan berakibat pada kehancuran. Sebagai warga Kerajaan Sorga yang menjadi satu kesatuan tubuh Kristus, hendaklah kita mempunyai jiwa pelayanan seperti yang Kristus teladankan. Tidak ada seorangpun yang tahu apa motivasi kita melayani tapi ingat, semua itu akan teruji dan terbukti kelak. Orang yang mempunyai motivasi pelayanan yang murni pasti akan tahan uji ketika tantangan datang, ia tidak akan undur. Seperti emas, semakin dipanaskan maka ia akan menjadi semakin murni dan indah. Terkadang Tuhan memang sengaja menguji kita, memang sakit, tapi semuanya itu adalah demi untuk kebaikan kita, yaitu untuk membentuk karakter kita supaya semakin serupa Kristus.

3. Peka Membatas
Dalam doa Bapa Kami, salah satu kalimatnya berbunyi: ...ampunilah kami akan kesalahan kami dan jauhkanlah kami daripada pencobaan. Tuhan Yesus ingin mengajarkan supaya kita mempunyai kepekaan, awareness sebagai sikap yang harus dimiliki oleh seorang pengikut Kristus sejati, the true follower dengan demikian kita tidak mudah jatuh dalam jebakan iblis. Kalau kita tidak berhati-hati kita akan mudah terjebak ke dalam pandangan orang yang menganggap wajar kalau seandainya kita menjadi terkenal sebagai efek dari pelayanan yang kita lakukan. Andrew Gih seorang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, suatu kali ketika ia berkhotbah, ada seorang yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan dan diketahui ternyata ia bernama John Sung. Seperti halnya Andrew Gih, Tuhanpun memberkati ia dengan luar biasa. Namun banyak orang tidak mengetahui dan tidak memahami tindakan yang dilakukan John Sung, yaitu ia membakar uang yang diperoleh dari hasil ia melayani. Bukan tanpa alasan, ia membakar semua uangnya karena ternyata, kemudian hari diketahui bahwa orang menuduhnya menerima uang lebih banyak dan mempermainkan teman-teman sepelayanan yang lain. Secara logika, John Sung layak menerima uang tersebut sebagai upah dari pelayanan yang ia lakukan namun tidak demikian yan dipikirkannya. Ia tahu uang akan membawa resiko yang besar. Inilah kepekaan yang dimiliki oleh seorang pengikut Kristus sejati yang tidak mudah tergiur dengan segala kenikmatan dunia.
Biarlah setiap kita peka akan hal-hal duniawi yang memang sengaja ditaruh oleh iblis untuk menggoda kita supaya jatuh dalam dosa. Ketika godaan itu datang, waspadalah, inilah saatnya kita untuk retret – mengevaluasi diri dan menguji motivasi pelayanan kita. Sebab banyak orang Kristen yang begitu giat dan menggebu-gebu melayani Tuhan ketika pertama kali bertobat namun seiring berjalannya waktu, ketika karir dan kesuksesan mulai mengiming-iming kita maka prioritas hidup itu menjadi bergeser. Tuhan bukan lagi yang terutama dalam hidup kita. Itulah akibatnya kalau kita tidak mempunyai kepekaan, pelan namun pasti sedikit demi sedikit, Tuhan kita geser. Mengejar karir dan kesuksesan memang tidaklah salah namun kalau hal itu sampai mengeser fokus dan orientasi hidup kita maka hati-hatilah. Mungkin inilah waktunya bagi kita untuk melepaskan kesuksesan duniawi tersebut karena semua itu pasti bukan kehendak Tuhan. Alangkah indah kalau hidup kita hanya bersandar pada Tuhan, kita tidak mudah digoyahkan dan tidak dikendalikan oleh hal-hal duniawi dan materi. Pertanyaannya adalah maukah kita menjadi pengikut Kristus yang bukan hanya sekedar "pengikut" tapi kita mau mengikut dengan sungguh dan dibangun di dalam iman dan pelayanan dengan demikian seluruh orientasi hidup kita hanya untuk memuliakan Tuhan saja. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

Roma 5:1-2 : DAMAI SEJAHTERA DAN KEMULIAAN ALLAH

Seri Eksposisi Surat Roma :
Hasil Pembenaran Melalui Iman-1



Damai Sejahtera dan Kemuliaan Allah

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 5:1-2.

Setelah Paulus menjelaskan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Tuhan Yesus Kristus, ia menjabarkan tentang efek/akibat dari pembenaran itu yaitu damai sejahtera dan kemuliaan Allah (Roma 5:1-2) dan kesengsaraan (Roma 5:3-5) serta pengharapan di kala kesengsaraan (Roma 5:6-11).

Pada pasal 5 ayat 1, Paulus mengatakan, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Perkataan “sebab itu” menunjukkan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan atau hasil akhir dari ayat sebelumnya (pasal 4 ayat 25) yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan, Alkitab mengatakan bahwa kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus. Terjemahan King James Version untuk frase “hidup dalam damai sejahtera” adalah, “we have peace with God” (=kita memiliki kedamaian dengan Allah). Ini berarti damai sejahtera bukan menjadi sesuatu yang asing bagi kita, tetapi menjadi milik kepunyaan kita karena kita telah dibenarkan melalui iman. Damai sejahtera atau eirēnē dalam bahasa Yunaninya merupakan sesuatu yang indah dan berharga bagi umat manusia. Di dalam Perjanjian Lama, kata damai itu ada pada diri imam dalam mengikut Tuhan (Maleakhi 2:6), tetapi kenyataannya imam-imam Israel pada waktu itu tidaklah demikian, karena mereka tidak taat kepada-Nya (Maleakhi 2:1-3,8-9). Raja Daud di dalam Mazmur 37:37 menyatakan konklusi yang cukup indah, “Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan;” Di dalam pasal 37, Daud sedang mengontraskan antara orang-orang fasik yang kebahagiaannya semu/fana dengan orang-orang yang takut akan Tuhan yang dipelihara oleh Allah. Tidak heran, Daud berani berkata bahwa orang-orang yang takut akan Tuhan diidentikkan dengan orang yang suka damai akan ada masa depan. Terjemahan King James Version (KJV) pada ayat 37 ini, “for the end of that man is peace.” (=karena masa depan/akhir dari manusia itu adalah damai). Jadi, menurut terjemahan KJV ini, yang menjadi inti adalah damai sejahtera yang menjadi masa depan orang yang sempurna (KJV : perfect) dan tulus/jujur (KJV : upright). Lalu, damai sejahtera ini dikerjakan oleh orang yang tulus dan jujur. Dengan kata lain, damai sejahtera sangat berkaitan erat dengan ketulusan, kejujuran dan kesempurnaan. Damai sejahtera yang tidak mengerjakan ketiga prinsip tersebut adalah damai sejahtera palsu ! Dari kedua bagian di dalam Perjanjian Lama ini, kita mendapatkan kesimpulan bahwa manusia menghendaki dan harus menjalankan damai sejahtera. Dari manakah damai sejahtera itu ? Tentu, dari Allah (Imamat 26:6 ; Bilangan 6:26 ; Ayub 25:2 ; Yesaya 26:12 ; dll). Dengan kata lain, Allah adalah Sumber Damai Sejahtera asli. Kalau demikian, Allah yang adalah Sumber Damai Sejahtera juga adalah Allah yang Mahaadil, Mahakudus, Mahakasih, Mahabijaksana, Mahakuasa, dan Berdaulat, sehingga damai sejahtera harus berkaitan erat dengan semua natur Allah. Tidak heran, nabi Yesaya menyampaikan firman Allah, “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” (Yesaya 32:17) Di dalam bagian ini, yang menjadi inti bukan damai, ketenangan, dll, tetapi kebenaran. Terhadap ayat ini, Matthew Henry di dalam tafsirannya Matthew Henry’s Concise Commentary (MHCC) memaparkan, “...Peace and quietness shall be found in the way and work of righteousness. True satisfaction is to be had only in true religion. And real holiness is real happiness now, and shall be perfect happiness, that is, perfect holiness for ever…” (=Kedamaian dan ketenangan seharusnya ditemukan di dalam jalan dan karya kebenaran keadilan. Pemuasan sejati hanya dimiliki di dalam agama yang sejati. Dan kekudusan sejati adalah kebahagiaan sejati sekarang, dan seharusnya menjadi kebahagiaan yang sempurna, yaitu, kekudusan yang sempurna selama-lamanya.) Jadi, kebenaran keadilan (righteousness) melahirkan kedamaian dan ketenangan. Bahkan, Matthew Henry menggabungkan konsep kekudusan dengan kebahagiaan. Banyak orang mau bahagia, tetapi hidup tidak benar/tidak kudus. Banyak orang mau hidup damai, tetapi menolak kebenaran. Melalui Yesaya dan tafsiran Matthew Henry, kita mendapatkan 2 pengajaran yang berharga, yaitu : kedamaian pasti berhubungan dengan kebenaran keadilan dan kebahagiaan/ketenangan pasti berhubungan juga dengan kekudusan.
Tetapi, sayangnya konsep damai sejahtera ini sudah dirusak oleh manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga yang menjadi inti damai bukan kebenaran tetapi “kasih” yang kompromi, seperti yang kita juga perhatikan di abad postmodern yang mengilahkan relativisme (manusia sudah mendegradasi makna damai yang berkaitan erat dengan kebenaran keadilan)! Lalu, bagaimana kita dapat kembali menemukan damai sejahtera ? Tidak ada jalan lain. Allah dari Surga mengirim Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi pendamai antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa (Efesus 2:13-17), bahkan di dalam Efesus 2:14, Paulus menyatakan bahwa Kristus, “damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,”. Damai sejahtera sejati telah diwujudnyatakan oleh Kristus, Sang Raja Damai (Yesaya 9:5). Lalu, apakah wujud damai sejahtera itu ? Apakah damai sejahtera berwujud tak ada konflik, selalu hidup berdampingan, “mengasihi” dengan berkompromi terhadap dosa, dll seperti yang orang-orang postmodern ajarkan dan lakukan ? TIDAK. Tuhan Yesus sendiri berfirman, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yohanes 14:27) Damai sejahtera di dalam bagian ini berkaitan dengan damai sejahtera dari Roh Kudus yang akan memimpin, menolong, mengajar dan menghibur kita di dalam menunaikan mandat-Nya. Roh Kudus adalah Roh Allah yang Kudus/Suci yang sama seperti Allah Bapa dan Allah Anak, Ia juga membenci dosa, tetapi mengasihi manusia yang berdosa, sehingga ketika Roh Kudus memberikan damai sejahtera, Ia tetap berfokus kepada karya dan kebenaran Kristus, karena Roh Kudus datang untuk memuliakan Kristus. Selain itu, damai sejahtera sejati bukan damai sejahtera yang “mengasihi” dengan berkompromi, tetapi damai sejahtera itu adalah damai yang dari dalam menegur mereka yang berbuat dosa agar bertobat. Dengan kata lain, damai sejahtera bukan hanya berkaitan dengan kekudusan, tetapi juga dengan pertobatan sejati dan penyingkapan realita dosa manusia. Kristus disebut Raja Damai (Yesaya 9:5), tetapi tidak berarti Dia berkompromi dengan semua dosa dengan alasan “damai”, malahan Ia justru menegur para ahli Taurat yang munafik, menegur dan mengingatkan Petrus yang mencoba “membujuk”-Nya agar tidak disalib supaya Petrus bertobat, dll. Kedamaian yang Ia berikan bukan seperti yang sering digembar-gemborkan oleh para penganut “theologia” religionum, yaitu kedamaian yang tanpa pertobatan, itu kedamaian palsu ! Tetapi kedamaian Kristus adalah kedamaian yang memerdekakan, mempertobatkan, menguduskan dan menyempurnakan melalui karya Roh Kudus. Oleh karena itu, di dalam Roma 5:1 ini, Paulus mengatakan bahwa setelah kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus, di saat yang sama, kita juga menemukan damai sejahtera Allah melalui Kristus. Sehingga di dalam hampir setiap suratnya, Paulus selalu memulai dan mengakhiri isi suratnya dengan perkataan damai sejahtera di dalam Kristus (Galatia 1:3 ; Efesus 1:2 ; Efesus 6:23 ; Filipi 1:2 ; 1 Tesalonika 1:1 ; 2 Tesalonika 1:2 ; 2 Tesalonika 3:16 ; 1 Timotius 1:2 ; 2 Timotius 1:2 ; Titus 1:4 ; Filemon 1:3 ; dll). Bagaimana dengan kita ? Kita yang sudah diperdamaikan dengan Allah di dalam Kristus juga harus menjalankan kedamaian itu kepada orang lain. Tetapi ingatlah satu prinsip : di dalam menjalankan kedamaian yang telah kita terima dari Kristus, kita tidak boleh berkompromi dengan orang lain, artinya kita tidak boleh toleransi kepada dosa orang lain, tetapi kita harus jujur dan tulus menyatakan realita keberdosaan manusia di hadapan Allah lalu memberitakan Injil Kristus sebagai solusi dari realita dosa mereka. Kedamaian sejati pasti berkaitan dengan Kebenaran Allah, jika tidak, itu bukan kedamaian sejati ! Mengapa ? Karena Allah Anak datang sebagai Raja Damai mendamaikan hubungan antara Allah yang Mahakudus dengan manusia yang berdosa BUKAN dengan menjadikan manusia langsung bersih tanpa dosa, tetapi dengan menggantikan posisi manusia yang harus mati. Rekonsiliasi Kristus berhasil karena rekonsiliasi Kristus berkaitan dengan substitusi (penggantian) dan propisiasi (peredaan murka Allah) yang Kristus kerjakan di dalam karya penebusan-Nya di kayu salib. Demikian juga, ketika kita mau menjalankan perdamaian, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2)

Lalu, Paulus melanjutkan pengajarannya, “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini.” (Roma 5:2a) Dengan kata lain, ayat ini mengajarkan finalitas Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Kata “jalan masuk” dalam terjemahan KJV : access dan dalam bahasa asli (Yunani)nya prosagōgē berarti admission (=hak atau izin masuk ; pengakuan). Saya akan memakai ilustrasi yang mencoba mendekati kebenaran ini (meskipun masih kurang sempurna). Andaikata kita (X) adalah seorang warga negara yang ingin bertemu dengan presiden, kita tidak akan mungkin diperbolehkan oleh ajudan atau penjaga yang menjaga di istana kepresidenan. Tetapi ketika kita mengenal anak presiden itu, maka kita boleh masuk atau mendapat izin masuk ke dalam istana presiden itu. Anak presiden itu lah simbol dari Anak Allah, Kristus yang menjadi tiket bagi kita untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Melalui Kristus, kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan izin masuk ke dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera sejati. Tanpa Kristus, tak mungkin ada jalan masuk kepada anugerah dan damai sejahtera dari Allah ini.

Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah, sebagaimana yang Paulus ajarkan di dalam ayat 2b, “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Kata “bermegah” lebih tepat diterjemahkan bersukacita (KJV : rejoice). Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah. Kalau kita boleh menyadari bahwa dahulu kita berdosa dan dikatakan mengurangi kemuliaan Allah (Roma 3:23), tetapi setelah dibenarkan dan diselamatkan melalui anugerah Allah yang memberikan iman, Alkitab mengatakan bahwa kita menerima kemuliaan Allah (terjemahan KJV, English Standard Version—ESV, New International Version—NIV dan New American Standard Bible—NASB hanya menyebutkan, “hope of the glory of God”, sedangkan International Standard Version dan New Revised Standard Version—NRSV menambahkan kata “sharing”, sehingga menjadi “hope of sharing God's glory” (ISV) dan “hope of sharing the glory of God” (NRSV)). Mengapa ISV dan NRSV menambahkan kata sharing (=berbagi) ? Karena mungkin artinya kemuliaan Allah yang dahulu pernah dirusakkan oleh dosa sekarang di dalam Kristus, kemuliaan Allah di dalam manusia menjadi pulih kembali dan kita ikut dimuliakan karena Kristus. Apa yang Paulus ajarkan seharusnya menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa dosa bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi sangat fatal, bahkan kemuliaan Allah di dalam manusia pun menjadi rusak, tetapi puji Tuhan, melalui Kristus, kemuliaan Allah dipulihkan di dalam manusia, sehingga anak-anak-Nya kembali menyandang kemuliaan Allah di dalam diri mereka. Karena menyandang kemuliaan Allah, kita tidak boleh sembarangan bertindak di dalam hidup kita. Artinya, kita harus tetap hidup kudus, karena kita sedang menyandang dan memancarkan kemuliaan Allah di dalam Kristus. Sebagai orang Kristen, kita tidak hanya berhenti di konsep anugerah, tetapi terus berlanjut pada pertanggungjawaban sebagai respon kita terhadap anugerah Allah yaitu dengan menjalankan perintah-Nya di dalam Taurat. KeKristenan bukan meniadakan Taurat dengan alasan “finalitas Kristus”, tetapi mengerti dan menjalankan Taurat dari perspektif Injil Kristus.

Sungguh anugerah yang begitu agung ketika kita mendapatkan damai sejahtera ditambah pengharapan akan kemuliaan Allah. Oleh karena itu, sudahkah kita bersyukur atas anugerah-Nya yang begitu agung ini dan membagikannya dengan cara memberitakan Injil kepada mereka yang masih hidup di dalam kegelapan ? Amin. Soli Deo Gloria.

Resensi Buku-38 : DARI IMAN KEPADA IMAN (Pdt. DR. STEPHEN TONG)

...Dapatkan segera...
Buku
FROM FAITH TO FAITH (DARI IMAN KEPADA IMAN)

oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG

Penerbit : Momentum Christian Literature, 2004

Transkrip : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.





Kristus adalah Pemula dan Penyempurna iman kita. Dengan demikian, seluruh kehidupan dan perjalanan hidup rohani kita adalah karya Kristus, Sang Alfa dan Omega atas alam semesta dan Penguasa sejarah, secara umum ; dan Pencipta, Penyelamat, serta Pemelihara kita dari awal sampai akhir, secara khusus. Alangkah besarnya kasih karunia Tuhan yang telah memulai segala kebajikan, dan yang menyempurnakan segala kebajikan di dalam kita. Karena itulah, dari hati kita yang terdalam kita berseru, “Segala puji dan hormat kembali kepada-Mu, ya Tuhan, sebab Engkaulah yang telah menciptakan saya, dan yang memprebarui saya dari seorang berdosa menjadi orang kudus, memimpin saya dari seorang kafir menjadi orang beriman, dan memelihara saya dari bibit iman yang kecil sampai memiliki iman yang sempurna. Dan dengan iman yang Engkau karuniakan ini, saya dapat mengalahkan dunia yang fana ini untuk mewarisi hidup yagn kekal.” Marilah kita, semua orang beriman di seluruh dunia dan di segala zaman, berseru seperti yang dikatakan Rasul Paulus di dalma Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”







Profil Pdt. DR. STEPHEN TONG :
Pdt. DR. STEPHEN TONG dilahirkan di Fukien daratan Tiongkok pada tahun 1940. Pada usia 17 tahun (tahun 1957) beliau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan. Sampai tahun 2007 ini, beliau telah berkhotbah 28 ribu kali dihadapan lebih dari 20 juta orang. Paling sedikit yang pernah menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan dalam pelayanannya adalah 200 ribu orang. Beliau pernah berkhotbah dan memimpin seminar dalam Bahasa Inggris, Mandarin dan Indonesia di Amerika Utara, Amerika Latin, Australia, Asia dan Eropa. Kota-kota yang pernah dikunjunginya lebih dari 600 kota besar di seluruh belahan dunia termasuk Paris, New York, Toronto, Hongkong, Roma dan seterusnya. Sejak tahun 2000, beliau memimpin Expository Preaching di Jakarta (Hari Minggu Pagi Bahasa Indonesia & Minggu Siang Bahasa Mandarin), Singapura (Hari Minggu Sore Bahasa Indonesia, Hari Minggu Malam Bahasa Mandarin-English), Kuala Lumpur (Hari Senin Bahasa Mandarin-English), Hongkong (Hari Selasa Bahasa Mandarin-Kanton) dan Taipei (Hari Rabu Bahasa Mandarin) setiap minggunya dengan pendengar lebih dari 6000 orang.

Pdt. Stephen Tong berbeban khusus untuk menegakkan teologi Reformed dan menyingkirkan penghalang-penghalang bagi pertumbuhan iman Kristen dan berusaha untuk membawa manusia kembali kepada anugerah Allah melalui penafsiran Alkitab yang sangat ketat. Selain berkhotbah, beliau juga pernah mengajar di berbagai seminari di dalam dan luar negeri dalam bidang teologi dan filsafat yakni 25 tahun di Seminari Alkitab Asia Tenggara hingga menjabat Ketua Yayasan, pendiri dan mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia, pendiri dan Rektor Institut Reformed International di USA & Asia serta Jakarta. Beliau pernah mengajar sebagai dosen tamu di China Graduate School of Theology Hongkok, China Evangelical Seminary Taipei dan Trinity Theological College Singapura.

Pada tahun 1985, beliau dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dalam bidang Kepemimpinan Penginjilan Kristen dari La Madrid International Academy of Leadership di Manila. Belau pernah diundang sebagai pembicara utama dalam Lausanne Congress, International Prayer Assembly di Seoul, Amsterdam 1988 dan terakhir General Assembly of World Reformed Fellowship di Afrika Selatan pada tahun 2006.

Beliau selain berkhotbah dan mengajar, beliau adalah seorang maestro dalam bidang musik klasik, di mana telah menjadi konduktor dan komponis. Beliau memimpin konser-konser musik klasik di berbagai kota di Asia serta mengkomposisi puluhan lagu hymn berbobot yang telah dinyanyikan di seluruh dunia. Selain itu beliau juga merupakan arsitek ulung di mana telah merancang gedung gereja dan aula pertemuan di berbagai kota.
Beliau adalah pendiri dari Stephen Tong Evangelistic Ministries International, Sinode Gereja Reformed Injili Indonesia, Sekolah Theologia Reformed Injili (STRI) di berbagai kota, Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII), Institut Reformed, Jakarta Oratorio Society, Christian Drama Society, Reformed Center for Religion and Society dan seterusnya. Buku-bukunya antara lain:
· Iman dan Agama
· Hidup Kristen Yang Berbuah
· Iman Kristen, Penderitaan dan HAM
· Iman, Rasio dan Kebenaran
· Baptisan dan Karunia Roh Kudus
· Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Suara Setan
· Roh Kudus dan Kebangunan
· Dinamika Hidup dalam Pimpinan Roh Kudus
· From Faith to Faith
· Keluarga Bahagia
· Membesarkan Anak dalam Tuhan
· Allah Tritunggal
· Peta dan Teladan Allah
· Dosa, Kebenaran dan Penghakiman
· Siapakah Kristus?
· Yesus Kristus Juruselamat Dunia
· Mengetahui Kehendak Allah
· Waktu dan Hikmat