05 November 2009

Roma 16:14-15: SALAM KEPADA SAUDARA SEIMAN-7

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-13


Salam Kepada Saudara Seiman-7

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:14-15



Setelah kita membahas sosok Rufus, maka Paulus memberikan salam kepada orang lain di ayat 14-15. Beberapa tafsiran tidak membahas detail sosok orang-orang di dalam dua ayat tersebut. Tetapi beberapa tafsiran membahasnya. Siapa saja mereka itu?

Pertama, Asinkritus (Asunkriton). Menurut Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible, nama ini adalah nama Yunani. Menurut Robertson’s Word Pictures (RWP), dia adalah budak Kaisar Augustus yang telah dibebaskan. Setelah dibebaskan, Dr. Gill memaparkan bahwa dia menjadi salah satu dari ke-70 murid Kristus (Luk. 10:1) dan menjadi bishop (uskup) di Hyrcania.

Kedua, Flegon (Phlegonta). Dr. John Gill juga menyebut Flegon sebagai salah satu dari ke-70 murid Kristus di Lukas 10:1 dan menjadi Uskup di Marathon.

Ketiga, Hermes (Hermēn). King James Version (KJV) menerjemahkannya Hermas. New International Version (NIV) menerjemahkannya Hermes. RWP menafsirkan bahwa Hermes adalah nama umum dari seorang budak pada zaman itu. Menurut Dr. Gill, nama ini adalah nama salah satu dewa Yunani di Listra (Kis. 14:12). Dr. Gill juga menjelaskan bahwa Hermes juga salah seorang dari ke-70 murid Kristus tersebut dan menjadi Uskup di Dalmatia.

Keempat, Patrobas (Patroban). RWP menafsirkan bahwa Patrobas adalah singkatan dari Patrobius dan budak Kaisar Nero yang dilepaskan. Patrobas, menurut Dr. John Gill, juga termasuk salah satu dari ke-70 murid Kristus. Dr. John Gill menafsirkan bahwa nama ini adalah nama Roma yang disusun dari dua kata: πατηρ (Yunani) atau Pater (Latin) dan kata Syria אבא (Abba). Dr. Gill mengatakan bahwa mungkin Patrobas adalah seorang Yahudi yang kemudian menjadi Uskup di Puteoli.

Kelima, Hermas (Hermān). KJV menerjemahkannya Hermes. NIV menerjemahkannya Hermas. Nama Hermes dan Hermas dalam terjemahan Indonesia dan NIV terbalik dengan terjemahan KJV dan yang paling benar adalah terjemahan Indonesia dan NIV karena hal tersebut sesuai dengan teks Yunaninya. RWP menafsirkan bahwa Hermas juga adalah nama umum seorang budak pada waktu itu dan nama ini kepanjangan dari Hermagoras, Hermogenes, dll. Dr. Gill menafsirkan bahwa mungkin sekali Hermas ini adalah Uskup di Philippi atau Aquileia, saudara Paus Pius Pertama, dan penulis buku Pastor atau Shepherd (The People’s New Testament: “The Shepherd of Hermas”), yang dikutip oleh banyak orang kuno.

Keenam, saudara-saudara yang bersama-sama dengan mereka. Saudara-saudara di sini, menurut Dr. Gill, bukan dimengerti secara jasmaniah, tetapi secara rohaniah/spiritual. RWP menafsirkan bahwa mungkin sekali ini menunjuk kepada gereja kecil di sana.

Ketujuh, Filologus (Philologon). RWP menafsirkan bahwa Filologus adalah nama budak yang umum. Dr. Gill menjelaskan bahwa nama ini adalah nama Yunani yang berarti a lover of learning (=pecinta pengetahuan). Filologus juga dianggap sebagai salah satu dari ke-70 murid Kristen dan menjadi Uskup di Sinope.

Kedelapan, Yulia (Ioulian). RWP menafsirkan bahwa Yulia adalah nama budak perempuan yang paling umum yang mengurusi rumah tangga kekaisaran pada zaman Julius Caesar. Baik RWP dan Dr. Gill sama-sama menafsirkan bahwa kemungkinan Yulia (atau Yunia) adalah istri dari Filologus.

Kesembilan, Nereus (Nērea) dan saudara perempuannya. Dr. Gill menafsirkannya bahwa nama ini artinya kekuatan (strength).

Kesepuluh, “Olimpas, dan juga kepada segala orang kudus yang bersama-sama dengan mereka.” Olimpas (Olumpān) adalah singkatan dari Olympiodorus. Dr. Gill menafsirkan bahwa Olimpas sama dengan Olimpus yang adalah salah satu dari ke-70 murid Kristus dan menjadi seorang martir di Roma. Semua orang kudus di sini sama dengan yang dimaksud Paulus dengan “saudara-saudara” di ayat 14. Berarti saudara-saudara rohani di dalam Kristus juga adalah orang-orang kudus (bdk. 1Ptr. 1:2)


Dari salam kepada 10 orang ini, kita mendapatkan penjelasan bahwa Paulus adalah sosok rasul Kristus yang mengenal semua murid Kristus termasuk pekerjaan mereka yang dahulu, dan tidak lupa memberikan salam kepada mereka semua. Ada kasih yang hangat di dalam diri Paulus bagi mereka semua, entah itu pria maupun wanita. Mereka disebut sebagai orang-orang kudus.


Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita sebagai pengikut Kristus juga mengenal saudara seiman kita dan bersekutu dengan mereka serta saling bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus? Biarlah dua ayat ini memberikan informasi sekaligus teladan bagi kita dari Paulus. Amin. Soli Deo Gloria.

Resensi Buku-82: WHEN DREAMS COME TRUE (Eric dan Leslie Ludy)

…Dapatkan segera…




Buku
WHEN DREAMS COME TRUE:
Kisah Nyata yang Menginspirasi Setiap Insan yang Merindukan Cinta Sejati


oleh: Eric dan Leslie Ludy

Penerbit: Gloria Graffa, 2006 (cetakan kedua)

Penerjemah: Ag. Budi Satrio





Deskripsi dari Denny Teguh Sutandio:
Cinta adalah suatu hal yang begitu indah jika kita mengertinya. Tetapi cinta sejati jauh lebih indah dari sekadar cinta. Adakah cinta sejati itu? Mari temukan kisah cinta sejati yang dialami oleh Eric Ludy dan Leslie Runkles. Mereka berdua dahulu bermain-main dengan “cinta.” Eric dulu meniru teman cowoknya yang memiliki konsep bahwa cewek hanya sebagai obyek seks. Begitu juga dengan Leslie Runkles. Leslie sering berganti pacar demi sebuah gengsi. Namun, Tuhan mengubah kedua orang ini. Eric diajar oleh kakaknya, Krissy untuk menyerahkan hidupnya kepada Kristus melalui sebuah kado (buku rohani) untuk Eric. Saat itu, Tuhan menjamah Eric dan kemudian ia dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya sebagai misionaris. Eric memutuskan untuk mengikuti sekolah misionaris. Tuhan menjamah kehidupan Leslie melalui sosok Eric yang ditemuinya di Gereja Komunitas Creekside. Persahabatan mereka begitu dekat sampai Leslie menaruh hati pada Eric, namun untuk beberapa saat, Eric tidak menganggap Leslie sebagai pasangan hidupnya, karena Eric berusia 5 tahun lebih tua dari Leslie. Namun, akhirnya, waktu-Nya sajalah yang bekerja. Tuhan mengetuk pintu hari Eric sehingga Eric terbuka dan mulai mencintai Leslie. Akhirnya, mereka berpacaran dan menikah. Mereka mengaku beberapa tahun setelah menikah, mereka tetap bahagia, karena mereka menempatkan Kristus di atas hubungan cinta mereka.





Profil Eric dan Leslie Ludy:
Eric dan Leslie Ludy (www.ericandleslie.com) adalah penulis best-seller, pembicara internasional, dan artis rekaman yang menantang anak muda seluruh dunia untuk mengejar kehidupan yang diabdikan secara penuh kepada Yesus Kristus. Buku-buku mereka di antaranya: When God Writes Your Love Story, When Dreams Come True, Authentic Beauty, dan God’s Gift to Women. Mereka tinggal di dekat Rocky Mountains di kota Colorado yang indah.

Eksposisi 1 Korintus 1:1 (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

EKSPOSISI 1 KORINTUS 1:1

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.



Nats: 1 Korintus 1:1



Sama seperti surat-surat kuno lainnya, surat 1 Korintus dimulai dengan penjelasan tentang identitas penulis. Cara penulisan seperti ini berbeda dengan cara modern yang meletakkan nama pengirim di akhir surat. Identitas pengirim berfungsi lebih dari sekedar pemberian tentang siapa yang mengirim surat itu. Apa yang dicantumkan dalam identitas penulis seringkali berkaitan dengan isi surat dan menjelaskan relasi antara penulis dan penerima surat. Dalam surat 1 Korintus terdapat dua nama sebagai pengirim surat, yaitu Paulus dan Sostenes. Masing-masing nama ini memiliki sebutan tersendiri yang menjelaskan relasi mereka dengan penerima surat.


Paulus (ay. 1a)
Banyak orang sering salah memahami nama “Paulus”. Nama ini dianggap sebagai nama baru yang dimiliki Saulus setelah dia bertobat. Hal ini tentu saja tidak tepat. Ada beberapa penjelasan tentang hal ini. Pertama, sebagai seorang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Romawi (Kis. 16:37; 21:39; 22:25) dan lahir di diaspora (Kis. 22:3), Paulus memiliki nama Yahudi (Saulus) maupun Latin (Paulus). Nama Latin “Paulus” secara hurufiah berarti “kecil”. Nama ini mungkin dipakai sesuai dengan postur tubuh Paulus yang kecil (Acts of Paul and Techla, bdk. 1Kor. 2:3; 2Kor. 10:10).

Setelah pertobatannya (Kis. 9) nama “Saulus” tetap dipakai (Kis. 11:25, 30; 12:25; 13:1, 2, 4, 7, 9). Ketika dia menjelaskan kisah pertobatannya di hadapan orang-orang Yahudi, Paulus tetap memakai nama “Saulus” (Kis. 22:7, 13). Demikian pula ketika dia menceritakan kisah itu di depan Raja Herodes Agripa (Kis. 26:14) yang menguasai budaya Yahudi (Kis. 26:3a).

Nama “Paulus” baru dipakai secara konsisten setelah Paulus bersama Barnabas diutus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi (Kis. 13:7, 9, 13, 16, 42, 43, 45, 46, dst). Pengubahan penyebutan ini hanya merupakan salah satu strategi pekabaran Injil yang dilakukan Paulus. Dalam istilah modern strategi ini disebut kontekstualisasi Injil.

Dari cara penulisan nama penulis di 1 Korintus 1:1 terlihat bahwa Paulus berusaha membedakan antara dirinya dengan Sostenes. Hal ini terlihat dari penggunaan kata sambung kai (“dan”) yang memisahkan antara Paulus dan Sostenes. Sebutan yang dipakai untuk keduanya pun berbeda: Paulus disebut sebagai rasul, sedangkan Sostenes sebagai saudara. Dalam Perjanjian Baru, kata rasul (apostolos) bisa merujuk pada tiga kelompok: 12 murid (Mat. 10:2//Luk. 6:13), orang-orang tertentu yang memegang kepempinan dalam gereja secara resmi (misalnya Paulus dan Barnabas, Kis. 14:14; Rm. 1:1) dan orang-orang Kristen secara umum yang memberitakan Injil (1Kor. 9:5-6; 2Kor. 8:3, 23; Flp. 2:25).

Dalam 1 Korintus 1:1 (dan mayoritas suratnya yang lain) Paulus tidak hanya mengklaim diri sebagai rasul. Dia menjelaskan beberapa aspek penting dari kerasulannya. Dalam konteks 1 Korintus, aspek-aspek tersebut perlu mendapat penekanan, karena kerasulan Paulus sedang dipermasalahkan: sebagian lebih menyukai rasul lain (1:12), jemaat Korintus menghakimi (4:1-5) dan menguji (9:1-23; bdk. 2Kor. 11:7-9) kerasulan Paulus. Pada masa sesudahnya pun mereka justru lebih mempercayai rasul-rasul palsu (2Kor. 11:4-5, 21).

Dipanggil (klhtos)
Paulus menjelaskan bahwa kerasulannya adalah hasil dari panggilan ilahi. Dalam teks Yunaninya, kata ini diletakkan dalam urutan pertama setelah nama Paulus. Posisi seperti ini menunjukkan bahwa aspek kerasulan ini adalah yang sangat penting. Aspek ini berkaitan dengan peristiwa panggilan khusus yang diterima Paulus ketika dia dalam perjalanan menuju Damsyik (Kis. 9:1-18). Aspek ini perlu ditegaskan oleh Paulus karena dia tidak termasuk saksi mata dari kehidupan Yesus maupun orang yang dipanggil Yesus untuk menjadi pengikut-Nya, padahal menjadi saksi mata dan dipanggil Yesus merupakan salah satu persyaratan untuk menjadi rasul (bdk. Kis. 1:21-22). Melalui penjelasan “dipanggil” (klhtos) di sini Paulus ingin menyatakan bahwa dia pun sebenarnya sama seperti 12 rasul lain, yaitu menerima panggilan dari Tuhan Yesus. Dia pun layak disebut sebagai saksi mata, walaupun dia hanya menyaksikan Tuhan yang bangkit.

Oleh kehendak Allah
Penjelasan ini sekilas hanya mengulang penjelasan sebelumnya, namun ungkapan “oleh kehendak Allah” di sini memiliki penekanan yang berbeda. Kalau ungkapan “dipanggil” (klhtos) lebih menyoroti aspek proses, ungkapan “oleh kehendak Allah” lebih pada sumber inisiatif dari kerasulan Paulus. Di berbagai kesempatan Paulus menyatakan bahwa inisiatif tersebut bukan berasal dari manusia, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain (Gal. 1:1). Dia menggambarkan pertobatan dan panggilannya sebagai bayi yang lahir secara prematur (1Kor. 15:8-9). Kepada jemaat Galatia yang juga meragukan kerasulan dan ajarannya, Paulus menegaskan bahwa kerasulannya bukan berasal dari manusia (Gal. 1:16-17). Panggilan kerasulannya berasal dari Allah sendiri yang sejak dari dalam kandungan telah memilih dia (Gal. 1:15).

Mengapa Paulus perlu menyatakan bahwa inisiatif kerasulannya berasal dari Allah? Hal ini kemungkinan besar terkait dengan kecurigaan sebagian orang terhadap Paulus. Dia kadangkala dicurigai hanya ingin menyenangkan hati manusia (bdk. Gal. 1:10), terutama melalui ajarannya tentang anugerah yang dianggap membuka peluang yang besar bagi kebebasan manusia dan dosa (bdk. Rm. 3:8).

Dengan menyatakan bahwa kerasulannya bersumber dari inisiatif Allah, Paulus ingin memberitahu jemaat di Korintus bahwa dia sendiri sebelumnya tidak menginginkan untuk menjadi rasul, apalagi mencari keuntungan materi bagi diri sendiri (bdk. 1Kor. 9:12, 15, 18; 2Kor. 11:7-9). Dalam 2 Korintus 11:23-28 dia bahkan menjelaskan semua penderitaan yang harus dia tanggung selama menjadi rasul.

(Rasul) Kristus Yesus (cristou Ihsou)
Ungkapan “rasul Kristus Yesus” dapat dipahami dalam dua cara. Jika frase “Kristus Yesus” di sini berfungsi sebagai possesion genitive, maka ungkapan ini berarti “rasul milik Kristus Yesus”. Jika berfungsi sebagai subjective genitive, maka berarti “rasul yang diutus oleh Kristus Yesus”. Dari dua alternatif ini, kemungkinan yang terakhir tampaknya yang paling sesuai, sekalipun makna yang pertama juga pasti termasuk di dalamnya. Bentuk subjective genitive ini lebih sesuai dengan dua aspek kerasulan sebelumnya. Bedanya, ungkapan “rasul Kristus Yesus” di sini lebih menekankan pada subjek yang memanggil Paulus sebagai rasul.

Apakah maksud Paulus menjelaskan bahwa dia adalah rasul Kristus Yesus? Ungkapan ini tampaknya dimaksudkan untuk menekankan bahwa Paulus memiliki tugas kerasulan yang khusus dari Kristus Yesus, yaitu memberitakan Injil. Dalam 1 Korintus 1:17a dia menyatakan “sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil”. Seorang rasul memiliki dan berhak menjabat beragam tugas, namun Paulus mengetahui dengan pasti bahwa panggilannya yang terutama dan khusus adalah memberitakan Injil (bdk. Kis. 9:15-16).


Sostenes
Sama seperti beberapa suratnya yang lain (2Kor. 1:1; Flp. 1:1; Kol 1:1; 1Tes. 1:1; 2Tes. 1:1; Fil 1:1), dalam 1 Korintus 1:1 Paulus juga menyebutkan nama rekan sekerjanya. Kali ini nama yang disebut adalah Sostenes. Siapakah Sostenes di sini? Mengapa dia disebut dalam pembukaan surat ini?

Sostenes kemungkinan besar adalah sekretaris Paulus yang menuliskan surat 1 Korintus. Hal ini tersirat dari kata ganti “kami” yang muncul beberapa kali dalam surat ini. Bagaimanapun, Paulus pasti memiliki alasan lain ketika menyebutkan nama Sostenes, karena di suratnya yang lain dia tidak menyebutkan nama sekretarisnya (bdk. Rm. 1:1 dan 16:22). Terlepas dari sedikitnya data Alkitab yang ada, Sostenes di sini tampaknya lebih tepat dilihat sebagai kepala rumat ibadat orang Yahudi di Korintus ketika Paulus pertama kali mengabarkan Injil di sana (Kis. 18:17). Tradisi gereja mendukung dugaan ini. Di samping itu, pemakaian artikel di depan kata “saudara” (lit. “the brother”) menyiratkan bahwa jemaat Korintus pasti sudah mengenal Sostenes. Sostenes yang disebut di sini adalah orang tertentu yang dikenal jemaat Korintus sekalipun pada waktu itu ada banyak orang dengan nama Sostenes.

Mengapa Paulus perlu mencantumkan nama Sostenes dalam suratnya? Selain karena Sostenes terlibat langsung dalam penulisan surat sebagai sekretaris, Paulus merasa perlu menyebut namanya sebagai salah satu contoh bukti dari kekuatan Injil yang dia beritakan (bdk. 1Kor. 1:22-23) dan otentisitas kerasulannya (bdk. 1Kor. 9:1-2).

Penyebutan Sostenes sebagai “saudara” bukanlah sekedar sapaan formalitas. Sebutan ini sering kali dipakai sebagai persamaan kata “orang Kristen” (bdk. 1Kor. 5:11). Jadi, sebutan ini memiliki makna rohani di dalamnya. Tidak semua orang layak disebut sebagai “saudara”. Yang layak disebut sebagai “saudara” adalah mereka yang sama-sama menyebut Allah sebagai Bapa melalui pekerjaan Roh Kudus dan karya Kristus (Rm. 8:15//Gal. 4:6).


Sumber:
Mimbar GKRI Exodus, 22 Juli 2007