30 September 2011

Buku-2: TUHAN, SELIDIKI DAN UBAHLAH HATI DAN PIKIRANKU: Kumpulan Refleksi yang Mengarahkan Hati dan Pikiran Kepada Tuhan (Denny Teguh Sutandio)


Hati dan Pikiran adalah dua hal yang penting dalam Kekristenan, namun sering kali didualismekan oleh banyak orang Kristen. Ada yang terlalu menekankan hati dan membuang pikiran, sebaliknya ada yang sangat menekankan pikiran (theologi), lalu membuang hati (hatinya kosong). Di tengah kedua ketidakseimbangan ini, bagaimana kita menggunakan hati dan pikiran kita sesuai dengan prinsip firman Tuhan?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
TUHAN, SELIDIKI DAN UBAHLAH HATI DAN PIKIRANKU: Kumpulan Refleksi yang Mengarahkan Hati dan Pikiran Kepada Tuhan

oleh: Denny Teguh Sutandio



Apa kata mereka tentang buku ini?
““Awasilah hidupmu dan ajaranmu.” Sebuah paparan mengenai life & doctrine yang berharga dan menyegarkan jiwa, yang lahir dari pergumulan seorang murid dan hamba Kristus yang berdedikasi kepada Firman dan Kerajaan-Nya.”
Ev. Samuel Tandei, S.I.P., M.R.E., M.Div.CM
(dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara—SAAT Malang)

“Sejak seseorang belajar berdoa, maka sedang bertheologi.
Sejak seseorang belajar menolak Tuhan, maka sedang bertheologi.
Tak bisa tak bertheologi, selama berhubungan dengan Allah TunggalTri.
Tak bisa semau gue, selama menikmati hidup di dunia ini.
Hidup penuh pilihan, untuk bisa mengabdi pada kebenaran sejati.
Tentu saja perlu wawasan, yang bernuansa Reformed Injili.
Yang senantiasa akan membaharui pikiran dan hati.
Anda mau tahu artinya lebih lagi?
Silahkan beli dan baca buku ini.
Sebuah karya teman saya yang penuh inspirasi.
Denny Teguh Sutandio, sahabatku akan memberi arti.
Melalui buku ‘Tuhan, Selidiki dan Ubahlah Hati dan Pikiranku’ ini.
Tuhan Yesus memberkati.”
Pdm. Juanda, S.Sos., M.A., M.Th.
(Pengkhotbah di Gereja Bethel Indonesia, Pengajar, dan Penulis; Tinggal di Surabaya)

“Dalam Kekristenan, Hati dan Pikiran merupakan satu integrasi yang tak terpisahkan. Namun hanya sedikit orang Kristen yang memahami ini sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Kebanyakan mereka berpikir dualisme, sehingga akibatnya perbuatan yang muncul, tidak sinkron dengan Hati dan Pikirannya. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi orang Kristen yang “benar-benar” ingin kehidupan dan perbuatannya menjadi dampak yang positif dalam kehidupannya dengan mempersembahkan hati dan pikirannya dengan tulus dan tepat kepada TUHAN. Penulisan buku ini sangat sederhana dalam bahasanya, didukung dengan sistematika yang baik, sehingga saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca setiap orang Kristen, baik tingkat awam sekalipun.
Solus Christus-Soli DEO Gloria”
Pj. Stefanus Ronald Krisnugraha, S.PAK., M.Div.
(gembala sidang Gereja Bethel Tabernakel—GBT Kristus Mempelai, Surabaya)

“Saya kagum dengan semangat Denny Teguh Sutandio dalam menulis. Sebagai seorang penulis muda Kristen, passion-nya yang kuat dalam menulis tampak jelas. Kerendahan hati di hadapan Tuhan dan kerinduan untuk mengalami Tuhan secara nyata juga tercermin melalui refleksi ini. Kiranya ketika membaca buku ini, kita semua pun turut mengalami dan ikut berdoa dengan tulus bersama penulis, “Tuhan, Selidiki dan Ubahlah Hati dan Pikiranku.””
Ev. Alex Nanlohy, S.Sos., M.A.
(staf Persekutuan Kristen Antar Universitas di Jakarta)



Harga: Rp 55.000, 00/buku + ongkos kirim (tergantung lokasi)


Berminat?
Silahkan, SMSkan nama dan alamat lengkap Anda beserta jumlah buku yang ingin Anda pesan ke no HP: 0878-5187-3719, lalu Anda akan menerima konfirmasi selanjutnya.

25 September 2011

Resensi Buku-136: SEX AND DATING: Pertanyaan-pertanyaan yang Seharusnya Dapat Anda Jawab (Mindy Meier)

...Dapatkan segera...



Buku
SEX AND DATING:
Pertanyaan-pertanyaan yang Seharusnya Dapat Anda Jawab


oleh: Mindy Meier

Penerbit: PT Abiyah Pratama, Jakarta

Penerjemah: Juniliem



Dunia anak muda zaman sekarang tidak jauh dari dua kata: seks dan hubungan lawan jenis. Banyak anak muda zaman sekarang tergoda dalam hubungan seks sebelum menikah. Bagaimana kita sebagai generasi muda Kristen memandang seks? Apakah seks itu najis? Sampai sejauh mana seks itu dipergunakan? Apakah oral seks, masturbasi, dan video-video porno diizinkan meskipun itu seolah-olah “membantu”? Lalu, apa itu berpacaran? Apa yang harus diperhatikan oleh generasi muda Kristen di dalam memilih seseorang menjadi pacarnya? Kemudian, apa yang harus dilakukan ketika berpacaran? Di dalam menjalin hubungan lawan jenis tentu tidak selalu mulus, pasti mengalami realitas putus pacar, mengapa itu terjadi? Segala hal berkenaan dengan seks dan hubungan lawan jenis dibahas tuntas oleh Mindy Meier di dalam bukunya Sex and Dating ini. Mindy Meier membahas masing-masing masalah berkenaan dengan seks dan berkencan dengan perspektif Alkitab yang bertanggung jawab namun praktis dengan disertai contoh-contoh nyata. Biarlah buku sederhana ini boleh membawa banyak generasi muda Kristen kembali kepada apa yang Allah inginkan di dalam seks dan berkencan/berpacaran yang sehat.




Rekomendasi:
“Mindy seperti kakak saya, yang mengatakan hal-hal seperti itu ketika saya harus mengelola sikap di masa-masa sulit hubungan kami. Ia menawarkan harapan dan anugerah di tengah-tengah kehancuran kami.”
Michelle Graham
(penulis dari Wanting to Be Her: Body Image Secrets Victoria Won’t Tell You)

“Ditulis dari interaksi kehidupan nyata dengan remaja dan mahasiswa, membuat buku ini lebih dari sekadar jawaban yang sederhana terhadap pertanyaan yang sulit. Buku ini menyediakan ‘kompas’ untuk keluar dari cara berpacaran yang membahayakan, dan menjadi panduan untuk hubungan yang sehat.”
Timothy Smith
(penulis dari The Danger of Raising Nice Kids)





Profil Mindy Meier:
Mindy Meier melayani sebagai Staf di InterVarsity Christian Fellowship di Chicago dengan fokus pelayanan kepada pelajar dan mahasiswa. Suaminya adalah seorang pendeta dan mereka dikaruniai 4 orang anak.

18 September 2011

Buku-1: EMANG GUE PIKIRIN: Krisis Masa Muda dan Panggilan Kekristenan (Denny Teguh Sutandio)


Dunia anak muda sekarang sedang krisis… Krisis apa? Apa dampak dan kelemahannya? Lalu, gimana kita bisa menjadi pemuda/i yang benar? Then, setelah kita bertobat, apa yang harus kita lakukan selanjutnya untuk menerangi para pemuda/i sekitarnya?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
EMANG GUE PIKIRIN:
Krisis Masa Muda dan Panggilan Kekristenan


oleh: Denny Teguh Sutandio


Penerbit: Sola Scriptura, Surabaya, 2011
Diterbitkan melalui nulisbuku.com


Apa kata mereka tentang buku ini?
“Buku karya Denny T. S. ini seperti cahaya lampu yang menerangi gelapnya situasi pergaulan sebagian kaum muda masa kini. Buku ini menolong Anda berdiri tegak dalam iman dan berpegang kebenaran, serta menolong kalian berani tampil beda. Konsepnya Alkitabiah namun ditulis ringan dan dengan bahasa yang gaul. Saya merekomendasikan rekan muda membaca buku ini.”
Pdt. Julianto Simanjuntak, M.Div., M.Si.
(Pendiri Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3) dan penulis buku Seni Merayakan Hidup yang Sulit, Mencinta Hingga Terluka, dll yang menyelesaikan studi Bachelor of Theology—B.Th. di Institut Injil Indonesia; Sarjana Theologi—S.Th. di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga; Master of Divinity—M.Div. bidang Konseling di Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia, Jakarta; dan Magister Sains—M.Si. di UKSW, Salatiga)

“Tidak banyak anak muda yang meluangkan waktu untuk merenungkan pergumulan zamannya, apalagi menuliskannya. Saya ingin mengapresiasi buku ini sebagai hasil kerajinan dan keuletannya seorang anak muda untuk menanggapi tantangan zamannya. Semoga buku ini menolong kita memahami pergumulan anak muda di zaman ini.”
Pdt. Wahyu “Wepe” Pramudya, M.Th.
(Pendeta di Gereja Kristen Indonesia—GKI Ngagel, Surabaya, pengkhotbah, dan penulis yang menyelesaikan studi S.Th. di Seminari Alkitab Asia Tenggara—SAAT Malang dan Master of Theology—M.Th. di Sekolah Tinggi Theologi Baptis Indonesia—STBI, Semarang)

“Denny Teguh Sutandio adalah seorang pemuda yang sangat peduli dengan krisis pemuda zaman ini. Karyanya ini menantang pemuda/pemudi untuk berpikir kritis dan mempunyai hidup yang benar sesuai prinsip Alkitab. Dengan bahasanya yang simple mudah dibaca, saya merekomendasikan buku ini kepada setiap pemuda/pemudi.”
Bob Setio, B.Comm.
(Pemuda yang menamatkan studi Bachelor of Commerce—B.Comm. dalam bidang Accounting and Business Information System di Curtin University, Perth, Australia)


Harga: Rp 55.000, 00/buku
ditambah ongkos kirim (tergantung lokasi)


Tertarik nich? Gimana cara pesennya?
SMSkan nama dan alamat lengkap pemesan, judul dan nama penulisbuku yang ingin dipesan, dan jumlah buku yang ingin dipesan ke no: 087851873719. Setelah itu, Anda akan menerima pesan SMS tentang prosedur selanjutnya.


Profil Penulis:
Denny Teguh Sutandio, S.S. yang lahir di Surabaya, 19 Juli 1985 menamatkan studi Sarjana Sastra (S.S.) di bidang Sastra Inggris (jurusan Linguistik) di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Menempuh pendidikan theologi awam (non-gelar) di Sekolah Theologi Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika pada tahun 2004-2009, kemudian melanjutkan studi theologi awam dengan penekanan studi Biblika di Sekolah Theologi Awam Reformed (STAR), Surabaya sejak awal tahun 2010. Pada tahun 2008 (Januari s/d Oktober), sempat melayani Tuhan menjadi pengoreksi terjemahan (proofreader) di Momentum Christian Literature, Surabaya. Aktif membaca berbagai buku rohani/theologi berbagai bidang (theologi, Christian worldview, kehidupan Kristen, apologetika dan perbandingan agama, dll) dan mengikuti berbagai seminar bermutu dari berbagai gereja dan lembaga Kristen yang bertanggungjawab.


Sekilas tentang Penerbit Sola Scriptura:
SOLA SCRIPTURA
—Mendidik Zaman Melalui Literatur Berkualitas—

merupakan salah satu penerbit buku Kristen yang didirikan oleh Denny Teguh Sutandio pada tanggal 12 Agustus 2011. Penerbit ini bertujuan mencetak buku-buku rohani dan theologi Kristen yang setia pada teks Alkitab dengan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang seteliti mungkin, namun tetap peka terhadap konteks zaman tanpa mengkompromikan teks Alkitab. Secara pengakuan iman, penerbit ini memiliki dasar theologi Reformed yang terbukti sepanjang zaman setia pada teks Alkitab seakurat mungkin, namun penerbit ini tidak menutup kemungkinan menerbitkan atau rencananya akan menerjemahkan buku-buku rohani yang tidak bertheologi Reformed, asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab yang bertanggungjawab, karena prinsip theologi Reformed yang berakar dari theologi Reformasi (Dr. Martin Luther) adalah hanya Alkitab (Sola Scriptura) dan bukan Sola Reformed! Melalui penerbit ini, atas anugerah-Nya, kami mengharapkan semakin banyak orang Kristen yang rajin membaca buku-buku bermutu untuk menguatkan iman Kristen mereka di tengah zaman yang kacau balau ini dengan prinsip-prinsip Alkitab yang ketat, peka dan bijaksana menilai zaman sesuai dengan kebenaran Allah di dalam Alkitab (bukan paranoid atau anti terhadap zaman, namun bukan juga kompromi terhadap zaman), dan selanjutnya menjalankan firman Allah untuk menjadi garam dan terang di tengah dunia bagi kemuliaan Allah.


Nantikan buku-buku yang ditulis oleh Denny Teguh Sutandio yang akan diterbitkan Sola Scriptura selanjutnya:
1. Tuhan, Selidiki dan Ubah Hati dan Pikiranku: Kumpulan Refleksi yang Mengarahkan Hati dan Pikiran Kepada Tuhan
2. Apa Arti Hidupku?: Memaknai Makna Hidup Menurut Sumber Hidup
3. Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan?: Sebuah Perspektif Theologis, Biblika, dan Praktika
4. Bahasa Lidah, Masih Adakah?: Studi Theologis dan Biblika terhadap Bahasa Lidah dan Penggunaannya

Keterangan:
No. 1 dan 2 sudah pasti, namun setelah nomer 2 bisa mengalami perubahan sewaktu-waktu.

Resensi Buku-135: STAND: Sebuah Panggilan akan Ketekunan Orang-orang Kudus (Rev. John S. Piper, D.Theol., Rev. Dr. John F. MacArthur, Jr., dll)

Hidup kita terus-menerus berjalan mengikuti waktu yang Tuhan telah tetapkan. Dahulu kita yang muda sekarang bertambah tua. Lalu, bagaimana seharusnya kita menjalani hidup?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
STAND:
Sebuah Panggilan akan Ketekunan Orang-orang Kudus


oleh:
Rev. John Stephen Piper, D.Theol.
Rev. John F. McArthur, Jr., D.D., Litt.D.
Jerry Bridges, D.D.
Rev. Dr. Randy T. Alcorn
Dr. Helen Roseveare


Penerbit: Pionir Jaya, 2010

Penerjemah: Natania Tiendas



Bertambah adalah realitas biasa di dunia ini, namun bertahan dan bertekun adalah sesuatu yang tidak biasa. Bertahan dan bertekun di dalam hidup dan pelayanan yang Tuhan telah percayakan kepada umat-Nya memerlukan anugerah-Nya yang tak berkesudahan. Prinsip inilah yang hendak dibagikan oleh para penulis kondang: Rev. John S. Piper, D.Theol., Rev. John F. MacArthur, Jr., D.D., Litt.D., Jerry Bridges, D.D., Rev. Dr. Randy T. Alcorn, dan Dr. Helen Roseveare. Dimulai dari bab awal dari Dr. Jerry Bridges tentang 4 hal penting demi mencapai tujuan akhir yang baik, kemudian disusul artikel bagaimana bertahan dan bertekun di usia tua (Dr. John S. Piper), pelayanan (Dr. John F. MacArthur), hasil dari keputusan yang bertahan (Dr. Randy T. Alcorn), dan bertekun di dalam bidang misi (Dr. Helen Roseveare). Di bagian akhir buku ini, Justin Taylor mewawancai para penulis ini sebagai sarana mengerti dan mendalami bagaimana bertahan dan bertekun dalam pelayanan bagi kemuliaan-Nya.



Profil Para Kontributor:
Rev. John Stephen Piper, D.Theol. adalah Pendeta Senior di Bethlehem Baptist Church dan seorang penulis yang sangat produktif dari perpektif Calvinis. Beliau menyelesaikan gelar Bachelor of Divinity (B.D.) di Fuller Theological Seminary di Pasadena, California pada tahun 1968-1971. John melakukan studi doktoralnya (D.Theol.) di dalam bidang Perjanjian Baru di University of Munich, Munich, Jerman Barat pada tahun 1971-1974). Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House. Beliau telah menikah dengan Noel dan memiliki 4 anak laki-laki, 1 anak perempuan, dan 8 orang cucu.

Rev. John F. MacArthur, Jr., Litt.D., D.D. adalah Pendeta Pengajar di Grace Community Church, Sun Valley, California, U.S.A. sekaligus sebagai Presiden dan Professor of Pastoral Ministries di The Master’s Seminary. Beliau meraih gelar Bachelor of Arts (B.A.) dari Los Angeles Pacific College; Master of Divinity (M.Div.) dari Talbot Theological Seminary; Doctor of Letters (Litt.D.) dari Grace Graduate School; dan Doctor of Divinity (D.D.) dari Talbot Theological Seminary, U.S.A. Beliau telah menikah dengan Patricia dan dikaruniai 4 anak dan 14 cucu.

Jerry Bridges, D.D. adalah anggota staf dari The Navigators. Beliau adalah penulis banyak buku laris, di antaranya: the Pursuit of Holiness (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia juga oleh Penerbit Pionir Jaya), the Gospel for Real Life, Trusting God, Transforming Grace, The Joy of Fearing God, dan the Discipline of Grace (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia juga oleh Penerbit Pionir Jaya). Pada tahun 2005, beliau menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity (D.D.) dari Westminster Theological Seminary, U.S.A. Beliau dan istrinya, Jane tinggal di Colorado Springs, Colorado, U.S.A. dan mereka dikaruniai 2 orang anak yang sudah dewasa dan 5 orang cucu.

Rev. Dr. Randy T. Alcorn adalah Pendiri dan Direktur dari Eternal Perspective Ministries (EPM). Alcorn tinggal di Gresham, Oregon dengan istrinya, Nanci dan anjing Dalmatin mereka, Moses. Beliau dikaruniai dua anak perempuan yang telah menikah: Karina dan Angela. Beliau juga dikaruniai empat orang cucu: Jacob Gary Stump (lahir: 3 Agustus 2004), Matthew James Franklin (lahir: 12 November 2004), dan Tyler Daniel Stump (lahir: 10 Maret 2006), dan Jack Timothy Franklin (lahir: 23 Agustus 2007).

Dr. Helen Roseveare yang lahir di Inggris pada tahun 1925 adalah misionaris Inggris yang melayani di Kongo pada tahun 1953-1973.

11 September 2011

Resensi Buku-134: SEJARAH PEMIKIRAN REFORMASI (Rev. Prof. Alister E. McGrath, D.Phil., D.D.)

Ketika kita mendengar Reformasi Gereja, apa yang ada di dalam pikiran kita? Pasti kita dengan mudah menyebutkan sosok seperti Dr. Martin Luther. Apakah Reformasi hanya sebatas Dr. Luther? Lalu, apa yang melatarbelakangi Reformasi dan apa pula pengaruhnya di dalam sejarah?



Temukan jawabannya dalam:
Buku
SEJARAH PEMIKIRAN REFORMASI

oleh: Rev. Prof. Alister E. McGrath, D.Phil., D.D.

Penerbit: BPK Gunung Mulia, 2002 (cet. Ke-4)

Penerjemah: Liem Sien Kie



Rev. Prof. Alister E. McGrath, D.Phil., D.D. di dalam bukunya Sejarah Pemikiran Reformasi membukakan banyak hal kepada kita perihal Reformasi. Pada permulaan, beliau menguraikan definisi Reformasi, Protestan, dan Reformed sebagai bagian dari pendahuluan terhadap memahami Reformasi. Kemudian, beliau menjelaskan bahwa latar belakang munculnya Reformasi adalah filsafat Humanisme (berbeda dengan pengertian humanisme di abad XX yang kebanyakan mengarah ke sekularisme atheis) di akhir Abad Pertengahan dan Skolastisisme. Kedua filsafat ini mempengaruhi para reformator, namun banyak dari mereka lebih setia kepada firman Tuhan. Di antara para reformator sendiri, terdapat beberapa perbedaan dan penekanan reformasi, misalnya antara reformasi yang digagas oleh Dr. Martin Luther dengan yang dipimpin oleh Huldrych Zwingli. Reformasi versi Luther menekankan aspek doktrinal, sedangkan reformasi versi Zwingli menekankan aspek etika. Perbedaan cara pandang ini akhirnya mempengaruhi beberapa perbedaan di antara mereka berkaitan dengan makna roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus, dll. Di samping sedikit perbedaan sekunder ini, seluruh gerakan Reformasi memiliki signifikansi penting baik di dalam hal doktrinal maupun praktika. Di dalam hal doktrinal, Reformasi memiliki pikiran-pikiran yang diuraikan oleh Dr. McGrath, yaitu: pembenaran oleh iman, predestinasi, kembali kepada Alkitab, sakramen, gereja, dan pemikiran politik Reformasi. Untuk setiap babnya, Dr. McGrath mengemukakan pandangan yang berbeda dari Dr. Luther, Zwingli, dan Dr. John Calvin. Di dalam hal praktika, Dr. McGrath menjelaskan bahwa Reformasi khususnya dari sayap Calvinisme memberikan sumbangsih besar atas sejarah, yaitu dalam bidang: etika kerja, hak asasi manusia, dan sains. Dari buku ini, diharapkan kita sebagai orang Kristen menghargai sumbangsih penting para reformator gereja baik dari Dr. Martin Luther, Huldrych Zwingli, dan Dr. John Calvin lalu mengaplikasikan apa yang telah mereka ajarkan dan kerjakan di zaman mereka untuk zaman kita demi hormat dan kemuliaan nama-Nya.





Profil Dr. Alister E. McGrath:
Rev. Prof. Alister Edgar McGrath, D.Phil., D.D., FRSA, yang lahir di Belfast, Irlandia Utara, 23 Januari 1953 adalah Professor of Theology, Ministry and Education; dan Kepala dari the Centre for Theology, Religion and Culture di King’s College, London. Beliau juga adalah anggota pendiri dari International Society for the Study of Science and Religion; anggota dari American Academy of Religion; dan Fellow of Royal Society for the encouragement of Arts, Manufactures & Commerce (FRSA) pada tahun 2005. Beliau menerima gelar Bachelor of Arts (B.A.) First Class Honours, Final Honour School of Natural Philosophy (Chemistry) dari Oxford University pada tahun 1975; Master of Arts (M.A.) dari Oxford University pada tahun 1978; Doctor of Philosophy (D.Phil.) dari Oxford University pada tahun 1978 bagi riset dalam molecular biophysics, di bawah bimbingan Prof. Sir George Radda, FRS; B.A. First Class Honours, Final Honour School of Theology dari Oxford University pada tahun 1978; Bachelor of Divinity (B.D.) dari Oxford University pada tahun 1983 bagi riset dalam theologi historika; dan Doctor of Divinity (D.D.) dari Oxford University pada tahun 2001 bagi riset dalam theologi sistematika dan historika. Beliau juga dianugerahi 3 gelar Doctor of Divinity (D.D.) kehormatan dari: Virginia Theological Seminary pada tahun 1996, Union Theological Seminary pada tahun 2005, and Wycliffe College, University of Toronto pada tahun 2007.

04 September 2011

Resensi Buku-133: LETTING GOD BE JUDGE (Rev. Prof. Thomas J. Sappington, Th.D.)

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yang harus bersosialisasi dengan orang lain. Ketika kita bersosialisasi dengan orang lain, tentu saja kita menilai orang lain, bahkan tidak jarang kita menghakimi orang lain ketika orang lain mengucapkan atau bertindak keliru. Entah itu di dalam keluarga, gereja, masyarakat, dll, kita menjumpai fenomena penghakiman tersebut. Bolehkah menghakimi?



Temukan jawabannya dalam:
Buku
LETTING GOD BE JUDGE:
Menghakimi Sesama, Menghakimi Diri Sendiri


oleh: Rev. Prof. Thomas J. Sappington, Th.D.

Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta, 2008

Penerjemah: Endah



Rev. Prof. Thomas J. Sappington, Th.D. di dalam bukunya Letting God be Judge memaparkan bahwa menghakimi orang lain adalah dosa dan dilarang oleh Alkitab. Dari tesis ini, di bab pertama, beliau memaparkan definisi menghakimi. Jika menghakimi tidak diperbolehkan di dalam Alkitab, apakah berarti kita tidak boleh menilai? Hal ini dibahas pada bab 2 yaitu perbedaan menilai secara Alkitabiah vs menghakimi yang tidak Alkitabiah dengan memberikan 8 pertanyaan kunci untuk mengukur apakah kita sedang menilai atau menghakimi. Setelah itu, beliau menguraikan tipe-tipe penghakiman yang tidak Alkitabiah, disusul di bab berikutnya (bab 4) tentang proses penghakiman tersebut. Kemudian, di bab 5, beliau memaparkan dampak negatif penghakiman yang tidak Alkitabiah tersebut bagi orang lain dan diri kita. Setelah itu, beliau memaparkan solusinya yaitu mematahkan kuasa penghakiman di bab 6 dan di bab 7, beliau memaparkan kesaksian nyata seorang yang telah mematahkan kuasa penghakiman di dalam hidupnya. Biarlah buku ini menjadi sebuah pembelajaran bagi kita agar tidak gegabah menghakimi.



Profil Dr. Thomas J. Sappington:
Rev. Prof. Thomas J. Sappington, Th.D. lahir di Brawley, California, U.S.A. pada tanggal 12 Oktober 1957. Beliau mengenal dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya sewaktu duduk di bangku SMP. Beliau menamatkan studi Bachelor of Arts (B.A.) dalam bidang Sosiologi di University of California, San Diego, U.S.A.; studi di Fuller Theological Seminary, Pasadena, California, U.S.A.; Master of Divinity (M.Div.) dengan predikat magna cumlaude di Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois, U.S.A.; dan Doctor of Theology (Th.D.) dalam bidang Perjanjian Baru di University of Toronto, Canada. Pada tahun 1993, beliau mulai melayani di Indonesia dan mulai melayani sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia (STII) Yogyakarta. Sejak saat itu, beliau mengajar program S-1, S-2 (M.Th.), dan S-3 (D.Min.) di STII Yogyakarta, program S-2 (M.A. Misiologi) di STII: Jakarta, Medan, dan Surabaya. Beliau menikah dengan Katy tanggal 15 Desember 1979 dan dikaruniai 3 orang anak: Chris, Joel, dan Amanda.

Bagian 10: "(KARENA ENGKAULAH YANG EMPUNYA KERAJAAN DAN KUASA DAN KEMULIAAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA. AMIN.)"

TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA-10

(Seri Pengajaran Doa Bapa Kami):

(Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

(Mat. 6:13c)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Kalau kita memperhatikan Alkitab terjemahan Indonesia, kalimat ini diberikan tanda kurung, karena memang dalam teks aslinya, kalimat ini tidak ada.[1] Namun demikian, meskipun kalimat ini tidak ada di dalam teks aslinya, kalimat ini tetap memiliki signifikansi bagi kita. Kalimat ini merupakan doksologi (pemujaan kepada Allah) penting di dalam suatu doa, karena melalui pencantuman kalimat ini, kita diajar suatu prinsip menarik tentang doa, yaitu doa yang berkenan di hadapan Allah adalah doa yang dimulai dan diakhiri dengan memuliakan nama-Nya. Bagaimana kita memuliakan nama-Nya di dalam doa? Di akhir kalimat Doa Bapa Kami, dikatakan bahwa karena Allah Bapa yang memiliki Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Di sini, kita belajar 4 prinsip memuliakan Allah di dalam doa:

1. Melihat Allah (Bapa) Sebagai Raja yang Memerintah

Memuliakan Allah di dalam doa dimulai dari pengakuan dan kepercayaan bahwa Allah kita adalah Raja yang memerintah. Di dalam Alkitab khususnya Perjanjian Baru, kita diajar prinsip bahwa Kerajaan Allah bukan lagi mengenai tempat tertentu, tetapi suatu kondisi di mana Allah memerintah di sana.[2] Dan Kerajaan Allah dimulai di dalam Pribadi dan karya Kristus. Perhatikan apa yang Kristus firmankan sendiri, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Luk. 11:20; bdk. Mat. 12:28) Diberitakannya Kerajaan Allah identik dengan diberitakannya Pribadi dan karya Kristus.

Allah yang memerintah berarti Allah yang menetapkan standar hukum dan perintah untuk kita taati di dalam kasih. Namun, bagaimana dengan kita yang katanya mengaku percaya bahwa Allah itu memerintah? Benarkah Allah yang memerintah itu benar-benar memerintah hidup kita melalui firman-Nya yang menjadi standar/pedoman kita dalam berpikir, berkata, dan bertindak? Bukankah kita sering kali menjadikan diri kita yang menjadi pedoman kebenaran bagi diri kita sendiri? Biarlah ini menjadi introspeksi bagi kita.

2. Melihat Allah (Bapa) Sebagai Raja yang Berkuasa

Selain memerintah, Allah juga adalah Raja yang berkuasa atas segala sesuatu, termasuk hidup umat-Nya. Apa bedanya Allah yang memerintah dengan Allah yang berkuasa? Allah yang memerintah adalah Allah yang menetapkan standar hukum dan perintah untuk kita taati di dalam kasih; Allah yang berkuasa adalah Allah yang memiliki kuasa untuk menuntun dan mengubah hidup kita agar taat kepada Allah dan firman-Nya.[3] Di sini, kita belajar poin menarik tentang Allah kita yang Mahadahsyat itu. Allah kita bukan Allah yang menetapkan perintah baku yang membelenggu, tetapi Allah menetapkan perintah itu untuk kita taati di dalam kasih dan Ia juga yang menuntun kita untuk menaati firman-Nya itu melalui karya Roh Kudus yang melahirbarukan kita di dalam proses pengudusan. Allah yang sama juga berkuasa untuk menghukum mereka yang tidak taat.

Bandingkan Allah yang kita percayai dengan “Allah” yang dipercaya dalam agama-agama lain yang digambarkan sebagai sosok “Allah” yang memberi perintah melalui “nabi”-Nya dan membiarkan para pengikutnya menjalankan perintah-perintah-“Nya” itu dengan sendirinya (tanpa ada bantuan) ditambah hukuman bagi mereka yang tidak menjalankan. Dengan kata lain, di dalam agama ini, hanya ada tuntutan, perintah, dan hukuman yang membelenggu, sedangkan di dalam Kekristenan, kita menemukan keindahan yang tak tertandingi, ada perintah, tuntutan, namun juga ada kasih dan pertolongan Roh Kudus yang menuntun kita untuk menaati firman-Nya, namun tetap ada hukuman bagi kita yang tidak taat.

3. Melihat Allah (Bapa) Sebagai Raja yang Mulia

Karena Dia adalah Raja yang memerintah dan berkuasa, maka Dia juga disebut sebagai Raja yang mulia. Dia disebut mulia karena Dia pantas dimuliakan dan dipuji. Mengapa? Karena apa yang telah dikerjakan-Nya atas alam semesta dan manusia khususnya umat pilihan-Nya itu adalah tindakan yang super dahsyat yang hanya bisa dikerjakan oleh Allah yang berpribadi dan berdaulat. Jika Allah tidak berpribadi, mana mungkin Ia dapat mencipta manusia yang berpribadi? Jika Allah tidak berdaulat, mungkinkah Ia dapat mencipta alam semesta ini tanpa bertabrakan satu sama lain? Justru karena Dia berpribadi dan berdaulat, segala hal di alam semesta dan kehidupan umat-Nya dapat dijelaskan dengan tepat, meskipun tidak dapat dijelaskan dengan sempurna. Di sini, saya mengaitkan kemuliaan Allah dengan keagungan dan kedahsyatan karya Allah di dalam penciptaan, penebusan, dan penyempurnaan kelak.

4. Melihat Allah (Bapa) Sebagai Raja Selama-lamanya.

Seorang raja/presiden/kepala negara merupakan sosok yang memerintah, berkuasa, dan mulia, namun apakah yang membedakan Allah kita yang Mahadahsyat itu dengan para raja/presiden/dll? Perbedaan yang paling penting: Allah kita adalah Raja yang memerintah, berkuasa, mulia SAMPAI SELAMA-LAMANYA! Ada unsur kekekalan di dalam diri Allah sebagai Raja yang tak akan dapat disaingi oleh raja/presiden/kepala negara siapa pun di dunia ini! (bdk. Luk. 1:33; Rm. 9:5; 1Tim. 1:17)

Unsur kekekalan Allah sebagai Raja ini mengajar kita bahwa meskipun sosok raja dunia meninggal, percayalah Allah kita tidak akan pernah meninggal. Saya teringat akan apa yang dikatakan Yesaya di dalam Yesaya 6:1, “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.” Di sini, Yesaya langsung mengontraskan dua kekuasaan raja: raja Uzia yang telah mati vs Allah sebagai Raja yang tetap duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang (tidak mungkin bisa mati).

Melalui hal ini, kita mendapat penghiburan bahwa hanya Allah saja yang patut kita percayai, karena Ia tidak akan pernah bisa mati, digagalkan manusia, dll. Biarlah Allah itulah yang menjadi pusat hidup kita. Amin.



[1] English Standard Version (ESV), International Standard Version (ISV), New International Version (NIV), dan Revised Standard Version (RSV) tidak mencantumkan kalimat ini.

[2] Bdk. uraian “datanglah Kerajaan-Mu” di Matius 6:10.

[3] Allah bukan hanya mampu memerintah dengan berfirman, “Jadilah terang.” (Kej. 1:3), tetapi Ia sendiri mampu berkuasa menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada (misalnya terang itu sendiri). Dengan kata lain, Allah yang berkuasa meskipun dapat diidentikkan dengan Allah yang memerintah, namun Allah yang berkuasa sebenarnya lebih “tinggi” dan “luas” daripada Allah yang memerintah.