05 February 2011

PERSAHABATAN DAN HUBUNGAN LAWAN JENIS (Denny Teguh Sutandio)

PERSAHABATAN DAN HUBUNGAN LAWAN JENIS:
Bagaimana Membedakan dan Menyikapinya Dengan Bijaksana?


oleh: Denny Teguh Sutandio



Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita perlu bersosialisasi dengan sebanyak mungkin orang, salah satunya dengan berkomunikasi dengan mereka di mana pun dan kapan pun. Dengan banyaknya komunikasi, kita dapat menambah persahabatan dengan sebanyak mungkin orang. Dengan bersahabat, kita makin banyak bergaul dengan orang lain, mengenal karakter mereka, dan berusaha menyesuaikan diri dengan mereka (tanpa berarti harus kompromi untuk hal-hal yang mutlak). Jika Tuhan mengizinkan, maka dari persahabatan itulah, kita bisa membina hubungan lawan jenis secara serius dengan berpacaran dan akhirnya menikah.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul, apakah perbedaan antara persahabatan dan hubungan lawan jenis? Bagaimana sikap kita menyikapi perbedaan tersebut?

Hubungan lawan jenis yang saya maksud di sini adalah ketika sepasang cowok dan cewek sudah saling mengungkapkan perasaan suka dan sayang entah itu dalam masa pendekatan (pdkt) atau berpacaran atau bahkan sudah menikah (bukan cinta yang bertepuk sebelah tangan).

Persahabatan berarti pertemanan yang tentu terdiri dari beberapa cowok dengan beberapa cewek. Inti persahabatan (SEJATI) pertama: kebersamaan (bukan berduaan!). Karena terdiri dari beberapa cowok dan beberapa cewek, maka tentu saja kalau mau hang out atau pergi ke gereja, mereka selalu bersama. Mereka bersenda gurau, berdiskusi, dan belajar bersama. Namun kebersamaan itu HARUS ada batasnya, yaitu tidak boleh ada ikatan (hubungan) pribadi di antara mereka. Kalau ada seorang cowok (A) yang bertanya kepada seorang cewek (X) atau sebaliknya tentang hal-hal pribadi (lebih dari 1x), misalnya: “lagi ngapain?”, “sudah makan?”, “kamu suka makan apa?”, dll atau bertanya tentang aktivitasnya di hari tertentu (apalagi dikhususkan, nanya hari Sabtu ngapain?), seharusnya cewek X yang memang benar-benar menganggap A hanya sebatas teman TIDAK perlu menjawab pertanyaan itu (dan TIDAK perlu bertanya balik), karena pertanyaan-pertanyaan tersebut SUDAH bersifat pribadi! Kata kunci kedua dalam persahabatan adalah pengorbanan, namun perlu diingat, pengorbanan itu BUKANlah pengorbanan spesial kepada salah satu teman saja (lawan jenis), tetapi sebisa mungkin juga kepada semua teman entah itu sesama atau lawan jenis. Saya sendiri melakukan apa yang saya katakan!

Sedangkan jika seseorang SUDAH berani mengatakan CINTA dan menjalin hubungan dengan lawan jenis yang lebih serius (lebih dari sekadar teman biasa), maka ia HARUS mengerti konsekuensinya (ini BUKAN teori/hukum yang kaku, tetapi aplikasi yang WAJAR dari seorang yang SUDAH berani berkata: CINTA):
* siap untuk tidak egois --> selalu bertanya kepada pasangan kita, apakah dia suka dengan perkataan, sikap, gaya rambut, pakaian, dll kita.
* ingin selalu bersama/dekat dengan pasangan kita, kecuali untuk alasan yang mendesak: kita atau pasangan kita sedang bekerja (sungguh-sungguh bekerja, bukan menggunakan alasan “bekerja” sebagai dalih untuk menghindar/berselingkuh!) atau yang lain—ingat: alasan yang mendesak, bukan alasan konyol yang dibuat-buat!
* menghargai keberadaan pasangan kita saat kita berkencan --> bukan asyik BlackBerry Messenger (BBM), SMS, dan telpon-an yang tidak jelas dengan orang lain di kala kencan, kecuali untuk urusan rohani dan/atau keluarga yang mendesak, seperti: salah satu keluarga ada yang meninggal atau sakit keras atau bertanya keberadaan kita, dll
* TIDAK menyakiti perasaan pasangan kita --> berusaha TIDAK menyebutkan lawan jenis lain ketika berkomunikasi dengan pasangan kita, apalagi memuji lawan jenis itu baik, dll (karena itu TIDAK penting) dan menaati apa yang dikehendaki pasangan kita asalkan TIDAK bertentangan dengan firman Tuhan (koridor Alkitab: istri/wanita tunduk kepada suami/pria dan suami/pria mengasihi istri/wanita)!
* terbuka dan jujur --> berusahalah berkomunikasi dengan terbuka dan jujur dalam segala situasi. Jangan suka menutup-nutupi fakta dengan rayuan gombal, dll. Belajarlah dari Tuhan Yesus yang berfirman, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat. 5:37) Ketika kita mencoba mendustai pasangan kita, mungkin sekali pasangan kita tidak mengetahuinya, namun Allah yang Mahatahu pasti mengetahuinya dan Ia akan menyatakan kebenaran kelak kepada pasangan kita. Jangan bermain-main dengan Allah!

Jika kita sudah, sedang, dan akan terus berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis yang kita cintai, pertanyaannya, apakah kita masih boleh berteman? Ada dua pendapat dan sanggahan dari saya:
# BOLEH --> kita harus bisa membagi waktu antara berteman dengan berkencan (setara). Di satu sisi, tentu hal ini benar, karena memang kita perlu menambah teman untuk saling berbagi, berdiskusi, dll, namun perlu diingat: BERTEMAN dengan BERKENCAN bukan dua hal yang setara! Ordonya: 1. Allah (dan hal-hal rohani); 2. Orangtua (dan keluarga) dan pasangan hidup; 3. Teman biasa. Jika teman dan pasangan disetarakan, itu tidak logis: kalau pasangan kita menelpon kita untuk mengajak kita pergi berdua dan di waktu yang sama, melalui sms, teman kita mengajak kita pergi bareng, apa yang akan kita lakukan? Pasti kita tidak bisa memutuskan, karena menurut pikiran kita, dua-duanya setara/sama pentingnya.
# TIDAK BOLEH --> hubungan lawan jenis bersifat dua orang, tidak boleh ada yang lain. Hal ini tergantung karakter pasangan kita. Kalau memang pasangan kita ganjen (kalau bersama dengan lawan jenis, dia selalu senang, tetapi ketika bersama dengan teman sesama jenis, dia agak malas) dan bermental selingkuh (playboy/playgirl), kita harus tegas menegurnya! Kalau dia tidak mau ditegur, segera tinggalkan orang ini. Di dalam membina hubungan lawan jenis, kita diperbolehkan untuk cemburu dalam arti jealous (bukan envious), karena Allah yang telah memilih dan memanggil umat-Nya adalah Allah yang cemburu ketika umat-Nya berzinah rohani dengan menyembah ilah lain (Kel. 20:3-5). Sedangkan kalau dia memang bisa dipercaya dan tidak bermental selingkuh, maka jangan lakukan tindakan membatasi pasangan kita, karena itu posesif.

Jika demikian, bagaimana membatasi persahabatan ketika kita sedang menjalin hubungan lawan jenis (CINTA)?
1. Prioritaskan Kebenaran --> dalam membina hubungan lawan jenis, kembalilah kepada standar kebenaran Allah: kekudusan, kesetiaan, kejujuran, dan kerelaan. Pdt. Wendy Pratama di dalam status Facebook beliau mengungkapkan satu hal menarik tentang cinta: “Ada apa di dalam CINTA? .. Ada LIPATAN ‘simetris’ .. Kiri ‘SAYANG’ kanan ‘SETIA’ kalau sebelah saja itu bukan CINTA.” Dua hal ini tidak boleh dipisahkan. Ketika kita berusaha memisahkannya, kita sudah berzinah di dalam pikiran!
2. Prioritaskan pasangan kita --> kesetiaan kita ditandai dengan memprioritaskan pasangan kita lebih dari teman-teman lain (jangan menyetarakannya)! Kalau pasangan kita dan teman kita bersamaan meminta kita bersama dengan mereka, kita yang sungguh-sungguh mencintai pasangan kita harus memilih bersama pasangan kita, sedangkan kita bisa mencari waktu lain untuk pergi bersama teman kita (SESAMA JENIS!). Hal ini bukan suatu keegoisan, namun suatu kewajaran, karena otomatis kita akan senang bersama pasangan kita dan kesempatan berduaan merupakan kesempatan saling berdiskusi dan mengenal satu sama lain. Adalah suatu keanehan jika ada orang yang katanya suka dengan lawan jenis tertentu (dan lawan jenis ini juga suka dengannya), namun lawan jenisnya tidak digubris sama sekali ketika dia bertemu dengan teman-temannya.
3. Anggaplah teman sebagai teman --> karena pasangan kita lebih diprioritaskan dari teman-teman lain, maka konsekuensi WAJARnya adalah anggaplah TEMAN sebagai TEMAN. Dalam hal ini, harus ada pembedaan tegas antara teman sesama jenis dan teman lawan jenis. Dengan teman sesama jenis, silahkan kita berkomunikasi seintens mungkin untuk curhat, pergi bersamanya (berdua atau lebih dari itu), dll, namun dengan teman lawan jenis, kurangi komunikasi dalam bentuk apa pun dan ajakan untuk pergi berdua! Kalaupun teman lawan jenis kita mengajak kita pergi berduaan, ajaklah pasangan yang kita cintai (dan mencintai kita) untuk menemani kita (sekaligus pasangan kita mengenal teman-teman kita), lalu lihat bagaimana reaksi teman lawan jenis kita? Jika teman lawan jenis kita memang benar-benar TIDAK ada perasaan apa pun kepada kita maka ia tentu membolehkan kita mengajak pasangan kita (bahkan ia akan senang karena dapat berkenalan dengan pasangan kita), namun jika teman lawan jenis itu keberatan dan menolak, berarti dia pasti ada perasaan tertentu dengan kita. Jika dari hal “sepele” saja, kita tidak mau mengenalkan semua teman-teman kita (asalkan TIDAK berada di luar kota/pulau) kepada pasangan kita, itu sudah pertanda dia memang rajin selingkuh, karena teman-temannya (khususnya lawan jenis) sengaja tidak mau dikenalkan, agar dia bisa berselingkuh dengan mereka!

Sebagai kesimpulan, tidak ada salahnya membina persahabatan tatkala kita sedang mencintai seseorang, tetapi tariklah batas yang tegas antara teman vs pasangan hidup. Perbanyaklah teman sesama jenis dan kurangilah teman lawan jenis, karena teman lawan jenis berpotensi merusak hubungan lawan jenis secara perlahan! Jangan suka berargumen, “Kami hanya teman biasa, tidak lebih”, karena biasanya (tidak selalu sih) orang yang berargumen ini selalu tidak pernah menepati perkataannya sendiri dan mudah berselingkuh karena ia menemukan lawan jenis lain yang lebih baik, kaya, sabar, dll daripada pasangannya sendiri. Biarlah melalui artikel singkat ini, kita makin mengerti apa arti persahabatan dan cinta, sehingga kita TIDAK mudah mengumbar kata cinta! Amin. Soli Deo Gloria.