30 August 2010

WHAT'S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-7: Eden dan Dosa-6: Kerja Sama yang Berdosa

WHAT’S WRONG IN THE GARDEN OF EDEN?-7:
Eden dan Dosa-6: Kerja Sama yang Berdosa


oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Kejadian 3:6b




Pada bagian terdahulu kita telah menyoroti adanya kebingungan ordo tatkala Adam bukannya menegur Hawa yang memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, malahan menuruti perkataan Hawa dengan ikut memakannya. Pada bagian ini, kita akan menyoroti khusus ayat 6b di dalam frase, “… diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, …” Di sini, kita memperhatikan bahwa Hawa bukan hanya makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat seorang diri saja, namun ia juga memberikan buah tersebut kepada Adam untuk dimakan juga. Inilah bentuk ketidakberesan pertama dalam prinsip kerja sama. Saya menyebutnya sebagai: kerja sama yang berdosa. Apa itu kerja sama yang berdosa? Apa penyebab dan akibatnya? Bagaimana membentuk kerja sama yang Alkitab inginkan?

A. Kerja Sama yang Berdosa
Kerja sama yang berdosa adalah sebuah kerja sama yang terlepas dari Allah yang ditandai dengan dua gejala:
Pertama, tidak ada yang mengingatkan akan kebenaran Allah. Kerja sama yang terlepas dari kebenaran Allah tentu sebuah kerja sama di mana tidak ada Allah dan kebenaran-Nya di dalamnya, sehingga tidak heran kerja sama tersebut tidak ada seorang pun yang mengingatkan akan kebenaran Allah. Masing-masing orang di dalam kerja sama tersebut sibuk dengan urusan dan kepentingan masing-masing di luar Allah. Dalam kasus di Taman Eden, Adam yang seharusnya menegur Hawa untuk tidak makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat dengan mengingatkan akan perintah Allah, akhirnya malahan menjadi seorang pria yang lemah yang akhirnya mengalah kepada Hawa. Apa sebabnya? Karena kerja sama antara Adam dan Hawa bukan didasarkan pada kebenaran Allah, tetapi karena emosi sesaat. Emosi sesaat atau fenomena itu ditandai dengan keinginan Adam yang sama seperti Hawa yang ingin menikmati buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Makin mereka bekerja sama, mereka makin berdosa di hadapan Allah, karena kerja sama mereka di luar kebenaran Allah. Di zaman sekarang pun, kita melihat gejala yang sama. Mayoritas kerja sama di sekolah, kampus, tempat kerja, dll adalah kerja sama yang tidak berpusat kepada Allah, akibatnya tidak heran, kita melihat makin mereka bekerja sama, suatu saat mereka makin bertengkar satu sama lain, bahkan yang lebih mengenaskan hal ini terjadi di dalam beberapa gereja.

Kedua, sama-sama menikmati dosa. Di dalam kerja sama yang tidak ada yang mengingatkan akan kebenaran Allah akan berakibat pada kecenderungan untuk sama-sama menikmati dosa. Karena Adam gagal mengingatkan Hawa akan perintah Allah, maka Adam pun bekerja sama dengan Hawa untuk melawan perintah Allah dengan memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Bersama-sama melawan perintah Allah inilah bentuk dari bersama-sama menikmati dosa. Mereka telah diracuni oleh iblis yang mengatakan bahwa melawan perintah Allah itu bukan dosa, tetapi suatu kenyamanan. Di dalam zaman ini, gejala yang sama juga terjadi. Kerja sama antara teman, rekan, saudara, dll mayoritas bukanlah kerja sama yang beres, namun kerja sama yang menikmati dosa. Yang celakanya, kerja sama tersebut seolah-olah kelihatan baik di depan, namun secara tidak sadar menusuk di belakang. Sifat kerja sama ini bisa eksternal maupun internal. Artinya, sifat kerja sama ini bisa berlaku untuk orang luar maupun di dalam lingkungan kerja sama tersebut. Sebagai contoh praktis, kita mengenal istilah SINDIKAT. Itulah kerja sama menipu. Sindikat itu terdiri dari beberapa orang yang saling bekerja sama untuk melakukan penipuan entah itu melalui telepon, sms, surat, bahkan yang terakhir melalui Yahoo Messenger (YM). Modus operandinya adalah meminta sejumlah uang atau meminta tolong membelikan pulsa HP dengan maksud ingin menguras saldo ATM Anda. Atau juga untuk kalangan internal, kita melihat contoh praktisnya, di dalam satu kelompok sosial bahkan agama atau mungkin keluarga, tidak sedikit orang yang nekat menipu rekan atau saudara sendiri untuk meraup keuntungan besar.


B. Penyebab
Lalu, kita bertanya-tanya, mengapa semua ini bisa terjadi? Saya menemukan dua penyebab:
Pertama, hilangnya kebenaran Allah. Kerja sama yang tidak beres terjadi karena kebenaran Allah sudah hilang di dalam prinsip kerja sama. Artinya, kerja sama tersebut berdiri di atas dasar kepentingan sendiri yang egosentris. Hilangnya kebenaran Allah ditandai dengan diacuhkannya kebenaran Allah. Kebenaran Allah hanya ada di dalam mulut seseorang yang berbisa, namun tak pernah diaplikasikan. Yang lebih mengerikan, ada kerja sama rohani/agama yang mengutip ayat-ayat Alkitab (namun yang dikutipnya terlepas dari konteksnya) dengan tujuan mencari keuntungan (hanya kedok semata). Hilangnya kebenaran Allah juga ditandai dengan ditinggikannya kehebatan manusia. Manusia dipacu untuk menjadi sukses, kaya, berhasil, dll. Caranya? Mudah, melalui pelatihan motivasi dengan tujuan ingin membangkitkan kekuatan yang super besar yang sedang tidur di dalam diri manusia. Semuanya itu disatukan sebagai sarana untuk bisnis Multi Level Marketing (MLM). Para anggota dijanjikan keuntungan berlimpah jika mereka berhasil memberi keuntungan kepada perusahaan MLM tersebut. Meskipun tidak ada nama Tuhan di dalam bisnis MLM, tetapi motivasi, cara, dan tujuan bisnis ini sudah merupakan bentuk kerja sama yang tidak beres, karena manusia dipacu seperti sapi yang harus bisa sebanyak mungkin menjual produk MLM tersebut. Tetapi herannya, orang yang sama jika diperintahkan untuk memberitakan Injil tidak ada spirit yang sama, mengapa? Karena orang “Kristen” tersebut terpacu kalau ada iming-iming untung besar. Kedua, manusia yang semakin dipacu untuk sebanyak mungkin menjual produk MLM mengakibatkan banyak dari mereka yang lebih mengurusi MLM dan mungkin suatu hari, dirinya bisa lupa kebaktian di gereja atau enggan lagi membaca Alkitab atau melayani Tuhan di gereja, mengapa? Karena sebagian besar waktunya dipergunakan untuk mengurusi MLM. Makin bekerja sama di dalam MLM mengakibatkan makin lupa Tuhan.

Kedua, hilangnya semangat dan komitmen mengatakan Kebenaran. Selain kebenaran Allah hilang, yang lebih memprihatinkan adalah hilangnya semangat dan komitmen memberitakan kebenaran Allah tersebut. Mengapa demikian? Karena kita hidup di zaman yang benar-benar cuek dengan iman kepercayaan. Yang paling mengenaskan, gejala ini terjadi pada orang Kristen. Banyak orang Kristen tidak lagi memiliki semangat dan komitmen kuat untuk memberitakan kebenaran. Mengapa demikian? Pertama, cuek. Banyak orang Kristen cuek dengan iman Kristennya, karena sebenarnya mereka hanya orang Kristen rutinitas yang setiap hari Minggu ke gereja tanpa mengerti apa yang dikhotbahkan itu sesuai dengan Alkitab atau tidak. Ya, harap maklum, membaca Alkitab pun jarang, sampai-sampai Alkitab berdebu di rak bukunya. Kedua, “kasih”. Alasan kedua yang lebih parah yaitu dengan alasan “kasih” (atau “damai”), banyak orang Kristen enggan memberitakan Kebenaran. Atau dengan kata lain, alasan mereka adalah “agar orang lain tidak tersinggung.” Makin menjunjung tinggi “kasih” dan “damai”, banyak orang Kristen makin takut menyatakan Kebenaran. Jika mereka memberitakan kebenaran, mereka nantinya dicap fanatik, sok suci, dll. Akibatnya, mereka akan kehilangan banyak teman. Mereka berpikir jika mereka tidak memberitakan Kebenaran, maka mereka akan memiliki banyak teman.


C. Akibat
Kerja sama yang tidak beres ini nantinya sadar atau tidak sadar mengakibatkan suatu kerja sama yang melawan Allah dan berpusat pada manusia. Kerja sama Adam dan Hawa yang melawan perintah Allah tidak berhenti, namun terus berlanjut. Di dalam Kejadian 6:1-4, kita melihat manusia yang makin bertambah banyak makin hidup tidak karuan dan di ayat 5-6, Tuhan sendiri sedih melihat kerusakan manusia yang semakin parah. Kesedihan Tuhan terus berlanjut dan ditambah dengan murka-Nya tatkala Ia melihat manusia yang semakin banyak ingin membuat menara yang tingginya sampai ke langit agar mereka tidak terserak (Kej. 11:1-9). Tidak cukup sampai di situ, ketika manusia bertambah banyak dan membentuk suatu bangsa yang disebut Israel, maka Alkitab mencatat bahwa mereka yang telah mendapat anugerah Allah justu menjadi sebuah bangsa yang tegar tengkuk (Kel. 32:9).


D. Persekutuan: Restorasi Prinsip Kerja Sama yang Berdosa
Lalu, jika kerja sama manusia pertama sudah dirusak dosa, bagaimana penyelesaiannya? Kerja sama yang rusak akibat dosa harus diselesaikan dengan cara Allah, yaitu melalui penebusan Tuhan Yesus Kristus melalui kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Kematian dan kebangkitan-Nya bukan hanya menebus umat pilihan-Nya dari dosa, tetapi juga merekatkan kembali hubungan antara sesama umat pilihan-Nya agar mereka bersatu di dalam Kristus. Hal ini terealisasi tatkala kuasa Roh Kudus turun ke atas para rasul di hari Pentakosta di mana para rasul berbicara dalam bahasa yang berbeda kepada orang-orang yang berkumpul di Yerusalem waktu itu (Kis. 2:1-12) dan Alkitab mencatat bahwa khotbah Petrus pada waktu itu dipakai Tuhan luar biasa sehingga menghasilkan 3000 petobat baru (Kis. 2:41). Kemudian, para petobat baru tersebut berkumpul untuk bersekutu di dalam persekutuan tubuh Kristus (ay. 42-47). Di sinilah, konsep kerja sama yang tidak beres akibat dosa di zaman Adam dan Hawa direstorasi melalui kematian dan kebangkitan Kristus plus kuasa Roh Kudus sehingga menghasilkan konsep baru: persekutuan (fellowship). Konsep ini terus berkembang di seluruh Perjanjian Baru. Setelah membahas konsep ibadah sejati di Roma 12:1-2, maka di ayat 4-8, Paulus menjelaskan kesatuan tubuh Kristus yang terdiri dari berbagai anggota dengan berbagai macam karunia. Dan di dalam 1 Korintus 12:4-27, Paulus juga menekankan kesatuan tubuh Kristus dengan beraneka ragam karunia yang dipergunakan untuk membangun tubuh Kristus. Di dalam surat-suratnya yang lain, Paulus juga menekankan hal serupa. Dari pemahaman ini, maka apa saja ciri persekutuan ini?
Pertama, di dalam Kristus. Persekutuan ini adalah persekutuan di dalam Kristus. Berarti dasar dan fokus persekutuan ini adalah Kristus sendiri melalui pengajaran-pengajaran-Nya di Alkitab. Kita bisa bersekutu jika persekutuan itu didasarkan pada Kristus dan Alkitab, karena Kristus dan Alkitab tidak bisa dipisahkan. Adalah suatu ketidakmasukakalan jika mengatakan bahwa yang penting bersatu di dalam Kristus, meskipun ajarannya berbeda-beda, bahkan bertentangan dengan Alkitab, melawan Alkitab, dan sesat. Itu bukan persekutuan, tetapi kerja sama. Bagi saya, persekutuan adalah restorasi Allah bagi konsep kerja sama yang ngaco di zaman Adam dan Hawa, sehingga jangan berani mengatakan istilah persekutuan, jika konsepnya masih sama seperti konsep kerja sama yang ngaco di zaman Adam dan Hawa dahulu. Kembali, jika kita menegaskan bahwa persekutuan kita adalah persekutuan di dalam Kristus, berarti di dalam persekutuan kita, kebenaran Allah dijunjung tinggi. Lebih tajam lagi, berarti kita memiliki semangat dan komitmen mengatakan kebenaran Allah. Apakah dengan mengatakan kebenaran Allah ini, kita kurang mengasihi? Justru SALAH. Ketika kita mengatakan kebenaran Allah dengan lembut tetapi tanpa kompromi, di saat itulah kita menunjukkan kasih Allah kepada orang itu agar bertobat. Alkitab sendiri berulang kali mengajar kita bahwa kasih Allah ditunjukkan bukan dengan membiarkan kita berkanjang di dalam dosa, tetapi justru menegur bahkan menempeleng kita. Di Wahyu 3:19, Tuhan dengan keras berfirman kepada jemaat di Laodikia yang suam-suam kuku, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Lebih jelas lagi, melalui penulis Ibrani, Tuhan berfirman, “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibr. 12:6; bdk. Ayb. 5:17 dan Ams. 3:11-12) Makin Allah mengasihi umat pilihan-Nya, Ia makin mendidik dan mengajar mereka agar mereka menjadi serupa dengan gambaran Kristus, Kakak Sulung umat pilihan-Nya. Jika Allah mengasihi kita dengan menegur dan mendisiplin kita, maka kita sebagai umat pilihan-Nya pun mengasihi saudara seiman lainnya (dan orang lain) juga dengan memberitakan kebenaran Allah kepada orang lain. Rev. Bill Hybels, D.D. di dalam bukunya Who You Are When No One’s Looking mengatakan, “Untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi, Anda harus mengutamakan untuk mengatakan kebenaran di atas menjaga kedamaian.” (hlm. 83) Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita benar-benar bersekutu di dalam Kristus dalam arti di dalam kebenaran firman-Nya?

Kedua, di dalam kasih. Selain di atas kebenaran, kita juga harus bersekutu di dalam kasih. Saya menjumpai adanya gejala ekstrem di dalam Kekristenan. Ada yang terlalu menekankan kasih tetapi mengabaikan kebenaran firman, sebaliknya ada yang terlalu menekankan pentingnya belajar kebenaran firman, namun kurang memiliki kasih dan tidak sedikit akhirnya menjadi orang yang gegabah menghakimi. Persekutuan yang Tuhan inginkan bukan hanya di dalam Kristus, tetapi juga di dalam kasih. Artinya, masing-masing orang Kristen sejati bersatu di dalam kasih yang mempersatukan di dalam kebenaran. Ada dua ruang lingkup di dalamnya. Pertama, internal. Di dalam satu gereja yang kelihatan, masing-masing anggota bersatu untuk bersama-sama bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus: saling mengajar, menegur, menghibur, menguatkan, dll. Kedua, eksternal. Masing-masing orang Kristen dari berbagai denominasi gereja yang beres bersatu di dalam kebenaran untuk menyatakan kebenaran Allah kepada dunia luar. Mungkin mereka terhisap di dalam sebuah organisasi Kristen atau misi penginjilan yang beres (seperti: OMF, Persekutuan Antar Universitas—Perkantas, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia—LPMI, dll) untuk memberitakan Injil Kristus yang beres kepada dunia. Sungguh sangat disayangkan jika ada beberapa orang Kristen yang terlalu teoritis dan belajar banyak doktrin mengakibatkan dia enggan bersekutu dengan orang Kristen di luar gerejanya atau bahkan diindoktrinasi untuk tidak boleh berteman dengan orang Kristen di luar gerejanya. Jika orang Kristen sendiri tidak bersatu, kita bukan menjadi berkat bagi orang dunia, tetapi justru menjadi celaan.


Biarlah kita makin hari makin dimurnikan untuk bersatu di dalam kebenaran Kristus dan kasih yang mempersatukan demi melebarkan Kerajaan Allah di bumi ini dan nama Tuhan dipermuliakan selama-lamanya. Amin. Soli Deo Gloria.