17 December 2009

Eksposisi 1 Korintus 1:13-17 (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

EKSPOSISI 1 KORINTUS 1:13-17

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.



Nats: 1 Korintus 1:13-17



Bagian ini merupakan respons Paulus selanjutnya terhadap perselisihan yang terjadi dalam jemaat Korintus. Setelah ia memberikan nasehat yang objektif (ay. 10) dan memberitahu sumber berita yang dapat dipercaya (ay. 11-12), ia sekarang memberikan teguran yang objektif untuk semua yang terlibat dalam perselisihan (ay. 13-17).


Isi Teguran (ay. 13)
Dalam ayat ini Paulus mengekspresikan tegurannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan retoris. Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban dari jemaat Korintus, karena jawabannya sudah jelas. Paulus hanya memakai ini untuk memberikan kesan yang lebih mendalam daripada sekadar teguran biasa. Dia berusaha menunjukkan kepada jemaat betapa cara berpikir dan sikap mereka sebenarnya sangat tidak masuk akal. Pada saat yang sama dia sekadar mengingatkan bahwa apa yang mereka sudah ketahui seharusnya berdampak dalam cara mereka menyikapi perbedaan yang ada.

Teguran pertama berkaitan dengan Kristus yang tidak dapat dibagi-bagi (ay. 13a). Pertanyaan “apakah Kristus terbagi-bagi?” merupakan bagian yang paling sulit dimengerti di antara tiga pertanyaan di ayat ini. Apakah maksud Paulus dengan pertanyaan ini? Mayoritas penafsir biasanya memahami “Kristus” di sini sebagai sinonim (lebih tepat metonim) untuk gereja (bdk. 1Kor. 12:12), sedangkan bentuk pasif “dibagi-bagi” (dari kata dasar merizo) dipahami dalam arti memotong. Jika ini diambil, maka Paulus di sini sedang menegur bahwa tindakan mereka memecah gereja sama dengan memecah Kristus.

Pandangan ini memiliki kelemahan serius. Jika ini yang dimaksud Paulus, maka dia sedang berpihak pada mereka yang termasuk golongan Kristus (ay. 12). Mereka pasti setuju dengan maksud Paulus. Mereka tidak memecah Kristus. Mereka justru menjadikan Kristus sebagai figur utama dalam golongan mereka, walaupun dengan motivasi yang salah.

Kita lebih baik memahami kata kerja merizo dalam arti membagi untuk seseorang atau mendistribusikan. 1 Korintus 7:17 “hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan (merizo) Tuhan baginya”. 2 Korintus 10:13 “di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok (merizo) Allah bagi kami”. Roma 12:3 “sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan (merizo) Allah kepada kamu masing-masing”.

Jika arti di atas diterima, maka pertanyaan “apakah Kristus dibagi-bagi?” merupakan teguran bagi semua yang terlibat, tetapi secara khusus bagi golongan Kristus. Mereka tidak dapat mengklaim bahwa Kristus hanya dibagi untuk mereka. Kristus bukan milik sebagian orang, sebaliknya Kristus adalah pemilik semua jemaat (bdk. 3:23a “tetapi kamu adalah milik Kristus”).

Teguran kedua berkaitan dengan keutamaan Kristus dibandingkan para pemimpin rohani (ay. 13b). Penggunaan nama Paulus di bagian ini harus dipahami sebagai representasi dari seluruh pemimpin rohani. Ini merupakan strategi Paulus untuk tidak menimbulkan kesan negatif atau ofensif terhadap pemimpin yang lain.

Melalui pertanyaan “apakah Paulus disalibkan bagi kamu?” dan “apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?”, Paulus ingin mengajarkan bahwa para pemimpin rohani tidak layak menerima loyalitas yang tertinggi, apalagi disamakan dengan Kristus. Jemaat tidak boleh mengultuskan pemimpin rohani.

Pertanyaan “apakah Paulus disalibkan bagi kamu?” sekilas seperti pertanyaan remeh yang tidak perlu ditanyakan. Jelas Paulus tidak disalib bagi mereka (dia sendiri masih hidup pada saat menulis pertanyaan ini!). Melalui pertanyaan ini Paulus sebenarnya sedang mengingatkan mereka tentang implikasi dari salib Kristus. Kata “salib” maupun “disalibkan” relatif jarang muncul dalam tulisan Paulus (total hanya 18 kali) dan semua pemunculan ini ditemukan dalam konteks perselisihan (1Kor. 1:13, 17, 18, 23; 2:2; 2Kor. 13:14; Gal. 2:19; 3:1; 5:11; 6:12, 14; Ef. 2:16; Flp. 2:8; 3:18; Kol. 1:20; 2:14). Salib Kristus bukan hanya mendamaikan Allah dengan manusia (Kol. 1:20), tetapi juga antara manusia (Ef. 2:16). Kepada jemaat Filipi yang sedang berselisih (Flp. 2:1-4; 4:2), Paulus menasehatkan mereka untuk meneladani Kristus (Flp. 2:5) yang mau mati di atas kayu salib (Flp. 2:5). Kalau Kristus memang telah disalibkan bagi mereka, maka mereka juga harus menyalibkan kedagingan mereka (Gal. 6:14) dan hidup bagi Kristus (2Kor. 13:4; Gal. 2:19). Mereka tidak boleh memberikan loyalitas atau hidup mereka untuk pemimpin rohani, betapa pun mereka sangat hebat atau berjasa dalam pelayanan.

Pertanyaan “apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” memiliki makna yang sama dengan pertanyaan sebelumnya. Dalam theologi Paulus, baptisan merupakan lambang dari kematian orang percaya bagi dosa dan kehidupan mereka yang baru bagi Kristus (Rm. 6:2-6; Kol. 2:12-13). Mereka yang telah dibaptis dalam nama Yesus (bdk. Mat. 28:19-20) harus memberikan loyalitas hidup mereka kepada Allah.

Sebagian besar sarjana menduga bahwa jemaat Korintus memiliki konsep yang salah terhadap baptisan. Mereka tidak memahami makna baptisan yang sebenarnya. Bagi mereka baptisan memiliki kuasa tertentu pada dirinya sendiri (bdk. 1Kor. 15:29). Jika baptisan memiliki kekuatan tertentu, maka mereka yang membaptis juga pasti memiliki kuasa tertentu pula. Kesalahpahaman seperti inilah yang sedang dikoreksi Paulus. Yang paling penting bukanlah si pembaptis, tetapi nama yang di dalamnya kita dibaptis, yaitu nama Yesus Kristus. Kita yang dibaptis dalam nama Kristus wajib memberi loyalitas kepada Kristus.


Respons Paulus Terhadap Isu Baptisan (ay. 14-17)
Bagian ini merupakan penjelasan Paulus tentang isu baptisan di ayat 13b. Ketika jemaat berselisih dan mengagungkan para hamba Tuhan yang membaptis mereka, Paulus bersyukur bahwa dia hanya membaptis sedikit orang (ay. 14a). Seandainya dia membaptis lebih banyak orang, maka potensi konflik yang ditimbulkannya juga menjadi lebih besar. Akan ada lebih banyak orang yang mungkin menggunakan hal itu untuk mengultuskan dirinya (bdk. ayat 15 “sehingga tidak ada yang mengatakan bahwa kamu dibaptis dalam namaku”).

Paulus lalu menjelaskan siapa saja yang dia baptis (ay. 14b-17). Nama pertama yang dia sebut adalah Krispus (ay. 14b). Walaupun nama ini cukup umum pada waktu itu, namun kemungkinan besar Krispus di sini adalah kepala rumah ibadat Yahudi di Korintus yang bertobat pada waktu Paulus memberitakan Injil di sana (Kis. 18:8). Ini diperkuat dengan tidak adanya keterangan apa pun tentang Krispus, yang menunjukkan bahwa dia dikenal secara baik oleh jemaat Korintus. Jika dugaan ini benar, maka Krispus adalah salah seorang petobat pertama. Dia juga seorang yang kaya, karena sebutan “kepala rumah ibadat” biasanya diberikan masyarakat keada orang yang memberikan kontribusi materi yang sangat besar bagi pendirian sebuah rumah ibadat.

Nama berikutnya adalah Gayus (ay. 14b). Nama yang seharusnya dilafalkan “Gaius” ini juga cukup umum pada waktu itu. Alkitab mencatat beberapa Gaius: dari Makedonia (Kis. 19:29), dari Derbe (Kis. 20:4), dari Korintus (1Kor. 1:14), penerima surat 3 Yohanes (3Yoh 1:1). Para sarjana umumnya sepakat bahwa Gaius di 1 Korintus 1:14 adalah Gaius di Korintus yang menjadi tuan rumah selama Paulus berada di sana dan menulis surat kepada jemaat di Roma (Rm. 16:23). Jika ini benar, maka dia juga adalah seorang yang kaya.

Nama terakhir adalah Stefanus. Kalau “Krispus” dan “Gaius” adalah nama Romawi, “Stefanus” adalah nama Yunani. Sesuai dengan tulisan dalam bahasa Yunaninya, yaituStephanas, nama ini seharusnya diterjemahkan “Stefanas” dan dibedakan dari “Stefanus” yang dalam bahasa Yunaninya memakai Stephanos (bdk. Kis. 6:5, 8, 9, 12, 15; 7:2, 55, 59; 8:1, 2; Kis. 11:19; 22:20). Semua versi Inggris juga membedakan dua nama ini (Stephanas dan Stephen). Stefanas adalah salah seorang pemimpin jemaat Korintus yang diutus untuk menyerahkan surat-surat jemaat kepada Paulus (1Kor. 16:15-17). Dia adalah petobat baru (ay. 15a), orang yang kaya (ay. 15b) dan terpandang (ay. 16).

Kita tidak mengetahui dengan pasti apakah nama-nama yang disebut Paulus di 1 Korintus 1:14-16 terlibat dalam perselisihan. Jika kita memakai Stafanas sebagai parameter, mereka tampaknya tidak terlibat. Stefanas adalah salah seorang pemimpin jemaat dan diutus oleh jemaat yang sedang berselisih untuk mengantar surat kepada Paulus. Jika dia tidak berada dalam posisi yang netral, maka dia kemungkinan besar tidak akan diutus untuk mewakili seluruh jemaat. Di samping itu, Paulus tampaknya sangat menghargai kepemimpinan Stefanas (1Kor. 16:16).

Setelah mengucapkan syukur bahwa dia hanya membaptis sedikit orang (ay. 14-16), Paulus kemudian menjelaskan fokus pelayanannya (ay. 17). Dia adalah rasul (kata dasar “mengutus” [apostello] sangat berkaitan dengan kata “rasul” [apostolos]) yang tugas utamanya bukanlah membaptis (ay. 17a). Ungkapan ini bukan berarti bahwa ada rasul yang dipanggil secara khusus untuk membaptis. Paulus hanya ingin mengajarkan bahwa yang paling penting bukanlah baptisan, tetapi Injil.

Di ayat 17b Paulus menyinggung tentang kuasa Injil atau salib Kristus. Injil tidak disampaikan dalam hikmat perkataan (sophia logou). Ungkapan sophia logou merujuk pada isi (1:18-31) maupun cara (2:1-5) Injil disampaikan. Jika disampaikan dengan sophia logou, maka salib Kristus akan sia-sia. Terjemahan “sia-sia” di sini kurang tepat. Kata Yunanikenoo seharusnya diterjemahkan “dikosongkan kuasanya” (RSV/NIV). Kita tidak dapat menambah apa pun pada Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang mampu menyelamatkan (Rm. 1:16-17).

Dengan menghubungkan antara baptisan dan kuasa Injil di ayat ini, Paulus ingin menegaskan bahwa baptisan tidak memiliki pengaruh atau dampak apa pun pada dirinya sendiri. Baptisan hanya akan bermakna kalau menjadi lambang penerimaan Injil. Kuasa yang luar biasa terletak pada Injil, bukan baptisan. Karena itu, jemaat Korintus tidak sepatutnya mengagung-agungkan baptisan maupun para pembaptis seolah-olah dua hal ini yang paling penting.




Sumber:
Mimbar GKRI Exodus, 25 November 2007