01 April 2008

Bagian 4: Perbandingan Pemikiran Kiyosaki-Lechter Vs Iman Kristen

A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki-4: Differences between Kiyosaki-Lechter’s Thoughts Vs Christian Faith

Perbandingan Pemikiran Kiyosaki-Lechter dan Iman Kristen
IMAN KRISTEN:
1. Tujuan: untuk Allah -> Hidup adalah perjuangan menggenapkan kehendak Allah.
2. Sifat: Agung dan Benar -> Mengutamakan sifat keagungan dan kebenaran Allah sesuai firman Tuhan
3. Orientasi: Panggilan/talenta -> Yang menjadi sasaran dan pencarian hidup adalah penggenapan panggilan Allah sesuai dengan talenta yang Ia berikan kepada kita
4. Sikap: Taat Firman -> Kita diajar untuk taat pada firman dan tidak melawan setiap perkataan Allah karena itu benar adanya.
5. Ekstensi: pengorbanan/kasih -> Kita diajar untuk mengerjakan hal-hal yang benar, mengasihi dan jika diperlukan berkorban demi kasih kita, karena kita berjalan berlawanan dengan kehendak dan pola dunia.

KIYOSAKI-LECHTER:
1. Tujuan: untuk diri sendiri -> Hidup adalah perjuangan untuk diri sendiri.
2. Sifat: Humanistik – Materialistik -> Mengutamakan kondisi manusia, baik diri sendiri atau orang lain, yang berorientasi pada uang.
3. Orientasi: Uang -> Satu-satunya pusat pemikiran dan pertimbangan adalah uang. Semua kegiatan dan kesuksesan diukur dengan parameter kekayaan materi.
4. Sikap: Melawan Firman -> Setiap firman Tuhan dicurigai dan dikategorikan sebagai ajaran “bapa miskin”, sementara ajaran yang diajukan berlawanan mutlak dengan kebenaran firman Tuhan.
5. Ekstensi: keinginan/kepuasan -> Hidup adalah mengejar keinginan dan kepuasan diri. Yang kita tidak suka, lempar ke orang lain dan jangan dilakukan. Kita diajar untuk berpikir duniawi dan memuaskan nafsu.




Profil Pdt. Sutjipto Subeno:
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. adalah gembala sidang Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya; Direktur: Toko Buku Momentum, Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII), dan Sekolah Theologi Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika. Beliau adalah co-founder dari Yayasan Pendidikan Reformed Injili LOGOS (LOGOS Reformed Evangelical Education). Selain itu, beliau adalah dosen di Institut Reformed, Jakarta dan Sekolah Theologi Reformed Injili Jakarta (STRIJ). Beliau juga adalah seorang pengkhotbah KKR dan hamba Tuhan yang menguasai bidang-bidang, seperti ekonomi, pendidikan, hukum, etika, keluarga/konseling pranikah dan sosial politik. Beliau meraih gelar Sarjana Theologi (S.Th.) dan Master of Divinity (M.Div.) dari Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta. Beliau menikah dengan Ev. Susiana Jacob Subeno, B.Th. dan dikaruniai 2 orang anak: Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998).

Dikompilasi dan sedikit diedit oleh: Denny Teguh Sutandio, S.S.


Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
(Matius 6:24)



Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

(1 Timotius 6:9-12)

Bagian 3: Retire Young, Die Young

A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki-3: Retire Young, Die Young

Nats: 1Tim. 6:10



Latar Belakang
1. Kiyosaki berhasil dengan 4 buku pendahulunya
Buku-buku dari Robert T. Kiyosaki, khususnya buku pertamanya “Rich Dad, Poor Dad” telah mempengaruhi begitu banyak orang, bahkan telah mendapatkan award no 1 dari New York Times. Pikiran Kiyosaki-Lechter membawa orang mulai memikirkan secara serius untuk melakukan investasi, dan mengharapkan orang lain akan mengerjakan baginya.
2. Kiyosaki memberikan paradigma baru
Kiyosaki mengangkat paradigma yang baru untuk dunia pendidikan, dengan melakukan kritik keras terhadap pola pendidikan yang lama, yang berorientasi pada skolastiksisme dan rasionalisme. Kiyosaki melihat bahwa pendidikan harus berpusat dan berorientasi pada finance (finansial). Orang belajar untuk menjadi kaya, dan kekayaan adalah sasaran terakhir dari seluruh kehidupan.

1. Kiyosaki memberi keseimbangan Humanis-Materialis
Kiyosaki bukan sekedar materialis, sehingga pendekatannya tidak kasar terhadap manusia. Ia berhasil menggabungkan semangat humanistik dengan cita-cita materialisme. Di sini keunggulan Kiyosaki dan Lechter yang membuat ia dipuja oleh semua orang dunia. Celakanya, justru orang Kristen yang tidak memiliki ketajaman membedakan (baca: Kristen duniawi), akhirnya juga mengagungkan dia. Bahkan seorang remaja (Kristen) mengatakan bahwa Kiyosaki adalah salah satu dari 10 tokoh utama yang ia puja, karena bisa memberikan semangat hidup dan cita-cita luhur manusia. Betapa agung predikat yang diberikan kepadanya.

Pengaruh pikiran Rich Dad, Poor Dad sudah merajalela ke semua lapisan, dan itu termasuk juga masuk ke tengah orang-orang Kristen yang sangat kurang mendapatkan pengajaran firman Tuhan.


RETIRE YOUNG RETIRE RICH: POSITIVE ASPECTS
1. Bersandar pada Pensiun
Dunia Barat terlalu bergantung pada pensiun dan dana kesejahteraan, dan memang itu sangat merugikan, karena membuat manusia tidak berjuang dan memikirkan hidupnya secara lebih komprehensif dan mengandalkan orang lain untuk bertanggung jawab bagi dirinya (sekalipun nanti Kiyosaki juga demikian, dengan format yang berbeda).

2. Memberi Contoh Konkrit
Dunia modern sangat suka dengan contoh riil. Thesis Kiyosaki bahwa semua orang bisa kaya (dengan menuduh bahwa jika hanya 5% yang kaya, itu adalah karena kesalahan yang 95% orang yang mau kaya tetapi tidak tahu caranya kaya). Kiyosaki juga mengatakan bahwa cara investasi yang tepat adalah melalui tiga lubang: real estate, surat berharga dan bisnis.

3. Mendukung Semangat Ingin Kaya
Kiyosaki menolak (secara halus asumsi ayat diatas), karena sebenarnya hidup adalah uang, dan tujuan hidup adalah menjadi kaya. Dan untuk menjadi kaya, sebenarnya bukan sekolah seperti sekarang ini sarananya.


RETIRE YOUNG RETIRE RICH: NEGATIVE ASPECTS
1. Basis Pikir “Daud dan Goliat” Diselewengkan
Kiyosaki mendasarkan semua teorinya dari inspirasi cerita Daud dan Goliat. Cerita ini merupakan cerita Alkitab (tidak tahu keluarga Kiyosaki percaya Allah yang mana), tetapi cerita ini telah diselewengkan dari inti cerita, sehingga kesimpulan yang diambil sangat berbeda dan sangat salah. Ini adalah dampak dari permainan interpretasi Postmodern yang dengan mudah menipu manusia. Jika bukan karena penyertaan Allah, maka Daud sudah pulang nama, bukan sebagai pemenang.

2. Positive-Thinking yang Materialistik.
Kiyosaki-Lechter sangat mengagungkan kekuatan pikiran dan kekuatan kata-kata. Ini adalah asumsi dari mistik Timur, di mana manusia membiarkan pikirannya berjalan dibawah kendali nafsu dan keinginan dirinya, bukan kehendak Allah. Jika Alkitab mengajarkan “sangkal diri”, maka Kiyosaki-Lechter akan dengan segera melawan dan menolak pandangan tersebut.

3. Kuasa Kata-Kata
Konsep Kiyosaki sangat memakai pola lama yang sudah harus diwaspadai dan ditentang oleh Iman Kristen, yaitu kuasa kata-kata (the power of words). Ini adalah kuasa sugesti, atau kuasa yang memakai pengaruh kata-kata terhadap pikiran, yang akhirnya bagaikan mantera bagi hidup manusia.
Di dalam dunia psikologi, hal ini dikenal dengan ide “self-talk” (berbicara pada diri sendiri), yang gunanya untuk mengarahkan pikiran atau memotivasi diri. Di sini kita berperan ganda, sebagai Tuhan dan sebagai diri.


Beberapa Pemikiran Dasar Kiyosaki-Lechter dalam “Retire Young
1. “Mengapa Daud melawan Goliat?” Ayah kaya berkata, “Daud dapat mengalahkan Goliat karena Daud tahu cara menggunakan kekuatan daya ungkit.” (hal xi).
Kembali kita diajak untuk tidak mengikuti “Ayah Miskin” yang memiliki interpretasi realita berbeda dari “ayah kaya.” Jika Tuhan Allah menegaskan bahwa kemenangan Daud adalah karena iman (Ibr 11:32-34), maka Iblis mengalihkan penafsiran ayat ini sebagai suatu “upaya humanisme dan kecanggihan manusia.” Inilah yang Kiyosaki lakukan, dan banyak orang Kristen sekarang diajar untuk melakukannya juga, yaitu melakukan re-interpretasi firman Tuhan menurut pendekatan humanistik.
Dengan membuka buku kelimanya dengan pemikiran ini, kembali Kiyosaki mengajak orang Kristen untuk secara diametris melawan firman dan pengenalan yang benar akan Allah. Kiyosaki mengajak orang melihat Alkitab dengan cara Iblis, yaitu semua berdasarkan upaya manusia, dan manusia bisa seperti Allah.

2. Sebagai komentar terakhir, saya mendengar banyak orang berkata, “Uang tidak membuat anda bahagia.”
Pernyataan itu ada benarnya. Tetapi uang membelikan saya waktu untuk melakukan apa yang saya suka dan membayar orang lain untuk mengerjakan apa yang saya benci melakukannya.
Di sini Kiyosaki mengajak pembacanya untuk menggunakan uang sebagai alat untuk memerintah orang lain, dengan asumsi bahwa selalu akan ada orang yang mau melakukan apa yang kita benci atau tidak suka lakukan, asalkan kita bisa membayar dia. Dan inilah yang seringkali diasumsikan banyak manusia, bahwa uang bisa membeli segala-galanya (bandingkan dengan film “Indescent Proposal.”).
Melalui tabel “Saya suka dan saya benci” membuat kita memicu semangat humanis dan egois kita. Marilah kita sekarang mencoba membuat tabel tersebut, dan kira-kira, jika kita adalah orang-orang yang melakukannya dengan “Pola Pikir Kristiani” apakah seluruh buku Retire Young akan cocok untuk anda? Jika anda mendapati bahwa kedua aspek citra, konsep dan tujuan hidup anak Tuhan berbeda dari apa yang ditawarkan oleh dunia, bagaimana anda meyakini bahwa yang dimiliki oleh anak-anak Tuhan jauh lebih benar, jauh lebih berharga dan tepat, dibanding dengan apa yang dunia tawarkan. Apa konsekwensinya, jika kita ternyata justru beranggapan bahwa yang dimiliki dunia lebih baik dari yang dimiliki anak Tuhan?

3. “Saya perlu waktu enam bulan untuk menjadi cukup lambat untuk memulai cuti satu tahun saya.” (hlm. 22).
Kiyosaki mengajak orang hidup berpindah dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Etos kerja manusia saat ini begitu rusak, karena manusia dikendalikan oleh motivasi yang tidak tepat. Jika yang pertama dikendalikan oleh tuntutan mendapatkan cukup banyak uang, maka tuntutan kedua dipicu oleh keinginan untuk hidup santai dan malas. Kondisi ini berlawanan dengan natur manusia bekerja. Sekalipun Kiyosaki mengakui bahwa sulit berubah dari orang yang bekerja keras menjadi orang pengangguran, ia tetap melihat bahwa pengangguran adalah hal yang terbaik.
Etos kerja Kristen sangatlah berbeda dari kedua ekstrem yang Kiyosaki ungkapkan. Etos kerja Kristen adalah panggilan yang Allah berikan berkaitan dengan natur dan keberadaan kita sebagai orang percaya di tengah dunia ini, untuk menggenapkan missi Kerajaan Allah di dalam sejarah.

4. “Saya bisa pensiun dini karena saya menggunakan utang untuk membiayai pensiun saya. Dan pasangan di koran ini, orang-orang yang memiliki 401 (k), menggunakan ekuitas (kekayaan bersih) untuk mendanai pensiun mereka. Itu sebabnya mereka butuh waktu lebih lama untuk pensiun.” (hlm. 32-33).
“Seperti saya katakan, saya lebih suka menggunakan uang pinjaman untuk menjadi kaya daripada menggunakan uang saya sendiri…” (hal 168).
Pemikiran Kiyosaki sudah menjadi ciri yang sedemikian mendunia dalam lingkup bisnis sekitar tahun 1990-an. Tetapi akhirnya, terungkap, mereka-mereka yang membiayai hidup dan bisnis mereka dengan hutang, akhirnya hancur dan menjadi perusak seluruh tatanan ekonomi, khususnya di dunia berkembang. Salah satu yang membuat ekonomi Indonesia hancur adalah karena hutang yang tak terbayar (saat ini merupakan beban negara dan BPPN). Sudah terlihat dan terbukti bahwa pikiran Kiyosaki sangat berbahaya, dengan bukti bahwa di Surabaya, banyak pengusaha yang bertahan, karena mereka bisnis dengan ekuitas dan bukan dengan hutang.
Kiyosaki-Lechter mengajar kita untuk bermain-main dan mempermainkan uang orang lain untuk kesenangan dan kenikmatan kita. Hidup dalam hutang bukanlah ajaran Kristen. Alkitab mengajarkan untuk kita bertanggung jawab atas harta yang Tuhan percayakan kepada kita. Itu berarti, harta yang ada pada kita bukanlah milik kita yang boleh kita pergunakan dengan semau kita. Kalau kita memiliki uang banyak seperti Kiyosaki, maka seharusnya kita memberikan persembahan lebih banyak bagi pekerjaan dan kemuliaan Tuhan.
5. dll.

Bagian 2: Who is Your Dad?

A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki-2: Who is Your Dad?

Nats: Ams. 30:7-8; Mat. 19:16-26; 6:19-24




Presuposisi Kiyosaki tentang Uang dan Hidup
Sebelum kita membicarakan suatu kritik terhadap pemikiran Kiyosaki, pertama-tama kita perlu menyamakan persepsi kita terlebih dahulu, sehingga sebagai seorang Kristen kita bisa membangun konsep yang benar berdasarkan firman Tuhan.
Dasar presuposisi yang kita perlu pertama-tama pegang adalah bahwa pola pikir dunia dengan pola pikir Alkitab mutlak berlawanan dan berbeda. Khususnya pendekatan presuposisi yang ada bertolak belakang satu sama lain, sekalipun secara gejala tampak atau tindakan luar akan terlihat banyak kesamaan. Dengan kata lain, kesamaan yang ada hanyalah kesamaan permukaan, sehingga kalau orang tidak mengerti dengan tepat dia akan sulit melihat perbedaannya. Dan ini memang cara penipuan dunia (baca: Setan) di dalam permainannya.
Untuk itu, diperlukan “discerning power” (kekuatan membedakan) yang bisa kita pergunakan untuk melihat dengan tajam perbedaan-perbedaan di balik “kesamaan” yang ditampilkan.
Alkitab mengajarkan dua hal penting dalam kehidupan, sehingga kita bisa hidup dengan benar dan baik. Itu merupakan permohonan Amsal yang begitu indah (30:7-8):
a. Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan
b. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Untuk itu kita perlu mengkaji presuposisi Alkitab yang dikontraskan dengan paradigma Kiyosaki.


1. Bapa Benar atau Bapa Kaya
Dalam Alkitab diajarkan bahwa “Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.” Dan dalam buku pertama Kiyosaki-Lechter, Rich Dad, Poor Dad, pasal pertama, halaman pertama, ia menuliskan, “Bapa yang satu mengajarkan ‘Cinta uang adalah akar segala kejahatan’; sedangkan bapa yang lain mengajarkan ‘Kekurangan uang adalah akar segala kejahatan.’ Di buku pertama, pasal pertama, halaman pertama, Kiyosaki menawarkan pilihan, “bapa” yang mana yang akan kita ikuti. Dan tawaran itu merupakan pilihan yang tidak bisa digandakan! Memang sebenarnya demikian! Maka, Alkitab menyatakan perkataan Kristus, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24). Maka jelas kita melihat pilihan dari awal, siapa yang akan menjadi “bapa” kita.

2. Hidup untuk kemuliaan Tuhan Vs Hidup Bertujuan Uang
Jika Alkitab mengajarkan bahwa hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah, maka Kiyosaki adalah orang pertama yang akan menentang pemahaman tersebut, karena akan sangat berlawanan dengan paradigma yang dibangunnya.
Sulit bagi Kiyosaki untuk menerima ada orang yang meninggalkan semua kekayaan, prospek hidupnya, untuk masuk ke hutan demi memberitakan Injil Kristus.
Dalam Cashflow Quadran, Kiyosaki menekankan bahwa yang penting baginya: kita mempunyai banyak hal yang membutuhkan uang. Uang itu penting. Tapi sekalipun uang penting dan aku butuh uang, tetapi aku tidak mau menghabiskan waktuku dengan bekerja untuk cari uang.” (hal 18). Kiyosaki mengarahkan hidupnya untuk uang, tetapi tidak mau bekerja. Itu berarti ia mau uang tanpa kerja, dan lebih tajam lagi dalam bukunya Retire Young, dikatakan, “uang membuat aku bisa membeli waktu untuk mengerjakan hal-hal yang aku suka kerjakan, dan membayar orang lain untuk mengerjakan apa yang aku benci melakukannya.” (hal.15).

3. Memisahkan atau Mencampur Kaya dan Mementingkan Uang
Alkitab mengajarkan “cinta uang adalah akar segala kejahatan.” Kiyosaki sangat tidak suka dengan paradigma Alkitab ini, dan memberikan “keseimbangan” dengan mengatakan bahwa “tidak punya uang akar segala kejahatan.” Di sini Kiyosaki mengalihkan “cinta uang” dengan “punya uang.” Alkitab memang mengatakan tidak baik kalau terlalu kaya dan tidak baik kalau terlalu miskin (Ams. 30:7-8). Jadi bukan bicara tidak baik kalau terlalu miskin, tetapi juga harus memperhatikan bahwa tidak baik kalau terlalu kaya. Jadi yang harusnya seperti Doa Bapa Kami, kita berdoa agar Allah memberikan makanan “yang secukupnya hari ini” (Give us our daily bread – Mat. 6:11).

4. Menjadi orang memperkenan Allah atau menjadi orang baik di mata dunia
Bagi mata dunia, paparan Kiyosaki-Lechter sangat menyentuh, karena mereka bukan sekedar membawa pemikiran materialisme, tetapi menyentuh aspek-aspek humanistik, seperti bagaimana hidup mementingkan keluarga, mementingkan kepentingan sosial. (Cashflow, hal 15). Sungguh suatu gambaran ideal bagi manusia duniawi, tetapi sungguh sangat tidak ideal di hadapan Allah, karena gambaran yang bagus itu telah membuang gambaran yang jauh lebih bagus atau yang paling bagus, yaitu paradigma kehidupan yang benar itu sendiri.
Nilai hidup manusia bukan sekedar karena berbuat baik, tetapi jika ia memperkenan hati Tuhan (Ef. 2:10). Sulit kita bisa mengerti akhirnya bahwa ada orang yang semakin baik semakin berdosa.

5. Uang Menjadi Sarana Untuk Memuliakan Allah atau Uang Bekerja Untuk Kepentingan Kita
Uang adalah sarana. Sampai pada pernyataan ini, sangat mungkin orang Kristen dan Kiyosaki akan sama-sama menganggukkan kepala. Tetapi sarana untuk apa? Ini akan membedakan secara tajam keduanya. Jika bagi orang Kristen, uang adalah sarana untuk memuliakan Allah, maka bagi Kiyosaki, uang adalah sarana untuk memperkaya diri. Kita memakai uang untuk men­datangkan uang. Kiyosaki menekankan bahwa ia butuh uang, karena uang dipergunakan untuk:
a. Melakukan apa yang ia suka lakukan
b. Membayar orang melakukan apa yang ia benci lakukan.
c. Berjalan keliling dunia
d. Menjadi orang baik.
Uang dipakai menjadi alat pancing. Inilah inti dosa dunia.
Bagi Alkitab, uang adalah anugerah Tuhan, melalui seluruh etos kerja Kristen kita, maka Allah memberikan kepada kita berkat bagi hidup kita sesuai dengan kasih karunia-Nya (cf. butir 6). Bagi Kiyosaki, uang kita harus kita investasikan untuk kembali menghasilkan uang. Hal ini akan menyebabkan orang sangat terpaku pada pergerakan uangnya, sehingga akan menyita pikirannya. Kerja bukan bagaimana kita memanifestasikan talenta yang Tuhan beri, tetapi mengejar kekayaan.

6. Hidup Untuk Allah atau Hidup Untuk Diri Kita
Alkitab memang mengatakan bahwa kekayaan bisa menambah persahabatan dan orang miskin ditinggalkan sahabatnya (Ams. 19:4). Tetapi bukan itu menyebabkan kita mementingkan diri kita dan mau menjadi kaya. Alkitab mengajar hidup kita bukan untuk diri kita, tetapi untuk Allah. Ini sesuai dengan hukum relasi Pencipta-ciptaan. Seluruh hidup dan keberadaan kita adalah demi kemuliaan dan kepentingan Allah dan kerajaan-Nya. Tetapi konsep ini sangat ditentang oleh Kiyosaki. Bagi dia, tidak bisa kita hidup untuk Allah. Kita perlu memikirkan diri kita sendiri. Memang tidak jelas apakah Kiyosaki masih ke gereja atau tidak, tetapi yang pasti seluruh pendekatan dia terhadap firman sudah sangat duniawi dan egois. Misalnya cerita “Daud dan Goliat” menjadi begitu duniawi di dalam pikiran Kiyosaki.
[1] Alkitab mengatakan bahwa Daud melihat pimpinan dan tangan Allah di belakang peristiwa itu (1Sam. 17:37, 46-47 ).
Hidup bagi Kiyosaki adalah harus mengerjakan yang kita suka. Dalam Retire Young, hal 14, ia dengan tegas menyatakan apa yang ia suka dan benci (dalam tabel). Ia suka: kaya, bebas, membeli apa yang diinginkan, barang mahal, orang lain melakukan hal yang tidak suka kita lakukan. Dan ia benci melakukan sebaliknya. Dari paparan Kiyosaki, maka kalimat. “kamu ini buatan Allah, dicipta dalam Kristus Yesus, untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10) dan “barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:27-28).

7. Setiap Orang Mendapat Anugerah Secara Khusus Vs Semua Orang Bisa Kaya
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang mendapatkan talenta secara berbeda-beda, baik secara bidang maupun jumlah. Bukan semua orang dipanggil sebagai pedagang, dan bukan semua orang memiliki dan dipercaya oleh Tuhan untuk memegang uang banyak (Mat. 25:14-30). Pandangan ini ditolak oleh Kiyosaki. Kiyosaki tidak suka kalau seorang menjadi peneliti, yang berhari-hari di dalam laboratorium, mungkin menjadi seorang yang tidak punya uang, hidup dalam gubuk yang reot, tetapi menghasilkan hasil penelitian yang berguna bagi manusia. Bagi dia, hidup harus menjadi investor, bukan pegawai, apalagi kalau pegawaipun bukan (karena Kiyosaki tidak memasukkan konsep hamba/budak dalam teorinya). Kiyosaki ingin setiap orang jadi pedagang atau investor. Akibatnya, insinyur, dokter, ahli hukum, sosiolog, semua mau jadi investor akibat pengaruh dari pemikiran materialisme Kiyosaki.
Jika Alkitab mengajarkan bahwa “jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku” (2Kor. 11:30), Kiyosaki mengajarkan sebaliknya, yaitu bermegah atas segala kekayaan kita. Orang miskin tidak bisa bermegah, karena ia orang yang lemah.
Orang yang sekelas dan sekualitas Kiyosaki, sekelas Iacocca, sekelas Stephen Tong, sangat sedikit, dan tidak perlu semua orang mau seperti dia, nanti akan jadi stress atau sombong. Antara kita dan ayah kita sudah jauh berbeda. Ada anak yang jauh lebih unggul dari orang tuanya, tetapi banyak yang justru jauh lebih rendah dari orang tuanya, apalagi kalau orang tuanya kaya.


[1] Bagi Kiyosaki, kemenangan Daud sama sekali tidak hubungan dengan campur tangan Allah atau anugerah-Nya. Yang ada sepenuhnya adalah kemampuan manusiawi Daud di dalam menggunakan ali-ali (pengumpil) dan bodoh Goliat yang diam saja.

Bagian 1: Rich Dad or Rich Dead?

A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki

oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.



Nats: 1 Tim. 6:10



A Christian Critique on Robert T. Kiyosaki-1: Rich Dad or Rich Dead?

Latar Belakang
1. Kiyosaki mempengaruhi banyak intelektual
Buku-buku dari Robert T. Kiyosaki, khususnya buku pertamanya “Rich Dad, Poor Dad” telah mempengaruhi begitu banyak orang, bahkan telah mendapatkan award no 1 dari New York Times. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan mempengaruhi pola berpikir dan pola kerja banyak orang di dunia modern ini.

2. Kiyosaki memberikan paradigma baru
Kiyosaki mengangkat paradigma yang baru untuk dunia pendidikan, dengan melakukan kritik keras terhadap pola pendidikan yang lama, yang berorientasi pada skolastiksisme dan rasionalisme. Kiyosaki melihat bahwa pendidikan harus berpusat dan berorientasi pada finance (finansial). Orang belajar untuk menjadi kaya, dan kekayaan adalah sasaran terakhir dari seluruh kehidupan.
Namun, di lain pihak, banyak orang yang tidak menyadari sebenarnya apa yang sedang dipaparkan oleh Kiyosaki akan membawa dampak kerusakan bagi tantanan kehidupan dan finansial secara sangat berbahaya. Kiyosaki memberikan idenya dengan menunggangi kelemahan dosa manusia, sehingga upaya untuk membawa perbaikan justru akan dirusak olehnya. Namun, pemikirannya akan sangat banyak diterima dan dipuja, karena memang ada beberapa argumentasi yang dikemukakannya sangat tepat dan cocok dengan realita dunia dan jiwa manusia berdosa.



RICH DAD OR RICH DEAD: POSITIVE ASPECTS
1. Pendidikan lama yang gagal secara visi
Pendidikan telah gagal mendidik, karena tidak jelas apa yang mau dicapai. Ide belajar, mendapat nilai, baik, bekerja, lalu sukses adalah mimpi yang seringkali tidak terjadi.

2. Pendidikan sejalan dengan keinginan
The will, merupakan hal yang penting dalam hidup, sehingga dari pada diatur, lebih baik mengatur. Ini yang harus diajarkan dari awal kepada anak-anak, sehingga mereka bisa menjadi investor kelak (tesis Kiyosaki).

3. Tujuan hidup adalah kaya
Kiyosaki menolak (secara halus asumsi ayat di atas), karena sebenarnya hidup adalah uang, dan tujuan hidup adalah menjadi kaya. Dan untuk menjadi kaya, sebenarnya bukan sekolah seperti sekarang ini sarananya.



RICH DAD OR RICH DEAD: Negative ASPECTS
1. Asumsi Pendidikan tidak penting, yang penting kaya.
Buat Kiyosaki maupun Sharon Lechter, yang penting kaya, dan pendidikan tidak perlu (contoh Bill Gates, Michael Jordan dll.). Gagasan ini membuat dunia pendidikan dilecehkan ke posisi terendah. Seolah-olah manusia hanya hidup demi uang dan untuk uang. Di sini Kiyosaki-Lechter dengan jahat telah mengumbar dosa manusia, sehingga semangat Humanisme-Materialis semakin menjadi-jadi.

2. Pendidikan hanya ke finance, bukan pemerataan bidang
Jika dunia menerima konsep Kiyosaki, celakalah para ilmuwan, para teknokrat, karena mereka tidak punya tempat dalam posisi Kiyosaki. Mereka digolongkan sebagai Employee (pekerja), yaitu posisi terendah, karena “makan gaji.” Hidupnya tidak bisa kaya, kerja keras, dan hidup susah. Yang sukses hanya mereka yang menjadi businessman. Inilah asumsi kejam dari Kiyosaki. Harusnya Kiyosaki memperjuangkan agar para investor tidak mengeruk keuntungan bagi dirinya, lalu membagikan pada teknokrat. Para pedagang tidak mengeruk laba besar, dan membagikannya pada petani. Tetapi Kiyosaki berpikir sebaliknya, mari kita jadi pedagang, untung besar, dan menggaji petani dengan gaji kecil.

3. Pendidikan untuk mencari uang, bukan talenta
Arah pendidikan memang sudah salah, sehingga pendidikan dijadikan bulan-bulanan permainan filsafat dunia. Jika didunia rasionalisme, pendidikan menjadi alat mengejar ilmu pengetahuan dunia, maka sekarang pendidikan menjadi alat mengejar uang. Dan keduanya nanti akan berakhir di neraka, karena tujuan pendidikan bukan mengejar ilmu atau uang, tetapi penggenapan talenta demi kemuliaan Tuhan.

4. Hidup terarah pada dunia, bukan Tuhan
Hidup bagi materialis-humanis seperti Kiyosaki dan Lechter, tidak akan berkorelasi dengan Tuhan. Inilah kelemahan pendidikan masa kini yang sesungguhnya. Di sini akibatnya, etika menjadi lemah. Segala hal dipikirkan dari kepentingan pribadi, dan Kiyosaki-Lechter menanamkan konsep untuk memanipulasi orang lain (yang dianggapnya bodoh), untuk menjadi sarana kerja (investasi) kita di dalam menghasilkan uang.

5. Kasus Khusus menjadi asumsi Kasus Umum
Kasus-kasus dan contoh khusus dipakai untuk membicarkan konsep umum. Di sini kita melihat cara pandang yang salah, yaitu membangun konsep dari beberapa kasus khusus (yang dipilih tentunya dengan asumsi dan cara pandang yang tendensius), untuk membangun citra umum. Seolah kalau kita tidak kaya, kita akan sulit hidup dan tidak bahagia.