10 May 2008

PERJAMUAN KUDUS KRISTUS & MANFAAT YANG DIBERIKAN KEPADA KITA (DR. JOHN CALVIN)



Bagian 1

Melalui baptisan, Allah telah menerima kita sebagai anak-anak-Nya untuk selamanya. Karena itu, untuk memenuhi kewajiban-Nya sebagai Bapa yang baik terhadap anak-anak-Nya, Dia berikhtiar untuk memberi kita makan sepanjang hidup kita. Dan untuk meyakinkan kita akan kemurahan-Nya yang tak habis-habisnya, Ia memberikan suatu jaminan. Dan jaminan itu ialah sakramen perjamuan kudus, di mana Kristus menegaskan diri-Nya sebagai roti pemberi hidup, yang memberikan makanan bagi jiwa kita untuk memperoleh kebahagiaan sejati dan kekal. Tanda-tanda yang dipakai ialah roti dan anggur, yang mewakili tubuh dan darah Kristus yang diberikan menjadi makanan rohani bagi kita. Jadi sekarang Kristus adalah satu-satunya makanan bagi jiwa kita, dan setiap kali menyambut makanan rohani ini, kita disegarkan dan memperoleh kekuatan, sampai kita ke sorga.
Karena misteri persatuan Kristus dengan orang percaya ini melampaui pengertian kita, maka untuk menyesuaikan dengan kemampuan akal kita yang terbatas, Allah menunjukkan hal ini dalam tanda yang kelihatan. Kita diperintahkan untuk makan tubuh yang pernah sekali untuk selamanya dipersembahkan bagi keselamatan kita, supaya ketika kita melihat bahwa diri kita telah dijadikan berbagian di dalamnya, kita diyakinkan bahwa kuasa dari kematian yang menghidupkan itu akan berlaku dalam diri kita.
Orang percaya mendapatkan jaminan dan kesukaan yang besar dari Perjamuan Kudus ini. Perjamuan Kudus menjadi saksi bahwa kita telah menjadi satu tubuh dengan Kristus, sehingga segala kepunyaan-Nya menjadi kepunyaan kita. Dengan demikian, kita berani meyakini bahwa hidup kekal yang diwarisi-Nya, kini telah menjadi milik kita. Dan bahwa Kerajaan Sorga yang telah dimasuki-Nya, sekarang telah menjadi milik kita. Kita dapat meyakini bahwa kita tidak akan dihukum atas dosa-dosa kita, karena semua itu telah ditanggungkan ke atas-Nya. Ini merupakan pertukaran yang ajaib, yang dilakukan-Nya berdasarkan kemurahan-Nya yang besar terhadap kita, yaitu: dengan menjadi Anak Manusia bersama kita, Dia telah menjadikan kita anak-anak Allah bersama-Nya; dengan turun ke bumi, Ia telah membuka jalan bagi kita untuk naik/masuk ke sorga; dengan menerima kefanaan kita, Dia telah memberikan kekekalan kepada kita; dengan menerima kelemahan kita, Dia telah menguatkan kita dengan kuasa-Nya; dengan menjadi miskin karena kita, Dia mengalihkan kekayaan-Nya kepada kita; dengan menanggung beban kesalahan kita di atas diri-Nya, Dia telah mengenakan kebenaran kepada kita.

Dalam sakramen, kita harus meyakini bahwa Kristus sungguh-sungguh hadir sehingga kita dapat melihat-Nya dengan mata kita dan meraba-Nya dengan tangan kita. Dengan memerintahkan kita untuk makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya, Ia menunjukkan bahwa apa yang kita makan dan minum akan menjadi satu substansi dengan kita, dan bahwa tubuh-Nya yang telah diserahkan dan darah-Nya yang telah ditumpahkan untuk mendatangkan keselamatan, kini telah menjadi milik kita. Roti dan anggur dalam sakramen ini dapat mendatangkan berkat/manfaat bagi kita, karena pernah satu kali Ia diserahkan bagi penebusan dan keselamatan kita. Seperti yang sebelumnya dikatakan: oleh hal-hal fisik yang dikemukakan dalam sakramen, kita dibimbing melalui suatu analogi kepada hal-hal rohani. Jadi kita melihat roti dan anggur itu sebagai yang melambangkan tubuh yang terpecah dan darah Kristus yang tercurah bagi keselamatan. Dan dengan merenungkan hal ini, kita dapat ditumbuhkan, disegarkan, dikuatkan, dan dijadikan bersukacita.

Dua kesalahan ini harus kita waspadai: pertama, kita tidak boleh meremehkan tanda-tanda ini, sehingga memisahkannya dari misteri (kebenaran) yang terikat dalam tanda-tanda itu. Kedua, Kita tidak boleh meninggikannya secara berlebihan, sehingga mengaburkan misteri (kebenaran) yang terkandung di dalamnya. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.17., disadur oleh syo)


To search for wisdom apart from Christ means not simply foolhardiness, but utter vanity.
"MENCARI HIKMAT DI LUAR KRISTUS BUKAN HANYA SUATU PETUALANGAN YANG BODOH, TETAPI SAMA SEKALI SIA-SIA."
– John Calvin.




Bagian 2

Pengajaran Gereja yang benar menyatakan bahwa Perjamuan Kudus terdiri dari dua hal: tanda-tanda fisik, yang menggambarkan dalam lambang, hal-hal yang tidak kelihatan; dan kebenaran rohani, yang disampaikan oleh lambang itu. Untuk menunjukkan kebenaran ini, saya mengemukakan tiga hal: (1) signifikansinya, yang terdapat di dalam janji-janji yang terselubung di dalam tanda itu; (2) materi atau substansinya, yaitu Kristus dengan kematian dan kebangkitan-Nya; dan (3) akibatnya, yaitu penebusan, kebenaran, pengudusan, dan hidup kekal, serta semua manfaat yang diberikan Kristus kepada kita.

Walaupun semuanya ini berhubungan dengan iman, namun saya tidak mengatakan bahwa Kristus yang kita terima dengan iman hanya diterima dalam pengertian dan imajinasi. Janji yang Ia berikan, tidak berhenti hanya pada pengamatan dan pengetahuan kosong, tetapi supaya kita menikmati partisipasi yang sejati di dalam Dia. Karena di dalam partisipasi dengan Kristus inilah, kita yang percaya memperoleh penebusan dan kebenaran dalam salib-Nya dan memperoleh kehidupan dalam kematian-Nya. Semua manfaat itu tidak akan menjadi milik kita jika Kristus tidak terlebih dahulu menjadi milik kita. Dalam misteri Perjamuan Kudus, Kristus sungguh-sungguh ditunjukkan kepada kita melalui simbol roti dan anggur (tubuh-Nya dan darah-Nya), di mana Dia telah memenuhi seluruh ketaatan untuk mendapatkan kebenaran bagi kita. Tujuannya, ialah supaya kita yang menjadi satu tubuh dengan-Nya dapat merasakan kuasa-Nya dan berbagian dalam semua manfaat-Nya.

Kita menolak pandangan yang mengajarkan bahwa dalam Perjamuan Kudus tubuh Kristus hadir secara fisik (Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa roti dan anggur itu berubah menjadi tubuh dan darah Kristus – transubstansiasi; Gereja Lutheran mengajarkan bahwa tubuh Kristus “berada bersama roti, di dalam roti, dan di bawah roti” – consubstansiasi), sehingga dapat disentuh oleh tangan, dikunyah dengan gigi, dan ditelan dengan mulut. Calvin menegaskan bahwa roti itu bukanlah tubuh Kristus, tetapi kesaksian terhadap tubuh Kristus. Dalam perjamuan Kudus, memang tubuh Kristus yang diberikan menjadi makanan kita, tetapi bukan dalam pengertian harfiah dan konyol. Tubuh Kristus dibatasi oleh ciri-ciri manusiawi-Nya, dan tetap tinggal di sorga hingga kelak Ia kembali untuk kedua kalinya. Hanya melalui Roh-Nya, kita memiliki Kristus sepenuhnya, sehingga kita menjadi satu dengan-Nya. Dua hal ini harus kita hindari: (1) mengurangi kemuliaan Kristus – Ia dimasukkan ke dalam unsur-unsur dunia ini yang dapat binasa, atau dikaitkan dengan suatu ciptaan yang ada di bumi ini; (2) memikirkan tubuh-Nya memiliki suatu sifat yang tidak sesuai dengan natur manusiawi-Nya – mengatakan bahwa tubuh-Nya bersifat tidak terbatas atau berada di beberapa tempat sekaligus. Sebab menurut kehadiran kemuliaan-Nya, Kristus hadir di mana-mana bersama kita (Mat. 28:20), sedangkan menurut kehadiran fisik, tubuh Kristus tetap tinggal di sorga (Mat. 26:11; Kis. 3:21. Mereka yang tidak menerima kehadiran tubuh Kristus pada Perjamuan Kudus kecuali di dalam roti melakukan kesalahan yang besar karena mereka tidak memberi tempat bagi pekerjaan Roh yang tersembunyi, yang menyatukan Kristus dengan kita.

Bagaimana Perjamuan Kudus dirayakan? Dimulai dengan doa bersama; selanjutnya disampaikan khotbah. Menuturkan bagaimana Perjamuan itu ditetapkan oleh Tuhan. Menyebutkan janji-janji yang diberikan Tuhan di dalamnya; pada saat yang sama, mengucilkan semua orang yang oleh larangan Tuhan ditolak dari Perjamuan. Selanjutnya, berdoa memohon Tuhan mengajar dan membentuk kita agar kita menerima sakramen itu dengan iman dan syukur, dan agar kita dilayakkan untuk menerimanya. Lalu, menyanyikan mazmur atau membacakan sesuatu. Dan hendaklah setiap orang menerima roti dan cawan itu dengan tertib ketika dibagikan kepada mereka. Setelah itu, jemaat dinasihati untuk sungguh-sungguh mengamalkan iman mereka, mengasihi dan menjalankan hidup Kristen yang layak. Akhirnya, syukur harus dinaikkan, dan pujian dinyanyikan kepada Allah. Setelah itu, hendaklah jemaat dilepas dengan damai sejahtera. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.17., disadur oleh syo)


Faith does not depend on miracles, or any extraordinary sign, but is the peculiar gift of the spirit, and is produced by means of the word … There is to which the flesh is more inclined than to listen to vain revelation.
"IMAN TIDAK BERGANTUNG PADA MUJIZAT, ATAU TANDA AJAIB, TETAPI MERUPAKAN KARUNIA KHUSUS DARI ROH KUDUS DAN DIHASILKAN MELALUI SARANA FIRMAN ... KEDAGINGAN KITA MEMILIKI KECENDERUNGAN UNTUK MENDENGARKAN WAHYU YANG HAMPA."
– John Calvin.




Sumber:
Artikel mingguan ke-125 di Reformed Evangelical Daily Bible Readings (Ready Bread)