04 January 2015

Resensi Buku-301: KONTEKSTUALISASI: Makna, Metode, dan Model (David J. Hesselgrave, Ph.D. dan Edward Rommen, D.Theol., D.Miss.)

Di dalam theologi Kristen, “kontekstualisasi” adalah salah satu isu penting. Banyak orang Kristen maupun pemimpin gereja dari gereja arus utama memahaminya sebagai suatu upaya mengompromikan Injil dengan budaya masyarakat. Benarkah demikian? Kontekstualisasi seperti apa yang tepat?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
KONTEKSTUALISASI:
Makna, Metode, dan Model

oleh: 
David J. Hesselgrave, Ph.D. dan 
Rev. Edward Rommen, D.Theol., D.Miss.

Penerbit: BPK Gunung Mulia, 2010 (cetakan ke-7)

Penerjemah: Stephen Suleeman



Sebelum membahas isu kontekstualisasi, Dr. David J. Hesselgrave dan Dr. Edward Rommen memaparkan bahwa sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, konsep kontekstualisasi telah ada di mana berita firman Allah maupun Injil disesuaikan dengan konteks masyarakat setempat. Selain itu, sejarah gereja sejak gereja mula-mula hingga Pietisme, konsep ini juga muncul. Namun istilah “kontekstualisasi” menjadi isu penting karena istilah ini pertama kali muncul dalam terbitan Theological Education Fund (TEF) pada tahun 1972 yang bernada liberal. Dari istilah ini, maka konsep “kontekstualisasi” berkembang pesat dan mempengaruhi Eropa, Inggris dan Amerika, Asia, Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah. Para pencetus ide dan pengajar di berbagai benua/wilayah ini ada yang liberal dan Injili. Hal ini dipaparkan penulis di Bagian B. Kemudian di bagian C, penulis mulai menganalisis konsep kontekstualisasi dengan pendekatan filosofis, theologis, antropologis, hermeneutis, dan komunikasi sambil menunjukkan lemahnya konsep kontekstualisasi yang tidak berpusat pada Alkitab. Lalu, bagaimana memahami kontekstualisasi yang tepat? Di bagian D, penulis membahas tentang kontekstualisasi yang autentik dan relevan dengan tepat berpusat pada Alkitab. Di bagian ini pula, penulis memberikan contoh praktis mengontekstualisasikan Injil bagi budaya Tionghoa, India, orang-orang Muslim (melalui dialog), dan orang Kristen nominal. Biarlah melalui buku ini, orang Kristen mengerti bagaimana memberitakan Injil yang relevan dengan kondisi masyarakat namun tidak meninggalkan inti berita Injil.



Profil para penulis:
David J. Hesselgrave, Ph.D. adalah mantan misionaris ke Jepang dan profesor sekaligus direktur misi di Trinity Evangelical Divinity School, U.S.A. Saat ini beliau pensiun dan tinggal bersama istrinya, Gertrude di Rockford, Illinois. Beliau menyelesaikan studi Doctor of Philosophy (Ph.D.) di University of Minnesota. Beliau menulis banyak buku, termasuk “Communicating Christ Cross-Culturally” dan “Planting Churches Cross-Culturally”.

Rev. Edward Rommen, D.Theol., D.Miss. adalah Pendeta Orthodoks yang melayani di Holy Transfiguration Orthodox Mission di Raleigh, North Carolina. Beliau menyelesaikan studi Doctor of Theologie (D.Theol.) di University of Munich dan Doctor of Missiology (D.Miss.) di Trinity Evangelical Divinity School, U.S.A.