06 April 2014

Resensi Buku-262: THIS MOMENTARY MARRIAGE: PARABEL TENTANG KEKEKALAN (Rev. John S. Piper, D.Theol.)


Pernikahan dewasa ini penuh dengan berbagai masalah yang berakhir dengan perceraian. Hal ini disebabkan oleh kekurangmengertian tentang konsep pernikahan yang benar yang bersumber dari Alkitab. Lalu, apa arti pernikahan menurut Alkitab? Bagaimana kita menyikapi kondisi pernikahan dan lajang? Mana yang lebih Alkitabiah?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
THIS MOMENTARY MARRIAGE:
PARABEL TENTANG KEKEKALAN

oleh: Rev. John S. Piper, D.Theol.

Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2012

Penerjemah: Yakob Riskihadi



Rev. John S. Piper, D.Theol. menjelaskan bahwa dasar pernikahan Kristen adalah kasih yang memelihara ikatan perjanjian antara Kristus dan gereja-Nya. Tesis ini dijelaskan Dr. Piper di seluruh bukunya mulai dari bagaimana mengampuni dan bersabar di dalam pernikahan, kemudian bagaimana menyerupai Kristus di dalam pernikahan. Dasar ini juga dikembangkan di dalam peran suami dan istri di mana suami seperti Kristus berhati singa dan seperti anak domba yang tegas namun lembut di dalam memimpin rumah tangga, sedangkan istri tunduk kepada suami di dalam iman yang indah tanpa rasa takut. Kepimpinan suami dan ketundukan istri tidak dimengerti sebagai superioritas vs inferioritas di mana istri tidak boleh berbicara/menyampaikan pendapat sama sekali. Dr. Piper mengatakan bahwa istri boleh berbicara atau menyampaikan pendapat, namun suamilah yang menjadi penentu utama pendapat tersebut. Lalu, jika menikah itu indah, apakah menikah lebih penting daripada melajang? TIDAK. Dr. Piper menjelaskan bahwa melajang pun dipakai Allah untuk memuliakan Kristus di mana para lajang bisa mempergunakan segala hal positif untuk menyalurkan kasih Kristus misalnya menyediakan tumpangan bagi pasutri dan anak-anak untuk bersekutu bersama. Setelah itu, Dr. Piper kembali ke topik pernikahan dengan membahas kaitan iman dan seks. Seks itu anugerah Allah bagi pernikahan yang harus dinikmati. Ini bisa dilakukan ketika kita beriman kepada-Nya, Sang Pemberi seks. Meskipun menikmati seks tidak menjadi masalah, namun ini tidak berarti kita memanipulasi seks atau gila seks. Justru dengan iman, kita dapat menikmati seks setepat mungkin untuk menikmati anugerah dan memuliakan-Nya. Suami dan istri yang menikah pasti mengharapkan anak, apakah itu boleh? Tentu saja boleh, namun tujuan utama pernikahan bukan untuk menghasilkan anak saja, tetapi untuk menghasilkan anak-anak yang akan menjadi murid-murid Kristus. Dengan demikian, suami dan istri memperluas Kerajaan Allah di bumi ini melalui anak-anak yang dilahirkan yang akan menjadi murid-murid Kristus. Agar dapat menghasilkan anak-anak yang akan menjadi murid Kristus, salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh si ayah adalh ayah harus berhati-hati dalam mengajar anak, yaitu tidak membangkitkan amarah kepada anak-anak. Pernikahan pasti ada masalah dan tidak sedikit menghasilkan perceraian. Alkitab menjelaskan bahwa perceraian dilarang karena pernikahan dipersatukan Allah. Hal ini dijelaskan di 2 bab terakhir buku Dr. Piper. Di bab terakhir, Dr. Piper menjawab semua pertanyaan seputar perceraian. Di bagian kesimpulan, Dr. Piper menyimpulkan bahwa pernikahan di dunia ini adalah pernikahan fana yang didasarkan pada kasih yang memelihara ikatan perjanjian antara Kristus dan gereja-Nya, maka pergunakanlah pernikahan fana ini untuk menunjukkan perjanjian itu dan kasih-Nya agar banyak orang menjadi pengikut dan murid-Nya yang juga menampilkan hal yang sama.



Profil Rev. Dr. John Piper:
Rev. John Stephen Piper, B.A., B.D., D.Theol. adalah Pendeta Pengkhotbah dan Visi di Betlehem Baptist Church, Minneapolis, U.S.A. Beliau menyelesaikan studi Bachelor of Arts (B.A.) dari Wheaton College, U.S.A.; Bachelor of Divinity (B.D.) dari Fuller Theological Seminary, U.S.A.; dan Doctor of Theologie (D.Theol.) dari University of Munich, Munich, Jerman Barat. Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House.