11 October 2007

INSTITUT REFORMED, Jakarta

INSTITUT REFORMED
Reformed Institute for Christianity and 21st Century





Kampus dan Sekretariat :
Kompleks Ruko Prima Sunter Blok B-C,
Jalan Danau Sunter Utara, Jakarta Utara 14350
Telp : (021) 6513815 ; Fax : (021) 6513463
e-mail : institute.reformed@gmail.com





Deklarasi Visi dan Misi

oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG


Di permulaan abad ini, kita menghadapi suatu momen sejarah yang bersifat paradoks dan ditandai dengan krisis perubahan. Pengujian ketat atas ideologi warisan abad ke-19 mengakibatkan semakin lunturnya kepercayaan manusia akan positivisme keilmuwan, evolusi komunisme, maupun eksistensialisme. Seiring dengan kevakuman dan ketidakpastian abad ini, kebudayaan timur mulai mengalami kekeringan tradisi feodalisme dan kegoncangan aksiologi moralitas kunonya. Mereka mulai terbangun dari ketahyulan optimisme Marxisme. Memasuki era modernisasi, kebangunan spiritual ternyata tidak siap mengimbangi kebangkitan ekonomi yang drastis. Selain itu arus demokratisasi dan daya tarik teknologi barat bagi kaum intelektual semakin menambah kerumitan momen sejarah abad ini.

Sejak abad Pencerahan, theologia barat telah turut dicemari oleh semangat kepercayaan humanisme. Mereka menolak kedudukan wahyu dan metafisika, dan menaklukkan diri pada rasio dan sifat hati manusia yang berdosa.

Kepercayaan sedemikian mengalihkan fokus iman Kristen hanya kepada teladan moral Kristus dengan membuang keilahian-Nya. Mereka juga mewarisi metodologi yang didasarkan atas evolusi historis yang mengurung diri dalam relativisme dan membawa kepada jalan buntu tanpa kuasa penebusan Kristus. Keadaan ini semakin melumpuhkan keKristenan untuk menangkis serangan dan tantangan arus dunia ini. Meskipun kaum Injili pernah menyatakan kesetiaannya dan membentuk gerakan yang tidak dapat diabaikan, namun semuanya itu segera diredupkan oleh doktrin yang dangkal dan arus sensasional gerakan Karismatik. Ketidakberdayaan ini semakin menjadi suatu fenomena global di akhir abad ke-20.

Mengamati seluruh gejala ini, kita dipanggil untuk menetapkan kembali kepercayaan yang teguh, akar iman yang berdasarkan wahyu Allah, theologia dan penginjilan yang setia pada Alkitab, dan semangat serta intisari apologetika ortodoks untuk mengarahkan, memimpin dan menilai kebudayaan. Kita tidak dapat mengelakkan diri dari panggilan ini.





Program Studi

Institut Reformed menyelenggarakan 5 program jenjang gelar, yaitu :
1. Sarjana Theologia (S.Th.)
Program ini disediakan bagi lulusan SMU/sederajat yang menerima panggilan Tuhan untuk melayani purna-waktu (full-time). Mahasiswa program ini diperlengkapi dengan dua dasar studi, yaitu Biblika dan Theologia. Selanjutnya, diarahkan dalam penekanan pada : Sistematika Theologia, Penggembalaan, Penginjilan, Hermeneutika dan Apologetika.

2. Master of Divinity (M.Div.)
Program ini disediakan bagi lulusan Sarjana umum (S-1) atau sederajat yang menerima panggilan Tuhan untuk melayani purna-waktu dan bagi lulusan Sarjana Theologia. Program ini dirancang sebagai studi lanjutan dan pendalaman.

3. Master of Christian Studies (M.C.S.)
Program ini disediakan bagi lulusan Sarjana umum (S-1) atau sederajat yang menerima panggilan Tuhan dalam pelayanan mandat budaya baik dalam gereja, pendidikan, maupun masyarakat. Program ini disediakan pula untuk lulusan Sarjana Theologia yang rindu mendalami pelayanan mandat budaya dalam keutuhannya dengan Amanat Agung.

4. Master of Art in Evangelism (M.A.Ev.)
Program ini disediakan untuk memperlengkapi setiap mahasiswa dengan pemahaman Iman yang benar sesuai dengan Theologia Reformed Injili serta pengetahuan yang luas meliputi aspek kebudayaan, filsafat, agama atau kepercayaan, strategi dan keterampilan yang relevan dan dinamis untuk menghadapi tantangan dalam pelayanan penginjilan secara pribadi maupun secara massal.

5. Sarjana Musik Gerejawi (S.Mus.G.)
Program ini disediakan bagi mereka yang terpanggil untuk mendalami musik gerejawi, diperlengkapi dengan studi musik, theologia Reformed, filsafat dan kebudayaan, yang diarahkan ke dalam pelayanan musik gereja dan masyarakat, yang terbagi dalam jurusan : piano, organ pipa dan keyboard, alat musik gesek, vokal dan dirigen.





Persyaratan Pendaftaran

Kami menyambut dan turut mendoakan kerinduan Anda untuk menjadi mahasiswa Institut Reformed. Langkah awal terpenting adalah Anda seorang yang telah bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan bagi seluruh kehidupan. Selanjutnya Anda adalah seorang yang menyadari panggilan Tuhan untuk diperlengkapi bagi pelayanan sesuai dengan maksud dan pimpinan-Nya bagi Anda.

Langkah berikutnya, Anda memiliki kerinduan untuk diperlengkapi di Institut Reformed, Jakarta. Untuk itu Anda dapat mengisi formulir pendaftaran kemudian melengkapi persyaratan rekomendasi dan administrasi sebagaimana tercantum dalam formulir pendaftaran.

Jikalau Anda masih memiliki pertanyaan sebelum mengirimkan formulir pendaftaran, silahkan menghubungi :

Sekretariat Institut Reformed
Kompleks Ruko Prima Sunter Blok B-C
Jalan Danau Sunter Utara
e-mail :
institut.reformed@gmail.com

Jikalau Anda sudah mengirimkan formulir dengan lengkap, Anda akan segera diundang untuk mengikuti wawancara dan ujian masuk dalam pengetahuan Alkitab, pengetahuan umum dan kepribadian.





Ujian Masuk Mahasiswa Baru 2008 :

Gelombang I : Senin, 26 Mei 2008
Gelombang II : Senin, 14 Juli 2008





Pola Studi dan Fasilitas

Institut Reformed berada di tengah-tengah kota Jakarta yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara mahasiswa dan pengajar dengan dinamika barometer kota metropolitan dan masyarakat urban.

Kesempatan ini menantang mahasiswa untuk membangun wawasan Kristen yang relevan dan berguna bagi bangsa dan negara serta menuntut komitmen belajar dan integritas kehidupan rohani. Untuk itu setiap mahasiswa dibimbing dan dituntut untuk menggumuli secara khusus beban panggilannya melalui interaksinya dengan para pengajar dan ladang pelayanan.

Sebagai wujud dari visi dan misi Reformed Injili, Institut Reformed mendorong setiap mahasiswa untuk mengembangkan studi secara utuh baik di dalam kelas, ladang pelayanan, kehidupan kampus, laboratorium komputer, perpustakaan (sampai saat ini tersedia 9.000 judul buku ditambah dengan jurnal), da tutorial.

Institut Reformed, Jakarta berkaitan langsung dengan Reformed Institute for Christianity and 21st Century yang diadakan di Amerika Serikat serta akan diadakan di beberapa kota besar Asia lainnya. Semuanya didirikan oleh Pdt. DR. STEPHEN TONG sebagai jawaban atas panggilan Tuhan di abad ke-21 ini.





INSTITUT REFORMED

didirikan oleh :
Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII)

bekerjasama dengan :

Reformed Institute for Christianity and 21st Century
USA
(Stephen Tong Evangelistic Ministries International)





Susunan Pengurus
(Rektor, Dekan Akademis, Tim Dekan dan Tim Dosen)

Rektor :
Pdt. Stephen Tong, B.Th., D.L.C.E.
(Pendiri dan Ketua Sinode GRII ; Bachelor of Theology—B.Th. dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang ; dan Honorary Doctor of Leadership in Christian Evangelism—D.L.C.E. dari La Madrid International Academy of Leadership, Filipina)


Dekan Akademis :
Pdt. Ir. Benyamin Fleming Intan, M.A., M.A.R., Ph.D.
(gembala sidang GRII Pondok Indah, Jakarta ; Master of Arts—M.A. in Theological Studies dari Reformed Theological Seminary, USA ; Master of Arts in Religion—M.A.R. dari Yale University, USA ; dan Doctor of Philosophy—Ph.D. in Social Ethics dari Boston College, USA)


Tim Dekan :
Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.
(Dekan Fakultas Musik ; gembala sidang MRII/PRII di Jerman ; sekolah musik di Belanda dan Jerman ; Master of Christian Studies—M.C.S. dari Institut Reformed, Jakarta)

Ev. Maria Q. Mazo, M.Div.
(Dekan Fakultas Penginjilan ; hamba Tuhan di GRII Karawaci, Jakarta ; Master of Divinity—M.Div. dari Asian Theological Seminary, Filipina)


Kepala Administrasi, Registrasi dan Kemahasiswaan :
Pdt. Liem Kok Han, S.Th.
(gembala sidang GRII Kelapa Gading, Jakarta ; Sarjana Theologia—S.Th. dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang)


Bidang Admissions :
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div.
(gembala sidang GRII Andhika, Surabaya ; Sarjana Theologia dan Master of Divinity dari Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia-STTRII, Jakarta)


Bidang Perpustakaan :
Ev. Hendra Wijaya, M.C.S.
(hamba Tuhan di GRII Singapore ; Master of Christian Studies—M.C.S. dari Institut Reformed, Jakarta)


Dosen Tetap :
1. Ev. Agus Marjanto Santoso, S.T., M.Div. (hamba Tuhan di GRII Karawaci, Jakarta ; Master of Divinity dari Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia-STTRII, Jakarta)
2. Pdt. Aiter, M.Div. (Pendeta di GRII Pusat, Jakarta ; Master of Divinity dari Institut Reformed, Jakarta)
3. Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th. (gembala sidang GRII Ngagel, Surabaya ; Sarjana Theologia dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang)
4. Pdt. Ir. Benyamin Fleming Intan, M.A., M.A.R., Ph.D. (Master of Arts—M.A. in Theological Studies dari Reformed Theological Seminary, USA ; Master of Arts in Religion—M.A.R. dari Yale University, USA ; dan Doctor of Philosophy—Ph.D. in Social Ethics dari Boston College, USA)
5. Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. (Master of Christian Studies-M.C.S. dari Institut Reformed, Jakarta)
6. Ev. Diana Ruth Winoto, S.Sn., M.Div. (Master of Divinity dari Institut Reformed, Jakarta)
7. Ev. Elsa Veralien Pardosi, S.S., B.C.M. (dosen musik di STTRII Jakarta ; Sarjana Sastra—S.S. dari Universitas Katolik Saint Thomas ; Bachelor of Church Music dari Singapore Bible College)
8. Ev. Ester L. Gunawan Nasrani, M.A., M.Mus.
9. Ev. Eunice Tong, M.Mus.
10. Ev. Hendra Wijaya, M.C.S. (hamba Tuhan di GRII Singapore ; Master of Christian Studies-M.C.S. dari Institut Reformed, Jakarta)
11. Ev. Ivan Kristiono, S.Sn., M.Div. (Master of Divinity dari Institut Reformed, Jakarta)
12. Jusniaty Chitra, Dipl.Mus.
13. Pdt. Liem Kok Han, S.Th. (gembala sidang GRII Kelapa Gading, Jakarta ; Sarjana Theologia dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang)
14. Lina Runtuwene.
15. Ev. Maria Q. Mazo, M.Div. (gembala sidang MRII Semarang ; Master of Divinity dari Asian Theological Seminary, Philippine)
16. Pdt. Michael Hsu, M.A. (gembala sidang GRII Mandarin dan PRII Mandarin Kelapa Gading, Jakarta ; Master of Arts in Mission dari Tao-Sheng Theological Seminary)
17. Renata Liem, Dipl.Mus.
18. Pdt. Romeo Q. Mazo, B.S.B.A., M.Div. (gembala sidang GRII Karawaci, Jakarta ; B.S.B.A. dari Divine Word College ; Master of Divinity dari Asian Theological Seminary)
19. Pdt. Rudie Gunawan, S.Th. (gembala sidang MRII Kuningan, Jakarta ; Sarjana Theologia dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang)
20. Stephen Cahyadi.
21. Sulfie Lalujawati.
22. Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. (gembala sidang GRII Andhika, Surabaya ; S.Th. dan M.Div. dari STTRII, Jakarta)
23. Pdt. Tumpal Hutahaean, S.Th., M.A.E. (gembala sidang MRII Matraman, Jakarta ; S.Th. dari STTRII Jakarta ; Master of Arts in Evangelism dari Institut Injili Indonesia)
24. Ev. Yadi S. Lima, M.Div. (hamba Tuhan di GRII Pondok Indah, Jakarta ; Master of Divinity dari Institut Reformed, Jakarta)


Dosen Tamu :
1. Rev. Andrew McCafferty, Ph.D. (Master of Divinity dari Pittsburgh Theological Seminary, USA ; and Doctor of Philosophy dari University of Pittsburgh)
2. Pdt. Dr. Bambang Ruseno Utomo, M.A. (S.Th. dari Sekolah Tinggi Theologia Duta Wacana ; Master of Arts—M.A. dari Islamic Study Center Selly Oak College (The University of Birmingham ; Doctor of Theology—Th.D. dari The South East Asia Graduate School of Theology)
3. Pdt. Budy Setiawan, S.Th. (gembala sidang MRII Melbourne, Australia ; Sarjana Theologia dari STTRII Jakarta)
4. Pdt. Effendi Susanto, S.Th. (gembala sidang GRII Sydney, Australia ; Sarjana Theologia dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang)
5. Rev. Eugene Hong, M.C.S., Ph.D. (mission associate of the Department of Chinese Studies di Regent College, dan sekarang beliau adalah pendeta di Faith Chinese Baptist Church of Vancouver, Canada ; Master of Christian Studies-M.C.S. dari Regent College, Canada, dan Ph.D. dalam bidang kimia dari University of Pennsylvania dan telah melakukan karya post-doktoralnya di University of British Columbia, Canada.)
6. Ev. Ferry Yang, M.A.Ed.Min., Ph.D.
7. Grace Sudargo Schreiber, Dipl.Mus.
8. Ev. Ina E. Mulyono Hidayat, M.T.S., M.Th. (Bachelor of Theology—B.Th. dari Institut Injil Indonesia, Batu ; Master of Theological Studies—M.T.S. dan Th.M. dari Calvin Theological Seminary, USA)
9. Ev. Inawaty Teddy, B.Comm., M.Div., M.Th. (Dekan Akademis STTRII Jakarta dan Majelis di GRII Pusat, Jakarta ; Master of Divinity dan Master of Theology dari Reformed Theological Seminary, USA)
10. Rev. Prof. Jason H. K. Yeung, D.Min., Ph.D. (Professor in theology and culture in China Graduate School of Theology, Hong Kong and Director of Chinese Culture Research Center ; B.A. dalam filsafat dari Chinese University of Hong Kong ; Master of Philosophy—M.Phil. dari King's College, University of London ; Doctor of Ministry—D.Min. dari Canadian Theological Seminary ; dan Ph.D. dalam theologia sistematika dari University of London)
11. Prof. Joseph T. Shao, Th.M., M.Phil., Ph.D. (Master of Divinity—M.Div. dari Asian Theological Seminary ; Master of Theology—Th.M. dari Trinity Evangelical Divinity School ; Master of Philosophy—M.Phil. dan Doctor of Philosophy—Ph.D. dari Hebrew Union College)
12. Pdt. Jusak Wijaja, S.E.Ak., M.B.A., M.Div. (gembala sidang MRII Perth, Australia ; Master of Divinity dari STTRII Jakarta)
13. Prof. Lee Ken Ang, M.A., Ph.D. (mantan Rektor Malaysia Bible Seminary ; M.A. dalam bidang Sosiologi dari Temple University ; Ph.D. dari Westminster Theological Seminary, USA)
14. Ev. Maria Lusiana S., M.K.
15. Pdt. Nico Ong, B.A., M.C.S., M.Div. (gembala sidang GRII Taipei, Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) : Taichung, Guangzhou, Beijing, Shanghai, Xiamen dan Persekutuan Reformed Injili Indonesia (PRII) Hong Kong ; Bachelor of Arts—B.A. dari Tao Sheng Theological Seminary ; Master of Christian Studies—M.C.S. dari China Reformed Theological Seminary, Taipei ; dan M.Div. dari Institut Reformed, Jakarta)
16. Ev. Paul Santoso Hidayat, S.Th., M.Th. (Direktur Persekutuan Pembaca Alkitab—PPA ; Sarjana Theologia dari Seminari Alkitab Asia Tenggara/SAAT Malang ; Master of Theology—Th.M. dari Calvin Theological Seminary, Michigan, USA ; sedang studi Ph.D. di bidang Theologia Sistematika di Oxford Centre for Mission Studies, Inggris)
17. Prof. Peter Jones, Ph.D. (Executive Director of CWIPP and Scholar-in-Residence and Adjunct Professor at Westminster Seminary, California ; Master of Theology—Th.M. dari Harvard Divinity School ; dan Ph.D. dari Princeton Theological Seminary)
18. Prof. Richard B. Gaffin, Jr., Th.D. (Charles Krahe Professor of
Biblical and Systematic Theology di Westminster Theological Seminary in Philadelphia, Pennsylvania. ordained teaching elder in the Orthodox Presbyterian Church ; B.A. dari Calvin College (1958) ; Bachelor of DivinityB.D. (1961), Th.M. (1962), dan Doctor of TheologyTh.D. (1969) dari Westminster Theological Seminary, dand undertook graduate studies at Georg-August University of Göttingen (1962-1963).)
19. Prof. Samuel Ling, Ph.D. (Pendiri China Horizon Ministries ; Bachelor of Arts—B.A. dalam intellectual history dari University of Pennsylvania ; M.Div. dan M.Th. dari Westminster Theological Seminary ; dan Ph.D. dalam bidang sejarah dari Temple University.)
20. Prof. Samuel T. Logan, Jr., Ph.D. (President of Westminster Theological Seminary, USA ; B.A. dari Princeton University, 1965 ; M.Div. dari Westminster Theological Seminary, 1968 ; dan Ph.D. dari Emory University, 1972)
21. Prof. Stephen T. Chan, Ph.D. (Associate Professor of Theology and Religious Studies di Seattle University ; Bachelor of Divinity-B.D. dari The Chinese University of Hong Kong (1989) ; Master of Arts-M.A. (1990) dan Ph.D. (1998) dari The Divinity School, the University of Chicago, USA)

Matius 4:18-22: THE KINGDOM AND THE WORKERS

Ringkasan Khotbah : 5 September 2004

The Kingdom & the Workers

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 4:18-22



Melalui perikop ini kita hendak memahami konsep Kerajaan Allah dan bagaimana cara Tuhan Yesus memanggil murid-murid menjadi rekan-rekan sekerja-Nya bersama-sama menggarap misi Kerajaan Allah di dunia. Hari ini, banyak gereja sudah menjadi salah arah, yaitu menjadikan ladang pelayanan Tuhan tak ubahnya seperti perusahaan dunia, cara-cara kepemimpinan dunia diterapkan dalam gereja. Akibatnya, pelayanan yang seharusnya menggarap misi Kerajaan Allah yang sesuai kehendak Tuhan kini menjadi pelayanan yang menggenapkan kehendak pribadi, yakni ambisi sang pemimpin. Banyak pemimpin gereja tidak mengerti prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan Alkitab. Konsep kepemimpinan yang mereka mengerti adalah yang menurut dunia; pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menjalankan dan memenuhi apa yang menjadi keinginannya. Jika kita termasuk dalam bilangan orang-orang demikian, yaitu selalu memanfaatkan orang lain demi untuk mendapatkan keuntungan maka hendaklah engkau sadar, bertobat dan memohon pengampunan pada-Nya!
Kristus diutus oleh Bapa ke tengah dunia untuk menggenapkan misi Kerajaan Allah, The Kingdom dimana dalam waktu yang singkat, Ia harus menanamkan konsep Kerajaan Allah pada para murid dan kemudian diteruskan kepada orang lain demikian seterusnya hingga menjadi besar kelak. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, banyak orang memandang rendah diri-Nya dan menghina Dia. Pada jaman itu, orang sangat mengagungkan Herodes daripada Kristus begitu juga orang akan menganggap Pilatus lebih besar dari Tuhan Yesus. Begitu rendahnya Dia, sampai-sampai seorang prajurit biasa pun berani menghina dan meludahi Yesus pada peristiwa penyaliban. Tidak ada satu orang pun di dunia yang mendapatkan perlakuan sedemikian hina bahkan seorang pengemis pun tidak pernah mendapat perlakuan demikian. Kini, sejarah membuktikan bahwa Tuhan Yesus lebih besar dari siapapun di dunia. Karena itu janganlah terlalu cepat kita mengambil kesimpulan dari suatu kejadian.
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, dilihatnyalah dua orang bersaudara, Petrus dan Andreas sedang menebarkan jala. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus dan Yohanes bersama ayah mereka. Sepintas, kejadian ini sepertinya terjadi secara bersamaan namun dari Injil Lukas kita mengetahui kalau ternyata dua kejadian tersebut terjadi dalam waktu yang berbeda. Ini merupakan momen krusial, yakni waktunya bagi Tuhan Yesus untuk menjalankan misi Kerajaan Allah bersama dengan murid-murid-Nya. Banyak orang mengerti prinsip pelayanan namun mereka tidak tahu bagaimana menjalankan prinsip pelayanan dalam kehidupan sehari-hari. Sama seperti halnya orang yang memainkan alat musik, keluarnya alunan nada dari alat musik tersebut tergantung dari orang yang memainkannya. Satu lagu yang sama jika dimainkan oleh dua orang berbeda maka alunan nada yang dihasilkan pastilah berbeda.
Pada dasarnya, pribadi manusia terdiri dari tiga elemen, yakni: 1) rasional, 2) emosional, dan 3) folisional atau kehendak manusia. Setiap pencipta lagu sangat memahami hal ini, itulah sebabnya kita merasakan emosi yang berbeda dalam setiap lagu. Jadi, pertama kita harus memahami konsep pelayanan dengan benar maka barulah kita dapat menjalankannya namun kalau konsep atau pola pikir kita salah maka pelaksanaannya pasti salah. Kalau konsep dan implikasi dapat berjalan sebagai satu keutuhan maka seluruh pelayanan akan berjalan dengan indah. Namun sangatlah disayangkan, kedua hal ini tidak dapat dijalankan secara bersama akibatnya terjadi kepincangan. Dunia menyadari bahwa kalau antara konsep dan pelaksanaan saling terkait karena itu dunia mengusahakan sedemikian rupa dengan berbagai cara. Hati-hati sebagai orang Kristen kita jangan mudah terpengaruh dengan cara-cara dunia karena Alkitab justru mengajarkan hal yang berbeda bahkan bertentangan dengan dunia. Dunia selalu memakai istilah pemimpin sebaliknya Alkitab memakai istilah “headship, kekepalaan“ untuk menyatakan sebagai pemimpin (Ef. 5: 22). Kepala berasal dari bahasa Yunani, kefale yang artinya kekepalaan. Kekepalaan mempunyai konsep yang berbeda dengan kepemimpinan. Kepala dengan tubuh merupakan satu keutuhan dan saling menyatu namun ketika saling berelasi maka kepala bukan hanya sekedar berfungsi sebagai kepala. Tidak! Kepala mengkoordinasikan seluruh tubuh sedemikian rupa untuk kepentingan seluruh tubuh. Jika sebagian kecil dari tubuh kita disakiti maka kepala juga akan merasakan sakit sebaliknya jika kepala yang sakit maka seluruh tubuh akan membantu kepala untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya.
Berbeda dengan prinsip kepemimpinan yang diterapkan dunia, dimana dunia akan membuang bagian yang dirasakan sudah tidak berguna lagi. Bayangkan, kalau setiap bagian kecil dari tubuh kita yang rasakan sangat menyusahkan langsung diamputasi maka apa jadinya tubuh, bagaimana bentuk dan rupa kita? Tuhan Yesus mengajarkan konsep kepemimpinan yang berbeda dengan dunia. Karena itu Tuhan Yesus menegur murid-murid dengan keras ketika para murid berulang kali selalu menggunakan konsep kepemimpinan dunia; barangsiapa menjadi pemimpin maka hendaklah ia harus menjadi pelayan terlebih dahulu (Luk. 22:26). Dari konsep yang Tuhan Yesus ajarkan ini kita melihat beberapa aspek penting untuk kita pelajari,yaitu:
Pertama, Jangan membatasi pekerjaan Tuhan sebatas lingkup sempit. Pekerjaan Tuhan adalah pekerjaan besar yang melingkupi seluruh dunia. Kerajaan Allah dimulai dari biji sesawi dan kemudian bertumbuh menjadi pohon yang besar sehingga burung dapat bersarang di bawahnya. Dalam pelayanan-Nya, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam diri Kristus pekerjaan yang harus Ia lakukan tersebut sebagai pekerjaan remeh dan bersifat sementara sehingga Ia melakukannya secara sembarangan. Tidak! Kristus justru berpikir sebaliknya yakni misi yang Bapa berikan untuk Ia kerjakan adalah demi kepentingan seluruh umat manusia mulai sekarang sampai selamanya, yakni sampai kedatangan-Nya kembali. Oleh sebab itu Tuhan Yesus tidak sembarangan memilih para murid, Ia menggumulkannya terlebih dahulu. Banyak orang memandang sinis suatu gerakan bahwa suatu gerakan tidak akan bertahan lebih dari tiga generasi. Bukan hal yang mudah bagi generasi pertama sebagai pendiri atau pencetus suatu gerakan, pasti banyak mengalami tantangan dan kesulitan sampai pada generasi kedua, hanya bertugas mempertahankan gerakan saja tapi sampai pada generasi ketiga dimana keadaan sudah mapan maka tinggal menunggu waktu kehancurannya saja, from movement to monument.
Hal ini juga dikhawatirkan oleh banyak orang tentang gerakan Reformed Injili yang diprakarsai oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, yakni setelah beliau tidak ada maka gerakan ini juga turut hancur. Apakah orang yang berpendapat demikian ini pernah mempelajari gerakan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus? Apakah gerakan yang dicetuskan oleh Tuhan Yesus tersebut hanya bertahan sebatas tiga generasi? Tidak! Gerakan ini tidak hilang dan bertahan hingga ribuan tahun dan menjadi besar. Gerakan Reformed Injili bukanlah gerakan yang mengerjakan misi intern. Tidak! Gerakan Reformed Injili ini dimaksudkan untuk menjadi berkat bagi seluruh bangsa sehingga kalau Tuhan memang berkehendak maka gerakan ini tidak akan menjadi monumen. Konsep pertama yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah misi Kerajaan Allah tidak terbatas pada kehendak manusia semata. Kristus tidak sedang menjalankan ambisi-ambisi manusiawi tapi Dia menjalankan kehendak Bapa; Kristus datang bukan untuk dilayani tapi untuk melayani dan memberikan nyawa menjadi tebusan bagi manusia.
Kekristenan hendaklah mencontoh teladan Kristus yang selalu mengutamakan kehendak Allah. Pelayanan hendaklah kita kerjakan dengan motivasi murni. Jiwa dan semangat pelayanan harus kita pelihara sedemikian rupa dan kita turunkan pada generasi di bawah kita. Kristus mengajarkan konsep kebenaran pada murid-murid dan tidak berhenti sampai di situ, para murid pun meneruskan jiwa pelayanan dan mengajarkan konsep kebenaran ini pada generasi berikutnya demikian seterusnya hingga sampai hari ini. Gerakan harus dimulai dengan jiwa yang taat pada Tuhan maka gerakan tersebut tidak akan pernah hilang. Kristus berkorban di atas kayu salib demi untuk menggenapkan kehendak Bapa, yakni untuk menyelamatkan semua umat manusia di dunia. Ingat, pelayanan yang kita lakukan bukan untuk kepentingan diri semata tetapi kita harus memandang setiap pelayanan bahkan pelayanan yang kecil sekalipun sebagai pekerjaan Tuhan yang harus digenapkan di dunia. Dan Tuhan memakai kita untuk menggenapkan misi Kerajaan Allah ini. Dalam setiap pelayanan bersiaplah untuk menerima kritikan dan jangan menganggap kritikan tersebut sebagai racun yang mematikan dan membuat kita berhenti melayani. Kritik justru semakin membangun jiwa pelayanan kita untuk menjadi semakin lebih baik dan kita akan merasakan keindahan ketika berjalan bersama Tuhan; kita akan melihat cara Tuhan bekerja yang ajaib dimana secara logika hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan manusia.
Kedua, Jangan pernah berpikir bahwa pekerjaan Tuhan dapat kita kerjakan seorang diri saja. Kalau kita mau mengerti pekerjaan Tuhan yang besar maka pekerjaan Tuhan tersebut haruslah kita sadari bukan pekerjaan satu orang saja dan dimonopoli oleh satu pihak tertentu. Secara Ilahi, Tuhan Yesus mampu mengerjakan semua pekerjan tersebut seorang diri malahan tanpa campur tangan kita, pekerjaan tersebut akan menjadi sempurna. Namun demikian Tuhan Yesus tidak memonopoli pekerjaan Allah, Ia memanggil murid-Nya satu per satu. Bagaimana cara Kristus merekrut murid-murid yang pertama? Orang-orang yang Tuhan Yesus pilih untuk dijadikan murid bukanlah orang pandai, mereka hanyalah seorang nelayan dimana pekerjaan nelayan pada jaman itu dipandang sangat hina. Sebelumnya, Tuhan Yesus tidak pernah bertemu dengan Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Andai kita disuruh memilih rekan sekerja apakah kita akan memilih orang-orang yang dalam hal ini tidak mempunyai pendidikan tinggi?
Banyak orang Kristen yang dikaruniai talenta banyak memakai prinsip ini, pelayanan Tuhan ia lakukan sendiri. Namun Tuhan Yesus berbeda, Ia tidak memakai ahli-ahli Taurat atau orang pandai yang lain untuk menjadi rekan sekerja tapi Kristus justru memanggil kita orang-orang berdosa yang bodoh dan hina untuk mengerjakan misi Kerajaan Allah. Tuhan Yesus rela memakai orang-orang seperti Petrus, Andreas dan murid-murid yang lain, Dia rela untuk mengajar dan membentuk mereka dimana dari merekalah pondasi pekerjaan Allah yang besar dibangun. Ingat, pekerjaan Allah bukan milik satu orang dan bukan juga dikerjakan oleh satu orang saja sehingga idealnya, suatu gereja dikatakan cukup berhasil kalau kurang lebih tujuh puluh persen jemaatnya melayan dan menggenapkan misi Kerajaan Allah.
Manusia hidup di dunia modern cenderung untuk hidup individualis, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain dan prinsip inilah yang juga terkadang digunakan orang dalam melayani. Karena sudah terbiasa hidup seorang diri maka segala pelayanan inginnya ia kerjakan seorang diri. Sebaliknya janganlah anda rendah diri, merasa diri tidak berguna. Pelayanan haruslah kita kerjakan secara bersama dan hasilnya untuk kemuliaan nama Tuhan karena itu tidak ada orang yang tidak berguna dalam pelayanan, setiap orang yang bekerja di dalamnya pastilah berguna. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus (1Kor. 12:12). Allah telah memberikan pada setiap kita talenta dengan demikian kita dapat saling melengkapi demi untuk pekerjaan Tuhan digenapkan. Manusia bukanlah benda mati yang mudah digantikan oleh pribadi orang lain. Karena itu, bagi Tuhan, satu jiwa yang bertobat bertobat lebih berharga dari emas dan perak dan seluruh isi dunia. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

Roma 3:15-18 : BERDOSA TERHADAP ALLAH-3

Seri Eksposisi Surat Roma :
Kasih dan Keadilan Allah-5


Berdosa Terhadap Allah-3

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 3:15-18.

Setelah Paulus memaparkan tentang dosa perkataan di ayat 13 s/d 14, maka pada keempat ayat selanjutnya, ia memaparkan tentang dosa tindakan yang merupakan realisasi dari dosa pikiran dan perkataan yang sebelumnya.

Pada ayat 15, Paulus berkata, “kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah.” Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) memberikan arti tambahan terhadap ayat ini, “Langkah mereka cepat kalau hendak menyiksa dan membunuh orang.” Referensi dari ayat 15 s/d 17 dikutip oleh Paulus dalam Yesaya 59:7-8. Khususnya ayat 15 ini, dikutip Paulus dari Yesaya 59:7a, “Mereka segera melakukan kejahatan, dan bersegera hendak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah;” BIS mengartikan ayat ini, “Kamu terus-menerus merencanakan yang jahat, dan ingin segera melaksanakannya. Tanpa ragu-ragu kamu membunuh orang yang tak bersalah.” Pada konteks ini, Nabi Yesaya hendak membicarakan tentang dosa sebagai penghambat keselamatan yang datang dari Allah (Yesaya 59:2) dan dosa itu diwujudnyatakan dalam berbagai bentuk, salah satunya dosa tindakan sebagai realisasi dari hati mereka yang jahat. Kalau kita menelusuri konteks ini, Yesaya bukan sedang menulis kejahatan bangsa-bangsa di luar Israel, tetapi justru ditujukan kepada bangsa Israel. Meskipun demikian, kita dapat mengimplikasikannya di dalam kehidupan kita kepada semua orang yang berdosa. Kalau kita melihat sekeliling kita khususnya di Indonesia, hal yang dipaparkan pada ayat ini bukanlah suatu keanehan, karena di Indonesia, kita sering mendengar adanya terorisme yang membunuh orang-orang tak bersalah mengatasnamakan “agama” padahal hati mereka dikuasai oleh si jahat. Benarlah apa yang Tuhan Yesus katakan, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yohanes 16:2) Tuhan Yesus sudah menubuatkan bahwa banyak orang yang membunuh umat pilihan-Nya dan pembunuhan itu diklaimnya sebagai tindakan “berbuat baik” bagi “Allah”. Itu realita dan sedang digenapi oleh sekelompok kaum agama mayoritas di Indonesia khususnya untuk memusnahkan keKristenan (yang mereka anggap sebagai “kafir”) ! Bagaimana dengan keKristenan sendiri ? Di Poso, keKristenan pun juga tidak berbeda dengan kaum mayoritas tadi, ikut-ikutan membalas. Sebagai orang Kristen, kita tak perlu melakukan pembalasan apapun, karena sesungguhnya, “...Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19) Adalah kedaulatan Allah dan kehendak-Nya sendiri yang akan membalas setiap musuh umat pilihan-Nya, jadi kita tidak perlu kuatir. Asalkan kita tetap setia, taat dan takut akan Tuhan dan firman-Nya, apapun masalah kita ada di dalam tangan-Nya yang Mahakuasa dan Berdaulat. Kita mungkin saja mengalami penganiayaan akibat kebengisan mereka yang liar, tetapi ingatlah satu hal : Allah pasti akan menghukum mereka yang telah menganiaya umat pilihan-Nya kelak berupa hukuman Neraka jika mereka sebelum meninggal menolak untuk bertobat dan kembali kepada Kristus ! Saya pernah mendapatkan sebuah e-mail cerita dari teman saya yang mengatakan bahwa di Aceh, sebelum tsunami melanda, sekelompok orang Kristen yang akan mengadakan suatu kebaktian Natal di daerahnya ditolak oleh masyarakat sekitar, sehingga orang-orang Kristen akhirnya pindah ke gunung dan mengadakan kebaktian Natal di sana, alhasil Allah murka dan menghantam mereka yang menolak dengan bencana tsunami. Mungkin kisah ini belum tentu benar, tetapi kita bisa mempelajari satu hal bahwa Allah itu Berdaulat dan memelihara hidup kita. Meskipun kita tetap harus menderita bagi nama-Nya, Allah tetap memelihara kita dari segala kejahatan yang dirancangkan manusia.

Bukan hanya ingin membunuh, orang berdosa juga dikatakan oleh Paulus di ayat 16, “Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka,” Dengan kata lain, dengan sikap mereka yang selalu ingin membunuh (ayat 15), mereka ingin menaburkan bibit kejahatan ini kepada angkatan di bawah mereka dan kepada orang lain yaitu dengan keruntuhan dan kebinasaan/kesengsaraan. Ya, dosa mengakibatkan manusia runtuh/rusak dan sengsara. Selanjutnya, bibit dosa mengakibatkan manusia semakin lama semakin jahat, bahkan orangtua mengajarkan anaknya untuk berdosa misalnya dengan membunuh orang “kafir” (dalam pandangan mereka), berjuang bagi “agama” mereka, dll. Dengan kata lain, menurut ayat ini, kejahatan telah menjadi life-style hidup mereka. Tidak ada lain yang mereka ingini, kecuali berbuat jahat. Akibat dosa ini, manusia harus menerima murka Allah. Perjanjian Lama jelas mengajarkan konsep tentang keadilan Allah yang menghukum umat-Nya yang tidak setia dan berdosa di samping kasih-Nya yang menarik mereka kembali kepada-Nya. Dewasa ini, di zaman postmodern, konsep keadilan Allah dan dosa tidak lagi dikumandangkan, oleh karena itu, orang Kristen sudah seharusnya menyuarakan berita tentang keadilan Allah, dosa dan pentingnya pertobatan kembali kepada Kristus. Mengapa ? Karena esensi timbulnya bencana dan kesengsaraan adalah karena dosa dan dosa itu harus diselesaikan dengan cara Allah melalui penebusan Kristus. Ini semua berkaitan dengan hidup manusia sendiri selanjutnya di dalam kekekalan.

Selain kerusakan/keruntuhan dan kesengsaraan yang ada di dalam hidup mereka, Paulus juga mengatakan di ayat 17, “dan jalan damai tidak mereka kenal;” Kata “jalan” bisa diartikan cara, alat, dll dan kata “kenal” dalam bahasa Yunani bisa berarti “ketahui”. Jadi, kalau boleh diartikan, ayat ini sedang berbicara bahwa mereka yang berdosa sedang tidak mengetahui dan mengenal jalan kedamaian meskipun di dalam hati nurani, mereka menginginkannya. Lebih dalam lagi, Yesaya 59:8a, Yesaya mengatakan, “Mereka tidak mengenal jalan damai, dan dalam jejak mereka tidak ada keadilan;” Kata “damai” di dalam Yesaya ini adalah shallom yang bisa berarti bahagia, sejahtera, dll dan kata “keadilan” di sini berhubungan dengan hukum Allah (Divine law). Dari kitab Yesaya ini, kita mendapatkan ciri kedamaian, yaitu pertama, sejahtera/bahagia/baik, dll. Kedamaian sejati adalah kedamaian yang memberikan kesejahteraan manusia. Apakah ini berarti tidak ada konflik ? Ya, karena konflik yang tidak bernilai menimbulkan ketidaksejahteraan. Kedua, kedamaian sejati berhubungan dan sesuai dengan hukum Allah/keadilan. Seringkali manusia postmodern sering mengartikan “damai” sebagai tindakan merangkul semua tanpa mementingkan kepercayaan, konsep, dll. Itu tidak benar. Orang yang memiliki konsep yang salah tidak perlu dirangkul, tetapi perlu dikasihani, didoakan, diinjili dan ditegur. Alkitab mengatakan bahwa perdamaian sejati memang tanpa konflik tetapi harus berdasarkan standar hukum Allah yang ketat, adil, kasih, kudus, dan bertanggungjawab. Bagi Allah di dalam Alkitab, perdamaian yang diilahkan oleh dunia adalah perdamaian “palsu” yang “membiarkan” bahkan mengakui “hak asasi” manusia yang kotor (misalnya, banci, homo, lesbian, dll), karena hal tersebut adalah kekejian bagi Allah ! Pertanyaannya, mengapa mereka tidak mengenal kedamaian Allah ? Karena mereka sendiri belum diperdamaikan dosanya dengan Allah. Di dalam dunia postmodern yang kita hidupi sekarang, banyak orang meneriakkan “perdamaian” tetapi sebenarnya mereka belum mengerti esensi perdamaian, karena mereka sendiri belum diperdamaikan dosanya dengan Allah. Maka, saya menambahkan ciri perdamaian sejati yang ketiga, yaitu, perdamaian sejati melibatkan kasih dan pengorbanan. Kalau di dalam kitab Yesaya, perdamaian berakhir dengan konsep keadilan/hukum Allah, maka Allah yang sama di dalam Perjanjian Baru memberikan satu pengajaran tentang perdamaian yaitu perlunya kasih dan pengorbanan. Perdamaian sejati bukan semacam perasaan emosional, tetapi realita. Sehingga manusia yang ingin berdamai, terlebih dahulu dosanya harus diperdamaikan dengan Allah. Masalah yang terjadi adalah semua manusia berdosa, bagaimana mungkin bisa diperdamaikan dengan Allah ? Keadilan Allah menuntut semua manusia harus dihukum, tetapi karena kasih-Nya, Allah menyediakan cara satu-satunya yaitu Allah menganugerahkan keselamatan dan perdamaian itu dengan mengutus Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi Pengantara antara Allah yang Mahakudus dan manusia berdosa. Dosa manusia hanya dapat diperdamaikan dengan Allah melalui pengorbanan Kristus Yesus di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya. Tanpa Kristus, manusia mustahil bisa berdamai dengan Allah. Sumber Kedamaian adalah Allah sendiri, maka kalau manusia ingin berdamai, manusia harus diperdamaikan dahulu dosanya dengan Sumber Kedamaian, Allah itu sendiri, sehingga mereka dapat berdamai dengan orang lain.

Sebagai kesimpulan dari semua dosa baik pikiran, perkataan dan tindakan, Paulus menyimpulkan, “rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.” Paulus mengutip kalimat ini dari Mazmur 36:2. Dan konteks Mazmur 36 sedang berbicara mengenai orang fasik. Orang fasik ini di sini berarti orang jahat (wicked). Mengapa mereka jahat ? Tentu karena mereka tidak pernah mengenal Allah. Karena tidak mengenal Allah, mereka bisa bertindak jahat bahkan kalau boleh dibilang tidak layak disebut manusia ! Itulah esensi dosa yaitu tidak takut akan Allah. Ketika manusia tidak takut akan Allah, manusia sedang membangun superioritasnya sendiri dan akibatnya bukan kesejahteraan yang mereka dapatkan, tetapi kemelaratan dan kebinasaan. Asaf menuangkan pergumulan tentang akhir hidup orang binasa yang seolah-olah kelihatan lebih makmur daripada orang benar di dalam Mazmur 73 (khususnya ayat 12-20), “Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.” Manusia yang fasik/tidak mengenal Allah mungkin secara dunia kelihatan makmur, kaya, berhasil, dll, tetapi menurut Asaf, itu semua sia-sia karena akhir hidup mereka kebinasaan selama-lamanya. Sedangkan bagi Asaf, di mata dunia orang-orang percaya hidup susah, menderita, dll, tetapi sesungguhnya mereka hidup kekal di Surga. Di sini kita mendapati konsep paradoks dan berbeda total dengan pandangan dunia materialis abad postmodern ini. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, marilah kita takut akan Allah. Apa arti takut akan Allah ? Mari kita mengerti konsep ini di dalam beberapa prinsip. Pertama, takut akan Allah dimulai dari iman di dalam Allah yang mencipta, memelihara dan menyelamatkan manusia. Takut akan Allah tidak mungkin ada jika orang tersebut tidak beriman di dalam Allah. Iman sejati menuntut adanya ketakutan terhadap Allah. Berarti, ketika kita beriman, di situ kita berani berkomitmen untuk tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Paulus sangat beriman di dalam Kristus, oleh karena itu dia tidak pernah takut kepada siapapun termasuk kepada kaisar/raja, kecuali kepada Allah. Oleh karena itu, ia berani berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21)
Kedua, takut akan Allah juga berkaitan dengan adanya sikap ketaatan mutlak. Rasul-rasul Kristus tidak takut kepada siapapun, bahkan Petrus dan Yohanes berani menantang para pemimpin Yahudi dan ahli Taurat, “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.” (Kisah Para Rasul 4:19) Takut sejati adalah takut yang taat kepada Pribadi yang patut ditaati mutlak. Abraham disebut bapa orang beriman dan orang yang takut akan Allah, karena ia taat kepada Allah dan pimpinan-Nya. Lalu, takut akan Allah yang berkaitan dengan ketaatan juga berimplikasi di dalam dunia pendidikan, di mana, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,” (Amsal 1:7a) Tanpa ada takut akan Tuhan dengan menaati firman-Nya, mustahil manusia memperoleh pengetahuan yang sah dan sejati. Berarti, harus adanya komitmen mengintegrasikan iman Kristen dan ilmu di dalamnya, yaitu menjadikan Alkitab sebagai patokan dan penghakim menentukan prinsip manakah ilmu yang benar dan salah, meskipun Alkitab tidak sedang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada kita.
Ketiga, takut akan Allah berkaitan dengan mengasihi Allah dan sesama. Yohanes mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1 Yohanes 4:7) Orang yang takut dan mengenal Allah adalah orang yang mengasihi Allah dan sesama dalam Kebenaran (Matius 22:37-40). Paulus seorang yang takut akan Allah, maka dari itu ia rela menegur keras para jemaat khususnya di Korintus yang hidup tidak tertib agar mereka kembali kepada Kristus. Motivasi Paulus menegur adalah kasih yang disertai kebenaran dan kesucian Allah. Sehingga, ia berkata, “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.” (2 Korintus 7:10-11) Sebaliknya, orang yang tidak takut akan Allah adalah orang yang masa bodoh dengan dosa orang lain apalagi membiarkan orang berdosa semakin berdosa. Apakah dengan membiarkan orang berdosa semakin berdosa dapat dikatakan “mengasihi” ? TIDAK. Mengasihi bukan berarti tidak peduli, justru itu tidak mengasihi. Seorang yang mengasihi berarti orang itu peduli khususnya dengan dosa-dosa yang mereka perbuat dan kemudian mereka yang mengasihi harus menginjili orang tersebut supaya bertobat. Itu artinya mengasihi Allah sekaligus sesama manusia.

Hari ini, setelah kita merenungkan keempat ayat ini, adakah hati kita masih mengeras dan menolak Kristus ? Tidak ada jalan lain, Anda harus kembali kepada Kristus yang mendamaikan Anda dengan Allah yang Mahakudus dan hiduplah takut akan Allah, karena itulah tanda orang percaya dan umat perjanjian/kovenan Allah sejati. Amin. Soli Deo Gloria.

Resensi Buku-25 : PENDERITAAN YESUS KRISTUS (Rev. DR. JOHN S. PIPER)

...Dapatkan segera...
Buku
THE PASSION OF JESUS CHRIST (PENDERITAAN YESUS KRISTUS)

oleh : Rev. DR. JOHN S. PIPER

Penerbit : Momentum Christian Literature (Fine Book Selection), 2005

Penerjemah : Stevy Tilaar.





Pertanyaan-pertanyaan terpenting yang bisa diajukan manusia adalah : Mengapa Yesus Kristus disalibkan ? Mengapa Dia mengalami penderitaan yang begitu hebat ? Apa kaitan semuanya ini dengan saya ? Dan yang terakhir, Siapa yang mengutus-Nya untuk mati di dunia ini ? Jawaban untuk pertanyaan terakhir ini adalah Allah sendiri. Yesus adalah Anak Allah. Penderitaan yang dilalui-Nya tiada taranya, tetapi seluruh berita di dalam Alkitab membawa kita kepada jawaban ini : Allah yang mengutus-Nya untuk mati.

Mengapa Kristus harus menderita dan mati ? Isu sentral dari kematian Kristus bukanlah mengenai sebabnya, melainkan makna dari penderitaan dan kematian-Nya—makna yang diberikan oleh Allah. Inilah inti dari buku yang Anda sedang baca sekarang. John Piper telah mengumpulkan dari Perjanjian Baru lima puluh alasan mengapa Yesus datang untuk mati. Bukan lima puluh sebab, melainkan lima puluh tujuan—untuk menjawab pertanyaan terpenting yang dihadapi setiap orang percaya : Apa yang diperoleh Allah bagi orang-orang berdosa dengan mengutus Anak-Nya untuk mati ?






Profil Rev. DR. JOHN S. PIPER:
Rev. DR. JOHN STEPHEN PIPER adalah Pendeta Senior di Bethlehem Baptist Church dan seorang penulis yang sangat produktif dari perpektif Calvinis. Piper lahir di Chattanooga, Tennessee dari Bill dan Ruth Piper pada tanggal 11 Januari 1946.
Di
Wheaton College (1964–1968), John mengambil mata kuliah utama di dalam bidang Literature dan mata kuliah lain di bidang Filsafat. Mempelajari Romantic Literature dengan Clyde mendorong sisi puitis dari naturnya dan sekarang beliau sering menulis puisi-puisi untuk merayakan saat-saat khusus keluarga sebaik menggubah puisi-cerita (berdasarkan kehidupan dari watak Alkitab) untuk jemaatnya selama empat minggu Adven setiap tahunnya. Di Wheaton, John juga bertemu dengan Noël Henry yang dinikahinya pada tahun 1968.
Beliau menyelesaikan gelar Bachelor of Divinity (B.D.) di
Fuller Theological Seminary di Pasadena, California pada tahun 1968-1971. John melakukan studi doktoralnya di dalam bidang Perjanjian Baru di University of Munich, Munich, Jerman Barat pada tahun 1971-1974). Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House. Pada penyelesaian doktoralnya, beliau pergi untuk mengajar studi Alkitab di Bethel College di St. Paul, Minnesota selama enam tahun (1974-1980).
Pada tahun
1980, John menjadi Pendeta Senior di Bethlehem Baptist Church di Minneapolis, Minnesota di mana beliau telah melayani sejak itu. John juga seorang kontributor pada Majalah WORLD. John dan Noël (istrinya) memiliki empat anak laki-laki, seorang anak perempuan dan tiga orang cucu.