14 January 2010

Eksposisi 1 Korintus 2:6-9 (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

EKSPOSISI 1 KORINTUS 2:6-9

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.



Nats: 1 Korintus 2:6-9



Bagian ini merupakan respons Paulus yang ke-4 seputar masalah “hikmat” yang membuat jemaat Korintus menganggap berita salib sebagai sebuah kebodohan. Dari pembahasan sebelumnya kita sudah belajar tiga respons lainnya, yaitu: (1) 1:18-25, Injil memang “kebodohan”, tetapi bagi mereka yang akan binasa; (2) 1:26-31, mayoritas jemaat Korintus dahulu juga termasuk orang yang bodoh menurut ukuran dunia; (3) 2:1-5, Paulus sendiri memberitakan Injil bukan dengan hikmat duniawi. Di 2:6-9 Paulus menegaskan bahwa dia sebenarnya memberitakan hikmat, tetapi bukan hikmat seperti yang mereka pikirkan.

Alur berpikir Paulus di 2:6-9 sangat mudah untuk ditelusuri. Ayat 6 merupakan pernyataan Paulus bahwa dia juga memberitakan hikmat, tetapi hikmat ini tidak sama dengan hikmat duniawi. Di ayat 7-8 dia lalu menjelaskan ciri-ciri hikmat yang dia maksudkan. Ayat 9 merupakan penutup bagian ini yang berisi dasar Alkitab bagi penyataan hikmat yang benar.


Hikmat yang Berbeda (ay. 6)
Kata pertama yang muncul dalam ayat ini adalah kata “hikmat” (sophia). Cara peletakan seperti ini mengindikasikan bahwa Paulus ingin menekankan bahwa dia sungguh-sungguh memberitakan hikmat. Ide penekanan ini dieskpresikan dengan baik dalam terjemahan NIV “we do speak a message of wisdom”, NASB “we do speak wisdom” maupun RSV “we doimpart wisdom”.

Kata sophia dalam ayat ini muncul tanpa artikel, sehingga lebih tepat diterjemahkan “sebuah hikmat”. Seandainya Paulus memakai artikel, maka hikmat yang dimaksud adalah “hikmat itu” (hikmat yang diagung-agungkan jemaat Korintus). Tidak adanya artikel di depan sophia menunjukkan bahwa Paulus sedang membicarakan sebuah hikmat yang lain. Berdasarkan konteks yang ada, hikmat yang dimaksud Paulus adalah “Kristus” (1:24-25, 30).

Bagi jemaat Korintus, hikmat yang diberitakan Paulus adalah kebodohan (1:18, 23), karena itu dia cepat-cepat menegaskan bahwa salib Kristus adalah hikmat bagi mereka yang matang (teleioi). Kata teleios bisa berarti “sempurna” (KJV) atau “dewasa” (RSV/NASB/NIV). Dalam pasal 2:6 kata teleios tampaknya berarti “dewasa”, karena: (1) mereka yang mengagung-agungkan hikmat duniawi disebut anak kecil (3:1-2); (2) di pasal 14:20 kata teleios dikontraskan dengan anak kecil juga. Melalui penggunaan kata “dewasa” di pasal 2:6 Paulus secara tidak langsung menegur jemaat Korintus sebagai orang yang belum dewasa, karena itu mereka tidak mampu memahami hikmat yang dia beritakan.

Hikmat yang diberitakan Paulus bukanlah hikmat dunia ini atau dari penguasa dunia ini (ay. 6b). Terjemahan “dunia” di ayat ini sebenarnya sedikit kurang tepat. Kata aionseharusnya diterjemahkan “zaman ini” (RSV/NASB/NIV). Makna yang tersirat dari kata “zaman ini” adalah kesementaraan. Hikmat dan penguasa dunia ini akan ditiadakan.

Siapa yang dimaksud dengan “para penguasa dunia ini”? Sebagian sarjana mengidentifikasi mereka sebagai roh-roh jahat, sebagian yang lain melihat para penguasa ini sebagai manusia. Beberapa bukti berikut ini tampaknya lebih mendukung pandangan bahwa para penguasa di sini adalah manusia: (1) ayat 8 menyatakan bahwa para penguasa inilah yang menyalibkan Tuhan Yesus. Rujukan ini tampaknya mengarah pada penguasa duniawi, bdk. Kis 4:27-28; (2) di 1:20 dan 26 Paulus juga menyinggung tentang orang-orang tertentu yang menurut dunia adalah terhormat; (3) Paulus tidak pernah menyebut roh-roh jahat dengan sebutan archon aionos, bdk. Ef. 2:2; 6:12. Jika argumen ini diterima, maka yang dimaksud Paulus mungkin adalah Pontius Pilatus, Herodes dan para pemimpin agama Yahudi yang berperan dalam penyaliban Tuhan Yesus. Walaupun iblis pasti terlibat dalam penyaliban (Yoh 13:2), tetapi kita tidak bisa memastikan apakah Paulus di1Korintus 2:6 memikirkan keberadaan iblis di balik tindakan para panguasa zaman ini.

Paulus lalu menutup ayat 6 dengan penegasan bahwa para penguasa zaman ini akan ditiadakan (ay. 6b). Dalam teks Yunani, kata “ditiadakan” memakai bentuk keterangan waktu present (kekinian), sehingga seharusnya diterjemahkan “sedang ditiadakan”. Terjemahan seperti ini juga diadopsi oleh mayoritas versi Inggris (kontra LAI:TB). Melalui bentuk tense present ini Paulus ingin menekankan kepastian dari kebinasaan yang akan dialami oleh para penguasa zaman ini (bdk. bentuk present “binasa” di 1:18).


Ciri-ciri Hikmat (ay. 7-8)
Di ayat 7 Paulus menyebut hikmat yang dia beritakan sebagai hikmat Allah; dalam arti hikmat ini berasal dari Allah, bukan dari dunia atau penguasa dunia ini. Bagaimana perbedaan antara hikmat Allah yang disampaikan Paulus dengan hikmat yang diagung-agungkan oleh jemaat Korintus? Paulus menjelaskan hal ini dengan memaparkan 4 ciri hikmat yang benar (salib Kristus).
Rahasia (ay. 7a)
LAI:TB meletakkan kata “rahasia” setelah kata “tersembunyi”, padahal dalam teks Yunani kata rahasia muncul lebih dahulu (mayoritas versi Inggris “mystery/secret – hidden”). Kita akan membahas kata “rahasia” (mysterion) lebih dahulu sesuai dengan struktur kalimat Yunani yang ada. Apa yang dimaksud dengan mysterion di sini? Berdasarkan pemunculan kata ini dalam surat-surat Paulus, kita dapat menyimpulkan bahwa mysterion merujuk pada sesuatu yang dulu tidak diketahui, tetapi sekarang dibukakan oleh Allah (2:1; 4:1; 13:2; 14:2; Kol. 1:26-27; 2:2; 4:3; Ef. 1:9; 3:3, 4, 9; 6:19). Berbeda dengan penggunaan kata “misteri” dalam dunia teologi yang biasanya merujuk pada hal-hal yang tidak akan dipahami manusia di dunia ini atau bahkan sampai kekekalan, penggunaan misteri dalam surat-surat Paulus merujuk pada hal yang dapat diketahui secara progresif di dunia ini (Ef. 1:26 “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya”). Yang dimaksud misteri adalah wahyu Allah yang berkaitan dengan salib Kristus (Kol. 2:2 “...rahasia Allah, yaitu Kristus”; 4:3 “rahasia Kristus”). Misteri inilah yang dipercayakan Allah kepada Paulus dan para rasul untuk diberitakan (4:1).

Tersembunyi (ay. 7b)
Hikmat Alah bukan hanya bersifat rahasia (dinyatakan secara progresif), tetapi juga tersembunyi. Kata Yunani yang dipakai di ayat ini berbentuk pasif (apokekrummenen), sehingga lebih tepat diterjemahkan “disembunyikan”. Berdasarkan tata bahasa Yunani, bentuk pasif di sini disebut divine passive, yang menyiratkan bahwa subjek yang menyembunyikan adalah Allah sendiri. Hal ini sesuai dengan doa Yesus ketika Dia ditolak oleh orang-orang Yahudi di Matius 11:25 “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.

Disediakan bagi kita sejak kekekalan untuk kemuliaan kita (ay. 7c)
Walaupun hikmat Allah baru dinyatakan secara bertahap dan disembunyikan bagi orang-orang tertentu, namun hikmat itu sejak kekekalan sudah disediakan bagi orang pilihan-Nya (bdk. 1:24). Kata “disediakan” (proorizo) hanya muncul 6 kali dalam Perjanjian Baru. Dari semua pemunculan ini, proorizo selalu memiliki arti “menentukan dari kekekalan” (Kis 4:28; Rm. 8:29-30; Ef. 1:5, 11). Di 1 Korintus 2:7 makna ini dipertegas dengan frase pro ton aionon (secara hurufiah “sebelum zaman-zaman”, NKJV/NASB/RSV “before the ages”). Artinya, penentuan ini sudah dilakukan Allah sebelum adanya waktu (NIV “before time began”). Dari penjelasan ini terlihat bahwa Paulus bukan sekadar menyatakan bahwa hikmat itu “disediakan” (boleh diambil boleh tidak), tetapi benar-benar ditentukan (bagaimanapun pasti akan dinyatakan kepada orang pilihan-Nya).
Tujuan dari penentuan sejak kekekalan ini adalah “untuk kemuliaan kita”. Melalui frase ini Paulus ingin mengajar jemaat Korintus untuk memiliki konsep yang benar tentang kemuliaan/kehormatan manusia. Kemuliaan manusia tidak terletak pada kriteria duniawi seperti kemampuan intelektual, status sosial dan faktor kelahiran (bdk. 1:19-20, 26). Kemuliaan yang sebenarnya adalah jika kita percaya kepada salib Kristus. Dunia mungkin menganggap tindakan kita sebagai kebodohan, tetapi hal ini justru adalah hikmat yang sebenarnya. Ketika kita percaya pada salib Kristus, maka kita nanti pasti akan dimuliakan bersama dengan Kristus di akhir zaman (Rm. 8:17, 29-30; 1Tes. 2:12; 2Tes. 1:10). Harga kemuliaan ini sangat mahal, karena kemuliaan ini baru bisa kita terima jika Tuhan yang mulia direndahkan di atas kay salib (1Kor. 2:8b).

Tidak diketahui oleh para panguasa zaman ini (ay. 8)
LAI:TB dan beberapa versi Inggris (NIV/RSV) menganggap ayat 8 sebagai induk kalimat yang baru, karena itu mereka meletakkan titik setelah ayat 7. Terjemahan seperti ini tidak sesuai dengan kalimat Yunani di ayat 8. Ayat ini dimulai dengan kata ganti penghubung hen, yang menyiratkan bahwa ayat ini masih menjelaskan hikmat di ayat 6-7. KJV dengan tepat menerjemahkan kata ganti ini dengan “which” (“yang”), sedangkan NASB mencoba memperjelas arti dengan menambahkan kata “the wisdom which” (“hikmat yang”).

Sesuai dengan tata bahasa di atas, maka ayat 8 merupakan ciri hikmat yang berikutnya. Hikmat Allah tidak diketahui oleh para penguasa zaman ini (bdk. 1:21a). Mengapa mereka tidak mengetahuinya? Karena hikmat ini disembunyikan oleh Allah (ay. 7) dan Roh Kudus tidak bekerja dalam hati mereka (ay. 10). Ayat 14a “tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah”.

Sebagai bukti bahwa mereka tidak dapat mengetahui hikmat Allah adalah tindakan mereka yang menyalibkan Tuhan Yesus. Apa yang mereka lakukan adalah sebuah ironi:
F Mereka berpikir bahwa penyaliban akan merendahkan Yesus, tetapi yang mereka salibkan justru adalah “Tuhan yang mulia” (ay. 8b). Ironi ini sama dengan “membunuh Pencipta Kehidupan” di Kisah Rasul 3:15.
F Mereka berpikir bahwa penyaliban akan melenyapkan Tuhan Yesus, tetapi justru mereka sendiri yang akan lenyap (ay. 6b; 1:18-20).
F Mereka berpikir bahwa penyaliban akan menggagalkan rencana Allah, tetapi hal itu justru menyatakan rahasia Allah dan menggenapi semua yang Dia tentukan dari semula (Kis 4:28).

Dari ironi di atas terlihat bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang bodoh. Apa yang mereka anggap hikmat dan kemenangan, sebenarnya hanyalah kebodohan dan kekalahan mereka. Begitu pula dengan orang-orang yang memandang ijil sebagai kebodohan.


Dasar Alkitab (ay. 9)
Ayat ini merupakan kontras terhadap ayat 8, sekaligus memberikan penjelasan bagi ayat 6-7. Mengapa hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat salib sebagai hikmat? Semua itu terjadi untuk menggenapi janji Allah di dalam kitab suci.

Kutipan di ayat 9 menimbulkan banyak kebingungan di kalangan para penafsir, karena tidak ada satu ayat kitab suci pun yang isinya sama dengan kutipan Paulus di ayat 9. Sebaliknya, kitab Yahudi kuno The Ascension of Isaiah justru memuat kalimat yang mirip dengan kutipan tersebut. Para sarjana umumnya berpendapat bahwa orang-orang Yahudi waktu itu sudah terbiasa menggabungkan Yesaya 64:4 dan 65:14 (LXX) sehingga keduanya selalu dipahami secara bersama-sama. Salah satu buktinya adalah kitab The Ascension of Isaiah.

Melalui kutipan di atas Paulus ingin mengajarkan bahwa hikmat Allah ini melampaui semua yang mampu dipikirkan manusia. Jalan keselamatan melalui salib sebelumnya tidak pernah dilihat, dipikirkan maupun diinginkan oleh manusia (ay. 9a). Pikiran Allah jauh lebih tinggi daripada pikiran manusia (bdk. 1:25), sejauh langit dari bumi (Yes. 55:8-9). Tidak ada manusia pun yang sanggup memahami karya keselamatan Allah, termasuk Paulus sendiri (Rm. 11:33-34).

Walaupun melampaui kemampuan manusia, namun hal itu bukanlah mustahil. Allah teah menyatakannya kepada mereka yang mengasihi Dia (ay. 9b). Ungkapan ini tidak berarti bahwa kasih manusia yang menjadi faktor penentu (bdk. 1Yoh. 4:10 “bukan kita yang mengasihi Allah, tetapi Allah yang lebih dulu mengasihi kita”). Meminjam ungkapan dalam Roma 8:28, “mereka yang mengasihi Dia adalah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. #




Sumber:Mimbar GKRI Exodus, 24 Februari 2008