07 August 2011

Resensi Buku-129: MY NEW TESTAMENT (Yusak B. Hermawan, M.Th.)

Alkitab terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Di dalam masing-masing kitab tersebut, kita menjumpai adanya perbedaan isi, genre, tujuan, dll yang tetap menunjuk kepada satu inti yaitu Allah dan karya-Nya dari sejak Penciptaan sampai Penyempurnaan. Khususnya di dalam Perjanjian Baru, kita melihat karya Allah khususnya dari Penebusan Kristus sampai Penyempurnaan. Keragaman kitab di dalam Perjanjian Baru membuat kita bersyukur bahwa Allah memakai banyak penulis PB untuk menuliskan wahyu-Nya dengan limpah. Apa saja isi kitab-kitab di dalam PB? Siapa penulisnya? Siapa penerimanya? Kapan kitab-kitab tersebut kira-kira ditulis? Apa maksud dan tujuan penulisan kitab-kitab tersebut?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
MY NEW TESTAMENT:
Menjelajah Dunia Perjanjian Baru Untuk Memahami dan Mendalami Kitab-kitab di Perjanjian Baru


oleh: Yusak B. Hermawan, M.Th.

Penerbit: Yayasan ANDI, 2010



Sebagai sebuah pengantar PB, Bp. Yusak B. Hermawan memaparkan kepada kita sebuah pengantar kitab-kitab PB yang cukup singkat namun jelas berkaitan dengan: penulis, penerima, waktu dan tempat penulisan, tujuan dan maksud penulisan. Sebelum membahas masing-masing kitab PB, beliau memaparkan seputar PB dan latar belakang PB (masa intertestamental: setelah PL dan sebelum PB) yang memimpin kita untuk mengerti dunia PB dengan lebih jelas. Kemudian setelah itu, beliau mulai menjelaskan pengantar keempat Injil, kemudian disusul dengan pengantar surat-surat Paulus, pengantar surat-surat umum, dan terakhir, pengantar kitab apokaliptik (Wahyu). Di dalam pengantar kitab ini, beliau sedikit memasukkan sanggahan para theolog liberal yang menyerang keabsahan penulisan kitab-kitab PB tersebut disusul dengan tanggapan balik Bp. Yusak terhadap tuduhan/sanggahan mereka.

Saya merekomendasikan buku ini sebagai buku pengantar PB yang bukan hanya sekadar akademis, namun begitu sederhana dan jelas serta dapat dipahami oleh orang Kristen awam maupun mahasiswa theologi yang menghantar kita memahami PB dengan lebih komprehensif.



Profil Yusak B. Hermawan, M.Th.:
Yusak B. Hermawan, M.Th. lahir di Pati, 3 Oktober 1968. Setelah pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi theologi, saat ini beliau bekerja sebagai kepala bagian editorial PBMR Andi, Yogyakarta dan Ketua Pembina Komunitas Kristen Indonesia, Semarang. Beliau menyelesaikan studi theologi di Institut Theologi Aletheia (ITA) Lawang, Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, dan menyelesaikan studi Master of Theology (M.Th.) di Fakultas Theologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Bagian 6: "DAN AMPUNILAH KAMI AKAN KESALAHAN KAMI"

TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA-6

(Seri Pengajaran Doa Bapa Kami):

“dan ampunilah kami akan kesalahan kami”

(Mat. 6:12a)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah meminta hal jasmani yang berupa makanan, Kristus mengajar kita untuk meminta “kesalahan” dalam ayat ini dalam teks Yunaninya ophelēmata yang seharusnya diterjemahkan sebagai utang (debt). Kata ini dipakai di Roma 4:4 (ophelēma) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai hak.[1] Konteks Roma 4:4-5 adalah mengenai Abraham yang dibenarkan melalui iman. Di ayat 2 dijelaskan bahwa jika Abraham dibenarkan melalui perbuatan, maka ia akan bermegah, tetapi ia tidak dibenarkan di hadapan Allah. Lalu, Abraham dibenarkan melalui apa? Di ayat 3, Paulus menjelaskan bahwa Abraham dibenarkan karena ia percaya kepada Allah. Lalu, ia memberi ilustrasi di ayat 4, ketika ada orang yang bekerja dan mendapatkan upah, maka upah itu sebenarnya bukan hadiah bagi orang itu, tetapi sebagai utang, namun di ayat 5, Paulus menjelaskan bahwa kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Allah yang membenarkan orang durhaka, maka imannya itu diperhitungkan menjadi kebenaran (Yun.: dikaiosunēn).

Dari Roma 4:1-5, kita diajar Paulus bahwa kita dibenarkan di hadapan Allah melalui iman kita kepada-Nya yang tentunya merupakan anugerah dari Allah (bdk. Ef. 2:8-9), namun setelah dibenarkan oleh Allah, kita pun dituntut-Nya untuk berbuat baik bagi kemuliaan-Nya, namun perbuatan baik itu dilakukan sebagai respons terhadap anugerah Allah yang membenarkan kita melalui iman kepada Kristus. Setelah kita berbuat baik, maka Allah akan memberikan upah kepada kita, tetapi waspadalah, upah itu bukan hadiah bagi kita, tetapi sebagai utang perbuatan baik yang telah kita bayar secara angsuran.

Kata “utang” inilah yang dipakai Tuhan Yesus ketika mengajar umat-Nya untuk memohon agar Allah mengampuni (utang) kesalahannya. Dosa diidentikkan dengan utang karena memang dosa adalah utang kebaikan dan kebenaran yang seharusnya dikerjakan oleh manusia yang telah diciptakan Allah.

Karena itulah, Kristus mengajar kita agar kita memohon agar Allah mengampuni (utang) dosa kita. Mengapa? Karena kalau kita sendiri yang menebus (utang) dosa kita, kita tak akan sanggup. Ketidaksanggupan kita disebabkan karena ketika kita mau menebus (utang) dosa kita dengan berbuat baik, perbuatan baik kita pun jelas mengandung bibit dosa. Oleh karena itu, kita memohon agar Allah mengampuni (utang) dosa kita.

Biarlah di dalam doa kita, kita tidak lupa untuk terus memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang telah kita perbuat dan perbuatan baik yang seharusnya kita lakukan namun tidak kita lakukan. Amin.



[1] King James Version (KJV) dan Young’s Literal Translation (YLT) menerjemahkannya sebagai: debt (utang); ESV, NASB, dan RSV menerjemahkannya sebagai: due (hak); dan NIV menerjemahkannya sebagai: obligation (kewajiban).