25 May 2014

Resensi Buku-269: CHURCH WITHOUT WALL (Jim Petersen)


Ketika kita membicarakan tentang “gereja”, maka kita akan membicarakan sesuatu yang panjang terkait dengan sejarah, organisasi, dll. Sebenarnya, apa itu gereja? Apa panggilan gereja di tengah dunia ini?

Temukan jawabannya dalam:
Buku
CHURCH WITHOUT WALL
(GEREJA TANPA TEMBOK):
Bergerak Melampaui Batas-batas Tradisional

oleh: Jim Petersen

Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2009

Penerjemah: Samuel Tumanggor



Di dalam bukunya, Jim Petersen menjelaskan bahwa gereja yang terpenting bukanlah organisasi, tetapi orang-orang di dalamnya yang menjadi saksi Kristus bagi orang-orang di dunia ini. Sebelum membahas hal ini, beliau mulai memaparkan kondisi masyarakat kontemporer khususnya di Amerika yang makin lama makin sekuler, padahal sebelumnya pendiri negara Amerika adalah kaum Puritan yang saleh. Latar belakang ini mendorong kita bertanya bahwa alasan di balik degradasi ini adalah gereja terlalu menutup diri dengan banyak orang-orang di luar gereja. Di bagian II, Jim Petersen menjelaskan sejarah gereja secara singkat mulai dari gereja di zaman Perjanjian Baru hingga kaum Puritan. Dari sejarah itu, Petersen mengajar kita bahwa kekurangan gereja di Abad Pertengahan adalah adanya pembedaan antara kaum rohaniwan dan awam, sedangkan pada zaman reformasi gereja sejak Luther, meskipun tidak ada pembedaan lagi, tetapi gereja masih kurang pergi keluar (memberitakan Injil dan melayani orang-orang non-Kristen). Oleh karena itu, di bagian selanjutnya, Jim Petersen mendorong kita untuk menjadi gereja-gereja yang memberitakan Injil Kristus yang murni tanpa bayang-bayang tradisionalisme dari gereja atau kebudayaan kita sendiri. Untuk memberitakan Injil kepada masyarakat kita sekarang, ada tiga hal yang perlu kita renungkan: apa yang kita hadapi (fakta zaman: postmodern), apa tugas kita (menjadi saksi Kristus), dan siapa yang harus melakukan penginjilan (kita semua dalam satu tim). Biarlah melalui buku ini, kita diingatkan untuk menjadi pewarta Injil Kristus kepada orang-orang di sekitar kita tanpa terikat oleh berbagai aturan yang kita ciptakan sendiri dari latar belakang gereja kita.



Endorsement:
“Pada masa ketika juru-juru teori gereja Amerika Serikat mengusulkan bahwa cara membalikkan susutnya pengaruh gereja di AS adalah dengan menerapkan wawasan pasar modern, buku ini punya keberanian (dan juga kedalaman yang menyentak pikiran) untuk mengusulkan bahwa Alkitab menyediakan cetak biru untuk hal semacam itu. Bagi orang kudus yang terusik dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya bagi Allah di dunia ini, “Gereja Tanpa Tembok” bukan saja menggambarkan tugas itu, tetapi menguraikan strategi yang mantap.”
Prof. John D. Hannah, Th.D., Ph.D.
Research Professor of Theological Studies dan Distinguished Professor of Historical Theology di Dallas Theological Seminary yang menyelesaikan studi Bachelor of Science (B.S.) di Philadelphia College of Bible pada tahun 1967; Master of Theology (Th.M.) dan Doctor of Theology (Th.D.) di Dallas Theological Seminary pada tahun 1971 dan 1974; Master of Arts (M.A.) di  Southern Methodist University pada tahun 1980; Doctor of Philosophy (Ph.D.) di University of Texas at Dallas pada tahun 1988; dan postdoctoral fellowship di Yale University  1994.




Profil Jim Petersen:
Jim Petersen saat ini tergabung dalam tim eksekutif yang beranggotakan empat orang yang memimpin pekerjaan internasional The Navigators. Ia dibesarkan dalam keluarga Kristen di Minneapolis, Minnesota dan lulus dari Universitas Minnesota. Ia juga belajar di Sekolah Alkitab Northwestern dan Sekolah Alkitab Bethel. Pada tahun 1972-1985, ia menjadi Direktur Divisi Navigators Amerika Latin. Pada tahun 1988, ia mulai memimpin proyek pengembangan kepemimpinan internasional, yakni Scriptural Roots of Ministry (SRM). Ia dan istrinya dikaruniai 4 orang anak: Michelle, Todd, Raquel, dan Rochelle.