24 December 2014
Renungan Natal 2014: PARA PEMIMPIN AGAMA DAN KELAHIRAN KRISTUS (Denny Teguh Sutandio)
Renungan
Natal 2014
PARA PEMIMPIN AGAMA
DAN KELAHIRAN KRISTUS
oleh: Denny Teguh Sutandio
3Ketika
raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
4Maka
dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya
keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
5Mereka
berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi:
6Dan
engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang
pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
(Mat. 2:3-6)
Ketika Kristus lahir, ada begitu banyak
orang yang meresponinya, salah satunya adalah para pemimpin agama yang terdiri
dari para imam kepala dan ahli Taurat. Sebelum kita menyelidiki siapa mereka,
mari kita mengerti konteksnya. Injil Matius mencatat kelahiran Kristus begitu
singkat yaitu di Matius 1:18-25. Kemudian mulai pasal 2, Matius mencatat 3
golongan orang yang menanggapi berita kelahiran Kristus itu yaitu para orang
majus dari Timur, raja Herodes, dan para pemimpin agama. Pada ayat 1-2, Matius
mencatat bahwa para majus dari Timur pergi ke Yerusalem dan bertanya-tanya di
manakah raja Yahudi itu datang. Menanggapi pertanyaan mereka, Matius mencatat
bahwa raja Herodes dan seluruh rakyat Yerusalem terkejut (ay. 3). Kemudian pada
ayat 4, raja Herodes mengumpulkan semua imam kepala dan para ahli Taurat untuk
meminta keterangan di mana Mesias dilahirkan. Menariknya di ayat 5-6, imam
kepala dan para ahli Taurat menjawabnya dengan mengutip Mikha 5:1. Kemudian
Herodes memanggil para orang majus dan menyuruh mereka untuk menyelidiki
tempatnya agar ia dapat menyembah-Nya (ay. 7), namun itu tak pernah
dilakukannya (ay. 16-18). Pertanyaannya siapakah imam kepala dan para ahli
Taurat yang muncul di ayat 4-6 ini?
Kata “imam kepala” dalam ayat 4 dalam teks Yunaninya
ἀρχιερεῖς (archiereis) yang berasal dari kata ἀρχιερεύς (archiereus) yang berarti “para imam
kepala” (bentuk jamak) yang merujuk pada “para anggota Sanhedrin yang termasuk
keluarga imam kepala” (Mat. 2:4; Luk. 23:13; Kis. 4:23) dan imam kepala sendiri
(bentuk tunggal) merupakan kepala agama Yahudi dan presiden Sanhedrin (Mrk.
14:60 dst, 63; Yoh. 18:19, 22, 24). Sanhedrin berasal dari kata “sun” yang berarti “bersama” dan “hendra” berarti “tempat duduk”.
Sanhedrin, sebelum dan pada masa Kristus, merupakan nama bagi pengadilan Yahudi
tertinggi yang terdiri dari 71 anggota, di Yerusalem, dan juga bagi pengadilan
lebih rendah yang terdiri dari 23 anggota di mana di Yerusalem ada 2. Mereka
bertugas mengadili seseorang dalam hal sipil maupun kriminal sesuai hukum
Taurat.[1]
Lalu, siapakah ahli Taurat? Kata Yunani yang
dipakai adalah γραμματεῖς (grammateis) yang berasal dari kata γραμματεύς (grammateus)
yang dalam konteks ini merujuk pada para ahli Taurat Yahudi. Mereka dapat
membaca dan menulis, sehingga mereka bekerja sebagai guru dan panitera. Karena
bagi orang Yahudi, Taurat begitu penting, maka para ahli Taurat ini sering
menduduki posisi sebagai pemimpin.
Dengan kata lain, tatkala raja Herodes bertanya
kepada para imam kepala dan ahli Taurat tentang di mana kelahiran raja Yahudi,
ia sedang bertanya kepada pemimpin agama Yahudi baik secara pengadilan maupun
theologi. Jika mau diibaratkan di zaman sekarang (meskipun tidak sama persis),
para imam kepala seperti para pendeta dan para ahli Taurat seperti para theolog
Biblika yang berkutat dengan hal-hal seputar Alkitab secara mendetail.
Bayangkan mereka yang menguasai hukum agama dan theologi sangat menguasai di
mana kelahiran Mesias, raja Yahudi di mana mereka mengutip Mikha 5:1 sebagai
dasarnya, namun apa respons mereka setelah mengetahui informasi tersebut? Injil
Matius tidak mencatat reaksi apa pun dari mereka. Ini berarti bahwa mereka
mengerti secara theologi dan Taurat bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, namun
mereka tidak menanggapi apa yang mereka mengerti. Mengapa saya tidak mengatakan
bahwa mereka tidak menanggapi? Coba dramatisir konteks Matius 2:3-6.
Bayangkan Anda adalah orang Israel yang sedang
dijajah oleh pemerintahan Romawi dan Anda menginginkan seorang Mesias yang akan
membebaskan Anda. Kemudian datanglah para orang majus mengabarkan tentang ada
bintang di langit di Israel yang memberi tahukan ada Mesias, raja Yahudi lahir.
Lalu, raja Herodes yang ditanyai para orang Majus itu akhirnya memanggil para
imam dan ahli Taurat untuk bertanya kepada mereka tentang lokasi kelahiran
Mesias dan mereka sudah menjawabnya. Jika Anda menjadi para imam kepala dan
ahli Taurat, apa yang akan Anda lakukan? Setelah Anda menjawab lokasinya dengan
mengutip ayat di PL, bukankah Anda langsung berkata kepada Herodes atau para
orang Majus itu agar Anda juga ikut ke Betlehem untuk menjumpai Mesias itu?
Bukankah itu reaksi normal seorang yang benar-benar merindukan kedatangan Sang
Pembebas Israel? Namun sayangnya mereka tidak melakukannya. Mengapa? Kita perlu
mengerti konsep Yahudi tentang Mesias di zaman Tuhan Yesus.
Orang Israel di zaman Tuhan Yesus mengharapkan
sosok Mesias sebagai pembebas politik, bukan Pembebas dari dosa. Di dalam
pikiran mereka, mereka hanya memikirkan keuntungan jasmani yaitu kemakmuran,
pembebasan, dll. Jangan heran, ketika Ia melakukan mukjizat memberi makan untuk
5000 orang, orang-orang Yahudi ingin mendudukkan-Nya sebagai raja (Yoh. 6:15).
Dari konsep ini, maka tidak heran pula, para pemimpin agama Yahudi yang
mencakup para imam kepala dan ahli Taurat yang mengerti Taurat tentang di mana
Mesias dilahirkan tanpa memberi respons apa pun tentang Mesias.
Apa yang dapat kita pelajari dari respons para
imam kepala dan ahli Taurat terhadap kelahiran Kristus? Mereka mengajar kita
tentang respons yang buruk terhadap kelahiran Kristus. Mereka hanya pandai
mengutip ayat dalam Perjanjian Lama tentang lokasi kelahiran Mesias, tetapi
mereka tidak pernah datang sendiri kepada Mesias, bahkan mereka akhirnya menyalibkan-Nya.
Ini berarti tidak semua orang yang menguasai theologi dan berjubah pemimpin
agama benar-benar mengasihi Allah dan melayani-Nya. Saya tidak anti belajar
theologi, karena belajar theologi itu sangat penting bagi pertumbuhan iman
Kristen. Yang saya soroti adalah bahaya terlalu belajar theologi dan pandai
mengutip ayat Alkitab sini sana, tetapi tidak benar-benar mengenal Kristus yang
diberitakan dalam Alkitab. Saya teringat perkataan Prof. J. I. Packer, D.Phil.
yang membedakan antara mengenal Allah vs mengenal tentang Allah. Beliau
mengatakan bahwa banyak orang dapat mengetahui tentang Allah, tanpa benar-benar
mengetahui/mengenal-Nya dan banyak orang dapat mengetahui banyak kesalehan
tanpa benar-benar mengenal-Nya.[2]
Mereka sangat memahami doktrin Allah, Alkitab, Kristus, Roh Kudus, dll dan
sudah membaca Alkitab puluhan kali, namun sayangnya mereka hanya sebatas
mengenal tentang Allah, bukan mengenal Allah. Artinya, Allah bukan menjadi Raja
dan Pemimpin hidupnya, tetapi sebagai objek pengetahuan theologi semata.
Di Indonesia, hal yang sama juga menjadi
pelajaran bagi kita. Ada sekelompok orang Kristen yang anti theologi, namun ada
sekelompok orang Kristen yang tergila-gila dengan theologi. Mereka yang sangat
menggemari theologi tentu tidak salah, namun bahayanya adalah mereka terlalu
mengukur segala sesuatu, bahkan hal-hal yang sangat remeh sekalipun dari
theologi. Tidak ada salahnya mengkritisi dunia, namun berhati-hatilah dalam
mengkritisi: apa yang kita kritisi, sejauh mana kita memahami apa yang kita
kritisi, dan apakah yang kita kritisi itu benar-benar signifikan untuk
dikritisi atau semata-mata karena kita kurang kerjaan, maka kita menjadi tukang
kritik sini sana. Mayoritas (tidak semua) orang yang suka kritik sini sana
adalah orang yang tidak mau mengkritik diri. Sungguh sangat disayangkan. Tidak
usah jauh-jauh, gejala ini sudah ada di zaman Tuhan Yesus, para ahli Taurat
yang rajin menyelidiki Taurat mengkritik Yesus, namun ketika giliran mereka
yang dikritik Kristus di Matius 23, mereka marah.
Sekarang, bagaimana dengan Anda yang membaca
artikel ini? Apa respons Anda terhadap kelahiran Kristus? Apakah Anda
meneladani sikap para pemimpin agama ini ataukah Anda meneladani sikap para
orang majus yang tidak mengerti Taurat, namun memiliki fokus yang jelas yaitu
menyembah Mesias (Mat. 2:2)? Biarlah Natal ini bukan hanya menjadi peringatan
akan pengetahuan Alkitab kita tentang kelahiran Kristus, tanggal berapa Kristus
lahir, dll, tetapi menjadi momen di mana kita benar-benar datang sendiri ke
tempat Kristus dilahirkan itu yaitu dengan mengalami-Nya di dalam setiap aspek
kehidupan sehari-hari. Amin. Soli Deo Gloria.
Subscribe to:
Posts (Atom)