29 November 2007

Roma 4:6-8 : DIBENARKAN MELALUI IMAN-2

Seri Eksposisi Surat Roma :
Fokus Iman-2


Dibenarkan Melalui Iman-2

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 4:6-8.


Setelah Paulus memaparkan tentang Abraham yang dibenarkan melalui iman, ia menjelaskan bahwa theologia ini berasal dari Perjanjian Lama.

Pada ayat 6, Paulus mengatakan, “Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya:” Terjemahan King James Version lebih tepat mengartikan, “Even as David also describeth the blessedness of the man, unto whom God imputeth righteousness without works,” (=“Seperti juga Daud yang disebut orang yang diberkati, yang kepadanya Allah mengimputasikan kebenaran tanpa perbuatan,”) Kata “berbahagia” sebenarnya berarti diberkati (terjemahan ESV, ISV dan KJV memakai kata blessed). Lalu, kata “orang yang dibenarkan Allah” seharusnya lebih tepat berarti orang yang kepadanya Allah mengimputasikan kebenaran. Sungguh suatu sukacita yang besar jika kita sebagai manusia berdosa dapat dibenarkan atau diimputasikan kebenaran oleh Allah tanpa memandang jasa baik kita. Inilah yang disebut Paulus sebagai suatu keadaan yang diberkati (blessed). Kita mendapatkan berkat ini sebagai suatu anugerah/karunia yang tidak bisa dibandingkan keagungannya. Apakah yang Daud paparkan tentang pembenaran oleh Allah ini ?

Di ayat 7-8, Paulus mengutip Mazmur 32:1-2, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” Terjemahan KJV mengartikannya, “Saying, Blessed are they whose iniquities are forgiven, and whose sins are covered. Blessed is the man to whom the Lord will not impute sin.” Kata “pelanggaran” di dalam ayat 7 ini bahasa Yunaninya anomia yang berarti violation of law (pelanggaran hukum) atau tindakan asusila/kejahatan (iniquity/wickedness). Sedangkan kata “dosa” di dalam ayat 7 ini bahasa Yunaninya hamartia yang identik dengan dosa/pelanggaran (offense). Untuk lebih jelasnya, mari kita melihat Mazmur 32:1-2, di mana Raja Daud mengajarkan, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!” Terjemahan KJV mengartikannya, “Blessed is he whose transgression is forgiven, whose sin is covered. Blessed is the man unto whom the LORD imputeth not iniquity, and in whose spirit there is no guile.” Mazmur 32 ditulis oleh Daud ketika Daud ditegur oleh Nabi Natan berkenaan dengan dosanya yang mengambil istri Uria dan membunuh Uria (2 Samuel 12:1-25). Mazmur ini ditulis sebagai ungkapan syukur sekaligus pengajaran Daud tentang besarnya kasih setia Allah bagi manusia yang berdosa. Ada dua hal yang mau diajarkan oleh Daud,
Pertama, adanya pengampunan dosa. Kata “pelanggaran” di dalam Mazmur 32:1 ini dalam bahasa Ibraninya pesha‛ berarti revolt (pemberontakan). Lalu, kata “dosa” dalam bahasa Ibraninya chăṭâ'âh bisa berarti offence atau sacrifice for it (pengorbanan baginya). Sesuai konteksnya, Daud yang sedang berdosa dapat disebut “memberontak” terhadap Allah, karena ia lebih menuruti hawa nafsu ketimbang perintah Allah. Pemberontakan itu begitu serius sehingga Tuhan menegurnya melalui nabi Natan. Teguran itu sangat membuahkan hasil dan Daud akhirnya bertobat. Lalu, apakah Tuhan tidak jadi menghukum Daud ? Atas kesalahannya, Daud pasti dihukum, tetapi bukan Daud yang mati, tetapi anak hasil hubungannya dengan Batsyeba. Akhirnya, Daud bersedih hati dengan tetap rela menerima hukuman Tuhan. Meskipun harus bersedih hati atas meninggalnya anak dari Batsyeba itu, Daud tetap melihat dan mengagumi besarnya kasih setia Allah yang rela mengampuni dosanya yang begitu besar (Mazmur 32:5). Meskipun dosa Daud begitu besar yaitu sampai membunuh Uria (padahal dalam Kejadian 9:6, Tuhan akan menghukum mereka yang membunuh dengan mengambil nyawa orang yang membunuh itu sendiri), Allah tetap mengasihinya dengan mengampuni pemberontakannya dan memaafkan atau menutupi dosanya. Allah menutupi dosa jangan dimengerti seperti orang-orang dunia yang sengaja menutupi dosa untuk menonjolkan diri ! Allah adalah Allah yang Mahakudus yang membenci dosa, tetapi Ia tetap mengasihi mereka yang berdosa. Sehingga kata “ditutupi” lebih tepat diartikan dilindungi. Dilindungi atau ditutupi oleh apa ? Sebuah tafsiran yang bagus dari Matthew Henry dalam Matthew Henry’s Concise Commentary (MHCC) mengatakan, “Sin is the cause of our misery; but the true believer's transgressions of the Divine law are all forgiven, being covered with the atonement.” (=Dosa adalah penyebab kesengsaraan ; tetapi semua pelanggaran orang-orang yang percaya terhadap hukum Allah diampuni, dan ditutupi/dilindugi dengan penebusan.) Berarti, dosa umat pilihan-Nya bukan hanya diampuni tetapi ditebus oleh darah Anak Domba Allah di dalam Kristus, sehingga kita mendapatkan pemulihan dari dosa-dosa kita. Bagaimana dengan kita ? Mungkin kita sudah melakukan suatu pemberontakan terhadap perintah Allah, bahkan kita mungkin sempat menghina Allah atau menjual Kristus dengan meninggalkan keKristenan. Mungkin kita melakukannya secara sadar atau tidak tanpa perasaan apapun. Kita mungkin merasa dosa yang kita lakukan begitu besar dan layak untuk dihukum. Tetapi ketahuilah, ada satu berita sukacita bagi kaum pilihan yang percaya, yaitu “...Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18) Pertobatan adalah kunci menuju ke arah pemulihan dosa. Pertobatan ini pun adalah inisiatif anugerah Allah yang menggerakkan umat pilihan-Nya untuk menyesali dosa, meninggalkan dosa dan kembali kepada Kristus dengan percaya di dalam-Nya. Tanpa pertobatan, tak mungkin ada kesadaran pentingnya penebusan dosa. Ketika kita mengaku dosa dan bertobat, di situ kita mulai mengerti bahwa dosa kita yang begitu bejat dan jahat ini masih diampuni oleh Allah yang sudah seharusnya menghukum kita. Oleh karenanya, ketika Tuhan masih mengingatkan kita untuk bertobat, taatilah teguran-Nya dan segera kembali kepada-Nya, karena teguran-Nya itu bukti kasih-Nya yang mau mengampuni kita.
Kedua, dosa kita tidak diperhitungkan oleh Tuhan. Pada ayat 2 dalam Mazmur ini, kata “kesalahan” dalam bahasa Ibraninya ‛âvôn berarti dosa (sin) atau perbuatan asusila (iniquity). Dalam terjemahan KJV, kata “kesalahan” memakai kata iniquity, sedangkan dalam kutipan Paulus di Roma 4:8, katanya diganti menjadi sin. Lebih tepatnya, Pdt. Dr. Stephen Tong dalam bukunya Dosa, Keadilan dan Penghakiman (1993) memaparkan kata ‛âvôn berarti suatu hal yang mengakibatkan kita merasa bersalah/berhutang dan ingin menghukum diri. (p. 46) Hal ini mungkin kita alami. Ketika kita sudah merasa bersalah, kita ingin rasanya menghukum diri sebagai wujud “kekesalan” kita. Mungkin sekali, sesuai konteksnya, Daud juga merasa hal serupa, di mana dia menyesal karena dia telah membunuh Uria dan mengambil istri Uria.Kita memperhitungkan kesalahan kita sendiri, tetapi tidak demikian dengan Allah ketika kita mau bertobat. Pertobatan merupakan kunci mengenal kasih Allah. Menurut terjemahan KJV, ayat ini dapat diartikan bahwa adalah sangat diberkati ketika Tuhan tidak mengimputasikan dosa/perasaan bersalah kepada seseorang dan yang tidak berjiwa pengkhianat/penipu. Bukan hanya mengampuni, Allah juga sanggup tidak memperhitungkan lagi kesalahan/dosa yang telah kita perbuat. Di tengah kesusahan, pemazmur berseru, “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3) Dan selanjutnya, “Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.” Di sini, pemazmur menggambarkan Tuhan bukan hanya mengampuni mereka yang berdosa, tetapi juga memimpin mereka untuk merindukan firman-Nya. Inilah yang saya sebut sebagai tindakan Allah yang tidak memperhitungkan kesalahan kita. Hal serupa diungkapkan oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Menyucikan kita yang berdosa dari segala kejahatan adalah wujud lain dari tindakan Allah yang tidak memperhitungkan kesalahan kita. Dengan apa Allah menyucikan kita ? Yaitu dengan Firman dan Roh, di mana Roh Kudus memimpin hati dan pikiran kita serta menundukkannya di bawah Firman Allah, yaitu Alkitab. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang Kristen yang sudah menerima penebusan Kristus yaitu berusaha terus-menerus oleh pekerjaan Roh Kudus hidup kudus dan menaati Firman Allah untuk memuliakan-Nya. Ketika kita sudah menunaikan apa yang telah kita kerjakan sesuai kehendak Allah, maka arti dari dibenarkan melalui iman dapat kita mengerti seutuhnya kelak di dalam kekekalan sehingga kita semakin bersyukur atas anugerah-Nya.

Hari ini, tidak ada kabar yang membuat manusia berdosa bersukacita kecuali kabar bahwa dosa mereka diampuni dan mereka dibenarkan oleh Allah dengan cara disucikan dari dosa dengan Firman dan Roh. Adakah kabar itu juga tiba pada diri Anda sekarang dan Anda meresponinya ? Biarlah Roh Kudus bekerja di dalam hati kita. Amin. Soli Deo Gloria.


Resensi Buku-32 : HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU (Ir. Herlianto, M.Th.)

...Dapatkan segera...
Buku
HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU

oleh : Ir. Herlianto, M.Th.

Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, 1990.





Penjelasan singkat dari Denny Teguh Sutandio :
Zaman modern adalah zaman yang dikuasai rasionalisme atau rasio sebagai sumber kebenaran, tetapi setelah meletusnya Perang Dunia 1 dan 2, rasionalisme mulai dipertanyakan keabsahannya. Setelah rasionalisme mulai dipertanyakan, manusia bukan kembali kepada Tuhan, tetapi malahan berkiblat ke arah mistisisme dan sesuatu yang berhubungan dengan feeling, sehingga tidak heran di zaman postmodern, muncullah Gerakan Zaman Baru sebagai media untuk memuaskan hawa nafsu manusia di dalam mencari “kebenaran”. Gerakan Zaman Baru di dalam buku ini dilatarbelakangi oleh humanisme dan muncul di dalam berbagai bentuk, misalnya di dalam olahraga (yoga, waitankung, dll), di dalam kepercayaan (kebatinan, Zen-Buddhism, dll), dll. Dan yang lebih parah lagi, gerakan ini merasuki keKristenan dengan ajaran-ajaran, seperti Berpikir Positif dan Visualisasi dari Norman Vincent Peale, Robert H. Schuller, David Yonggi Cho (Visualisasi), dll. Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen terhadap fenomena ini ? Di dalam buku ini, Ir. Herlianto, M.Th. mengajak kita untuk peka terhadap kondisi zaman yang dipengaruhi oleh Gerakan Zaman Baru dan selanjutnya, kita sebagai orang Kristen harus kembali kepada Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran, dan BUKAN kepada Gerakan Zaman Baru atau sejenisnya.





Profil Ir. Herlianto, M.Th. :
Ir. Herlianto, M.Th. adalah Pemimpin Umum Yayasan Bina Awam (YABINA), Bandung (situs : http://www.yabina.org) dan dosen dalam bidang Sosiologi dan Aliran Kontemporer di Sekolah Tinggi Theologia Bandung. Beliau adalah seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1968 lalu memperdalam ilmu dalam bidang Pembangunan Perkotaan dan memperoleh diploma International Course on Housing, Planning and Building di Boueweentrum International Education, Rotterdam pada tahun 1979 serta mengikuti Urban Studies Course pada Princeton University di USA pada tahun 1982. Beliau belajar theologia di Institut Injil Indonesia, Batu pada tahun 1972, lalu dilanjutkan ke Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang dan pada tahun 1976 memperoleh gelar Bachelor of Theology (Th.B.) Pada tahun 1982, beliau menyelesaikan studi Master of Theology (M.Th.) di Princeton Theological Seminary, USA dengan spesialisasi masalah kemasyarakatan dan perbandingan agama. Beliau dapat dihubungi melalui e-mail : herlianto@yabina.org.

Matius 7:28-29 : THE QUALITY OF A TEACHER

Ringkasan Khotbah : 14 November 2004

The Quality of a Teacher
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 7: 28-29

Minggu lalu kita sudah memahami signifikansi dari frasa yang berbunyi: “Dan, setelah Yesus mengakhiri perkataan ini...“ (Mat. 7:28), dimana frasa ini menunjukkan totalitas pengajaran Kristus dengan demikian orang tidak dapat menambahkan atau mengurangi isi dari pengajaran Kristus. Matius ternyata tidak hanya menggunakan frasa ini untuk kumpulan khotbah Tuhan Yesus di atas bukit (Mat. 5-7) yang dikenal sebagai hukum Kerajaan Sorga, the Law of the Kingdom saja melainkan juga untuk menandai kumpulan khotbah Tuhan Yesus yang lain. Sebagai warga Kerajaan Sorga, kita wajib tunduk pada undang-undang Kerajaan Sorga karena melawan undang-undang berarti kita telah melakukan tindakan subversif yang melawan hukum. Alkitab mencatat setelah orang banyak itu termasuk orang Yahudi mendengar khotbah Tuhan Yesus di atas bukit maka takjublah mereka sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa berbeda dengan ahli-ahli Taurat.
Pengakuan ini bukan hanya terjadi pada saat itu atau pada jaman itu saja. Tidak! Di sepanjang sejarah jaman orang mengakui bahwa memang pengajaran Kristus sangatlah indah dan berbeda dengan semua ajaran yang ada di dunia. Namun, ironisnya orang Yahudi yang termasuk golongan orang pandai di dunia justru menolak pengajaran Tuhan Yesus. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana orang banyak itu dapat menyimpulkan bahwa Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa? Ada tiga aspek yang membuat pengajaran Yesus berkuasa, yaitu:
1. Isi Pengajaran Kristus Berkualitas
Setiap kalimat yang diucapkan Kristus mengandung makna yang sangat mendalam sehingga orang harus berpikir apa arti dari perkataan Kristus tersebut. Itulah sebabnya orang merasa takjub sebab Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah... (Mat. 5:3) seharusnya membuat orang bertanya akan apa arti bahagia? Bukankah bahagia merupakan cita-cita setiap orang namun sampai detik ini orang masih mengejar dan mencari kebahagiaan. Kebahagiaan sejati akan kita dapatkan kalau kita taat mutlak pada kebenaran sejati yang Kristus beritakan. Sayang, banyak orang yang menolak pengajaran Tuhan Yesus karena berbeda dengan konsep dunia. Berbahagialah, hai kamu yang miskin... tetapi celakalah, hai kamu yang kaya... (Luk 6:20-26). Yang menjadi pertanyaan adalah ajaran siapa yang benar, ajaran Yesus ataukah ajaran dunia? Memang siapakah Yesus sehingga Dia dapat menjamin hidup kita akan bahagia kalau kita menjadi warga Kerajaan Sorga? Lalu apa hubungannya antara miskin dengan menjadi pemilik warga Kerajaan Sorga? Kalau kita betul-betul memikirkan setiap pengajaran Kristus maka pengajaran itu akan membawa kita masuk dalam kebenaran yang paling asasi dalam hidup dan kita harus mau diubahkan dari semua konsep kita yang salah namun kita menganggapnya sebagai kebenaran.
2. Cara Kristus Mengajar Sederhana
Pengajaran Kristus sangatlah berbobot sebab Ia adalah Sang Kebenaran Sejati dan Ia datang untuk mengajarkan kebenaran-Nya pada dunia. Kristus mengajar dengan sangat sederhana, kalimat-kalimat yang Ia lontarkan singkat tapi mengandung makna yang sangat mendalam berbeda dengan ahli Taurat maupun para imam yang membutuhkan berbagai macam atribut luar seperti kekuasaan supaya orang takjub. Pengajaran Kristus yang sederhana ini hanya dapat dipahami oleh mereka yang diberikan karunia saja karena seringkali pengajaran Kristus bersifat paradoks, paradoxical teaching. Setiap berita yang Kristus sampaikan bukan hanya sekedar informasi belaka. Ajaran Kristus menghadapkan kita pada suatu kebenaran sejati dan menuntut komitmen dari setiap orang yang mendengarnya; apakah orang mau mengikut atau menolak, mau taat atau melawan. Hal inilah yang membuat orang merasa takjub dan mengakui sungguh bahwa Yesus itulah kebenaran sejati dan di kolong langit ini tidak ada orang yang berbicara dengan penuh kuasa seperti halnya Tuhan Yesus.
3. Kritus Mengajar dengan Penuh Kuasa
Setiap kalimat seperti godam yang memukul diri kita sehingga orang dapat melihat bahwa kalimat tersebut keluar dari inner condition, dari diri yang terdalam karena Dia adalah anak Allah. Maka sampailah orang pada kesimpulan bahwa Ia mengajar dengan penuh kuasa membuat hati setiap orang yang mendengarnya menjadi bergetar karena setiap kalimat yang Yesus ucapkan mempunyai kekuatan kuasa dan menuntut komitmen dari kita mau ikut atau melawan Dia. Sebagai warga Kerajaan Sorga, apakah kita telah mempunyai kekuatan kuasa kerygma sehingga berita yang kita sampaikan dapat membawa orang hidup pada kebenaran? Disinilah keunikan setiap orang yang Kristus panggil di dalam Kerajaan-Nya. Kristus ingin supaya kita juga menjadi pembawa berita yang mempunyai kuasa. Seperti halnya orang-orang yang dipanggil di sepanjang jaman untuk menjadi pembawa berita kebenaran di tengah dunia maka sebagai Kristen sejati dan sebagai warga Kerajaan Sorga kita pun harus memberitakan kebenaran pada dunia. Jangan takut dan kuatir karena Tuhan akan memproses kita sehingga kita mempunyai kekuatan dan bijaksana ketika mewartkan berita kebenaran pada dunia. Seperti halnya para murid, ketika Tuhan memanggil merekapun tidak mempunyai kuasa berita namun setelah melalui proses mereka menjadi pemberita Injil yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Inilah fungsi dari pengajaran.
Kita harus kembali pada pengajaran Kristus sebab Tuhan membentuk kita melalui pengajaran dengan demikian kita boleh mengerti bagaimana seharusnya kita hidup seperti yang Tuhan inginkan. Proses pengajaran akan memilah siapa murid sejati dan siapa yang bukan sebab tidak semua orang mengerti pengajaran Kristus. Hanya kepada mereka yang diberikan karunia sajalah yang dapat mengerti rahasia Kerajaan Allah sebab itu kepada orang luar Yesus mengajar dengan perumpamaan supaya sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti (Mat. 10: 10-13). Jadi, bukan karena kepandaian kita kalau kita dapat mengerti pengajaran Firman tapi karena karunia Tuhan.
Ada empat aspek yang dapat menjadikan seseorang mempunyai kuasa dalam perkataannya dan empat aspek ini dibagi lagi menjadi dua golongan dimana golongan pertama terdiri dari aspek pertama dan kedua dan hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang yang mendapat anugerah umum namun bagian ini baru menyelesaikan setengah dari kuasa sejati seperti yang Kristus teladankan. Golongan kedua terdiri dari aspek ketiga dan keempat hanya dapat dilakukan oleh orang yang mendapat anugerah khusus dimana hidup dipimpin oleh Firman dan Roh Kudus. Kedua golongan ini ada dalam diri Kristus dan hal inilah yang membuat pengajaran-Nya mempunyai kuasa dan berbeda dengan ahli Taurat.
I. Ketulusan Hati
Tuhan Yesus mengajar dengan ketulusan dan kemurnian hati. Barang siapa mau hidup di dalam Tuhan maka ia harus hidup bersih. Orang yang hidupnya bersih dan tulus maka itu akan memberikan kuasa dalam setiap perkataannya. Mempercayai perkataan seseorang tidaklah mudah, kita harus tahu siapa yang menjadi lawan bicara kita apakah ia memang layak untuk dipercaya? Secara prinsip, setiap orang pasti tahu betul bahwa orang yang suka berbohong tidak layak untuk dipercayai. Alangkah bodohnya, kalau kita mau percaya pada seorang pembohong. Orang-orang demikian tidak mempunyai kuasa dalam perkataannya. Itulah sebabnya ahli-ahli Taurat memanipulasi dan menggunakan cara yang licik supaya orang percaya padanya. Namun Tuhan Yesus berbeda, Ia tidak menggunakan cara-cara licik supaya orang mau mengikut Dia. Tuhan Yesus tahu akan sifat orang Yahudi yang materialis itulah sebabnya kalimat pertama yang keluar adalah: “Berbahagialah orang yang miskin... Kebenaran sejati harus dinyatakan di tengah dunia meski hal ini sangat menyakitkan dan tidak disukai oleh dunia khususnya bagi orang Yahudi. Di dunia ini memang sedikit sekali kita menjumpai ada seorang guru yang mau mengajar dengan motivasi murni dan ketulusan hati. Biarlah kita sebagai orang Kristen kita meneladani Guru Agung itu yang hidup dengan bersih dan tulus dengan demikian setiap perkataan kita mempunyai kuasa sehingga kita menjadi berkat.
II. Altruistik
Sudah menjadi sifat manusia yang humanis dimana segala sesuatu hanya untuk dirinya sendiri. Alkitab justru mengajarkan sebaliknya bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Rm. 11:36). Altruis adalah segala sesuatu selalu memikirkan orang lain sebaliknya egois berarti segala sesuatu adalah untuk diri sendiri. Seorang pengajar yang baik pasti ingin muridnya bertumbuh, si murid memahami kebenaran dan hidup dalam kebenaran dengan demikian si murid bertumbuh dalam iman. Yang dilakukan pertama kali oleh seorang guru sejati adalah mengevaluasi dirinya sendiri kalau muridnya tidak bertumbuh. Seorang guru sejati mau berkorban untuk orang lain. Inilah sifat guru sejati yang altruistik. Seorang guru bukan hanya sekedar mengajar yang sifatnya memberikan informasi belaka. Tidak! Jika memang demikian lalu apa bedanya dengan ahli taurat? Yesus mengajar bukan demi untuk diri-Nya sendiri, Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, Dia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Namun sayang, di dunia modern sifat altruis ini tidak dimiliki oleh seorang guru, mereka telah menjadi budak uang. Maka tidaklah heran kalau ada murid atau mahasiswa yang kemudian menghina guru. Kristus mempunyai kuasa yang besar ketika mengajar karena Ia mengajar demi untuk kepentingan murid-murid karena itu hari ini kita mengenal Petrus bukan sekedar nelayan atau Matius bukan lagi si pemungut cukai dan lain-lain kini, mereka menjadi seorang murid yang berhasil. Ketulusan hati dan sifat altruis ini dapat dilakukan oleh orang yang bukan Kristen sekalipun. Dengan kualitas dunia saja kita bisa mempunyai kuasa dalam pengajaran kita. Sangatlah disayangkan kalau kita sebagai anak Tuhan, tidak bisa mempunyai kedua sifat di atas karena sebenarnya Roh Kudus sudah memberikan kepada kita kekuatan dan kuasa untuk kita dapat melakukannya.
III. Hidup yang Sesuai Ajaran
Bukan karena kualitas pengajarannya saja yang menjadikan Kristus mempunyai kuasa tetapi lebih dari itu, yaitu Kristus mengimplikasikan dalam hidup-Nya. Bukanlah hal yang mudah bagi seseorang untuk menjalankan semua teori yang ia ajarkan karena lebih mudah berteori daripada menjalankannya. Hanya orang yang berada dalam Firman dan mau taat dibentuk oleh Tuhan sajalah yang dapat melakukan semua ajaran kebenaran. Inilah bedanya ahli Taurat dengan Tuhan Yesus. Ahli Taurat tahu seluruh isi kitab Taurat tapi ia tidak tunduk pada Taurat sebaliknya ia mengacak-acak Taurat, diri yang lebih berkuasa dari Taurat. Sebaliknya Kristus tidak menyebut diri-Nya ahli Taurat namun ia sudah menjadi ahli Taurat karena Kristus taat mutlak di bawah Taurat. Begitu juga dengan diri kita ketika belajar Firman kalau kita tidak mau tunduk pada Firman maka itu akan menjadikan kita sebagai ahli Alkitab tanpa kita diubahkan dan dibentuk oleh Firman. Tuhan Yesus menegur dengan keras ahli Taurat seperti kuburan di depannya bagus tapi dalamnya busuk. Ingat, kuasa bukan karena atribut luar yang ada pada kita tetapi karena hati kita dihidupkan oleh Roh Kudus, hati kita dididik oleh Firman. Sebagai anak Tuhan sejati, seharusnya kita mempunyai kerinduan untuk melakukan dan taat pada Firman. Kalau kita tidak mempunyai jiwa dan semangat mau melakukan Firman maka bertobat segera minta ampun pada Tuhan. Biarkan Yesus masuk dan bertahta sebagai Tuan dalam hidupmu maka Ia pasti menjadi Juruselamat kita. Hari ini orang sangat egois, mereka hanya mau Kristus sebagai Juruselamat saja tetapi tidak mau menjadikan Ia sebagai Tuan dalam hidupnya.
IV. Hidup Penuh dengan Roh
Kita harus mencontoh teladan Kristus, yaitu seluruh hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus, spiritfully, Ia bersandar mutlak pada pimpinan Roh Kudus. Jangan pernah berpikir bahwa orang pandai pastilah bijak. Pandai tidak sama dengan bijak. Orang pandai biasanya paling mudah dibohongi karena segala sesuatu yang ia lakukan adalah demi supaya orang lain memuji dia. Jadi, logika dan perkataannya sendirilah yang mengontrol seluruh hidupnya. Berbeda kalau kita berada dalam Firman dan mau taat mutlak maka Roh Kudus akan memimpin seluruh hidup kita. Kita akan merasakan dan melihat cara Roh Kudus bekerja yang ajaib dan heran. Tuhan janji Ia akan memberikan pada setiap anak-anak-Nya hidup kuat dan dipimpin oleh-Nya sehingga kita tidak akan mudah digoyahkan selama-lamanya. Sebagai anak Tuhan, kita yang harus mempengaruhi dunia supaya mereka hidup dalam kebenaran bukan sebaliknya. Celakanya, kita lebih mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang sifatnya negatif daripada yang bersifat positif. Hati-hati, jangan mudah tergoda oleh bujuk rayu iblis. Hendaklah kita menjadi garam dan terang dunia sehingga orang yang berada di sekeliling kita akan merasa risih ketika hendak melakukan perbuatan dosa dan lebih baik lagi kalau akhirnya mencegah mereka berbuat dosa.
Biarlah keempat aspek di atas yang menjadi sifat Kristus juga kita miliki dengan demikian kita menjadi berkat bagi dunia yang kacau ini. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

25 November 2007

Martir Kristus-4 : PAULO UCHIBORI DAN ANAK-ANAKNYA (Meninggal tahun 304 Masehi)

Martir Kristus-4



PAULO UCHIBORI DAN ANAK-ANAKNYA
(Meninggal tahun 304 Masehi)


Gelombang penganiayaan yang keras terjadi di Jepang pada awal tahun 1600, di mana selama waktu tersebut banyak umat Kristen menjadi martir.

Pada tanggal 20 Februari 1627, pemimpin gereja bernama Paulo Uchibori, istrinya dan ketiga anaknya ditahan karena menampung para misionari. Pada hari itu, Paulo dan 37 orang Kristen lainnya dipukuli, diarak telanjang melalui pusat kota dan dipenjarakan di Istana Shimabara.

Pada keesokan harinya, orang-orang Kristen tersebut dianiaya. Pemerintah tidak berkeinginan menjadikan mereka martir, tetapi mereka menggunakan cara-cara terkeji untuk memaksa orang-orang Kristen menyangkal iman mereka. Salah satu prajurit mengusik Paulo ketika ia memegang sebilah pisau, dengan berkata, “Berapa banyak jari anak-anakmu yang harus kami ambil ?” Paulo menjawab, “Semua terserah padamu.”

Para prajurit memotong semua jari anak-anak Paulo kecuali jempol dan kelingking mereka, dengan berkata orang-orang Kristen seharusnya mempunyai jari lebih sedikit dari binatang. Dua anak tertua Paulo, Antonio dan Barutabazaru merelakan jari-jari mereka kepada para prajurit tersebut, tanpa menangis atau menunjukkan kesakitan. Anak Paulo yang bungsu, Ignatius, berumur lima tahun. Ia juga tidak menunjukkan rasa sakit saat jari-jari tangannya dipotong. Ia mengangkat tangannya yang berlumuran darah ke langit, mempersembahkannya kepada Allah. Mereka yang melihat terkejut dengan apa yang mereka saksikan dan hati mereka dijamah oleh keberanian anak-anak itu.

Lalu para prajurit mengikat tangan dan kaki ke-16 tahanan tersebut termasuk anak-anak Paulo dan melemparkan mereka berkali-kali ke dalam air es yang sangat dingin di Teluk Shimabara. Walaupun begitu orang-orang Kristen tersebut tidak mau menyangkal iman mereka. Kata-kata terakhir Antonio sebelum ia hilang ditelan laut adalah, “Ayah, kita harus bersyukur kepada Allah karena memberikan kita berkat luar biasa seperti ini.”

Setelah anak-anaknya ditenggelamkan, wajah Paulo dicap dengan tiga huruf Jepang dari kata “Kristen.” Ia dilemparkan ke jalan-jalan dengan tulisan di baju kimononya yang terbaca, “Dihukum karena menjadi Kristen. Dilarang menolong orang ini atau memberinya perlindungan.”

Seminggu setelah kematian martir anak-anaknya, Paulo dibawa ke atas Gunung Unzen dengan ke 15 orang Kristen lainnya untuk merasakan “siksaan di dalam neraka kawah Unzen.” Paulo digantung terbalik dan diturunkan ke atas permukaan air sulfur yang mendidih berkali-kali. Ia berdoa dengan suara keras setiap kali, menyadari ia adalah bagian dari Tubuh Kristus, “Perjamuan Suci harus disucikan.” Akhirnya, tubuhnya dilemparkan ke dalam kawah mendidih yang menguap.

Sekarang iman Paulo dan anak-anaknya menguatkan kita. Kita tahu bahwa mereka, bersama dengan banyak orang-orang Kristen Jepang tanpa nama, diterima dalam hadirat Yesus dan sekarang mereka mengenakan jubah putih.



Sumber :
Buletin Kasih Dalam Perbuatan (KDP) September-Oktober 2007 halaman 12.

22 November 2007

Matius 7:28-29 : THE LAW OF THE KINGDOM

Ringkasan Khotbah : 07 November 2004
The Law of the Kingdom
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 7:28-29



Kita sudah memahami bahwa tema dari injil Matius adalah King and the Kingdom, Raja dari Kerajaan Surga itu menghadirkan kerajaan-Nya di tengah dunia; Kingdom of Heaven dibawa masuk ke dalam sejarah dan Dia memproklamirkan dengan: “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat“. Berita inilah yang ingin dipaparkan oleh Matius, yaitu bagaimana Kerajaan Sorga itu ditata oleh Sang Raja di tengah dunia dengan memanggil murid-murid dan siapa saja yang Ia memilih untuk menjadi bagian sebagai warga sekaligus pekerja Kerajaan Sorga. Bagian ini telah kita pahami beberapa minggu lalu dan kini kita hendak melihat hukum atau Undang-undang Dasar Kerajaan Sorga yang dicatat oleh Matius di pasal 5 sampai 7.
Matius pasal lima sampai tujuh merupakan kumpulan dari beberapa khotbah Yesus yang berbeda tempat maupun waktunya namun mempunyai pengajaran dan pemikiran total sehingga Matius menjadikannya sebagai satu kesatuan utuh, yaitu bagaimana tatanan atau konsep dari Kerajaan Sorga dan apa yang harus kita lakukan sebagai warga Kerajaan Sorga. Kalau kita hendak memahami khotbah Tuhan Yesus secara kronologis waktu maka sebaiknya kita membacanya dari injil Lukas. Namun Matius melihat pengajaran Tuhan Yesus tersebut sebagai dasar hukum Kerajaan Sorga atau yang sekarang kita kenal dengan Khotbah di Atas Bukit. Sama halnya seperti orang yang hendak memutuskan menjadi warga negara Indonesia, misalnya maka ia harus tunduk pada semua hukum yang berlaku di negara Indonesia. Orang yang tidak mematuhi hukum yang berlaku di negara tersebut maka ia harus menerima akibatnya, yaitu di deportasi atau di penjara. Orang yang melawan undang-undang dasar negara maka itu berarti ia tidak mau menjadi warga negara. Begitu juga sebagai warga Kerajaan Sorga maka kita pun harus memahami dan mematuhi semua hukum atau undang-undang dasar Kerajaan Sorga.
I. Visi Kerajaan Sorga
Prinsip Kerajaan Sorga yang agung dan berbeda dengan ajaran dunia ini diakui sendiri oleh dunia. Mereka mengakui ajaran Kristus sebagai the golden rule, hukum emas. Sebagai orang Kristen yang menjadi bagian dari warga Kerajaan Sorga sudah menjadi kewajiban kita untuk menaati seluruh ketetapan hukum Kerajaan Sorga. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang yang mengaku diri Kristen tapi tidak mau mematuhi hukum Kerajaan Sorga akibatnya ia tidak tahu bagaimana seharusnya hidup. Matius membukakan inti totalitas dari visi misi Kerajaan Sorga dan bagaimana seharusnya citra Kerajaan Sorga (Mat. 5:1-12). Orang yang menjadi bagian dari Kerajaan Sorga akan merasakan kebahagiaan karena kita termasuk orang yang diberkati, Blessed be those who. Berbahagialah (bhs. Indonesia) dan diberkatilah (bhs. Inggris) akan kita dapatkan kalau mempunyai sifat-sifat Kerajaan Sorga seperti yang diajarkan Kristus.
Konsep bahagia yang diajarkan Tuhan Yesus berbeda bahkan berbalik dengan konsep bahagia yang dipikirkan manusia. Tuhan Yesus mengajarkan berbahagialah orang yang miskin, orang yang dianiaya, orang yang berdukacita namun dunia justru mengajarkan berbahagialah yang kaya. Kalau kita perhatikan, khotbah tentang ucapan bahagia ini sebenarnya bersifat positif dan negatif, dalam hal ini Matius hanya mengambil bagian positifnya saja, kalau kita hendak memahami secara keseluruhan baik positif maupun negatif maka kita dapat membacanya dalam Injil Lukas 6 yang menegaskan dengan jelas perbandingan antara positif dan negatif. Inilah fungsi dari hukum Kerajaan Sorga yang dipaparkan Kristus pada dunia dengan demikian dunia dapat melihat bahwa orang yang telah menjadi warga Kerajaan Sorga maka ia pasti akan mempunyai visi yang sama seperti pengharapan Kristus sebagai Raja yang membuat seluruh tatanan hukum sehingga barangsiapa yang ada di dalamnya maka ia akan diberkati dan merasakan kebahagiaan. Menjalani hidup sesuai dengan visi Tuhan membuat kita mempunyai perjuangan dan semangat hidup dengan demikian kita tidak jadi salah arah karena kita tahu apa yang menjadi tujuan hidup kita, yaitu to glorify Him and enjoyed Him. Setiap orang yang mau menjadi warga Kerajaan Sorga harus tahu visi Kristus yang Ia bukakan sendiri. Ketika Kristus membukakan visi-Nya, Ia tidak membukakan sisi negatifnya karena maksud dan arahnya adalah menuju pada sisi yang positif, yaitu melihat konsep hidup seperti yang Tuhan inginkan. Hal ini tidaklah mudah sebab manusia telah jatuh ke dalam dosa maka konsep dunia selalu berlawanan dengan yang Firman ajarkan. Namun kalau kita dapat berpikir dengan bijak maka kita akan melihat bahwa kebenaran Firman lebih agung dibanding dengan konsep manusia berdosa. Manusia menganggap bahwa kebahagiaan bisa diperoleh kalau hidup kaya namun Tuhan justru menegaskan bahwa yang miskinlah yang akan merasakan kebahagiaan (Luk. 6). Ayat ini diberikan kepada orang Yahudi yang materialis tapi orang harus mengakui bahwa kebenaran Firman yang Kristus ajarkan membawa kita pada kebenaran dan hidup menjadi indah. Inilah yang menjadi visi Kerajaan Sorga.

II. Misi Kerajaan Sorga
Setelah kita mengerti visi lalu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana mengerjakannya; visi harus diikuti dengan misi, yaitu jadilah garam dan jadilah terang (Mat. 5:13-16). Garam dan terang merupakan suatu entity, keberadaan yang esensi. Garam bersifat penetrasi, saat garam bereaksi maka secara materi ia akan menghilang namun secara eksistensi ia masih tetap ada. Garam yang berwarna putih tidak menjadikan masakan kita berubah warna namun rasanya dapat kita rasakan. Inilah yang menjadi misi orang Kristen, yaitu keberadaan kita dapat dirasakan oleh orang lain dan mempengaruhi orang lain sehingga menghalangi perbuatan dosa yang hendak mereka lakukan. Dan tugas yang lain adalah menjadi terang yang bersifat radiasi. Cahaya bukanlah sebuah materi dan sampai sekarang masih menjadi perdebatan, termasuk benda padat ataukah benda gas. Sinar adalah entity, tapi gelap bukanlah entity sebab kalau gelap itu berarti tidak adanya terang. Jadi, gelap bukanlah suatu eksistensi tapi hilangnya eksistensi. Gelap tidak bisa mengusir terang sebaliknya justru kalau terang itu datang maka tidak ada lagi gelap. Berbeda dengan filsafat timur yang melihat terang dan gelap sebagai suatu entity yang berlawanan. Tidak! Meskipun ditaruh dalam ruang hampa, terang tetap akan menerobos masuk. Terang dapat juga dihalangi sehingga sekitarnya menjadi gelap namun ketika terang itu dihalangi maka benda yang menghalanginya akan menjadi sangat terang. Lalu sampai seberapa lama dan kuatkah ia mampu menghalangi terang itu? Karena suatu saat ketika benda itu tidak mampu lagi menghalangi terang sehingga terang itu akan menerobos dan gelap pun menjadi hilang. Adalah tugas orang Kristen untuk menjadi terang dan memancarkan terang, menyinari dunia yang gelap. Jadi, untuk menjadi warga Kerajaan Sorga maka kita harus memahami apa yang menjadi visi Sang Raja dengan menjalankan misi dan tugas panggilan warga Kerajaan Sorga, yaitu menjadi garam dan terang dunia.

III. Motivasi Kerajaan Sorga
Alkitab sudah menuliskan The Principal of the Law, hukum yang membuat kita tahu bagaimana caranya menjadi garam dan terang. Hukum Taurat diberikan pada kita supaya kita dapat menjalankan misi itu namun masalahnya ahli-ahli Taurat sudah memberikan interpretasi sebelumnya, hukum tidak dimengerti secara esensi akibatnya pengertian hukum Taurat menjadi menyeleweng. Apa yang ada dalam hukum Taurat dijelaskan dengan lebih tajam dalam visi Kristus. Mengerti aspek hukum berbeda dengan kita mengerti bahasa hukum. Mengerti aspek hukum adalah mengerti esensi motivasi hukum. Kini, dunia modern banyak sekali mempermainkan hukum dengan menginterpretasikan bahasa hukum akibatnya dengan mudahnya hukum dapat dipelintir sedemikian rupa sehingga memungkinkan seseorang untuk lolos dari hukuman. Membunuh dimengerti kalau ia telah menghilangkan nyawa orang lain namun Tuhan menegaskan jika kita membenci orang itu berarti kamu sudah membunuh. Jangan terpaku dengan kalimat, kita harus mengerti secara hakekat hidup di dalam kaitan visi dan misi. Dengan memahami visi misi Kerajaan Sorga barulah kita mengerti tatanan hukum Kerajaan Sorga (Mat. 5:17-48). Seorang Kristen harus berbeda dengan dunia. Kalau dunia mengajarkan keadilan dunia dengan mata ganti mata, gigi ganti gigi namun Kristus mengajarkan kalau seseorang menampar pipi kananmu maka berikanlah pipi kirimu. Kita harus menjalankan visi misi Kerajaan Sorga dengan kasih dan keadilan yang tidak hanya kita mengerti sebatas kalimat tetapi harus kita mengerti secara motivasi dengan demikian dunia akan merasakan garam dan melihat terang kita bercahaya. Hal inilah yang menjadi esensi penting dari Matius pasal 5 tentang khotbah di bukit.

IV. Implikasi Kerajaan Sorga
Matius 6:1–7:11 merupakan implikasi atau penerapan dari hukum Taurat yang menjadi hukum dasar Kerajaan Sorga (Mat. 5) dengan demikian kita tidak hanya sekedar mengerti iman di dalam prinsip-prinsip keagamaan sejati (religius principal) tapi kita juga harus tahu bagaimana menjalankan prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari (religius action). Kalau kita dapat memahami hal ini maka hal memberi sedekah menjadi berbeda karena saat memberi kita mempunyai visi ingin melihat kebahagiaan seperti Tuhan katakan, kita mempunyai misi menjadi garam dan terang, kita mempunyai prinsip menyatakan motivasi keadilan dan kebenaran. Begitu juga kalau dalam hal berdoa kalau kita lakukan karena kita tahu apa yang menjadi visi, misi dan motivasi maka cara doa kita berbeda dengan dunia dan semua hal yang kita lakukan juga menjadi berbeda, termasuk hal mengumpulkan harta, hal berpuasa, dan lain-lain. Adalah salah kalau kita menerapkan hal berdoa, hal berpuasa, dan hal-hal lain tanpa dikaitkan dengan visi, misi dan motivasi Kerajaan Sorga di Matius 5. Begitu juga dengan doa Bapa Kami tidak boleh dilepaskan dari visi, misi dan motivasi.
Cara Matius menuliskan tentang visi, misi dan motivasi Kerajaan Sorga berbeda dengan Lukas. Matius tidak langsung memberikan perbandingan seperti halnya Lukas, namun perbandingan itu barulah diberikan oleh Matius pada bagian belakang, yaitu setelah ia membicarakan tentang visi, misi dan motivasi, yaitu: 1) pintu besar – pintu kecil (Mat. 7:12-14), 2) nabi sejati – nabi palsu (Mat. 7:15-23), 3) bangunan iman seperti rumah yang dibangun di atas pasir – rumah yang dibangun di atas batu (Mat. 7:24-27). Iman tidak bisa dipaksakan pada seseorang mungkin ada orang yang mau beriman karena diancam akan tetapi hatinya pasti tidak akan pernah mau menerima iman tersebut bahkan seumur hidup ia akan membenci dan tidak mau beriman lagi. Berbeda dengan orang yang beriman sejati karena ia melalui berbagai pergumulan dan pertimbangan barulah ia memutuskan untuk beriman. Tuhan tidak menginginkan orang yang mau beriman pada-Nya karena paksaan atau tipuan karena itu Kristus membukakan fakta dan prinsip Kerajaan Sorga sejak awal supaya orang dapat melihat dan akhirnya memutuskan apakah ia mau beriman atau tidak?

V. Otorisasi Kerajaan Sorga
Sebelumnya kita lebih dulu masuk dalam terminologi supaya tidak salah menafsirkan kalimat “setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya“. Kalau sepintas kita membaca kalimat ini maka orang bisa mempunyai interpretasi: 1) Matius pasal 5 sampai 7 merupakan satu kesatuan khotbah, Yesus hanya mengajar pada tempat dan waktu itu saja. Inilah bahayanya kalau kita berpikir logis karena pikiran kita telah tercemar dengan interpretasi sehingga apabila kita tidak mengkritisi logika kita sendiri maka kita akan terjebak di dalamnya. Yang menjadi pertanyaan adalah kalau kalimat “dan setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya“ dihilangkan, apakah berpengaruh dengan pengajaran Yesus? Kalau memang pengajaran Yesus merupakan satu rangkaian maka tidak adanya kalimat “dan setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya“ sudah menunjukkan kalau pengajaran-Nya memang sudah berakhir sehingga kalimat tersebut bisa dihilangkan. Hati-hati, pernyataan tersebut dapat merusak iman kita karena itu berarti Firman Tuhan tidak berotoritas. Salah! Alkitab adalah Firman Tuhan dan tidak bersalah. Jadi, setiap kata seharusnya memacu kita untuk mempelajari dan menyelidikinya. Kalau kita perhatikan, frasa “Yesus mengakhiri perkataan-Nya itu“ ternyata dipakai berulang kali. Signifikansi ini membuat kita mengerti kalau Matius pasal 5 sampai 7 merupakan kumpulan khotbah. Frasa ini digunakan oleh Matius untuk menandai bahwa ia telah selesai mengumpulkan khotbah Yesus yang merupakan satu pengajaran total dimana satu paket pengajaran ini mempunyai satu pemikiran total. Jadi, kita tahu betapa pentingnya keberadaan frasa ini dengan demikian orang tidak dapat menambahkan kata apapun. Matius juga ingin si pembaca merasa takjub seperti orang-orang pada waktu itu yang takjub mendengar perkataan Yesus. Ajaran Kristus sangatlah agung dan bersifat aktif, yaitu apa yang kau ingin orang lain lakukan terhadapmu lakukanlah itu terlebih dahulu pada orang lain. Bukanlah hal yang mudah bagi seseorang untuk takjub ketika mendengar perkataan Kristus karena pikiran kita telah dibodohkan oleh jaman. Adalah anugerah kalau kita dapat mengerti Firman. Biarlah pengajaran Yesus membuat kita takjub dengan demikian merubah hidup kita dan membawa masuk dalam visi, misi dan motivasi seperti yang Tuhan inginkan sehingga kita menjadi bagian Kerajaan Sorga yang menyatakan kebenaran di tengah dunia. Amin.
(Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah)
Sumber :

Roma 4:1-5 : DIBENARKAN MELALUI IMAN-1

Seri Eksposisi Surat Roma :
Fokus Iman-1


Dibenarkan Melalui Iman-1

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 4:1-5.

Setelah Paulus memaparkan tentang hubungan iman dan perbuatan yang sebenarnya, maka pada pasal 4, ia mulai menjelaskan aplikasinya di dalam contoh tokoh iman yaitu Abraham.

Pada ayat 1-2, Paulus mengungkapkan, “Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.” Di sepanjang sejarah umat manusia, khususnya di dalam Perjanjian Lama, tidak ada satu orang pun yang disebut bapa orang beriman kecuali Abraham. Melalui contoh ini, Paulus ingin menyadarkan orang Yahudi satu konsep bahwa seseorang dibenarkan bukan melakukan serangkaian hukum Taurat, tetapi melalui iman. Kalau benar, manusia dibenarkan karena perbuatan, maka Abraham adalah satu-satunya orang yang harus masuk neraka, karena ia tak memiliki Taurat apalagi menjalankannya. Bukan hanya itu saja, di ayat 2, Paulus juga mengungkapkan bahwa kalau Abraham dibenarkan melalui perbuatan, maka ia memiliki dasar untuk memegahkan diri di hadapan manusia, bukan di hadapan Allah. Kata “bermegah” bisa berarti membanggakan diri. Hal ini benar, karena jika seseorang dibenarkan melalui perbuatan, maka orang itu terus membanggakan diri sebagai orang yang berbuat baik dan cenderung menolak Allah. Para ahli Taurat dan orang Farisi di zaman Tuhan Yesus menunjukkan gejala ini. Mereka adalah para ahli yang membaca, mempelajari dan mengerti Taurat, tetapi herannya makin mengerti Taurat, mereka tidak datang kepada Kristus yang dinubuatkan di dalam Taurat, mengapa? Karena bagi mereka, perbuatan baik sudah cukup dan juga mereka mendambakan Mesias politis yang mampu membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Contoh ini membuktikan bahwa di dalam keberagamaan, tepatlah seperti yang dikatakan oleh Rev. Dr. John R. W. Stott yang dikutip oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, manusia tidak sedang mencari Allah, tetapi melarikan diri dari Allah. Sungguh suatu ironis yang mengasihankan. Paulus dahulu juga seperti demikian. Saulus (artinya : si besar), nama Paulus yang terdahulu, adalah orang yang belajar Taurat di bawah bimbingan Gamaliel. Ia adalah orang yang terobsesi ingin membunuh habis orang-orang yang percaya kepada Kristus. Semangat keberagamaan yang ekstrim bisa mengakibatkan orang yang sudah belajar banyak tentang agama bisa bertindak anarkis, misalnya membunuh, dll, dengan dalih “untuk ‘Allah’”. Tetapi, puji Tuhan, Saulus diselamatkan dari obsesinya yang gila itu dan ia diganti namanya menjadi Paulus (si kecil) untuk menjadi saksi Kristus. Di dunia postmodern ini, kita juga menjumpai banyak orang mengaku diri beragama, tetapi benarkah mereka beragama ? TIDAK. Saya akan memberikan ilustrasi. Ketika seorang pria ingin menemui pasangannya dan beberapa waktu berikutnya pasangannya muncul di hadapannya, bagaimana respon si pria ini ? Tentu bahagia, bukan ? Tetapi jika pria ini malahan lari dan marah-marah, lalu memutuskan pasangannya, bagaimana respon orang yang mengetahui hal ini ? Pasti pria ini disebut gila, bukan ? Sama persis dengan realita hidup banyak orang yang mengaku diri beragama. Mereka mengklaim bahwa mereka sedang mencari “Allah”, tetapi herannya ketika Allah mengunjungi ciptaan dan menyatakan diri-Nya di dalam Kristus, mereka tidak datang kepada-Nya, malahan menghina dan bahkan menyalibkan-Nya di Golgota. Itukah orang beragama ? Tahukah kita di Indonesia, orang-orang yang “gemar” melakukan terorisme, membakar gereja, dll BUKAN orang ateis, tetapi orang yang mengaku diri beragama? Tidak usah heran, setiap agama yang terus menekankan perbuatan sebagai syarat untuk dibenarkan/diselamatkan, agama itu pasti tidak baik. Mengapa ? Seperti yang diungkapkan Paulus di ayat 2, agama itu hanya membanggakan diri di hadapan manusia sebagai orang “baik”, tetapi di hadapan Allah, orang itu sama sekali tidak baik. Inilah perbedaan standart ukuran baik dan tidak baik antara Allah dan manusia. Allah selalu melihat esensi (hati), sedangkan manusia dunia selalu melihat fenomena yang pasti bisa salah.

Karena manusia dibenarkan BUKAN melalui perbuatan, maka di ayat 3, Paulus mulai mengajarkan, “Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."” Ayat ini dikutip Paulus dari Kejadian 15:6, ketika Abram mempercayai janji Allah yang akan memberikannya keturunan yang banyak seperti bintang-bintang di langit. Ayat ini juga muncul di dalam Galatia 3:6 ketika Paulus juga membicarakan tentang dibenarkan melalui iman. Lalu, bagaimanakah dengan Yakobus 2:21 yang mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, apakah ini benar ? Kembali, kalau kita mengerti Alkitab, jangan hanya melihat satu ayat saja, tetapi keseluruhan ayat sehingga kita menemukan keserasian dan pengertian yang menyeluruh. Ayat 21 tidak bisa dipisahkan dari ayat 22-23, di mana ayat 22 sedang berbicara mengenai iman yang menghasilkan perbuatan dan ditutup pada ayat 23 yang tetap mengatakan bahwa Abraham dibenarkan melalui iman. Dengan kata lain, kepercayaan Abraham bukan hanya diucapkan di mulut saja, tetapi dilakukan dengan iman yang teguh. Hal ini akan dibahas pada ayat berikutnya. Kembali, kata “percayalah” di dalam ayat 3 ini sama artinya dengan entrust (=mempercayakan diri). Dengan kata lain, Abraham mempercayakan diri kepada/di dalam Tuhan dan Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran. Ketika kita membaca terjemahan Inggris (khususnya KJV), pada ayat ini tidak ada kata kerja yang berbeda waktu, tetapi dua-duanya memakai waktu yang sama yaitu bentuk lampau (past tense). Perhatikan terjemahan KJV di dalam ayat ini, “For what saith the scripture? Abraham believed God, and it was counted unto him for righteousness.” Dalam hal ini, terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) salah menerjemahkan ayat ini, “Dalam Alkitab tertulis, "Abraham percaya kepada Allah, dan karena kepercayaannya ini ia diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati Allah."” Kata “karena” tidak seharusnya muncul, karena kata ini bisa mengakibatkan salah interpretasi. Kalau kita hanya memperhatikan terjemahan BIS, maka kita memiliki asumsi bahwa iman manusia yang penting yang membuat Allah membenarkan manusia itu. Sepintas asumsi ini benar, karena manusia dibenarkan melalui iman, tetapi di dalam theologia Reformed, kita pun belajar bahwa iman adalah pemberian (anugerah) Allah melalui Roh Kudus. Lebih lanjut, iman di dalam bahasa Yunani bisa berarti reliance upon Christ (bergantung kepada Kristus). Sehingga, iman tidak bisa diartikan kepercayaan manusia dengan inisiatifnya sendiri, tetapi anugerah Allah ! Melalui iman yang bergantung sepenuhnya kepada/di dalam Kristus, Allah membenarkan kita atau menjadikan kita benar. Kata “benar” di sini di dalam bahasa Yunani dikaiosunē yang bisa berarti kebenaran keadilan atau equity (=hak menurut keadilan, kewajaran, keadilan). Apa artinya dibenarkan melalui iman ? Matthew Henry di dalam tafsirannya, Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible mengatakan, “he had not whereof to glory before God, it being purely of free grace that it was so imputed, and having not in itself any of the formal nature of a righteousness, further than as God himself was graciously pleased so to count it to him.” Hal ini juga diungkapkan oleh John Gill dengan mengatakan bahwa bukan Abraham yang berjasa terhadap Allah, tetapi Allah mengimputasikan kebenaran di dalam Abraham sehingga ia bisa beriman dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Umat pilihan-Nya di dalam Kristus juga mengalami anugerah ini. Kita bisa beriman semata-mata karena Allah telah menganugerahkan iman itu melalui tindakan Roh Kudus yang mengefektifkan iman di dalam hati umat pilihan-Nya. Ketika kita bisa beriman di dalam Kristus, ingatlah, itu bukan hasil usaha kita, tetapi murni dari Allah, karena hanya Allah saja yang memulai proses keselamatan kita dan akan menyempurnakannya kelak (Efesus 2:1-5,8-9 ; Yohanes 6:40,44 ; 10:27-29). Inilah definisi iman dengan pengertian yang menyeluruh dari Alkitab yang dapat dipelajari di dalam formulasi iman Reformed/Calvinisme. Di sini pula kita melihat betapa melimpahnya anugerah Allah di dalam hidup kita bahkan ketika kita beriman di dalam Kristus sekalipun kita dahulu berdosa dan terpisah dari Allah dan hal ini mengakibatkan Allah saja yang patut dipuji dan disembah atas segala karunia-Nya bagi kita, umat pilihan-Nya yang percaya.

Lebih dalam lagi, Paulus mulai memberikan sedikit ilustrasi di ayat 4-5, “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.” Di sini, Paulus mulai membandingkan dua macam orang. Orang pertama adalah orang yang bekerja dan secara otomatis mendapatkan upah, upah ini bukan hadiah, tetapi hak yang harus diterima karena ia sudah menunaikan kewajiban. Sungguh sulit kita menemukan orang-orang Indonesia bisa seperti ini, mau bekerja atau menunaikan kewajiban terlebih dahulu baru menuntut hak. Yang ada justru sebaliknya, menuntut hak dan mengabaikan kewajiban. Kembali, orang yang bekerja dan mendapatkan upah adalah hal yang biasa/lazim, karena upah seseorang diterima sebagai hasil kerja keras yang telah dilakukannya. Ini adalah gambaran orang-orang beragama yang terus menekankan perbuatan baik sebagai syarat diselamatkan. Bagi Paulus, ini adalah sesuatu yang lazim, upah bagi mereka yang telah bekerja adalah hak, bukan hadiah/anugerah (Inggris : grace ; Yunani : charis). Tetapi orang model kedua adalah orang yang tidak bekerja sama sekali dan hanya percaya kepada/di dalam Allah yang membenarkan manusia berdosa, maka iman/kepercayaannya itu diperhitungkan menjadi kebenaran. Di sini, selain kita mendapatkan imputasi kebenaran dari Allah, kita juga belajar konsep kedua dari iman yaitu anugerah bagi kita yang tidak mungkin bisa berusaha. Hal ini memang sudah dijelaskan pada ayat 3, tetapi di ayat 5 ini, Paulus ingin mempertegaskan dan memperdalam ajarannya bahwa orang yang tidak bekerja itu adalah umat pilihan-Nya yang tidak mampu berbuat baik untuk memperkenan Allah, lalu orang yang tidak bekerja itu mempercayakan diri kepada Allah yang membenarkan manusia berdosa, maka iman inilah yang diperhitungkan sebagai kebenaran, mengapa ? Karena iman tidak berdasarkan perbuatan/jasa baik manusia (karena memang tidak layak), tetapi iman ini didasarkan pada kebergantungan total kepada Allah. Di dalam Amsal 3:5, Raja Salomo mengajarkan, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Percaya kepada/di dalam Tuhan berarti ada kebergantungan total hanya kepada-Nya dan tidak kepada diri sendiri yang sendiri tidak mungkin bisa diandalkan. Untuk memperoleh pembenaran di dalam Kristus, Paulus tidak berjuang, tetapi ia hanya menerima anugerah dan anugerah itu baru nyata di dalam kehidupannya ketika Tuhan Yesus menemui Paulus di tengah-tengah jalan menuju Damsyik. Petrus dan para rasul Kristus lainnya tidak berjuang agar Tuhan memilih mereka. TIDAK ! Mereka dipilih oleh-Nya murni sesuai dengan kehendak-Nya bukan karena Ia melihat jasa baik mereka di hadapan-Nya. Di sini, kita juga belajar konsep iman ketiga yaitu iman jauh melampaui pemikiran manusia. Mengapa ? Karena iman kita di dalam Kristus tidak berfokus pada perbuatan yang selalu menjadi fokus agama-agama/filsafat-filsafat dunia, tetapi pada anugerah dan karya Allah. Kalau memang iman berfokus pada perbuatan, maka kita semua pasti mati semua karena kita telah berdosa dengan melawan Allah (salah satunya dengan mengatakan bahwa manusia dibenarkan melalui perbuatan yang tanpa iman). Percayalah, iman yang hanya berfokus pada Kristus ini tidak bisa dijumpai pada agama atau filsafat manapun di dunia ini, karena hanya keKristenan berasal dari Allah khususnya dari wahyu khusus Allah ! Ingatlah satu prinsip : agama yang sejati yang berasal dari Allah yang sejati adalah agama yang berfokus kepada karya dan anugerah Allah, bukan pada karya dan kehebatan diri, agama sejati itulah keKristenan yang harus berfokus kepada Kristus ! KeKristenan yang tidak berfokus kepada Kristus tidak ada bedanya dengan agama-agama dunia yang humanis atheis (meskipun mengaku diri ber”tuhan”)! Setelah kita beriman, kita memperoleh kebenaran atau dibenarkan oleh Allah. Pembenaran yang diterima oleh orang model pertama berbeda dengan orang model kedua. Orang model kedua menerima pembenaran/upah bukan sebagai hak, karena memang orang model kedua ini tidak bekerja, tetapi sebagai hadiah/anugerah. Mengapa anugerah ? Karena orang model kedua ini tidak bekerja dan sebenarnya memang tidak mampu bekerja dengan baik (berbuat baik secara sempurna). Orang model kedua itulah gambaran semua umat pilihan-Nya yang sudah berdosa tetapi sudah dilayakkan menerima anugerah pembenaran melalui iman di dalam Kristus. Apa yang telah Allah anugerahkan ini seharusnya mengakibatkan kita sebagai anak-anak-Nya bersyukur senantiasa dan mengerjakan anugerah keselamatan ini di dalam hidup kita untuk memuliakan-Nya.

Di mana kah iman kita berlabuh ? Di dalam diri sendiri ataukah di dalam agama-agama di luar Kristus ? Iman kita menentukan semua pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Ingatlah, iman yang tidak berfokus pada karya Allah akan mengakibatkan seluruh tatanan dunia kita semakin rusak. Hanya ada satu jalan, kembalilah kepada Allah di dalam Kristus, dan berimanlah di dalam-Nya, maka niscaya kita menemukan makna iman dan hidup serta pengharapan sejati yang akan mempengaruhi seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan demi kemuliaan-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.


Resensi Buku-31 : PENGHIBURAN BAGI ORANG PERCAYA (Arthur Walkington Pink)

...Dapatkan segera...
Buku
COMFORT FOR CHRISTIANS
(PENGHIBURAN BAGI ORANG PERCAYA)

oleh : Arthur Walkington Pink

Penerbit : Momentum Christian Literature (Fine Book Selection), 2005

Penerjemah : Ellen Hanafi.





Allah menghendaki agar kita, umat yang dikasihi-Nya, senantiasa bersukacita, namun dunia berdosa yang penuh tantangan dan cobaan ini begitu menekan dan mendukakan. Selain itu, pergumulan rohani kita sebagai orang percaya juga sering menyeret kita ke dalam kebimbangan dan kesedihan. Oleh karena itulah, penghiburan ilahi sangat diperlukan bagi kehidupan dan pertumbuhan iman kita.

Dalam Penghiburan bagi Orang Percaya, A. W. Pink menguraikan dengan jelas dan sederhana dasar bagi penghiburan kita di dalam Allah, yaitu “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,” dan panggilan kita untuk menghibur orang lain dengan penghiburan yang kita terima dari Allah sendiri. Pink juga menyoroti berbagai peristiwa dalam kehidupan yang menyulitkan kita dan mengarahkan kita untuk melihat penghiburan Allah sserta rencana-Nya yang indah di balik semua peristiwa tersebut.





Profil A. W. Pink :
Arthur Walkington Pink lahir di Inggris pada tahun 1886, bermigrasi ke Amerika Serikat untuk menjalani studi di Moody Bible Institute. Ia menggembalakan jemaat di Colorado, California, Kentucky, dan South Carolina sebelum menjadi penginjil keliling pada tahun 1919. Ia kembali ke Inggris pada tahun 1934 dan menetap di Pulau Lewis, Skotlandia, mulai 1940 sampai ia meninggal dua belas tahun kemudian. Sebagian besar tulisannya pertama kali diterbitkan sebagai artikel dalam Studies in the Scriptures yang beredar dari tahun 1922 sampai 1952.

18 November 2007

Daftar Buku-buku (terjemahan) bahasa Indonesia

Seorang filsuf Cicero mengatakan bahwa hidup tanpa sebuah buku adalah seperti tubuh tanpa jiwa. Buku adalah gudang pengetahuan, tetapi di zaman postmodern, banyak buku-buku berkeliaran dengan isi yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Bukan hanya buku sekuler, banyak juga buku “rohani” yang isinya kurang bertanggungjawab. Lalu, bagaimana solusinya ? Tidak ada jalan lain, orang-orang Kristen yang ingin bertumbuh baik secara iman maupun kehidupan sehari-hari di dalam terang Firman Tuhan (Alkitab) harus dididik untuk membaca buku-buku theologia/rohani yang bertanggungjawab. Di Toko Buku MOMENTUM lah, orang Kristen berhak mendapatkan dan membaca buku-buku theologia/rohani terseleksi dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Toko Buku MOMENTUM didirikan murni untuk mendidik orang Kristen dengan iman dan pengertian yang beres melalui pembacaan buku-buku rohani terseleksi, sehingga tidak ada motivasi untuk meraih keuntungan besar, seperti banyak toko buku “Kristen” lainnya.



Toko Buku MOMENTUM
(MOMENTUM Christian Literature)


Fine Book Selection

Reformed Books and Classical Music

Pendiri : Pdt. DR. STEPHEN TONG

Direktur : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Manager dan Editor Umum : Ev. Solomon Yo, M.Div.



Head Office :
Andhika Plaza C/5-7, Jln. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya
Telp : (031) 5472422 ; Fax. : (031) 5459275
E-mail :
momentum-cl@indo.net.id
Website : www.momentum.or.id



Outlet :
Jakarta :
Jln. Tanah Abang III No. 1, Jakarta Pusat
Telp : (021) 3810912 ; Fax. : (021) 3811021

Jln. Matraman Raya No. 24
Telp : (021) 8582020 ; Fax. : (021) 8580668

Malang :
Jln. Semeru No. 40, Malang
Telp. : (0341) 364699

Yogyakarta :
Jln. Magelang No. 53
Telp. : (0274) 589403

Bali :
Istana Kuta Galeria Blok Promenade 3 No. 27-28,
Jln. Patih Jelantik, Kuta, Bali
Telp. : (0361) 7459335




Daftar Buku-buku (terjemahan) bahasa Indonesia
Terbitan Momentum



NB :
Bagi para anggota Toko Buku Momentum, disediakan harga khusus (HK) dengan diskon dari harga biasa (HB). Promosi ini berlaku sejak 16 November s/d 15 Desember 2007.



Buku-buku oleh Pdt. Stephen Tong, B.Th., D.L.C.E. :
1. Allah Tritunggal (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
2. Arsitek Jiwa-1 (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
3. Arsitek Jiwa-2 (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
4. Baptisan dan Karunia Roh Kudus (HB : Rp 33.000, 00 ; HK : Rp 24.750, 00)
5. Dari Iman kepada Iman (HB : Rp 37.000, 00 ; HK : Rp 27.750, 00)
6. Dinamika Hidup dalam Pimpinan Roh Kudus (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
7. Dosa dan Kebudayaan (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
8. Dosa, Keadilan dan Penghakiman (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
9. Gerakan Reformed Injili : Apa dan Mengapa ? (HB : Rp 7.000, 00 ; HK : Rp 5.250, 00)
10. Hidup Kristen yang Berbuah (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
11. Iman dan Agama (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
12. Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
13. Iman, Pengharapan dan Kasih dalam Masa Krisis (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
14. Iman, Rasio dan Kebenaran (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
15. Keluarga Bahagia (HB : Rp 33.000, 00 ; HK : Rp 24.750, 00)
16. Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan (HB : Rp 27.000, 00 ; HK : Rp 20.250, 00)
17. Membesarkan Anak dalam Tuhan (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
18. Mengetahui Kehendak Allah (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
19. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-1 : Pelayan yang Beriman (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
20. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-2 : Cara Pandang Seorang Pelayan (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
21. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-3 : Pelayan yang Melarikan Diri (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
22. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-4 : Pelayan yang Berdukacita (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
23. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-5 : Pelayan yang Mengasihani Diri (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
24. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-6 : Jerih Payah Seorang Pelayan (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
25. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-7 : Harta Seorang Pelayan (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
26. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-8 : Pelayan yang Berkorban (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
27. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-9 : Kebahagiaan Yudas (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
28. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-10 : Pelayan yang Mengabarkan Injil (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
29. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-11 : Pembentukan Seorang Pelayan (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
30. Persekutuan Doa Momentum (PDM)-12 : Pergumulan Seorang Pelayan (HB : Rp 6.000, 00 ; HK : Rp 4.500, 00)
31. Pemuda dan Krisis Zaman (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
32. Peta dan Teladan Allah (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
33. Reformasi dan Teologi Reformed (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
34. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
35. Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Setan (HB : Rp 33.000, 00 ; HK : Rp 24.750, 00)
36. Seni Membentuk Karakter Kristen bersama Dr. Mary Go (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
37. Siapakah Kristus ? (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
38. Teologi Penginjilan (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
39. Tujuh Perkataan Salib (HB : Rp 35.000, 00 ; HK : Rp 26.250, 00)
40. Ujian, Pencobaan dan Kemenangan (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
41. Waktu dan Hikmat (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
42. Yesus Kristus Juruselamat Dunia (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)



Buku-buku lain (terjemahan) bahasa Indonesia :
1. 10 Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja oleh Rev. Mark Shaw (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
2. Ajarlah Kami Bertumbuh oleh Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
3. Aku Dapat Berbicara dengan Allah (serial anak) oleh Debby Anderson (HB : Rp 22.000, 00 ; HK : Rp 16.500, 00)
4. Aku Datang Segera oleh Rev. J. P. D. Groen (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
5. Alkitab Bukan Teka-Teki oleh T. J. Boersma (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
6. Alkitab dan Akhir Zaman oleh Prof. Anthony A. Hoekema, Th.B., Th.D. (HB : Rp 75.000, 00 ; HK : Rp 56.250, 00)
7. Allah dan Kebudayaan (kumpulan esai untuk menghormati 80 tahun Carl F. H. Henry, Th.D., Ph.D.) diedit oleh Rev. Prof. Donald A. Carson, M.Div., Ph.D. dan Prof. John D. Woodbridge, Ph.D. (HB : Rp 70.000, 00 ; HK : Rp 52.500, 00)
8. Allah di Lahan Terbengkalai oleh Prof. David F. Wells, Th.M., Ph.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
9. Allah Sedang Berkarya oleh Rev. Jonathan Edwards, A.M. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
10. Allah Tahu Namaku (serial anak) oleh Debby Anderson (HB : Rp 22.000, 00 ; HK : Rp 16.500, 00)
11. Allah, Kebebasan dan Kejahatan oleh Prof. Alvin Plantinga, Ph.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
12. Anak-anak Allah yang Hidup oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
13. Anugerah Berlimpah bagi Pendosa Terbesar oleh John Bunyan (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
14. Apa Itu Baptisan ? oleh Rev. Robert Gibson Rayburn, Th.D. (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
15. Apakah Otak yang Dipersalahkan ? oleh Prof. Edward T. Welch, M.Div., Ph.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
16. Apologetika bagi Kemuliaan Allah oleh Prof. John M. Frame, M.Phil., D.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
17. Aspek-aspek Kekudusan oleh Bishop J. C. Ryle, D.D. (HB : Rp 27.000, 00 ; HK : Rp 20.250, 00)
18. Ayat-ayat Alkitab ABC-ku (serial anak) oleh Susan Hunt (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
19. Bagaimana dan Kapan Memberitahu Anak tentang Seks oleh Stann dan Brenna Jones (HB : Rp 70.000, 00 ; HK : Rp 52.500, 00)
20. Baptisan Anak oleh Drs. J. J. Schreuder (HB : Rp 10.000, 00 ; HK : Rp 7.500, 00)
21. Beritakan Kebenaran oleh Dr. Will Metzger (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
22. Berjaga-jaga dalam Doa oleh Rev. Robert Murray M’Cheyne (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
23. Berpola Pikir Rohani oleh Dr. John Owen (HB : Rp 16.500, 00 ; HK : Rp 12.375, 00)
24. Bertumbuh dalam Anugerah oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
25. Ceramah-ceramah Mengenai Calvinisme (hard cover) oleh Prof. Dr. Ds. Abraham Kuyper (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
26. Ceramah-ceramah Mengenai Calvinisme (soft cover) oleh Prof. Dr. Ds. Abraham Kuyper (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
27. Ceritakan Padaku Rahasia Itu oleh Rev. Max Lucado, M.A. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
28. Cornelius Van Til oleh Prof. John M. Frame, M.Phil., D.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
29. Dasar Pendidikan Kristen oleh Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D. dan Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 37.000, 00 ; HK : Rp 27.750, 00)
30. David Brainerd oleh Pastor Dr. John Thornbury (HB : Rp 20.000, 00 ; HK : Rp 15.000, 00)
31. Dirancang bagi Kemuliaan oleh Rev. Prof. Richard L. Pratt, Jr., M.Div., Th.D. (HB : Rp 36.000, 00 ; HK : Rp 27.000, 00)
32. Diselamatkan oleh Anugerah oleh Prof. Anthony A. Hoekema, Th.B., Th.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
33. Doktrin yang Sulit Mengenai Kasih Allah oleh Rev. Prof. Donald A. Carson, M.Div., Ph.D. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
34. Filsafat dan Iman Kristen-1 oleh Dr. Colin Brown (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
35. Filsafat dan Iman Kristen-2 oleh Dr. Colin Brown (HB : Rp 36.000, 00 ; HK : Rp 27.000, 00)
36. Gerakan Karismatik dan Gereja Kita oleh Prof. Dr. Hans Maris (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
37. Hati yang Dipersembahkan Kepada Allah oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
38. Hidup yang Berlimpah di dalam Allah oleh Henry Scougal (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
39. Hilangnya Kebajikan Kita oleh Prof. David F. Wells, Th.M., Ph.D. (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
40. Ia Berikan Kita Kisah-Nya oleh Rev. Prof. Richard L. Pratt, Jr., M.Div., Th.D. (HB : Rp 85.000, 00 ; HK : Rp 63.750, 00)
41. Iman dan Akal Budi oleh Prof. Ronald H. Nash, Ph.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
42. Iman Kristen dan Problema Sosial oleh Prof. Dr. Ds. Abraham Kuyper (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
43. Iman Reformed oleh Dr. Loraine Boettner, D.D. (HB : Rp 12.000, 00 ; HK : Rp 9.000, 00)
44. Injil Markus oleh Dr. Matthew Henry (HB : Rp 75.000, 00 ; HK : Rp 56.250, 00)
45. Jaminan Keselamatan Kristen oleh Dr. John Owen (HB : Rp 20.000, 00 ; HK : Rp 15.000, 00)
46. Karunia Musik oleh Smith dan Carlson (HB : Rp 65.000, 00 ; HK : Rp 48.750, 00)
47. Katekismus Singkat Westminster-1 oleh Rev. G. I. Wiliamson, B.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
48. Katekismus Singkat Westminster-2 oleh Rev. G. I. Wiliamson, B.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
49. Kebangunan Rohani Anak oleh Octavius Winslow (HB : Rp 12.000, 00 ; HK : Rp 9.000, 00)
50. Kebenaran Utama bagi Anak : Mengajar Anak-anak Anda untuk Hidup bagi Allah (serial anak) oleh Susan Hunt (HB : Rp 70.000, 00 ; HK : Rp 52.500, 00)
51. Kecanduan : Sebuah Pesta dalam Kubur oleh Prof. Edward T. Welch, Ph.D. (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
52. Kedaulatan Allah oleh Arthur Walkington Pink (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
53. Kehidupan Kristen : Sebuah Pengantar Doktrinal oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
54. Kekayaan Kasih Karunia Allah oleh John Benton dan John Peet (HB : Rp 20.000, 00 ; HK : Rp 15.000, 00)
55. Kematian yang Menghidupkan oleh Dr. John Owen (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
56. Kemuliaan Kristus oleh Dr. John Owen (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
57. Keselamatan Di Balik Kematian Bayi oleh Prof. Ronald H. Nash, Ph.D. (HB : Rp 22.000, 00 ; HK : Rp 16.500, 00)
58. Ketetapan Hati (hard cover) oleh Rev. Jonathan Edwards, A.M. (HB : Rp 20.000, 00 ; HK : Rp 15.000, 00)
59. Ketetapan Hati (soft cover) oleh Rev. Jonathan Edwards, A.M. (HB : Rp 12.500, 00 ; HK : Rp 9.375, 00)
60. Ketika Manusia Dianggap Besar dan Allah Dianggap Kecil oleh Prof. Edward T. Welch, M.Div., Ph.D. (HB : Rp 38.500, 00 ; HK : Rp 28.875, 00)
61. Khotbah di Bukit oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 35.000, 00 ; HK : Rp 26.250, 00)
62. Konflik Wawasan Dunia oleh Prof. Ronald H. Nash, Ph.D. (HB : Rp 42.000, 00 ; HK : Rp 31.500, 00)
63. Kristen Sejati-1 : Pengakuan Iman Rasuli oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
64. Kristen Sejati-2 : Baptisan dan Pertobatan oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
65. Kristen Sejati-3 : Doa Bapa Kami oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
66. Kristen Sejati-4 : Sepuluh Hukum oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 18.000, 00 ; HK : Rp 13.500, 00)
67. Kristus yang Tiada Tara oleh Rev. Dr. John R. W. Stott (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
68. Lebih dari Pemenang (Tafsiran Kitab Wahyu) oleh Prof. William Hendricksen, Th.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
69. Lima Pokok Calvinisme (edisi revisi) oleh Rev. Prof. Edwin H. Palmer, Th.D., D.D. (HB : Rp 37.000, 00 ; HK : Rp 27.750, 00)
70. Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah oleh Prof. Anthony A. Hoekema, Th.B., Th.D. (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
71. Masa Penuh Kesempatan oleh Prof. Paul David Tripp, M.Div., D.Min. (HB : Rp 55.000, 00 ; HK : Rp 41.250, 00)
72. Melihat Kemuliaan Kristus Melalui Cermin Alkitab oleh Rev. Kris Lundgaard, M.Div. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
73. Membangun Wawasan Dunia Kristen Volume 1 : Allah, Manusia dan Pengetahuan diedit oleh Prof. W. Andrew Hoffecker, Ph.D. dan Prof. Gary Scott Smith, Ph.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
74. Membentuk Hati, Mendidik Akal Budi oleh Starr Meade (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
75. Membuka Topeng Gerakan Zaman Baru oleh Prof. Douglas R. Groothuis, Ph.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
76. Mendambakan Makna Diri oleh Rev. Dr. Robert Charles (R. C.) Sproul, L.H.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
77. Menemukan Kehendak Allah oleh Prof. Sinclair B. Ferguson, Ph.D. (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
78. Menemukan Yesus di Kitab Kejadian (serial anak) oleh Susan Hunt (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
79. Menemukan Yesus di Kitab Keluaran (serial anak) oleh Susan Hunt (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
80. Mengenal Wawasan Kristen oleh Prof. Dr. Harry Blamires (HB : Rp 38.500, 00 ; HK : Rp 28.875, 00)
81. Merayakan Sabat oleh Rev. Bruce Ray, M.Div. (HB : Rp 28.000, 00 ; HK : Rp 21.000, 00)
82. Munculnya Kemerdekaan di Dunia Modern oleh Prof. Douglas F. Kelly, B.D., Ph.D. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
83. Musuh Dalam Diriku oleh Rev. Kris Lundgaard, M.Div. (HB : Rp 38.000, 00 ; HK : Rp 28.500, 00)
84. Orang Berdosa di Tangan Allah yang Murka oleh Rev. Jonathan Edwards, A.M. (HB : Rp 12.000, 00 ; HK : Rp 9.000, 00)
85. Pagi Kebangkitan oleh Rev. Max Lucado, M.A. (HB : Rp 15.000, 00 ; HK : Rp 11.250, 00)
86. Paulus dan Diri oleh Prof. John Knox Chamblin, Th.D. (HB : Rp 70.000, 00 ; HK : Rp 52.500, 00)
87. Pemikiran Pasca Kristen oleh Prof. Dr. Harry Blamires (HB : Rp 35.000, 00 ; HK : Rp 26.250, 00)
88. Penderitaan Yesus Kristus oleh Rev. Dr. John Stephen Piper (HB : Rp 22.000, 00 ; HK : Rp 16.500, 00)
89. Pengakuan Iman Westminster oleh Rev. G. I. Williamson, B.D. (HB : Rp 70.000, 00 ; HK : Rp 52.500, 00)
90. Pengalaman Rohani Sejati oleh Rev. Jonathan Edwards, A.M. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
91. Penggenapan dan Penerapan Penebusan oleh Dr. John Murray (HB : Rp 35.000, 00 ; HK : Rp 26.250, 00)
92. Penghiburan bagi Orang Percaya oleh Arthur Walkington Pink (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
93. Penginjilan dan Kedaulatan Allah oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 22.000, 00 ; HK : Rp 16.500, 00)
94. Perang dengan Kata-kata oleh Prof. Paul David Tripp, M.Div., D.Min. (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
95. Pergumulan Mengerti Kehendak Allah (Tafsiran Kitab Habakuk) oleh Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
96. Psikologi Sebagai Agama oleh Prof. Paul C. Vitz, Ph.D. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
97. Pudarnya Kebenaran oleh Prof. Douglas R. Groothuis, Ph.D. (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
98. Ratapan bagi Seorang Putra oleh Prof. Nicholas Wolterstorff, Ph.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
99. Ready Bread edisi KKR (Anak) oleh Ev. Solomon Yo, S.Th., M.Div. (HB : Rp 5.000, 00 ; HK : Rp 3.750, 00)
100. Ready Bread edisi KKR oleh Ev. Solomon Yo, S.Th. M.Div. (HB : Rp 5.000, 00 ; HK : Rp 3.750, 00)
101. Rencana Allah bagi Anda oleh Prof. James I. Packer, M.A., Ph.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
102. Sebuah Topi untuk Ivan (serial anak) oleh Rev. Max Lucado, M.A. (HB : Rp 25.000, 00 ; HK : Rp 18.750, 00)
103. Segala Kebenaran adalah Kebenaran Allah oleh Prof. Arthur F. Holmes, Ph.D. (HB : Rp 42.000, 00 ; HK : Rp 31.500, 00)
104. Segala Sesuatu untuk Kebaikan Kita oleh Thomas Watson (HB : Rp 33.000, 00 ; HK : Rp 24.750, 00)
105. Selangkah demi Selangkah oleh Prof. James C. Petty, M.Div., D.Min. (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
106. Semesta Pikiran oleh Prof. James W. Sire, Ph.D. (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
107. Seri Allah Menciptakan Seks (1-4) oleh Stann dan Brenna Jones (HB : Rp 80.000, 00 ; HK : Rp 60.000, 00)
108. Siapa yang Membuat Alkitab oleh Prof. Jakob van Bruggen, Th.D. (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)
109. Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII) : Doktrin Alkitab oleh Ev. Dra. Trivina Ambarsari S., S.Th. (HB : Rp 7.000, 00 ; HK : Rp 5.250, 00)
110. Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII) : Prinsip-prinsip Penginjilan oleh Pdt. Drs. Thomy Job Matakupan, S.Th., M.Div. (HB : Rp 7.000, 00 ; HK : Rp 5.250, 00)
111. Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII) : Doktrin Kristus oleh Ev. Dra. Trivina Ambarsari S., S.Th. (HB : Rp 7.000, 00 ; HK : Rp 5.250, 00)
112. Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII) : Doktrin Allah oleh Pdt. Drs. Thomy Job Matakupan, S.Th., M.Div. (HB : Rp 8.000, 00 ; HK : Rp 6.000, 00)
113. Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII) : Doktrin Manusia dan Dosa oleh Pdt. Drs. Thomy Job Matakupan, S.Th., M.Div. dan Ev. Julio Kristano Andrea Putra, M.Div. (HB : Rp 8.000, 00 ; HK : Rp 6.000, 00)
114. Supremasi Kristus oleh Ajith Fernando (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
115. Survei Ringkas Perjanjian Lama oleh Ev. Jeane Ch. Obadja, B.A., Th.M. (HB : Rp 38.000, 00 ; HK : Rp 28.500, 00)
116. Teologi Sistematika-1 : Doktrin Allah oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
117. Teologi Sistematika-2 : Doktrin Manusia oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
118. Teologi Sistematika-3 : Doktrin Kristus oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 45.000, 00 ; HK : Rp 33.750, 00)
119. Teologi Sistematika-4 : Doktrin Keselamatan oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 50.000, 00 ; HK : Rp 37.500, 00)
120. Teologi Sistematika-5 : Doktrin Gereja oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 40.000, 00 ; HK : Rp 30.000, 00)
121. Teologi Sistematika-6 : Doktrin Akhir Zaman oleh Prof. Dr. Louis Berkhof (HB : Rp 35.000, 00 ; HK : Rp 26.250, 00)
122. Tiada Tempat bagi Kebenaran oleh Prof. David F. Wells, Th.M., Ph.D. (HB : Rp 60.000, 00 ; HK : Rp 45.000, 00)
123. Tidak Seperti Maksud Semula oleh Prof. Cornelius Plantinga, Jr., Ph.D. (HB : Rp 42.000, 00 ; HK : Rp 31.500, 00)
124. Tidakkah Kami Mempunyai Hak ? oleh Mabel Williamson (HB : Rp 30.000, 00 ; HK : Rp 22.500, 00)


Penawaran Spesial :
Tyndale New Testament Commentaries (Matthew-Acts)
(5 volume, soft cover)
HB : Rp 350.000, 00 ; HK : Rp 262.500, 00

Martir Kristus-3 : U MAUNG THAN (Martir di Myanmar tahun 2002)

Martir Kristus-3



U Maung Than
Martir di Myanmar tahun 2002




"Kita satu darah, dan jika kamu tidak kembali ke tradisi kita, aku akan mengambil nyawamu dengan tanganku sendiri!” kata pamannya U Maung Than sambil berteriak. Oleh karena itu Than menjadi sasaran untuk dibunuh oleh keluarganya sendiri di tanah kelahirannya - Myanmar.

Beberapa waktu kemudian, salah satu teman Than mengunjunginya untuk memberikan dorongan semangat kepadanya karena kesaksiannya di daerah Chin bagian selatan dimana daerah tersebut sering terjadi hujan, banjir, dan juga keadaan jalan-jalan yang sangat buruk.

Akhirnya, pada bulan Maret 2002, dua orang Kristen yang bernama Maung Maung dan seorang lagi bernama Kam Lian Ceu berhasil mencapai daerah dimana Than tinggal tetapi mereka mendapatkan bahwa dia telah ditahan dan dipenjarakan atas tuduhan-tuduhan palsu.

Maung dan Kam, mengetahui bahwa kasus serius yang menimpa Than adalah perwujudan dari kebencian yang begitu besar terhadap iman Than di dalam Kristus. Pemerintahan militer yang diktator menggunakan paman Than yang membenci Than untuk memberikan tuduhan-tuduhan yang memberatkan Than agar dia dijatuhi hukuman mati. Maung dan Kam bersimpati dan selama dua hari berturut-turut meminta izin untuk mengunjungi Than di penjara tetapi mereka tidak diijinkan.

Pada hari ketiga, polisi militer yang ada di daerah tersebut memberi kabar kepada Maung dan Kam bahwa jika mereka ingin bertemu dengan Than, mereka harus mengunjunginya pada hari itu juga. Mereka juga di perintahkan untuk tidak berbicara dengan Than.

Maung, Kam, dan juga Than di bawa oleh polisi ke daerah hutan terdekat dimana secara mengejutkan Maung dan Kam diberikan ijin untuk dapat berbicara dengan Than. Tetapi sebelum Maung dan Kam mengucapkan beberapa kata untuk memberikan semangat kepada Than, tiba-tiba Than mengucapkan kata-kata dengan suatu permohonan, “Aku sangat lega kalian bisa bersama denganku. Tolong kalian terus kunjungi daerahku dan kabarkan Injil di sana, ini adalah tanggung jawab kita, menyebarkan Injil ke seluruh daerah. Kamu harus tetap setia sampai mati.”

Tiba-tiba, salah satu polisi berteriak kepada Than, “Kamu berbicara terlalu banyak!” Dia menarik pistolnya lalu menembak Than tepat di kepala. Maung dan Kam diijinkan mengubur mayat Than.

Maung dan Kam yang ada di tempat pengeksekusian Than diberi peringatan keras oleh polisi untuk segera meninggalkan iman Kristen mereka, atau kejadian yang sama akan menimpa mereka.

Harapan Than kepada temannya sebelum dia di tembak mati adalah untuk tetap “setia sampai mati” (Wahyu 2:10).

Kita mungkin tidak pernah meyaksikan seorang teman kita yang mati sebagai martir karena imannya kepada Kristus, tetapi kita dapat merenungkan kata-kata terakhir Than dan membagikan kesaksian mengenai Seseorang yang memiliki “mahkota kehidupan” kepada orang lain yang belum diselamatkan.



Sumber : http://groups.yahoo.com/group/suaramartir/message/41

17 November 2007

Iman Kristen dan Musik-2

Iman Kristen dan Musik (2)

Di bagian pertama kita sudah membahas bahwa tidak mungkin untuk membiarkan suatu ilmu independen dari penilaian Firman Tuhan. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk menguji segala sesuatu dan memegang yang baik (I Tes 5:21). Tidak menguji adalah suatu bentuk ketidak-taatan terhadap ayat ini. Sayangnya, kita sekarang berada dalam suatu kondisi dunia yang mendiscourage segala pengujian. Orang yang berusaha untuk menguji dikatakan berpikiran sempit, tidak memiliki spirit toleransi, tidak mempunyai kasih, bahkan suka menghakimi. Dunia lebih suka berada dalam suatu keadaan di mana segala sesuatu sebisa mungkin dianggap netral, dengan demikian persoalan salah – benar, kudus – tidak kudus, baik – buruk, tidak akan menyusahkan manusia lagi.

Kita berada dalam perubahan budaya modern dan pasca-modern sekaligus. Mythos yang keliru dari orang-orang modern adalah percaya satu-satunya kebenaran tunggal yang harus diterima secara seragam dengan menolak semua perbedaan yang ada. Sementara dalam kebudayaan pasca-modern ada kecenderungan untuk mengakomodasi semua perbedaan yang ada, budaya merayakan keaneka-ragaman, termasuk juga siapa pun berhak membicarakan segala sesuatu, karena manusia tidak percaya lagi adanya suatu jawaban otoritatif yang dianggap mengulang kesalahan modern totaliterism atau bahkan kesalahan gereja pada jaman abad pertengahan (yang dipersoalkan oleh Luther). Sejarah biasa bergerak dari suatu pendulum dari satu arah ke arah yang lain. Sebagai orang percaya, kita perlu kembali kepada apa yang dikatakan oleh Alkitab, instead mengikuti begitu saja semangat jaman tanpa melakukan suatu refleksi kritis terhadapnya.

Alkitab menyatakan kebenaran memang tunggal (dalam pengertian ada kesatuan/unity, sifat koherensi di dalamnya). Kebenaran selalu bersifat integratif dan tidak mungkin fragmented. Sekaligus kata integrasi atau unity sebenarnya menyatakan adanya aspek pluralitas/diversitas di dalamnya. Allah Tritunggal adalah Allah yang esa, sekaligus dalam tiga Pribadi. Demikian juga metafor banyak anggota satu tubuh, dan juga banyak karunia satu Roh menyatakan hal yang sama. Di dalam kultur modern selalu ada ketakutan terhadap perbedaan, perbedaan selalu dianggap sebagai ancapan terhadap kesatuan (unity), di mana unity cenderung dimengerti sebagai uniformity (maksudnya tidak boleh ada perbedaan). Sementara dalam pasca-modern kecenderungannya sekali lagi adalah merayakan diversitas, namun diversitas ini akhirnya menimbulkan division atau fragmentasi karena kita tahu memang tidak mungkin untuk mengakomodasi semua pluralitas, menyambut semua keaneka-ragaman dalam hidup sama dengan tindakan memecah-belah diri alias memeluk suatu kehidupan yang fragmented (baca: tidak memiliki integrasi).

Dalam jaman seperti ini, pemahaman tentang karunia-karunia rohani yang berbeda-beda, dan juga penggalian talenta yang berbeda-beda (bukan hanya jenis tapi juga takarannya), merupakan hal urgent yang harus digumulkan oleh setiap orang percaya. Dengan runtuhnya paradigma modern totaliterism, absolut otoriterism, sekarang orang berada dalam keadaan confusion, karena sekarang seolah setiap orang berhak bicara apa saja, setiap orang boleh menjadi guru, setiap orang boleh mengajar yang lain, sementara ia sendiri mungkin tidak jelas pimpinan Tuhan secara khusus di dalam dirinya. Dalam jaman seperti ini kita cenderung kehilangan pengertian akan keunikan diri sendiri, di mana Tuhan menempatkan saya dalam Kerajaan Allah. Orang yang memiliki talenta A mencoba untuk mengerjakan talenta H, orang yang memiliki takaran 1 talenta mencoba mengerjakan porsi 5 talenta, sementara yang memiliki 5 talenta begitu “rendah hati” dengan mencukupkan diri puas dengan hasil 1 talenta. Orang yang tidak memiliki karunia X memaksakan diri untuk tampil sebagai orang yang berkarunia X, sementara yang sungguh-sungguh dipercayakan Tuhan dengan karunia X tidak puas dengan hal itu dan mencoba untuk mengambil karunia A.

Yang jelas, banyak orang tidak sabar (I’m certainly one of them!) dengan masa pembentukan padang gurun selama 40 tahun yang merupakan periode sangat penting dalam kehidupan Musa. Sejujurnya kita lebih suka mengajar orang lain daripada diajar, memimpin orang lain daripada dipimpin, menasihati orang lain daripada dinasihati, mengubah orang lain daripada sendiri terlebih dahulu diubahkan oleh Tuhan. Humility is a very rare jewel in our age, isn’t it? Kita ingin apa yang kita katakan berdampak begitu besar dan semua orang mendengarkan kita dengan terangguk-angguk, tapi kita sendiri tidak suka mendengarkan orang lain. Orang yang tidak dipanggil menjadi ekonom berbicara banyak tentang ekonomi, mereka yang tidak mempelajari seni membicarakan segala sesuatu tentang seni, yang bukan fisikawan mengajar kelas tinjauan iman Kristen terhadap fisika, dan yang paling kacau: tidak mengerti teologi berani bicara di atas mimbar! Everybody can teach everything. This is a very sad condition.

Saya pribadi merindukan suatu kebangunan rohani yang menyentuh salah satu aspeknya: kebangunan pelayanan kaum awam, di mana setiap anggota tubuh Kristus menyadari keunikan panggilannya masing-masing, mengenal karunia tertentu yang pasti Tuhan percayakan dalam hidupnya, seumur hidup menjalankan talenta tertentu dengan takaran tertentu yang Tuhan percayakan dalam dirinya. Saya tidak perlu menjadi gelisah apalagi iri dan marah-marah jika di dalam Kerajaan Allah saya mendapati orang lain jauh lebih menguasai ekonomi daripada saya, karena itu mungkin adalah panggilan Tuhan di dalam dirinya dan bukan panggilan saya, biarkan dia mengajar bidang yang dia gumuli bersama dengan Tuhan lalu menjadi berkat bagi keKristenan. Mengapa saya harus memaksakan diri menjadi guru dalam semua bidang? We should follow the biblical story, the story of the gospel, rather than Superman story, to shape our life. We are created, we have our limitation. Mengapa tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengerjakan hal-hal yang sungguh Tuhan percayakan di dalam hidup kita masing-masing dengan mempertahankan keluasan pandangan Kerajaan Allah (supaya kita tidak menganggap beban kita yang paling penting daripada semua yang lain), sehingga ada kekuatan yang saling melengkapi satu sama lain? Kelebihan orang lain mencukupkan kekurangan saya, sementara kelebihan saya mencukupkan kekurangan orang lain sehingga terjadi keseimbangan seperti dikatakan oleh Paulus. Mari kita belajar saling mengasihi satu sama lain dengan terus mempertahankan kerendahan hati untuk semakin mengenal kebenaran Allah dan sesuai dengan janjiNya, jika ada sesuatu yang berlainan di antara kita, maka Tuhan juga yang akan menyatakannya. Sola gratia, Soli Deo Gloria!

I'd like to thank God for the beautiful weather today ... despite the theo- and eco- logical confusion in our time ... May God bless you abundantly today and give you all a reason to smile, because God loves you :)


Tu excitas, ut laudare te delectet, quia fecisti nos ad te et inquietum est cor nostrum, donec requiescat in te (Augustinus).

15 November 2007

Matius 4:23-25 : THE SETTING OF KINGDOM

Ringkasan Khotbah : 24 Oktober 2004

The Setting of Kingdom
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 4: 23-25



Konteks Injil Matius adalah berbicara tentang hal Kerajaan Sorga yang hendak Kristus genapkan di dunia dan Yesus tidak melakukannya sendiri. Yesus memulai pelayanannya di sebuah kota kecil di Kapernaum dimana sebelumnya Ia dicobai iblis dan Yesus menang. Dengan caranya yang unik, Tuhan Yesus memilih para murid-Nya. Standar kualifikasi yang dipakai Kristus berlawanan dengan dunia. Bukan ahli Taurat atau para imam yang menjadi murid-Nya melainkan hanya seorang nelayanlah yang Yesus panggil untuk turut berbagian dalam menggenapkan Kerajaan Sorga di bumi. Cara Kristus yang berlawanan dengan dunia inilah yang menjadi kekuatan dan kesuksesan sehingga Kerajaan Sorga tidak dapat digagalkan oleh manusia – Kerajaan Sorga bertahan ribuan tahun hingga kini. Jadi, merupakan suatu anugerah kalau kita, manusia berdosa yang seharusnya dibinasakan tapi dipanggil-Nya untuk ikut berbagian dalam Kerajaan Sorga.
Cara Allah memulai dan menata Kerajaan-Nya sangatlah tidak lazim bila dibandingkan dengan cara dunia. Kerajaan Sorga dimulai dari Yesus yang berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Yesus memberikan teladan bagi kita, yakni pelayanan hendaklah dimulai dari hal kecil terlebih dahulu. Yesus memulainya dari Galilea, kota kecil namun berita tentang Dia tersiar hingga ke seluruh negeri, yaitu Dekapolis, Yerusalem, hingga ke seberang sungai Yordan. Kerajaan Sorga kelihatan kecil namun di balik semua itu mengandung kekuatan/kuasa dahsyat. Janganlah mudah terkecoh dengan opini dunia yang menganggap hebat segala sesuatu yang besar seperti kebesaran nama, kekayaan, kedudukan tinggi, dan lain-lain. Apalah artinya penampilan luar yang hebat kalau tidak ada isinya karena segala sesuatunya, yakni cara kita melangkah, kita melihat sesuatu, kita bertindak ditentukan oleh isi. Seperti halnya sebuah bom, kita harus waspada dengan yang berukuran kecil dibanding bom molotov yang berukuran besar karena biasanya yang berukuran kecil mempunyai kekuatan daya ledak besar.
Dalam mengatur Kerajaan-Nya di dunia, Kristus melakukan tiga hal dimana ketiga hal ini merupakan satu kesatuan yang berpusat pada misi Kerajaan Sorga dan tidak boleh dilepaskan dari Yesus yang adalah Raja yang sedang menata Kerajaan-Nya.
I. Tuhan Yesus Mengajar dalam Rumah-rumah Ibadat.
Konsep pengajaran Kristus mutlak berbeda dengan yang diajarkan oleh ahli-ahli Taurat, orang Parisi, orang Saduki maupun ajaran Platonis, Aristotelian, dan filsafat Roma yang sedang berkembang pada jaman itu. Kerajaan Allah dimulai dari kebenaran Tuhan yang dinyatakan di dunia dan ini juga menjadi misi Kerajaan Allah. Ironisnya, manusia tidak suka dengan kebenaran karena itu jangan kaget kalau dunia akan membenci orang yang kembali pada kebenaran sejati. Hal ini pun juga sudah dikatakan Tuhan Yesus pada murid-murid-Nya (Yoh. 15:18-25). Kebenaran iman Kristen bukanlah campuran atau evolusi perkembangan dari berbagai pemikiran filsafat yang ada di dunia karena semua yang dinyatakan Alkitab berlawanan dengan yang dunia ajarkan. Pada jaman Perjanjian Lama, orang menyembah berhala – politeisme namun dengan tegas Tuhan menyatakan bahwa umat Allah harus menyembah pada Allah saja – monoteisme. Keagungan iman Kristen ini tidak akan pernah kita ketemukan di agama lain karena itu janganlah engkau mempermainkan Kristus Sang Kebenaran sejati.
Konsep allah atau dewa-dewa dalam budaya PL selalu bersifat lokal, contoh: dewa Asyur, dewa Babel, dan lain-lain maka tidaklah heran ketika mereka kalah berperang maka dewa merekapun akan diambilnya juga. Konsep inilah yang muncul pada jaman itu namun Allah Yahweh menyatakan bahwa diri-Nya bersifat universal, Allah tidak dibatasi oleh tempat maupun waktu, Dia berkuasa dimanapun dan kapanpun. Allah Yahweh adalah Allah yang Maha Tinggi, Allah yang berkuasa atas segala allah. Pengakuan ini keluar dari mulut Raja Darius ketika dilihatnya kalau Allahnya Daniel ternyata sungguh berkuasa, yaitu Ia telah menyelamatkan Daniel dari maut – gua singa. Sejak itulah Raja Darius mengeluarkan perintah supaya seluruh rakyat menyembah Allah-nya Daniel. Ketika semua orang berpikir bahwa cara A merupakan cara terbaik namun Tuhan justru menyatakan bahwa yang manusia pikirkan tersebut salah dan cara B-lah yang justru terbaik. Ketika kebenaran sejati dinyatakan di dunia maka seluruh manusia harus merombak cara berpikirnya dan mengubah seluruh konsepnya yang salah dan kembali pada kebenaran. Oleh karena itu, betapa pentingnya pengajaran Firman untuk kita pahami dengan demikian kita tidak akan mudah digoncangkan oleh berbagai macam pengajaran lain yang ada di dunia. Bagi sebagian besar orang sangat sukar untuk mengerti dan menyembah Allah yang tidak kelihatan sehingga orang merasa perlu mem-visualisasi-kan bagaimana bentuk Allah maka tidaklah heran kalau sejak jaman Perjanjian Lama hingga kini kita akan menjumpai berbagai bentuk dan rupa allah. Allah dengan tegas menyatakan: Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku; jangan membuat bagimu patung...; jangan sujud menyembah kepadanya (Kel. 20).
Berulang kali Allah menegaskan bahwa manusia harus kembali pada Kebenaran sejati dengan demikian manusia akan peroleh sukacita kekal. Namun berulang kali juga, yaitu sejak kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3) hingga Tuhan Yesus Sang Kebenaran itu sendiri datang mengajarkan kebenaran, manusia selalu menentang Dia dan kembali pada konsep mereka yang lama. Hal ini semakin membuktikan bahwa manusia memang berdosa. Mau tidak mau orang harus mengakui bahwa pengajaran Kristus berbeda dengan dunia. Sebagian besar orang pasti setuju apalagi orang Yahudi yang materialis yang hidup pada jaman itu kalau ada orang yang mengajarkan “berbahagialah orang yang kaya dan celakalah orang yang miskin“ namun ajaran Yesus berlawanan Ia justru mengajarkan “berbahagialah orang yang miskin..., berbahagialah orang yang dianiaya..., dan masih banyak lagi ajaran Tuhan Yesus yang bertentangan dengan ajaran dunia. Itulah sebabnya mengajarkan kebenaran Firman Tuhan ini menjadi bagian pertama yang penting bagi Tuhan Yesus untuk menata Kerajaan-Nya di dunia.
Reformed theology menyadari pentingnya pengajaran, pentingnya kita mengerti wahyu Tuhan sehingga kita memisahkan wahyu dengan sangat teliti. Wahyu Tuhan ada dua, yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu alam semesta sebagai wahyu pasif dan hati nurani sebagai wahyu yang bersifat aktif. Wahyu umum seharusnya membuat kita mengerti bahwa ada Allah yang mencipta dunia tetapi manusia tidak tahu siapa Allah sejati itu tetapi dilain pihak dalam diri manusia ada sense of deity, yaitu suatu perasaan ingin menyembah. Akibatnya manusia membuat berbagai bentuk allah dan menyembahnya. Wahyu khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu Firman yang berinkarnasi yakni Kristus dan firman tertulis dimana firman ini harus melihat pada Kristus sebagai pusat dengan demikian manusia dapat mengerti kebenaran sejati. Karena itu merupakan suatu anugerah kalau kita dapat berespon terhadap kebenaran Tuhan.
II. Tuhan Yesus Memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Tidaklah cukup manusia hanya sampai pada pemahaman akan kebenaran. Tuhan sudah mengajarkan kebenaran maka Tuhan ingin supaya kita yang sudah memahami kebenaran mendapatkan sukacita saat kita menghidupi kebenaran itu. Dan berita sukacita harus kita kabarkan pada seluruh bangsa dengan demikian semua orang akan merasakan sukacita karena turut serta berbagian dalam Kerajaan Sorga. Kita harus menyadari bahwa kita adalah manusia berdosa, kita tidak layak turut berbagian dalam Kerajaan Sorga namun untuk itulah Tuhan Yesus datang dan membawa kita masuk dalam Kerajaan Sorga. Yesus datang untuk melayani dan menjadi tebusan bagi manusia (Mat. 20:28). Kuasa Injil yang dari Tuhanlah yang memampukan kita sehingga kita dapat hidup taat, hidup menjadi anak-anak Allah. Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Anak Tuhan adalah orang-orang yang tidak mampu tapi dimampukan Kristus. Anak Tuhan juga bukanlah orang benar tapi dibenarkan Tuhan sehingga kita dapat hidup dalam kebenaran. Hari ini banyak orang salah mengartikan kata “kuasa“ akibatnya kuasa yang diberikan Tuhan disalahgunakan untuk melakukan segala perbuatan dosa. Kuasa sejati adalah kuasa dapat melepaskan diri dari dosa untuk hidup dalam kebenaran seperti yang Tuhan inginkan dan hanya kuasa Tuhan yang dapat mematahkan belenggu dosa yang mengikat kita. Inilah berita Injil. Tuhan tidak memperbaiki segala kerusakan tetapi melahirbarukan, mencipta ulang. Tuhan tidak menjanjikan hidup kita akan senang ketika kita menjadi anak Tuhan. Tidak! Tuhan menegaskan bahwa dunia akan membenci setiap orang yang hidup dalam kebenaran (Yoh. 15:19). Akan tetapi jangan pernah mengira bahwa hidup di luar Kristus, hidup kita akan enak dan nikmat. Tidak! Di luar Kritus juga ada beban yang harus kita pikul dan beban itu berat karena iblis menuntut sesuatu dari kita sehingga sukar bagi manusia untuk dapat keluar dari jeratan iblis dan hidup manusia akan berakhir dalam neraka. Berbeda kalau kita berada di dalam Kristus, kuk yang dipasang itu enak dan beban-Nyapun ringan (Mat. 11:30). Sayang, manusia tidak dapat melihat sukacita sejati dalam Kerajaan Sorga, manusia ingin mendapat sukacita sementara di dunia. Iblis tahu apa yang menjadi keinginan manusia, itulah sebabnya setan selalu menggunakan semua kemegahan dunia untuk menggoda manusia. Tuhan Yesus tahu akal licik si iblis sehingga Tuhan Yesus tidak jatuh dalam cobaan di padang gurun (Mat. 4:1-10). Sebagai anak Tuhan hendaklah kita hidup dalam kebenaran Allah dengan demikian kita selalu waspada terhadap segala akal licik iblis supaya kita tidak jatuh dalam jeratnya.
III. Tuhan Yesus Melenyapkan Segala Penyakit dan Kelemahan di antara Bangsa.
Kristus menunjukkan kuasa-Nya sebagai Tuhan yang menyatakan kebenaran dan menyatakan implikasi dari Injil, yaitu dengan membuat mujizat, menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa. Hal ini membuktikan memang benar bahwa Kristus adalah Tuhan dan Raja dari Kerajaan Sorga. Kristus tidak menunggu orang untuk meminta bukti terlebih dahulu barulah kemudian Ia membuktikannya. Tidak! Kebenaran sejati harus diuji dari dalam, yaitu oleh dirinya sendiri bukan dari luarnya kebenaran karena bila ada pihak dari luar yang membuktikan maka itu berarti dia yang lebih berkuasa. Berita kebenaran Allah, berita sukacita Kerajaan Allah, berita bagaimana hidup benar dalam Kerajaan Allah dinyatakan Kristus dengan cara melenyapkan segala penyakit, kesulitan dan kesengsaraan hidup manusia. Ketika Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran dan berita Injil di beritakan, orang tidak mempedulikannya maka ketika Tuhan membuat mujizat, orang orang berbondong datang pada-Nya minta disembuhkan.
Tuhan membuat mujizat bukan demi untuk kepentingan manusia tetapi mujizat untuk menyatakan kedaulatan Allah. Namun orang justru memanipulasi kuasa Kristus, yakni dengan membawa semua orang yang buruk keadaannya kepada-Nya untuk disembuhkan. Apakah mereka diselamatkan? Tidak! Apakah mereka disembuhkan? Ya. Mereka pikir bahwa mereka mendapatkan keuntungan tapi ternyata tidak, mereka justru masuk dalam kebinasaan kekal. Yesus adalah Raja atas segala raja karena itu seluruh penghuni jagad raya ini termasuk manusia dan setan pun harus tunduk pada-Nya. Manusia tidak mengerti tanda-tanda yang diberikan Kristus akibatnya manusia memanipulasi setiap mujizat yang Kristus lakukan. Orang hanya mau mujizatnya tetapi menolak Kristus Sang Pemberi mujizat. Alkitab mencatat setelah Tuhan Yesus membuat mujizat lima roti dua ikan, orang berbondong-bondong mengikut Yesus. Tuhan Yesus menegur dengan keras bahwa mereka mengikut bukan karena mengerti tanda, yaitu Firman itu telah berinkarnasi melainkan karena mereka kenyang sehingga satu per satu dari mereka pergi meninggalkan Yesus. Hal ini membuktikan bahwa mereka bukanlah anak Tuhan yang sejati.
Sejak awal mereka sudah menolak Kebenaran dan memanipulasi pernyataan Kerajaan Sorga. Lalu bagaimana sikap dan respon kita kalau mujizat itu terjadi atas kita? Mujizat seharusnya membuat kita bersyukur dan membuat kita bertekad untuk hidup bagi Kristus karena kita tahu bahwa mujizat merupakan tanda pernyataan Kedaulatan Allah, Sang Raja itu sedang menunjukkan kuasa-Nya. Berbagai macam respon manusia banyak kita jumpai seperti ada orang yang mau menerima Kebenaran, adapula orang yang mau bertobat namun ada juga orang yang menolak kebenaran dan hanya ingin mujizat demi untuk memenuhi egoisme dirinya. Kalau kita dapat mengkontraskan Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia maka kita dapat menyadari siapa sesungguhnya diri kita, yaitu sebagai anak Tuhan atau anak setan. Anak Tuhan sejati seharusnya tahu apa yang menjadi kehendak Banpanya, perubahan drastis seperti apa yang harus kita kerjakan dan bagaimana seharusnya kita hidup bagi Tuhan. Ingat, Tuhan sudah beranugerah atas kita; Ia sudah memilih kita diantara berjuta manusia untuk menjadi pekerja-Nya sekaligus kita sudah menjadi warga Kerajaan Sorga karena itu biarlah seluruh hidup kita pakai untuk menggenapkan seluruh misi Kerajaan Sorga maka kita peroleh sukacita sejati. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :