07 July 2007

MEMPERTANYAKAN KEUTAMAAN PEMERINTAHAN ROMA (oleh : John Calvin)

MEMPERTANYAKAN KEUTAMAAN PEMERINTAHAN ROMA

oleh : John Calvin




Mempertanyakan Keutamaan Pemerintahan Roma-1

Sejauh ini kita telah mendeskripsikan pemerintahan gereja purba dan penyelewengannya di kemudian hari, dengan demikian menunjukkan bahwa kita tidak melakukan kesalahan skisma, ketika kita “meninggalkan yang bukan-gereja.” Tetapi sejauh ini kita belum membahas tentang kepausan, yang bagi mereka adalah capstone (??) gereja, yang melaluinya mereka memiliki keutamaan dari semua gereja (orang Kristen) yang lain. Tetapi bagi kita ini bukan ajaran yang berasal dari Kristus sendiri dan bukan praktik gereja mula-mula.

Apakah merupakan suatu keharusan bahwa ada seorang pejabat gereja yang diberi kehormatan dan kuasa yang melebihi semua yang lain dalam gereja Kristus? Jelas bahwa ajaran Kristus menentang hal ini. Menjadikan jabatan imam besar dalam perjanjian lama sebagai argumentasi tentang perlunya seorang pemimpin tertinggi dalam gereja demi keselamatan gereja merupakan kesalahan. Selain itu yang dirujuk dalam tipologi imam besar itu adalah Kristus, dan kedudukan ini tidak diberikan kepada orang lain mana pun.

Tidak ada bukti dari Alkitab, bahwa Kristus telah menyerahkan kuasa atas seluruh gereja kepada Petrus, atau bahwa Kristus telah memberikan kepada Petrus kuasa dan kedudukan yang lebih tinggi dari semua rasul yang lain. Apa yang dimaksudkan Yesus dengan kuasa untuk mengampuni dosa dan menyatakan dosa seseorang itu tetap (Yoh. 20:23) tidak lain adalah hal yang integral dalam tugas setiap pelayan Injil (2Kor. 5:18; 10:6).

“Kunci kerajaan” adalah suatu metafora tentang pengajaran Injil yang membuka pintu sorga bagi mereka yang beriman dan yang menutupnya bagi mereka yang tidak beriman. Seseorang terikat atau dilepaskan dari dosanya tidak lain ditentukan oleh iman yang menyambut Injil Kristus atau menolaknya, dan bukan oleh otoritas seorang manusia. Kunci ini adalah karunia yang diberikan kepada semua; karena tugas pemberitaan Injil diberikan kepada semua rasul, karena itu janji itu juga diberikan kepada semua rasul.

Ucapan Kristus kepada Petrus dalam Matius 16:18, tidak mungkin berbeda dari apa yang diucapkan oleh Petrus dan Paulus tentang semua orang Kristen; di mana Petrus menyebut semua orang percaya sebagai batu hidup untuk pembangunan rumah rohani, dengan Kristus sebagai batu penjurunya (1Ptr. 2:5-6). Demikian juga, Paulus menyebut gereja sebagai bangunan Allah yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus sebagai batu penjuru (Ef. 2:20-21). Karena itu, walaupun jika kita mengakui kemuliaan Petrus sebagai orang pertama dari antara orang-orang yang membangun gereja, namun tidak berarti ia memiliki kuasa atas semua yang lain.

Sebagaimana yang diakui oleh Petrus atas namanya sendiri dan mewakili rasul-rasul lain, bahwa Kristus adalah Anak Allah (Mat. 16:16), maka Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar gereja yang sejati, dan hal ini juga diakui oleh Paulus (1Kor. 3:11).

Menurut catatan Kitab Suci, posisi Petrus dalam gereja hanyalah salah seorang dari antara kedua belas rasul; bahkan dalam konsili pertama di Yerusalem, ia bukan penguasa tertinggi, di sana ada Yakobus, saudara Tuhan Yesus, yang sangat dihormati, dan ketika pandangan lain dikemukakan dia mendengarnya dan menyetujuinya (Kis. 15). Demikian juga, ketika memberikan nasihatnya kepada jemaat, ia melakukannya dengan menempatkan dirinya sebagai seorang teman penatua dan melakukannya dengan imbauan dan dengan lemah lembut (1Ptr. 5:1 dst). Demikian juga, dalam Kitab Galatia, Paulus menegaskan bahwa ia tidak di bawah otoritas Petrus, bahkan ia pernah menegur Petrus atas kekonsistenannya (Gal. 2:11-14).

Dan anggaplah jika Petrus adalah kepala di antara para rasul, maka dia hanyalah seorang kepala dari antara dua belas orang, dan itu tidak berarti dia harus mengatasi seluruh dunia [apakah Paulus tidak akan berdiri untuk menentangnya?]. Meletakkan seorang manusia di atas seluruh gereja universal merupakan kesalahan besar, karena kekepalaan Kristus atas jemaat-Nya adalah hal yang tidak dapat dialihkan kepada siapa pun juga (Ef. 4:15-16). Selamanya Kristus adalah satu-satujnya Kepala atas gereja-Nya (bdk. Ef. 1:22; 4:15; 5:23; Kol. 1:18; 2:10). Kesatuan gereja dalam Kristus, berdasarkan iman yang sama dalam Kristus yang mengakui Kristus, dan bukannya manusia, sebagai kepala. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.6., disadur oleh syo)

All human inventions and admixtures in religion are profane, and tend to corrupt the service of God.
"SEMUA MASUKAN DN TAMBAHAN IDE MANUSIA KE DALAM AGAMA BERSIFAT CEMAR, DAN CENDERUNG MERUSAK PELAYANAN YANG SEJATI KEPADA ALLAH."

– John Calvin.



Mempertanyakan Keutamaan Pemerintahan Roma-2

Anggaplah bahwa Kristus memberikan posisi yang utama kepada Petrus untuk ia teruskan kepada yang lainnya, lalu atas dasar apa dapat dikatakan bahwa kepemimpinan itu ditegakkan di Roma sehingga mengepalai semua tempat lain? Atas dasar apa kehormatan itu diberikan kepada suatu tempat, padahal itu tidak pernah disinggung oleh Kristus. Ketika mereka mengatakan, karena Petrus tinggal di Roma dan mati di sana, maka kita akan bertanya, apakah karena Kristus melaksanakan pelayanan-Nya di Yerusalem dan mati di sana, maka kehormatan demikian diberikan kepada Yerusalem? Atau orang Israel memberikan kehormatan pada padang gurun, karena di sanalah Musa guru agung mereka dan nabi segala nabi itu melaksanakan pelayanannya.

Menurut mereka karena Petrus adalah kepala para rasul, maka gereja di mana keuskupannya berada, memiliki hak istimewa. Pada mulanya ia memimpin di Anthiokia, tapi kemudian atas perintah Tuhan ia pindah ke Roma, sehingga kehormatan itu dialihkan ke Roma. Tetapi apa buktinya bahwa itu adalah perintah Allah? Coba mereka jawab, hak istimewa itu sesuatu yang personal, riil, atau gabungan keduanya? Jika personal, yaitu pada Petrus, berarti kehormatan itu tidak ditentukan oleh tempat; jika ditentukan oleh tempat, maka sekali keistimewaan itu diberikan pada suatu tempat tertentu ia tidak akan dialihkan ke tempat lain, baik karena kematian atau perpindahan. Sebaliknya, jika gabungan, maka baik orang maupun tempatnya harus selalu dipertimbangkan. Dengan demikian keutamaan tidak harus terletak pada Roma.

Anggaplah, seperti kata mereka, bahwa keutamaan Anthiokia telah dialihkan kepada Roma. Lalu mengapa Anthiokia tidak menjadi tempat kedua, karena bukankah sebelumnya Petrus memimpin di sana? Mengapa justru Alexandria yang didirikan oleh Markus, yang hanya seorang murid, menjadi yang lebih utama daripada Anthiokia? Jika kehormatan setiap gereja didasarkan pada keagungan pendirinya, bagaimana dengan gereja yang dipimpin oleh Yakobus dan Yohanes yang bersama Petrus disebut soko guru jemaat (Gal. 2:9). Jika kehormatan pertama diberikan kepada keuskupan Roma, tidakkah Efesus dan Yerusalem harus menempati urutan kedua dan ketiga. Tetapi di antara para bapa-bapa gereja pada masa itu, Yerusalem justru menjadi yang terakhir.

Selain itu, kita tidak melihat adanya bukti bahwa Petrus memimpin jemaat di Roma. Perkataan Eusebius bahwa Petrus memimpin di sana selama 25 tahun dapat dengan mudah disangkal. Menurut Surat Galatia, setelah kematian Kristus, Petrus berada di Yerusalem (Gal. 1:18; 2:1 dst), lalu ke Anthiokia (bdk. 2:11). Perhitungan waktu berdasarkan fakta historis menunjukkan bahwa Petrus tidak pernah lama di Roma. Surat Roma yang ditulis Rasul Paulus sekitar empat tahun sebelum ia datang ke Roma, sama sekali tidak menyinggung nama Petrus, bahkan nama Petrus tidak terdapat dalam daftar panjang nama orang-orang kudus di sana, padahal dia dikatakan menjadi uskup di sana selama 25 tahun.

Ketika di kemudian hari, Paulus dibawa ke Roma sebagai seorang tawanan, Lukas mencatat dia diterima oleh saudara-saudara di sana (Kis. 28:15-16), dan sedikit pun tidak ada petunjuk keberadaan Petrus di kota tersebut. Dan ketika Paulus menulis surat-suratnya, ia mengatakan tidak ada seorang pun yang memperjuangkan pekerjaan Tuhan dengan setia, selain Timotius, karena setiap orang mencari kepentingannya sendiri (Flp. 2:20-21; bdk. 2Tim. 4:16). Di manakah Petrus pada saat itu? Manakah yang dapat lebih diterima, mengatakan dia termasuk orang yang dituding Paulus telah mengabaikan perjuangan bagi Injil atau dia tidak berada di kota Roma. Kita tidak mempermasalahkan bahwa Petrus mati sahid di Roma, tetapi yang kita permasalahkan ialah bahwa anggapan yang tidak berdasar bahwa ia lama memimpin sebagai uskup di Roma.

Kita menolak anggapan Roma Katolik bahwa kesatuan gereja hanya bisa dipertahankan jika terdapat seorang pemimpin tertinggi di bumi ini atas semua anggotanya untuk menaatinya. Memang Roma pernah memiliki kehormatan besar, tetapi bukan karena alasan sebagai pewaris keuskupan apostolik [Petrus], sehingga ia menjadi kepala semua gereja yang dipersatukan, tetapi karena pada waktu itu Roma sebagai ibu kota kekaisaran memiliki orang-orang yang lebih baik dalam pengajaran, hikmat, kemampuan, dan pengalaman; sehingga ketika gereja-gereja lain memiliki perselisihan pendapat tentang berbagai mereka akan berkonsultasi kepada Roma.

Tetapi jika dengan demikian mereka mengklaim keutamaan dan kuasa Roma atas semua gereja lain, ini adalah kesalahan besar. Jerome, seorang penatua di Roma, mengajarkan tentang kesatuan dalam tatanan gereja. Gereja-gereja purba tidak mengenal kesatuan gereja di bawah pimpinan seseorang secara hierarkhi yang dipegang oleh Roma. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.6., disadur oleh syo)

Religion, separated from knowledge, is nothing but the sport and delusion of Satan.
"AGAMA, YANG TANPA DISERTAI PENGETAHUAN [KEBENARAN ILAHI], HANYA AKAN MENJADI PERMAINAN DAN TIPUAN IBLIS."
– John Calvin.



Sumber :
Artikel Mingguan di Reformed Evangelical Daily Bible Readings (READY Bread)