21 September 2010

KEKRISTENAN DAN OTORITAS ALKITAB-3: Sola Scriptura atau Alkitab + Tradisi Rasuli?

KEKRISTENAN DAN OTORITAS ALKITAB-3:
Sola Scriptura atau Alkitab + Tradisi Rasuli?


oleh: Denny Teguh Sutandio



“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
(Mzm. 119:105)


Pada bagian kedua, kita telah membahas mengenai perbedaan Sola Scriptura dengan Solo Scriptura. Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana otoritas Alkitab yang kita pegang berkenaan dengan tradisi gereja? Apakah tradisi gereja setara dengan Alkitab ataukah tradisi gereja di bawah Alkitab ataukah tradisi gereja di atas Alkitab? Pada bagian ini, kita akan melihat kontras antara Protestan dan Katolik Roma.

Kristen Katolik Roma adalah sebuah agama Kristen yang mengakui Paus Benediktus XVI yang berpusat di Vatikan, Roma sebagai kepala gereja Katolik Roma. Katolik Roma seperti ajaran Protestan juga mengakui banyak doktrin/ajaran utama, seperti: Allah menciptakan dunia dan manusia, manusia telah berdosa, dua natur Kristus, penebusan Kristus bagi manusia yang berdosa, kedatangan Kristus kedua kalinya, dan percaya akan Allah Tritunggal. Namun perbedaannya ada pada pengakuan akan otoritas Alkitab. Katolik Roma tetap mengakui bahwa Alkitab itu berotoritas. Bahkan pengakuannya akan finalitas Alkitab dipaparkan dengan jelas oleh Pastor Dr. H. Pidyarto, O.Carm. berikut ini, “Gereja Katolik mengajarkan bahwa wahyu Allah itu selesai dan lengkap dengan wafatnya rasul yang terakhir. Gereja sesudah zaman para rasul tidak menerima tambahan wahyu Allah.” (Kewibawaan Alkitab dari Sudut Pandang Seorang Katolik; http://www.alkitab.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=155&Itemid=131) Namun finalitas Alkitab sebagai wahyu Allah ini menurut Katolik Roma harus dibarengi dengan otoritas Tradisi rasuli (atau disebut juga Tradisi suci) yang pertama-tama secara lisan sebagai otoritas yang menafsirkan Alkitab. Pastor Dr. H. Pidyarto, O.Carm. membedakan dua macam tradisi: Tradisi rasuli (“T” ditulis dengan huruf besar) dan tradisi gerejawi (“t” ditulis dengan huruf kecil). Tradisi rasuli yang dimaksud di sini berkenaan dengan teladan, ibadat, dan ajaran pada zaman rasuli, sedangkan tradisi gerejawi adalah penerusan dari Tradisi rasuli. Oleh karena itu, menurut paham Katolik Roma, Alkitab itu wahyu Allah yang dipelihara dan diteruskan oleh Tradisi rasuli kepada orang-orang percaya, sehingga menurut Konsili Vatikan II, Alkitab dan Tradisi rasuli “harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama.”

Berbeda dengan Katolik Roma, Dr. Martin Luther meneriakkan slogan Sola Scriptura yang berarti kembali kepada Alkitab. Melalui semboyan ini, Kristen Protestan sering kali dituduh oleh beberapa pihak Katolik Roma bahwa Protestan itu anti tradisi gereja. Bagi saya, ini adalah sebuah tuduhan yang kurang bisa dipertanggungjawabkan. Mengapa ada tuduhan semacam ini? Karena di dalam kubu Protestantisme muncul golongan yang benar-benar ekstrem, dimulai dari gerakan Reformasi Radikal, kemudian disusul dengan gerakan Anabaptis, lalu Fundamentalisme, dan terakhir, Pentakosta/Karismatik yang meskipun gerakan-gerakan tersebut ada perbedaannya, namun intinya tetap satu: seolah-olah anti tradisi gereja. Benarkah Protestan sejati anti tradisi gereja? TIDAK! Kalau kita memperhatikan sosok dan konteks perjuangan Dr. Martin Luther, khususnya melalui buku Dr. John Calvin yang terkenal, Institutes of the Christian Religion, kita memperhatikan bahwa kedua tokoh ini bukan anti tradisi gereja, tetapi yang hendak ditekankannya adalah otoritas Alkitab jangan digeser oleh tradisi gereja. Dr. Calvin sendiri di dalam bukunya yang terkenal tersebut mengutip perkataan bapa gereja Augustinus dan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa Protestan mula-mula TIDAK anti terhadap (ajaran) dari tradisi gerejawi dari para bapa gereja. Bagaimana dengan Tradisi rasuli? Protestan jelas menerima Tradisi rasuli. Hal ini dibuktikan dengan tetap dilangsungkannya Perjamuan Kudus seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan diteruskan oleh para rasul (bdk. 1Kor. 11:23-32). Secara pengakuan iman, Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, Pengakuan Iman Chalcedon diakui oleh Protestan.

Seolah-olah dari penjelasan sekilas di atas, Katolik dan Protestan tidak ada bedanya, karena mereka sama-sama menghargai otoritas Alkitab dan juga Tradisi rasuli. Lalu, apa bedanya? Bagi Katolik, Tradisi rasuli selain Alkitab “harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama.”, sehingga Tradisi rasuli dalam hal ini bersifat mengikat (mutlak), sedangkan bagi Protestan, meskipun tetap menjalankan Tradisi rasuli, tetapi Tradisi rasuli TIDAK bersifat mutlak dan mengikat. Mengapa bagi Protestan, Tradisi rasuli TIDAK bersifat mutlak dan mengikat? Karena Tradisi rasuli adalah Tradisi yang berlaku pada zaman para rasul yang TIDAK selalu harus diikuti oleh gereja sepanjang zaman. Mengapa TIDAK selalu harus diikuti? Karena para rasul Kristus sendiripun TIDAK pernah memerintahkan orang Kristen waktu itu dan kita di zaman sekarang untuk secara kaku meneruskan Tradisi rasuli. Tradisi rasuli yang mana yang TIDAK selalu harus diikuti? Jika kita menyimak perkataan Dr. Pidyarto di atas tentang definisi Tradisi rasuli, yaitu, “teladan, ibadat, dan ajaran pada zaman rasuli”, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Tradisi rasuli yang berkenaan dengan ajaran harus kita terima dengan mutlak (karena itu berkaitan langsung dengan Tuhan Yesus dan ajaran-ajaran-Nya), namun berkenaan dengan ibadat, kita tidak perlu memutlakkannya. Bagaimana dengan teladan? Teladan hidup para rasul pun TIDAK perlu kita mutlakkan, karena para rasul pun juga tetap manusia yang kadang bisa berdosa. Contoh, Petrus pun sempat berlaku munafik, sehingga ditegur oleh Paulus (Gal. 2:11-14). Bahkan rasul top sekelas Paulus (yang dikenal sebagai seorang yang: keras, kuat, dan tegas) sempat berselisih tajam dengan Barnabas (Kis. 15:36-39). Mengapa berkenaan dengan ibadat dalam Tradisi rasuli, kita tidak perlu memutlakkannya? Karena ibadat pada zaman rasuli adalah ibadat yang unik yang hanya terjadi pada zaman rasuli yang tentunya berbeda bahkan SANGAT berbeda dengan zaman kita. Apakah gereja Katolik Roma yang mengklaim menghormati Tradisi rasuli juga adalah gereja yang menjalankan setiap teladan, ibadat, dan ajaran dari Tradisi rasuli tersebut?

Pertama, di Roma 16:16, Paulus menasihati antar jemaat Roma untuk bersalam-salaman dengan cium kudus (cium persaudaraan). Pertanyaan saya, apakah bentuk ibadat seperti ini harus kita aplikasikan di zaman sekarang? Kedua, apakah gereja Katolik Roma yang mengakui Tradisi rasuli memiliki kehormatan yang sama dengan Alkitab juga menjalankan cium kudus pada saat atau sebelum atau sesudah misa? Secara fakta, saya tidak pernah menjumpai cium kudus dijalankan di dalam gereja Katolik Roma.

Kedua, jika gereja Katolik Roma mempertahankan penghormatan juga terhadap Tradisi rasuli, maka tolong tanya, apakah di zaman rasuli, ada penghormatan terhadap patung Maria seperti yang dilakukan di dalam gereja Katolik sekarang? Saya mengerti bahwa orang Katolik TIDAK menyembah patung Maria, namun penghormatan berlebihan terhadap patung Maria sendiri TIDAK sesuai dengan Tradisi rasuli.

Ketiga, bagaimana juga dengan pengakuan dosa kepada pastor/uskup? Apakah Tradisi rasuli mengajarkan hal ini? Alkitab dan tentunya Tradisi rasuli mengajarkan bahwa Kristus adalah pengantara antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa, sehingga hanya kepada Kristus saja, kita dapat mengaku dosa dan meminta pengampunan-Nya. Meskipun orang Katolik mengakui bahwa Pastor tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, namun pertanyaan saya, mengapa di gereja Katolik Roma terdapat liturgi mengaku dosa kepada pastor/uskup?

Keempat, Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Orang Katolik Roma mempercayai bahwa Paus adalah penerus Rasul Petrus. Sebagai gereja yang juga menghormati Tradisi rasuli, mengapa Petrus yang diberitakan di Alkitab adalah seorang yang menikah (buktinya: Tuhan Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus—Mat. 8:14-17), sedangkan Paus ditetapkan tidak boleh menikah? Jadi, ini yang salah yang mana: Alkitab, Tradisi rasuli, atau yang mengaku meneruskan Tradisi rasuli?

Kelima, jika gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa Tradisi rasuli memiliki kehormatan yang sama dengan Alkitab, maka saya menyodorkan fakta bahwa banyak gereja Katolik Roma pada waktu hari raya agama mayoritas di Indonesia selalu memasang spanduk yang bertuliskan selamat menunaikan ibadah hari raya agama mayoritas tersebut, namun anehnya di saat Waisak atau Galungan/Kuningan, tidak ada spanduk serupa. Tolong tanya, apakah pada zaman rasuli, misalnya pada zaman Paulus, apakah Paulus memerintahkan jemaat Roma atau Galatia atau yang lainnya untuk mengucapkan selamat hari raya kepada orang-orang sekitarnya yang non-Kristen? Tidak ada catatan sejarah mengenai hal ini. Lalu, dapat ide dari mana banyak gereja Katolik Roma memasang spanduk demikian? Ada jemaat gereja Katolik Roma yang mengatakan bahwa itu adalah bentuk solidaritas atau menghormati. Saya bertanya kembali, kalau tujuannya adalah untuk menghormati atau solidaritas, mengapa hanya pada saat hari raya agama mayoritas di Indonesia dan BUKAN pada setiap hari raya agama-agama di Indonesia, seperti: Waisak, Galungan/Kuningan, dll dan bahkan juga BUKAN pada saat orang Protestan memperingati hari Reformasi Gereja tanggal 31 Oktober? Ini membuktikan ketidakkonsistenan mereka sendiri.

Akhir kata, dengan penyajian singkat ini, saya tidak hendak memusuhi saudara seiman saya, kaum Kristen Katolik, namun saya hendak menyadarkan fakta bahwa Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi dalam iman dan praktik hidup Kristen. Tradisi rasuli meskipun tetap harus dihormati karena begitu signifikan, namun itu TIDAK bersifat mengikat. Sebuah kutipan ayat terakhir akan menyadarkan kita pentingnya Alkitab sebagai satu-satunya otoritas dalam iman dan praktik hidup Kristen, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim. 3:16; kata “tulisan” dalam teks Yunaninya: graphÄ“ yang menekankan superioritas Alkitab sebagai tulisan yang dihembuskan oleh Allah dalam iman dan kehidupan Kristen) Amin. Soli Deo Gloria.