09 December 2009

Roma 16:17-18: KESATUAN DAN KEBENARAN DI DALAM TUBUH KRISTUS: Hambatannya

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-15


Kesatuan dan Kebenaran Di Dalam Tubuh Kristus: Hambatannya

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:17-18



Setelah memberi salam kepada orang-orang di ayat 1 s/d 16, maka Paulus mulai memberi peringatan kepada jemaat Roma pada ayat 17 s/d 19. Pada bagian ini, kita akan merenungkan peringatan pertama Paulus di ayat 17-18. Peringatan pertama yang Paulus katakan berkaitan dengan bahaya internal. Bahaya internal itu dijelaskan Paulus di ayat 17, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” Kata “menasihatkan” di dalam ayat ini di dalam King James Version (KJV), Revised Version (RV), 1833 Webster Bible, 1912 Weymouth New Testament (WNT), diterjemahkan beseech (=memohon/meminta). International Standard Version (ISV) dan New International Version (NIV) menerjemahkannya urge (=mendorong/mendesak). Kata Yunani yang dipakai adalah parakaleō yang bisa berarti memohon/menasihati/mendorong. Apa yang Paulus nasihatkan? Paulus mendorong jemaat Roma untuk waspada terhadap tantangan yang muncul dari dalam, yaitu orang-orang yang berusaha memecah belah dan menggoda jemaat. Kata “waspada” di dalam ayat ini di dalam KJV diterjemahkan mark (=perhatikan). Kata Yunani yang dipakai adalah skopeō bisa berarti perhatikan. Berarti di dalam tindakan berwaspada, ada tindakan memperhatikan. Siapa yang perlu diwaspadai/diperhatikan? Paulus mengatakan bahwa yang perlu diwaspadai adalah orang-orang internal yang berusaha mengacaukan dan menggoda jemaat. Orang tersebut memiliki ciri-ciri:
Pertama, motivasinya untuk memecah belah dan menggoda jemaat. Struktur teks terjemahan Indonesia ini meletakkan “yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima” lebih dahulu ketimbang “menimbulkan perpecahan dan godaan.” Sedangkan teks Yunani dan beberapa terjemahan Inggris meletakkan urutan yang sebaliknya. Dengan kata lain, ciri orang internal tersebut adalah bermotivasi memecah belah dan menggoda jemaat. Perpecahan di dalam ayat ini bahasa Yunaninya dichostasia bisa berarti disunion (=pemisahan/perselisihan). Dan kata godaan dalam bahasa Yunaninya skandalon (bisa berarti jebakan) yang dari kata ini muncul istilah skandal. ISV menerjemahkan “godaan” ini sebagai sinful enticements (bujukan berdosa). NIV dan English Standard Version (ESV) menerjemahkannya obstacles (=halangan/rintangan). Terjemahan yang lebih tepat bukan hanya sekadar rintangan, tetapi lebih ke arah jebakan/bujukan berdosa (mengikuti terjemahan ISV). Berarti godaan ini jelas bersifat negatif dan sekaligus berdosa. Siapakah orang yang dimaksud Paulus sebagai pemecah belah dan penggoda jemaat? Baca Roma 14 (bdk. NIV Spirit of the Reformation Study Bible hlm. 1839). Di situ, Paulus mengungkapkan bahwa si pemecah dan penggoda jemaat adalah mereka yang terlalu mengurusi/meributkan hal-hal lahiriah/sekunder ketimbang esensial. Jika di zaman Paulus, ada kemungkinan orang Kristen bisa memecah belah dan menggoda jemaat, maka tentu di zaman sekarang, orang-orang model seperti ini juga tetap ada. Apa cirinya? Jelas, orang ini hanya berKTP “Kristen” tetapi imannya tidak sungguh-sungguh berpusat kepada Kristus. Imannya dibangun di atas kehebatan diri. Tidak heran, motivasinya bukan saling menguatkan sesama saudara seiman, tetapi menimbulkan perpecahan di antara saudara seiman. Ada dua contoh. Contoh pertama, terlalu menekankan ajaran-ajaran sekunder. Misalnya, baptisan anak tidak dilarang dan tidak diharuskan di dalam Alkitab, tetapi ada beberapa orang Kristen memutlakkannya. Atau mungkin doktrin-doktrin lain yang sekunder, misalnya cara baptisan, dll mengakibatkan gereja Kristen terpecah belah. Contoh kedua adalah hal praktis. Misalnya, dengan menggosipkan jemaat lain (yang belum tentu benar) atau menghina jemaat lain, dll. Bukan hanya memecah belah jemaat, tindakan menggoda atau membujuk juga dilakukan oleh beberapa orang “Kristen”. Mereka mulai memancing jemaat lain untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang melawan Alkitab, misalnya bisnis MLM, dll. Godaan-godaan seperti itu bukan hanya terjadi di zaman Paulus saja, tetapi juga di zaman postmodern ini.

Kedua, ajarannya tidak sesuai dengan ajaran para rasul. Para pemecah dan penggoda jemaat ini sebenarnya adalah mereka yang ajarannya tidak beres. Ajaran tidak beres ini mengakibatkan mereka melakukan ulah yang memecah belah dan menggoda jemaat lain. Dengan kata lain, tindakan pemecahbelah dan penggoda jemaat dilatarbelakangi oleh suatu presuposisi ajaran yang tidak beres, yaitu tidak sesuai dengan ajaran para rasul. Istilahnya, orang yang memecah belah dan menggoda jemaat ingin cari rekan untuk menemaninya menganut ajaran yang tidak bertanggungjawab itu. Kalau kita refleksikan di zaman sekarang, para pemecah belah dan penggoda jemaat biasanya dilatarbelakangi oleh ajaran/imannya yang bertentangan dengan dan bahkan melawan Alkitab. Misalnya, ada jemaat yang masih belajar dan melakukan yoga, tenaga dalam, dll, lalu mempengaruhi jemaat lain untuk sama-sama belajar yoga, tenaga dalam, dll. Dengan melancarkan godaan tersebut, ia sudah berdosa dobel. Pertama, ia sudah melakukan sesuatu yang melawan prinsip Alkitab dan kedua, ia mengajak orang lain melakukan tindakan berdosa.

Oleh karena itu, sikap Paulus tegas menghadapi orang-orang seperti ini, “Sebab itu hindarilah mereka!” “Hindarilah” di dalam NIV dan teks Yunani diterjemahkan keep away from (=jauhilah). Dengan kata lain, kepada orang-orang di atas, Paulus tegas mengajar jemaat Roma untuk menjauhi mereka. Mengapa menjauhi mereka? Apakah kita tidak berlaku kasih? TIDAK. Justru dengan menjauhi orang-orang seperti itu, kita mengasihi Tuhan dan jemaat-Nya, mengapa? Karena kita memelihara kesatuan tubuh Kristus (bdk. Ef. 4:3-6). Kesatuan yang dimaksud di sini TIDAK seperti kesatuan yang didengungkan oleh beberapa (atau bahkan) banyak gereja postmodern yang semaunya sendiri. Kesatuan di sini berarti kesatuan di dalam Kebenaran firman-Nya yang berpusat kepada Kristus (baca tuntas Ef. 4:3-6). Bagaimana dengan kita? Masihkah kita lebih mempertahankan kehebatan gereja kita sendiri dan tidak lagi bersatu dengan anggota tubuh Kristus lainnya di dalam kebenaran firman-Nya? Biarlah ini mengoreksi kita.


Orang-orang yang Paulus sebutkan di ayat 17 ternyata memiliki dasar iman/motivasi yang tidak beres dan tentunya cara yang tidak beres. Hal tersebut disingkapkan dengan jelas oleh Paulus di ayat 18, “Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.” Di ayat 18, Paulus mengungkapkan dasar iman/motivasi yang tidak beres dari si pemecah dan penggoda jemaat tersebut yaitu: tidak melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka sendiri. Berarti, imannya bukan God-centered, tetapi self-centered. Kata “melayani” yang dipakai di ayat ini bahasa Yunaninya douleuō yang berasal dari akar kata doulos (=budak/hamba). Dengan demikian, motivasi dasarnya si pemecah dan penggoda jemaat bukan menjadi budaknya Tuhan, tetapi budak diri, lebih kasar lagi, budak perutnya. Yang dia layani hanya kemauan (baca: nafsu) perutnya sendiri demi kepuasan/kehebatan diri. Lalu, motivasi demikian dibarengi dengan cara-cara yang tidak bertanggungjawab pula. Dari motivasi yang tidak beres melahirkan cara yang tidak beres pula. Cara tersebut adalah mereka menggunakan kata-kata yang muluk-muluk dan bahasa yang manis untuk menipu orang Kristen. “Kata-kata yang muluk-muluk” di dalam KJV diterjemahkan good words (kata-kata yang bagus). NIV menerjemahkannya smooth talk (pembicaraan yang halus). “Bahasa mereka yang manis” di dalam KJV diterjemahkan fair speeches (kemampuan berbicara/berpidato yang sopan/ramah). NIV menerjemahkannya flattery (=sanjungan berlebihan/pujian yang bersifat menjilat). Berarti, cara-cara mereka benar-benar licik. Mereka tidak menggunakan cara rumit, tetapi cara sederhana, yaitu melalui perkataan. Dengan mengeluarkan kata-kata yang manis dan baik, mereka bisa menipu orang, lalu tujuannya tercapai yaitu jemaat terpecah dan tergoda. Hal ini juga bisa diimplikasikan di dalam Kekristenan zaman sekarang. Para pemecah dan penggoda jemaat ini berusaha mengindoktrinasi orang Kristen lain dengan ajaran-ajaran yang tidak bertanggungjawab. Meskipun kelihatannya mereka memakai ayat-ayat Alkitab, namun sayangnya ayat-ayat Alkitab yang mereka pakai dilepaskan dari konteks dan latar belakangnya, sehingga seolah-olah ayat-ayat Alkitab itu cocok dan “logis”. Itulah yang kita perhatikan misalnya pada beberapa penganut baptisan selam yang memutlakkan baptisan selam dan menghina mereka yang dibaptis percik sebagai penganut baptisan yang tidak “Alkitabiah”. Dengan bertindak demikian, mereka memecah belah dan menggoda jemaat dengan segudang ayat-ayat Alkitab yang dilepaskan dari konteksnya. Apakah dengan cara seperti itu mereka melayani Tuhan? TIDAK! Paulus mengatakan bahwa sebenarnya mereka sedang melayani perut mereka sendiri. Atau mereka sedang melayani kehebatan mereka sendiri, yang lebih parah lagi, kehebatan mereka itu dibarengi dengan klaim-klaim yang tidak bertanggungjawab, misalnya, “Tuhan Yesus memerintahkan saya untuk membaptis selam.”


Biarlah ini menjadi peringatan bagi kita juga. Siapakah yang kita layani mempengaruhi motivasi pelayanan kita dan cara yang kita pergunakan serta berdampak pada tujuan/hasil akhirnya. Biarlah kita menguji diri kita masing-masing, sudahkah kita benar-benar melayani Tuhan di dalam kesatuan tubuh Kristus dengan pengertian iman yang bertanggungjawab? Amin. Soli Deo Gloria.