13 April 2011

“DOKTRIN GAK PENTING, YANG PENTING PERBUATANNYA”?? (Denny Teguh Sutandio)

“DOKTRIN GAK PENTING, YANG PENTING PERBUATANNYA”??

oleh: Denny Teguh Sutandio



“tidak akan ada kesehatan rohani tanpa pengetahuan doktrin.”
(Prof. J. I. Packer, D.Phil., Mengenal Allah, hlm. 9)




“Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya,” begitulah cetusan seorang Kristen yang “melayani Tuhan” di sebuah gereja kontemporer yang top di Surabaya. Kemudian orang itu berujar, “Apa gunanya berdebat theologi ini itu, tetapi tidak memiliki kasih.” Atau ada juga seorang mantan non-Kristen yang pernah berbakti di sebuah gereja Injili di Surabaya, kemudian akhirnya enggan berbakti kembali setelah ditipu oleh seroang majelis gereja lalu berujar, “Percuma ke gereja, yang penting itu berbuat baik.” Mengapa ada orang Kristen berujar demikian? Karena:
Pertama, dia suntuk mendengar debat theologi yang tidak kunjung habis. Harus disadari bahwa theologi tidak sesederhana yang kita kira, karena theologi khususnya theologi Kristen berangkat dari pengenalan dan penafsiran seseorang akan Alkitab. Di dalam sejarah gereja, ada banyak perbedaan theologi yang mengakibatkan perdebatan berkepanjangan, sehingga hal inilah yang mengakibatkan beberapa (atau mungkin banyak?) orang Kristen suntuk berdebat theologi, karena baginya itu membuang waktu. Lalu, tidak heran, ia mengeluarkan pernyataan, “yang penting itu kasih.”

Kedua, dia malas belajar doktrin. Alasan pertama masih bisa sedikit dimaklumi, namun alasan lain mengapa seseorang mengatakan, “Yang penting perbuatannya” adalah orang tersebut malas belajar doktrin apalagi membaca Alkitab dan buku-buku theologi. Kalaupun ia mau belajar Alkitab, ia hanya mau menimba ilmu di sebuah sekolah Alkitab awam yang mudah yang tidak perlu memeras otaknya. Tidak heran, dari mulut orang seperti inilah terlontar pernyataan, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya.”


Sebenarnya, orang yang berkata, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya” memiliki kelemahan yang tidak disadarinya, yaitu:
Pertama, kontradiksi yang aneh. Bagi saya, orang yang terus berkoar-koar, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya” sebenarnya adalah orang yang benar-benar aneh dan konyol, mengapa? Karena dengan mengatakan hal tersebut, ia sedang mengeluarkan pernyataan doktrinal bahwa doktrin itu tidak penting. Dengan kata lain, sambil berkoar-koar, “Doktrin gak penting, …”, ia sedang menciptakan sebuah doktrin bahwa doktrin tidak penting. Perlu diketahui bahwa doktrin itu berarti ajaran. Makin berkoar-koar, makin terlihat betapa konyol orang itu. Terhadap orang yang berkoar-koar ini, mudah saja, abaikan perkataannya, mengapa? Bukankah menurutnya doktrin itu tidak penting dan apa yang dikatakannya itu pun sebuah doktrin, jadi buat apa ngurusin doktrin yang menganggap bahwa doktrin tidak penting? Ke laut aja dech…. Wkwkwk

Kedua, ketidakkonsistenan. Coba cek perilaku dari orang yang berkoar-koar, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya” atau “Percuma ke gereja, yang penting berbuat baik” atau sejenisnya, kebanyakan orang yang berkoar-koar hal tadi ternyata perilakunya juga tidak beres, bahkan beberapa orang dapat dikatakan kasar! Saya sudah membuktikan hal ini, sehingga saya bisa berkata demikian! Ada seorang mantan non-Kristen yang pernah berbakti di sebuah gereja Injili di Surabaya, namun tidak lagi berbakti lagi (karena ditipu oleh seorang majelis gereja), lalu dengan bangganya, dia berkata, “Percuma ke gereja, yang penting berbuat baik.” Tahukah Anda bahwa orang yang SAMA juga adalah orang yang berkata kasar kepada ayah saya? Aneh memang, orang yang ngotot berkata bahwa yang penting berbuat baik adalah orang yang SAMA pula berkata kasar. Hal ini berarti bahwa orang yang berkata, “yang penting perbuatannya” sebenarnya hanya menutupi diri untuk tidak mau mengenal Kebenaran sejati dengan dalih bahwa yang penting perbuatannya.

Ketiga, menghina Kristus! Jika ada orang Kristen yang gemar berkata, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya”, maka Ev. Jimmy Setiawan, M.T.S. di dalam komentarnya di BlackBerry Messenger (BBM) group berkata, “Kalau yang penting perbuatannya, maka ga perlu Kristus… Jadi orang Budhist saja, mungkin lebih bermoral… Orang atheis saja banyak yang humanis.” Dengan kata lain, orang yang berkata bahwa yang penting perbuatannya sedang menghina Kristus:
Pertama, orang yang berkata bahwa yang penting perbuatannya adalah orang yang sama akan berkata bahwa manusia diselamatkan dan dibenarkan melalui perbuatannya, maka tidak perlu Kristus mati disalib untuk menebus dosa manusia.
Kedua, orang yang berkata bahwa yang penting perbuatannya, ia sedang menghina Kristus, karena Kristus pun selain mengasihi manusia (menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dll) juga mengajarkan doktrin! Doa Bapa Kami dan Khotbah di Bukit adalah beberapa pengajaran-Nya yang berkuasa. Beranikah kita berkata bahwa doktrin yang Kristus ajarkan sendiri itu tidak penting?


Lalu, bagaimana sikap orang Kristen yang beres menanggapi pernyataan di atas?
Pertama, introspeksi diri. Orang Kristen yang beres di titik pertama tidak perlu emosional menghadapi pernyataan di atas, sebaliknya kita perlu mendengarkan pernyataan tersebut sambil mengintrospeksi diri apakah dirinya mencerminkan apa yang dikatakan orang Kristen pragmatis tadi. Secara umum, memang perlu diamini bahwa banyak orang Kristen khususnya theolog rajin berdebat theologi bahkan berselisih/berkelahi untuk urusan yang tidak terlalu penting. Bahkan di dalam sejarah gereja, gereja Barat dan gereja Timur berpisah salah satu alasannya adalah perbedaan penggunaan jenggot di mana gereja Barat tidak mengharuskan pemimpin gerejanya berjenggot, sedangkan gereja Timur mengharuskan pemimpin gerejanya berjenggot! Hanya untuk alasan yang sangat sepele, kedua arus gereja utama dahulu sudah berkelahi dan tidak saling berinteraksi, meskipun baru-baru di abad XX, mereka pernah bersilaturahmi. Secara khusus, banyak orang Kristen yang makin belajar theologi, makin rajin berdebat sini sana bahkan untuk urusan sepele, misalnya: makan, baptisan anak, dll. Selain itu, beberapa dari mereka juga merasa sok tahu dan susah ditegur, karena mereka merasa sudah mengerti theologi, filsafat, dll. Yang paling celaka adalah beberapa pendeta yang bergelar theologi, makin bergelar tinggi, makin sombong, enggan dikritik dengan beribu argumentasi “theologis”! Saya terus terang muak melihat orang Kristen yang gemar memakai ayat-ayat Alkitab dan kata-kata rohani untuk menutupi kesalahannya! Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita yang rajin belajar doktrin termasuk orang yang cepat menghakimi orang lain dengan theologi yang kita pelajari?

Kedua, tunjukkan bahwa doktrin itu penting. Setelah introspeksi diri, kita perlu mengatakan kepada orang Kristen pragmatis di atas bahwa doktrin itu penting. Mengapa? Karena: Pertama, doktrin Kristen merupakan dasar iman Kristen. Dengan belajar doktrin Kristen, kita makin mengerti apa keunikan sekaligus finalitas Kekristenan dari semua agama, filsafat, tradisi, dll, di mana hanya Kekristenan SAJA (yang berdasarkan Alkitab) adalah satu-satunya agama/iman yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara logika, sejarah, maupun hati nurani. Beberapa doktrin dasar yang penting dalam iman Kristen: Allah Tritunggal, Kristus yang memiliki dua natur (Ilahi dan manusia), manusia diciptakan Allah, fakta dosa manusia, manusia ditebus dan diselamatkan dari dosa melalui anugerah Allah di dalam penebusan Kristus, dll. Makin mengerti doktrin hendaklah mengakibatkan kita makin rendah hati, bukan sombong! Kedua, doktrin Kristen yang benar merupakan dasar kita menguji suatu ajaran Kristen apakah sesuai dengan Alkitab atau tidak. Terlalu banyak orang menyebut diri “Kristen”, tetapi tidak beriman pada Allah Tritunggal atau mengakui Kristus hanya sekadar manusia/junjungan Allah (bukan Allah). Nah, belajar doktrin Kristen mengakibatkan kita makin berwaspada dengan pengajaran palsu demikian. Meskipun pendeta tersohor sekalipun yang mengajarkan bahwa Allah itu bukan Tritunggal, maka orang Kristen yang beres HARUS menolak ajaran tersebut dan bukan malahan mengikutinya secara membabi buta hanya karena sang pendeta itu “terkenal”! Ketiga, doktrin Kristen sebagai dasar kehidupan rohani. Belajar doktrin Allah Tritunggal, ketidakbersalahan Alkitab, dll sebenarnya merupakan dasar penting bagi pertumbuhan rohani kita. Prof. J. I. Packer, D.Phil. dalam bukunya Mengenal Allah pernah berujar, “tidak akan ada kesehatan rohani tanpa pengetahuan doktrin.” (hlm. 9) Misalnya, ketika kita belajar doktrin bahwa Allah itu adalah Pribadi Allah yang berdaulat, seharusnya doktrin ini bukan hanya mengisi pikiran kita untuk nantinya berdebat perbedaan Calvinisme dan Hiper-Calvinisme, dll, tetapi justru ini menjadi kekuatan dan penghiburan tersendiri bagi kita tatkala kita menghadapi penganiayaan, pemfitnahan, dll sekaligus menjadi jaminan kita hidup di dalam tangan-Nya yang berdaulat. Jika kita beriman pada Allah yang tidak berdaulat yang mudah mengubah keputusan-Nya atau paling konyol bukan pada Allah yang berpribadi, maka kita tidak akan mengerti makna hidup kita, karena apa/siapa yang kita imani (yang fana) tidak layak menopang hidup manusia yang fana!

Ketiga, berkomitmen untuk menjalankan apa yang kita telah pelajari. Setelah menunjukkan kepada orang Kristen pragmatis tersebut bahwa doktrin itu penting, maka tugas dan panggilan kita sebagai orang Kristen yang beres adalah berkomitmen untuk menjalankan apa yang telah kita pelajari. Doktrin bukan hanya dikonsumsi di pikiran saja, tetapi juga harus dijalankan, karena iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:14-26). Mengutip perkataan Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. dalam siaran eksposisi Yakobus di radio Suzana FM, menurut Yakobus, orang Kristen yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus adalah orang Kristen yang mendengar Firman, menerima Firman tersebut dengan lemah lembut, dan tidak lupa untuk melakukannya (Yak. 1:19-25). Memang tidak mudah menjalankan Firman, karena meskipun kita telah dilahirbarukan Roh Kudus, kita masih bisa berdosa karena ada natur kedagingan kita (meskipun dosa TIDAK lagi menguasai kita). Karena ini tidak mudah, tidak berarti itu tidak mungkin, mengapa? Karena Roh Kudus akan memimpin kita untuk menjalankan firman, sehingga kita dimampukan-Nya untuk memuliakan Allah. Biarlah kita dengan rendah hati siap dipimpin Roh Kudus untuk berusaha mematikan kedagingan kita dan taat mutlak pada firman, sehingga orang sekeliling kita tidak lagi berkata, “Doktrin gak penting, yang penting perbuatannya.” Dengan kata lain, kita yang sudah belajar banyak doktrin, tunjukkan itu sebagai teladan hidup dengan mengakui bahwa itu semua dapat terjadi karena anugerah-Nya.


Bagaimana dengan kita? Doktrin itu penting, namun doktrin yang penting itu hendaknya tidak bersarang di pikiran kita saja, tetapi juga di dalam hati dan kehidupan kita sehari-hari demi kemuliaan-Nya. Amin. Soli DEO Gloria.