08 March 2007

DOKTRIN KRISTUS/KRISTOLOGI (Denny Teguh Sutandio)

BAB 5
DOKTRIN KRISTUS (KRISTOLOGI)


Setelah kita mengerti kasih Allah yang menyelamatkan manusia berdosa di dalam Kristus, mari kita akan meneliti kembali tentang Pribadi Kristus yang telah menyelamatkan kita ini.
5.1 Siapakah Kristus ? (Inkarnasi Kristus : Problematika dan Jawabannya)
Seperti pengajaran Alkitab, Tuhan Yesus Kristus adalah Pribadi kedua Allah Trinitas yang dilahirkan dari Allah Bapa. Kata “dilahirkan” jangan dimengerti dalam istilah dunia/harafiah, tetapi harus dimengerti secara kekekalan. Mazmur 2:7 merupakan penggenapan kedatangan Mesias yaitu Kristus, di mana Allah Bapa sendiri melalui Daud berfirman bahwa Dia lah yang memperanakkan Kristus (dikenal dengan Mazmur Mesianis). Pribadi Kedua Allah Trinitas ini berinkarnasi dengan menjadi manusia yang lahir di Betlehem dan dibesarkan di Nazaret. Banyak agama khususnya agama mayoritas di Indonesia menyatakan bahwa sungguh tidak masuk akal Allah bisa menjadi manusia. Bagi manusia berdosa, memang hal itu tidak masuk akal, tetapi bagi orang percaya, itu sangat masuk akal. Mengapa ? Perhatikan. Kalau Allah menjadi manusia itu tidak masuk akal, berarti orang yang mengatakan hal itu jelas menyangkali keMahakuasaan Allah. Kalau mereka mengakui Allah itu Mahakuasa, bukankah mereka secara sah harus mengakui bahwa Allah yang Mahakuasa juga berkuasa menjadi manusia ?! Ini yang dinamakan bebas yang benar-benar bebas, yaitu kebebasan yang mengikat kebebasannya. Banyak orang dunia meneriakkan kebebasan (liberty), lalu bertindak seenaknya sendiri dan akhirnya lama-kelamaan terikat oleh kebebasannya. Itu bukan kebebasan sejati. Kebebasan sejati adalah kebebasan untuk mengikat kebebasannya supaya taat kepada Tuhan. Pdt. Billy Kristanto memaparkan kedua perbedaan ini (antara freedom dan liberty) di dalam bukunya Ajarlah Kami Bertumbuh (Refleksi Atas Surat 1 Korintus).


5.2 Dwi Natur Kristus : Problematika dan Jawabannya
Apakah karena berinkarnasi menjadi manusia, natur Ilahi Kristus menjadi hilang ? TIDAK. Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D. di dalam bukunya The Defense of The Faith menyatakan, “The Creed of Chalcedon has expressed all this by saying that in Christ the divine and the human natures are so related as to be ‘two natures, without confusion, without change, without division, without separation.’” (Pengakuan Iman Chalcedon telah mengemukakan semua ini dengan mengatakan bahwa di dalam Kristus, natur Ilahi dan manusia-Nya begitu berhubungan mengenai “dua natur tanpa kekacauan, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan.”) (Van Til, 1955, p. 16) Ini berarti natur Ilahi dan manusia di dalam Kristus tidak pernah : terbagi-bagi, tercampur atau terpisah atau mungkin malahan menjadi kacau. Kedua natur di dalam Pribadi Kristus adalah menyatu. Ketika Kristus melakukan mukjizat, banyak orang menganggap bahwa pada saat itu Kristus sedang menonjolkan natur Ilahi-Nya, sedangkan ketika Kristus disalib, natur manusia-Nya yang sedang menonjol. Hal itu salah, karena memisahkan masing-masing natur berdasarkan tindakan-Nya itu sama seperti memisahkan kedua natur Kristus dan itu bidat/sesat. Di dalam sejarah, hal ini sudah terbukti.

Ada ajaran/sekte yang mencoba mengajarkan bahwa Kristus itu bernatur Ilahi dan bukan manusia. Ini merupakan pengaruh bidat/ajaran sesat Gnostisisme pada abad kedua dan ketiga yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan jiwa ini baik, sehingga di dalam Gnostik “Kristen”, Kristus dipercaya hanya memiliki natur Ilahi, karena tak mungkin Kristus memakai natur manusia yang berdosa/jahat. Di dalam hal ini, tidak heran, Rasul Yohanes menuliskan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.” (1 Yohanes 4:1-3) Ketika Yohanes menuliskan suratnya, pengaruh Gnostisisme sudah meracuni keKristenan, oleh karena itu Yohanes memerintahkan anak-anak Tuhan untuk menguji segala roh dan membedakannya apakah roh itu berasal dari Allah. Ciri utama pembedaan itu adalah kalau roh itu berasal dari Allah maka roh itu pasti mengaku bahwa Yesus Kristus datang sebagai manusia (mengenakan natur manusia, selain natur Ilahi-Nya), jika tidak mengakui natur kemanusiaan Kristus, maka jelas itu bukan Roh Allah. Bidat/ajaran sesat kedua yang muncul pada abad keempat dan kelima yaitu Arianisme dari pendirinya yang adalah seorang presbiter dari Aleksandria, Arius. Bidat ini mengajarkan bahwa Kristus “sebenarnya” hanya bernatur manusia dan bukan Allah. Pdt. Paulus Daun, M.Th. dalam bukunya Bidat Kristen dari Masa ke Masa menyatakan pandangan Arius, “Menurutnya, jika Tuhan Yesus memiliki sifat ilahi yang sama dengan Allah, ini akan merugikan kemuliaan dan kewibawaan Allah. Sebab itu ia berpendirian bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang sulung dan tertinggi derajatnya. Kemudian melalui Dia, Allah menciptakan segala sesuatu. Yesus bukan dari kekal adanya, melainkan dibentuk dari yang tidak ada (non existence) menjadi ada.” (Daun, p. 40) Pandangan ini tidak mengakui natur Ilahi-Nya dan hanya mengakui natur manusia-Nya. Pada waktu itu dalam konsili di Nicea pada tahun 325 A.D. ajaran sesat ini dinyatakan sesat (Daun, p. 40), tetapi ajaran ini dimunculkan kembali di abad postmodern oleh seorang “pendeta” mantan Islam yaitu Jusufroni yang mengembangkan doktrin sesat ini dengan mengatakan bahwa Yesus Kristus hanya Firman Allah (bukan Allah), jadi yang perlu disembah adalah Allah, bukan Kristus. Kalau ditelusuri, pandangannya ini diracuni oleh pandangan agamanya dahulu dan dia membangun paradigma doktrin ini dengan tujuan agar kepercayaan “Kristen” dapat menjadi “berkat” bagi agamanya dahulu, sehingga orang-orang dari agamanya dahulu dapat mengerti ke“Kristen”an yang sudah dia konstruksi ulang. Dan yang lebih parah lagi, ajaran ini juga meracuni ke“Kristen”an dalam pandangan “theologia” religionum atau social “gospel” yang mengilahkan “God”-centered “theology” dan meniadakan Christ-centered Theology. Terhadap hal ini, mengutip perkataan Rasul Paulus, “... jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.” (Galatia 1:9) Selain dua keanehan doktrin di atas, pada tahun 448, seorang sarjana theologia yang bernama Eutyches yang saat itu menjabat sebagai pimpinan gereja di Konstantinopel mengemukakan pendapat yang lebih aneh lagi. Ia mengatakan bahwa dua natur Kristus melebur menjadi satu dan menghasilkan natur ketiga. Lalu, ia juga mengemukakan bahwa “Di dalam tabiat yang bercampur ini, tabiat Ilahi melampaui tabiat kemanusiaan. Sebab itu, tabiat kemanusiaan Yesus terhisap dalam tabiat ilahi-Nya. Karena tabiat ilahi ini sudah bercampur dengan tabiat kemanusiaan, maka tabiat ilahi ini sudah tidak sama lagi dengan tabiat ilahi yang dulu (sebelum kedua tabiat ini bercampur).” (Daun, pp. 42-43) Pada waktu itu, ajaran ini dianggap sesat oleh Paus Leo I yang akhirnya menelorkan Konsili di Chalcedon.

Theologia Reformed mengajarkan kesatuan dari dua natur Kristus yaitu natur keIlahian dan kemanusiaan-Nya. Mengapa hal ini begitu penting ? Mari kita memperhatikan signifikansinya. Kristus di dalam Alkitab adalah bernatur Ilahi, karena hanya Allah saja yang dapat menebus dosa manusia, lalu Kristus juga bernatur manusia, karena hanya manusia saja yang dapat mati. Ketika Kristus hanya bernatur Ilahi dan bukan manusia, berarti Allah bisa mati, dan ini sudah menyalahi kodrat bahwa Allah itu kekal. Sedangkan ketika Kristus hanya bernatur manusia dan bukan Ilahi, maka penganut ajaran ini juga sedang bermimpi bahwa manusia bisa menebus dosa manusia ! Kedua ajaran sesat ini harus ditolak karena tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab yang konsisten. Dwi natur di dalam Pribadi Kristus memberikan implikasi praktis di dalam kehidupan Kristen sehari-hari yaitu sebagai orang Kristen kita tidak boleh mendualismekan antara hal-hal rohani/spiritual dengan hal-hal jasmani karena Kristus sendiri selain bernatur Ilahi, juga bernatur insani/manusia. Memegang filsafat dualisme ini sama dengan mempercayai adanya pemisahan natur Kristus dan itu identik dengan bidat/sesat !


5.3 Tiga Jabatan Kristus
Terakhir, sesuai theologia Reformed di dalam Katekismus Singkat Westminster pasal 23, sebagai Penebus, Kristus melaksanakan tiga jabatan, yaitu sebagai nabi, imam dan raja. (Williamson, 2006, p. 135) Lebih lanjut, G. I. Williamson menjelaskan bahwa sebagai nabi, Kristus menyatakan Firman Allah kepada kita ; sebagai imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya (pengorbanan) ; dan sebagai raja, Kristus adalah Raja atas segala raja yang berkuasa atas diri kita. Mari kita akan menelusuri ketiga jabatan Kristus ini satu per satu.

Sebagai nabi, Katekismus Singkat Westminster pasal 24 menyatakan, “Kristus melaksanakan jabatan sebagai seorang nabi, dengan menyatakan kepada kita, (Yohanes 1:18) melalui firman dan Roh-Nya, (1 Korintus 2:13) kehendak Allah bagi keselamatan kita. (2 Timotius 3:15)” (Williamson, 2006, p. 143) Sebagaimana telah dibahas pada poin doktrin Allah, maka kita harus mengerti bahwa Kristus adalah Penyataan diri Allah secara khusus dalam bentuk tidak tertulis/langsung hanya kepada umat pilihan-Nya. Melalui Dia, kita mengenal diri Allah beserta atribut-atribut-Nya. Oleh karena di dalam Kristus ada jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6), maka sudah seharusnya orang Kristen dan gereja beriman di dalam Kristus dan firman-Nya, Alkitab, karena di dalam Alkitab, Allah menyatakan diri-Nya secara langsung dan seluruh Alkitab berpusat kepada Kristus. Ketika orang Kristen dan gereja tidak lagi memusatkan hidup dan pengajarannya pada Kristus, perlu dipertanyakan iman Kristennya, karena Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan satu prinsip : Christianity is Christ (keKristenan adalah Kristus) ! Tanpa Kristus, keKristenan tak pernah ada. Di dalam Kristus sebagai nabi pula lah kita menemukan pengetahuan, karena, “He is our wisdom not only in the sense that he tells us how to get to heaven ; he is our wisdom too in teaching us true knowledge about everything concerning which we should have knowledge.” (Dia adalah Kebijaksanaan/Bijak kita bukan hanya dalam pengertian bahwa Dia memberi tahu kita bagaimana ke Surga ; Dia adalah Kebijaksanaan kita juga dalam mengajar kita pengetahuan sejati tentang segala sesuatu yang mana kita seharusnya memiliki pengetahuan.) (Van Til, 1955, p. 17)

Sebagai imam, Katekismus Singkat Westminster pasal 25 menyatakan, “Kristus melaksanakan jabatan-Nya sebagai imam, dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri (cukup hanya) satu kali sebagai korban untuk memuaskan keadilan ilahi, (Ibrani 8:1 ; 9:28) dan mendamaikan kita dengan Allah ; (Ibrani 2:17) dan terus-menerus menjadi Pengantara bagi kita. (Ibrani 7:25)” (Williamson, 2006, p. 151) Di dalam pasal 25 ini, sebagai imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (bukan semua orang). Kristus menebus banyak orang bukan semua orang berarti ada penebusan terbatas yang sepenuhnya tergantung pada kedaulatan Allah yang telah memilih beberapa manusia untuk ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan (Roma 8:29-30). Hal ini telah dijelaskan pada poin Doktrin Keselamatan. Lalu, pasal ini juga mengajarkan adanya penebusan Kristus yang satu kali untuk selama-lamanya. Berarti, tidak ada penebusan Kristus untuk kedua atau ketiga atau kesekian kalinya. Inilah keunikan penebusan Kristus, sekali untuk selama-lamanya. Sangat disayangkan, gereja Katolik Roma khususnya di Filipina dalam memperingati Jumat Agung, banyak jemaatnya “ikut merasakan penderitaan Kristus” dengan ikut-ikutan disalib sungguhan. Bagi saya, itu adalah penghinaan terhadap pengorbanan Kristus di salib, bukan ikut merasakan penderitaan Kristus. Selanjutnya, di dalam pasal 25 ini, kita mendapati adanya tiga sifat di dalam penebusan Kristus. Pertama, mempersembahkan diri-Nya untuk menggantikan manusia pilihan-Nya yang berdosa (Substitusi). Ini berarti kematian manusia yang harus ditanggung oleh semua manusia yang berdosa telah ditanggungkan/digantikan oleh Kristus dengan mati disalib untuk menebus dosa manusia pilihan-Nya. Kedua, memuaskan keadilan Ilahi/meredakan murka Allah. Semua dosa manusia harus ditanggung oleh manusia sendiri. Itulah keadilan yang dituntut Allah bagi manusia. Tetapi Ia sendiri sadar bahwa manusia tidak mampu melakukannya, maka Kristus diutus untuk menebus dosa manusia. mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah yang dahulu terputus akibat dosa. Ketiga, mendamaikan manusia dengan Allah (Propisiasi). Artinya, penebusan Kristus merekatkan kembali hubungan Allah yang Mahakudus dengan manusia yang berdosa yang dahulu terputus akibat dosa. Sehingga kematian Kristus mengembalikan fungsi asli manusia sebagai peta teladan Allah yang dahulu sudah terpolusi oleh dosa. Kematian Kristus juga membuka peluang manusia dapat berkomunikasi dengan Allah secara langsung di mana sebelumnya manusia berkomunikasi dengan Allah melalui para nabi-Nya. Hal ini dinyatakan dengan terbelahnya tirai Bait Allah menjadi dua ketika Kristus mati (Matius 27:51).

Sebagai raja, Katekismus Singkat Westminster pasal 26 menyatakan, “Kristus melaksanakan jabatan-Nya sebagai raja, dengan menaklukkan kita kepada diri-Nya, (Mazmur 110:3) memerintah serta melindungi kita, (Yesaya 33:22 ; 32:1-2) dan mengekang serta menaklukkan semua musuh-Nya maupun musuh kita. (1 Korintus 15:25)” (Williamson, 2006, p. 159) Dari pasal ini, kita menemukan tiga tindakan Kristus sebagai Raja, yaitu, pertama, menaklukkan kita kepada diri-Nya. Dalam hal ini, Rev. Prof. Cornelius Van Til, Ph.D. di dalam bukunya The Defense of The Faith memaparkan tentang hubungan jabatan Kristus sebagai imam, raja dan nabi, “He died for us to subdue us and thus gave us wisdom.” (Dia mati bagi kita untuk menundukkan kita dan kemudian memberikan kita kebijaksanaan.) (Van Til, 1955, p. 17) Kedua, memerintah serta melindungi kita. Selain menaklukkan kita, Kristus juga memelihara hidup kita dengan memerintah dan melindungi kita. Ada providensia (pemeliharaan) Kristus di dalam hidup anak-anak Tuhan meskipun mereka harus menanggung penderitaan dan penganiayaan karena nama-Nya (Matius 16:24). Ketiga, menaklukkan para musuh-Nya dan musuh kita. Kristus memelihara hidup kita bukan hanya melindungi kita tetapi juga menghajar, mengalahkan dan menaklukkan para musuh-Nya dan musuh kita, yaitu iblis dan kroni-kroninya. Pemerintahan Kristus sebagai Raja atas segala raja menghancurkan kuasa iblis. Oleh karena itu, sebagai anak-anak-Nya, kita harus bersatu padu menghadirkan Kerajaan Allah di dalam kehidupan kita sehari-hari selama Kerajaan 1000 tahun (bukan dimengerti secara harafiah) ini untuk kemuliaan Allah saja. Ingatlah, kemenangan ada di pihak Allah, bukan di pihak iblis, oleh karena itu, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Petrus 5:8-9)
5.4 Finalitas Kristus dan Signifikansinya
Dari ketiga poin yang telah dibahas, maka kita dapat menyimpulkan suatu prinsip yang tegas bahwa : Kristus adalah satu-satunya jalan manusia diselamatkan, dibenarkan, memperoleh kebenaran dan hidup itu sendiri. Apakah alasannya ? Mari kita akan menelitinya sambil mengimplikasikannya.
Pertama, Kristus adalah satu-satunya jalan manusia diselamatkan dan dibenarkan. Kisah Para Rasul 4:12 menyatakan bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapapun kecuali di dalam Kristus. Begitu pula halnya dengan Yohanes 14:6, Kristus sendiri bersabda bahwa Dia adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa jika tidak melalui diri-Nya. Mau masuk Surga ? Tanpa melalui Kristus, sangat mustahil adanya ! Mengapa ? Karena Kristus lah yang memegang kunci Kerajaan Surga dan barangsiapa yang masuk ke dalam Kerajaan Surga tanpa melalui Kristus, sama seperti yang Kristus nyatakan sendiri, “Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.” (Yohanes 10:8) Jadi, barangsiapa yang menyangkal dan menolak Kristus, tetapi ingin masuk “Surga”, maka mereka memiliki pengharapan palsu kepada agama mereka ! Jangan berharap kepada seseorang/pribadi/sesuatu yang tidak layak untuk diharapkan ! Berharaplah kepada Kristus karena Ia adalah satu-satunya yang dapat diharapkan 100% dan bertanggungjawab. Selain itu, Kristus juga merupakan Jalan Kebenaran bagi kaum pilihan-Nya. Ini berarti Kristus menjadi Sumber Kebenaran bagi mereka yang mencari Kebenaran (khususnya orang-orang Yunani). Dengan kata lain, menurut tafsiran Pdt. Sutjipto Subeno, Yohanes 14:6 berbunyi bahwa Kristus adalah Jalan (bagi orang Yahudi), Kebenaran (bagi orang Yunani) dan Hidup (bagi kedua orang ini). Mengapa hanya disebut dua bangsa yaitu Yahudi dan Yunani ? Karena kedua bangsa ini mewakili dua kebudayaan, yaitu Ibrani/Yahudi menitikberatkan sisi emosional dan rohani/spiritual, sedangkan bangsa Yunani menitikberatkan pada pencarian kebenaran (sisi rasional). Ketika mereka ingin mencari jawabannya, Kristus lah Jawaban itu. Tetapi pada saat mana kah Kristus menjawab pertanyaan dan menghentikan pencarian itu ? Pada saat Ia kaya, berkelimpahan, tampan ? TIDAK. Justru, Kristus menyediakan satu-satunya Jawaban itu di atas kayu salib. Paulus mengajarkan, “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” (1 Korintus 1:22-25) Bagi orang Yahudi dan Yunani yang menghendaki tanda/mukjizat dan hikmat, Kristus yang tersalib menjadi jawabannya di mana jawaban itu melampaui semua keinginan dari kedua orang itu. Mengapa ? Karena : pertama, di dalam salib Kristus tidak ada mukjizat yang dapat disaksikan, karena Kristus tidak turun dari salib untuk menyatakan kuasa-Nya. Kedua, di dalam salib Kristus tidak ada hikmat, karena Kristus yang disalib yang diperlakukan tidak adil, tetapi Ia tidak memberontak dan mencaci (padahal orang-orang “berhikmat” selalu mengajarkan bahwa ketika orang lain memperlakukan dirinya tidak adil, maka dirinya harus membela diri dengan argumentasi yang logis). Lalu, bagi Paulus, hanya umat pilihan-Nya sajalah yang mampu mengerti misteri ini !

Kedua, Kristus adalah Sumber Hidup manusia. Selain sebagai Jalan dan Kebenaran, Ia juga adalah Hidup itu sendiri atau Sumber Hidup. Artinya, Dia adalah satu-satunya Sumber Hidup yang patut dipercayai di mana semua manusia harus berharap, beriman dan berserah di dalam-Nya. Manusia dunia sejak zaman rasionalisme sampai abad postmodern ini sedang kehilangan jati diri dan hidup, sehingga mereka mulai berpikir dan bertingkah sesuatu yang aneh dan gila, misalnya mulai dari berpikir filsafat atheis dualisme, materialisme, humanisme sampai bertindak membunuh, dan hal-hal tidak senonoh lainnya (seperti banci, homo, lesbian, dugem, dll). Itulah akibat dosa (lihat Bab 3 khususnya tentang akibat dosa). Lalu, bagaimana menyelesaikannya? Tidak ada jalan lain, hidup manusia supaya menemukan makna sejati harus dikembalikan kepada Kristus yang adalah Sumber Hidup. Artinya, harus ada pertobatan total di dalam diri manusia. Bagi saya, pertobatan merupakan perubahan pertama-tama dalam aspek motivasi. Mengapa ? Karena manusia dunia yang hidupnya liar selalu mengatakan, berpikir, dan bertindak dengan motivasi yang tidak bertanggungjawab. Pertobatan dalam aspek kedua mencakup perubahan dalam hati dan pikiran yang nantinya mempengaruhi pola perilaku dan tindakan kesehariannya. Jika semua unsur dalam diri manusia sudah berubah, maka mereka pasti menemukan makna hidup yang sejati di dalam Kristus, dan tidak perlu membaca buku-buku tentang motivasi seperti buku Purpose Driven Life, dll. Selain pertobatan, harus ada komitmen total di dalam Kristus. Artinya, kita harus memiliki komitmen untuk menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Raja atas seluruh hidup kita, karena Kristus adalah Sumber Hidup. Dalam hal apa kita men-Tuhan-kan Kristus ? Kita akan membahasnya satu per satu.

Pertama, Kristus sebagai Tuhan dalam hidup keseharian kita. Ini berarti kita harus taat mutlak kepada perintah dan kehendak-Nya serta menjadikan firman-Nya sebagai satu-satunya sumber kebenaran dan penghakim semua filsafat kita dan dunia berdosa. Meniadakan otoritas Alkitab dan menyembah filsafat atheis manusia berdosa berarti tidak layak disebut Kristen ! Menjadikan firman-Nya sebagai otoritas kebenaran berarti kita harus mau dikoreksi oleh Kristus sendiri melalui Roh Kudus lalu kita pun harus mengoreksi filsafat dan pemikiran berdosa dari orang lain supaya mereka pun kembali kepada Kristus. Berarti, percaya kepada Alkitab bukan hanya berdampak kepada diri tetapi juga bagi orang lain.

Kedua, Kristus sebagai Tuhan dalam hidup keluarga kita. Berarti, konsep Kristus sebagai Kepala dan jemaat sebagai anggota-Nya harus menjadi teladan bagi hubungan keluarga khususnya antara suami dan istri. Paulus menjelaskan konsep ini di dalam Efesus 5:22-33. Di dalam konteks ini, kita akan mendapatkan pelajaran, yaitu : pertama, adanya konsep tunduk (Efesus 5:22-24). Keluarga yang beres dimulai dari suami sebagai kepala keluarga harus beres dan bertanggungjawab dalam mengurus rumah tangga sama seperti Kristus sebagai Kepala gereja yang juga bertanggungjawab mengurus dan mengepalai gereja-Nya. Jika suami tak dapat mengurusi rumah tangga, maka itu berarti juga merendahkan Kristus. Lalu, istri (sama seperti jemaat) harus tunduk kepada suami (sama seperti Kristus). Kedua, konsep mengasihi (Efesus 5:25-29). Artinya, suami harus mengasihi istrinya sama seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Sama seperti Kristus yang mengasihi jemaat-Nya dengan mengorbankan diri-Nya bagi mereka, maka suami pun harus siap mengorbankan diri bagi istrinya ketika ada bahaya dan dalam situasi apapun. Ketiga, konsep persekutuan dan hubungan (Efesus 5:32-33). Berarti di dalam hubungan keluarga harus ada persekutuan dan keintiman sama seperti hubungan Kristus dan jemaat yang terjalin mesra.

Ketiga, Kristus sebagai Tuhan di dalam ibadah kita. Ibadah gereja yang tidak berpusatkan kepada Kristus bukan ibadah sejati, karena Kristus lah yang harus dipuji di dalam ibadah gereja. Ketika gereja tidak lagi mengkhotbahkan Kristus yang tersalib, maka gereja itu tidak layak disebut gereja. Jadi, kriteria gereja sejati adalah : pertama, berpusatkan Kristus. Kedua, mengajak jemaat bersama-sama memuliakan Kristus di dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, melangsungkan mandat yang Kristus perintahkan : mandat budaya, mandat Injil dan melakukan sakramen. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada Doktrin Gereja.

TUJUH TAHUN (BARU) MASUK SEKOLAH DASAR ? (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

TUJUH TAHUN (BARU) MASUK SEKOLAH DASAR ?
Tinjauan Pemikiran Percepatan Pendidikan

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.


Jika beberapa puluh tahun yang lalu, dengan begitu ketat sekolah memberlakukan usia 7 tahun masuk SD, maka kini usia itu telah digeser menuju ke usia 6 tahun.

Bahkan ada kecenderungan di dalam pemikiran para insan pendidikan dan orang tua bahwa jika anaknya bisa lebih dini lagi masuk sekolah, akan sangat baik. Artikel kecil ini bukan bermaksud membahas seluruh aspek secara detail, tetapi memberikan wawasan ringkas kepada para insan pendidikan dan orang tua anak, untuk mempertimbangkan beberapa aspek penting pendidikan.

Perlunya Proses
Pertumbuhan manusia membutuhkan proses. Tuhan menciptakan manusia di dalam konteks waktu. Seorang anak harus dikandung 40 minggu sebelum dilahirkan. Bagaimana jika dipercepat hanya 7 bulan saja dan dikeluarkan ? Maka bayi itu memang sudah berbentuk manusia dan mungkin masih bisa hidup dengan berbagai alat bantu. Tetapi tentu proses prematur seperti ini sangat tidak dianjurkan dan bahkan dianggap sebagai suatu problema kelahiran. Ibu bayi ini tidak bisa berbangga dan mengatakan bahwa ia cukup senang karena hanya perlu mengandung 7 bulan dan anaknya sudah bisa lahir selamat dan bisa bertumbuh. Demikian pula perlu proses untuk mencerna berbagai kelengkapan kehidupan yang diberikan melalui pendidikan.

Perkalian tidak diberikan ke anak 3 tahun, dan differensial tidak diberikan ke anak 6 tahun. Tetapi jika kita melihat kecenderungan saat ini, mungkin sudah banyak orang yang sedang memikirkan bagaimana memberikan perkalian ke anak 3 tahun dan rumus differensial ke anak 6 tahun. Bahkan, saat ini ada ide mendidik anak dari sejak di kandungan dengan berbagai pelajaran. Itu bukanlah suatu cara yang bijaksana. Hal demikian menyebabkan anak tidak diberi kesempatan cukup untuk mengembangkan pribadinya dengan wajar. Otaknya dipaksa bekerja keras karena adanya ide bahwa anak bisa dijejali dengan segala pengetahuan tanpa batas.

Konsep tersebut tidak benar. Setiap kehidupan membutuhkan proses. Manusia dicipta oleh Tuhan dengan kebutuhan proses yang lebih teliti dan kompleks dibandingkan binatang. Pakar pendidikan Jean Piaget, yang meneliti perkembangan hidup anak sampai 15 tahun, melihat bahwa secara umum ada kesamaan pertumbuhan anak, dan setiap fase anak mengembangkan pertumbuhan tertentu di dalam kapasitas tertentu. Mempercepat proses pendidikan yang wajar bukanlah pendidikan yang bijaksana. Akibatnya, anak akan mengalami stres yang cukup berat, yang bisa sampai menimbulkan depresi pada anak.

Anak yang terlalu dini masuk SD masih bermasalah khususnya di kelas satu, karena ia belum siap untuk belajar berkonsentrasi, karena ia masih sedang mengembangkan ketrampilan geraknya. Akibatnya, dia akan sulit berkonsentrasi, meskipun secara kemampuan intelektualnya dia sudah cukup mampu menyelesaikan soal-soal yang disediakan. Piaget membagi usia 2-7 tahun sebagai usia Pre-Operational Thought, dan 7-11 adalah Concrete Operational Thought. Titik alih bukan di usia 6 tahun, tetapi 7 tahun. Di sini Sekolah LOGOS menjembatani dengan Pre-Elementary Class, di mana materi SD diberikan dengan format Kindergarten, yang membuat anak bisa dimampukan mengembangkan proses-proses pertumbuhan yang masih perlu ia selesaikan. Dengan demikian, pada saat masuk SD (Elementary) di usia 7 tahun, ia akan sudah bisa belajar dengan baik.


Perlunya Pematangan
Belajar bukan sekedar tahu. Inilah konsep mendasar dalam pendidikan yang saat ini sedang coba digeser dan dibuang. Banyak pakar pendidikan hari ini hanya melihat dunia pendidikan sekedar sebagai penjejalan berbagai bahan. Jangan heran, banyak sarjana yang telah lulus lebih dari 2 tahun sudah tidak bisa lagi mengerjakan pekerjaan matematika SMU. Banyak yang sudah lupa bagiamana menyelesaikan persoalan integral matematika. Hal itu terjadi karena ketika kita belajar, kita bukan dilatih sampai mengerti, tetapi sekedar bisa mengerjakan untuk bisa lulus ujian. Bahkan ada beberapa sekolah memberikan beberapa soal untuk dihafalkan cara penyelesaiannya, tanpa murid mengerti mengapa bisa diselesaikan dengan cara seperti itu. Yang ada adalah sks (sistem-kebut-semalam), dan setelah itu, lupakanlah, karena ujian sudah lewat. Celakanya, semangat seperti ini semakin menurun, sampai-sampai anak di tingkat SD juga berpikiran yang sama.

Pendidikan adalah pembentukan kehidupan. Jika kehidupan dibiasakan hanya sekedar numpang-lewat, maka kehidupan anak-anak kita kelak akan menjadi sangat tumpul. Dan ketika kita menyesal, waktu sudah berjalan dan tak mungkin ditarik kembali. Banyak kegagalan kehidupan sudah dimulai dengan kegagalan kita di sekolah. Sekolah-sekolah yang baik akan berusaha memberikan pematangan yang cukup kepada murid-muridnya. (Lihat artikel lain yang saya tulis tentang “Bagaimana Memilih Sekolah yang Baik ?”)

Orang tua yang baik, akan sangat memperhitungkan waktu untuk pematangan bagi studi anak-anaknya, sehingga tidak menjejali anak dengan berbagai pengetahuan, yang kelihatan hebat, tetapi seluruhnya hanya berada di permukaan.

Studi yang membawa pematangan juga digarap di masa kecil, yaitu untuk anak-anak Kindergarten (TK). Terlalu cepat anak dipindahkan ke SD bukan menjadikan anak itu matang, tetapi bertumbuh secara prematur. Banyak anak-anak seperti ini yang akhirnya terhambat pertumbuhan kedewasaannya dan pematangan mental-spiritualnya. Ia berkembang menjadi anak yang pragmatis di masa remaja kelak. Lebih baik sedikit lebih terlambat di awal dan menjadi matang. Inilah format yang dipilih oleh sekolah LOGOS. Toh, nantinya anak akan mengejar semua temannya jika studinya matang. Anak-anak di Eropa yang di masa SD kelihatannya kalah dengan anak-anak Asia, akhirnya mengejar dengan begitu handal ketika mereka berada di bangku kuliah. Fondasi yang terpasang kokoh menyebabkan mereka mantap bertumbuh.


Perlunya Konseptual
Belajar bukan sekedar tahu bahwa 2 + 2 adalah 4, tetapi mengapa 2 + 2 adalah 4. Ini yang disebut sebagai studi konseptual. Studi konseptual membawa anak mengerti rumus dasarnya, dan mampu menggunakannya di semua keadaan karena ia mengerti secara mendasar. Tetapi hari ini, banyak pendidikan yang sudah meninggalkan studi yang konseptual akibat dikejar oleh semangat pragmatis, keinginan untuk semua serba cepat dan instan.

Begitu banyak penawaran studi akselerasi (percepatan) di mana anak akan cepat mengetahui hasil akhir tanpa mengerti mengapa bisa keluar hasil seperti itu. Akibatnya, jika persoalan digeser dan diubah dari apa yang biasa dia kerjakan, maka ia sama sekali tidak mampu lagi menyelesaikan masalah tersebut. Di sini kita melihat dihasilkannya begitu banyak sarjana yang tidak siap berhadapan dengan berbagai masalah di bidangnya. Banyak siswa dan mahasiswa sudah terbiasa menyelesaikan masalah dan soal-soal pelajaran secara pilihan ganda, sehingga hanya merupakan soal-soal singkat dan tidak mendalam. Jika setiap soal harus diselesaikan dalam dua sampai lima halaman kertas jawaban, tentulah pola pemikiran dan sikap penyelesaian masalah akan sangat berbeda. Untuk ini dibutuhkan waktu yang cukup.

Sekolah LOGOS memberikan tambahan Pre-Elementary Class untuk memberikan waktu pendalaman konsep, sehingga mempersiapkan anak-anak masuk ke SD. Khususnya bagi mereka yang berasal bukan dari Kindergarten LOGOS, membutuhkan pengertian bukan sekedar ilmu pengetahuan, tetapi integrasi konsep spiritual yang mungkin sekali tidak banyak diberikan di tempat lain. Diharapkan dengan demikian pendalaman konsep yang integral membantu anak membangun worldview untuk sukses hidup di masa depan.


Perlunya Keutuhan (Bukan Hanya Bagian atau Aspek Tertentu yang Maju)
Belajar bukan hanya satu aspek dan mengabaikan berbagai aspek yang lain. Kita bersyukur kontribusi Howard Gardner dengan Multiple-Intelligence-nya yang menyadarkan banyak orang bahwa pandai dan sukses bukan hanya tergantung pada matematika dan fisika. Sukses bukan dilihat hanya dari aspek intelektual, tetapi juga sosial, relasional, emosional, dan juga spiritual. Semua ini butuh waktu dan harus dikembangkan secara simultan. Anak terkadang sudah bisa membaca dan berhitung di usia 3 tahun, tetapi bukan berarti ia sudah bisa masuk SD. Ada banyak hal lain yang perlu dia kembangkan juga. Demikian juga nantinya dalam pendidikan selanjutnya, raport atau ijazah seharusnya tidak hanya menunjukkan kehebatan intelektual atau ketrampilan sains, tetapi juga kemampuan sosial, tingkat spiritualitas, dan pengembangan emosi yang matang dari seseorang. Inilah penilaian yang sehat.

Untuk itu semua, dibutuhkan cukup banyak waktu dan perhatian untuk memperkembangkan sebuah kehidupan yang holistik. Jangan bangga jika anak kita genius sekali, karena sangat mungkin ia seorang autis dan tidak bisa berelasi dengan sesama dan bahkan tidak pernah bisa bekerja secara normal di dunia kerja umum.

Demikian pula dari berbagai studi perkembangan anak, maka usia 7 tahun adalah usia yang paling tepat untuk anak pada umumnya masuk ke Sekolah Dasar. Memang ada satu dua perkecualian, tetapi secara umum, pertumbuhan anak secara totalitas hingga usia 6 tahun, masih membutuhkan format Kindergarten untuk menuntaskannya. Di sini sekolah LOGOS memilih untuk memberikan kesempatan pengembangan pribadi anak yang dewasa dan matang secara holistik, bukan hanya dari aspek intelektual atau ketrampilannya, tetapi juga emosinya, spiritualnya, sosialnya, dst.

Bagaimana Anda sebagai insan pendidik dan para orang tua murid mempertimbangkan format dan pendekatan pendidikan yang banyak dipaparkan saat ini ? Apakah Anda cenderung memaksakan percepatan pendidikan pada anak-anak Anda ? Ataukah Anda mulai mempertimbangkan untuk memberikan pendidikan yang lebih tepat, lebih baik, lebih normal, dan lebih manusiawi, sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi pada anak-anak Anda ?

Kiranya Tuhan memberikan kepada setiap kita bijaksana surgawi di dalam memikirkan pendidikan anak-anak kita, agar mereka bisa bertumbuh dan diperlengkapi serta menjadi seperti yang Allah kehendaki. Soli Deo Gloria.


Sumber :
Artikel utama pada brosur pendidikan LOGOS yang dicetak untuk pameran pendidikan KIDO tanggal 24 s/d 28 Januari 2007 di Plaza Tunjungan 3, Convention Hall, Lantai 6, Surabaya.



Profil Pdt. Sutjipto Subeno :
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. dilahirkan di Jakarta pada tahun 1959. Beliau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan ketika sedang kuliah di Fakultas Teknik Elektro Universitas Trisakti Jakarta. Menyelesaikan studi Sarjana Theologia (S.Th.)-nya di Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta tahun 1995 dan tahun 1996 menyeleselaikan gelar Master of Divinity (M.Div.)-nya di sekolah yang sama.

Setelah pelayanan di Malang dan Madura, sejak tahun 1990 beliau bergabung dengan Kantor Nasional Lembaga Reformed Injili Indonesia di Jakarta. Beliau melayani di bidang literatur yang meliputi penerjemahan dan penerbitan buku-buku teologi. Selain itu beliau juga mengelola Literatur Kristen Momentum di Jl. Tanah Abang III/1 (sejak tahun 1993) dan di Jl. Cideng Timur 5A-5B (sejak tahun 1995).

Beliau ditahbiskan sebagai pendeta pada Mei 1996 dan mulai Juni 1996 menjadi gembala sidang GRII Surabaya. Selain sebagai gembala sidang, saat ini beliau juga sebagai direktur operasional dari penerbitan dan jaringan toko buku Momentum dan direktur International Reformed Evangelical Correspondence Study (IRECS), sebuah sekolah teologi korespondensi untuk awam berbahasa Indonesia dengan jangkauan secara internasional. Selain itu beliau adalah dosen terbang di Sekolah Theologia Reformed Injili (STRI) Jakarta dan Institut Reformed di Jakarta.

Beliau juga banyak melayani khotbah dan seminar di berbagai gereja, persekutuan kampus dan persekutuan kantor, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; seperti Yogyakarta, Palembang, Batam, Singapura, Australia dan Eropa (Jerman dan Belanda).

Beliau menikah dengan Ev. Susiana Jacob Subeno, B.Th. dan dikaruniai dua orang anak bernama Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998). Pada tahun 2000, beliau bersama anak-anak Tuhan yang menempuh pendidikan theologia di Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika bergumul masalah pendidikan dan pada tahun 2006, beliau akhirnya mendirikan Pendidikan Reformed Injili LOGOS (LOGOS Reformed Evangelical Education) untuk Playgroup, Kindergarten dan Elementary.

Matius 4:1-11 : LIFE AND TEMPTATION-4


Life & Temptation (4)

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.


Nats: Mat. 4:1-11


Adalah fakta, hari ini kita berada di tengah-tengah jaman yang begitu berat. Dunia semakin ke belakang semakin buruk baik secara totalitas maupun lokal, bukankah kita seringkali mendengar orang berpendapat bahwa dulu masih lebih baik dari sekarang. Hati-hati di saat situasi penuh tantangan, godaan iblis itu sangat berpotensi untuk menjatuhkan orang masuk dalam cobaan apalagi kalau orang itu dalam keadaan panik, itu menjadi sasaran empuk bagi iblis. Hal ini harusnya menyadarkan kita bahwa godaan iblis sangat riil dan berbahaya. Pencobaan bukanlah hal yang mudah untuk diatasi karena itu, dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus supaya kita memohon untuk dijauhkan dari pencobaan. Namun di saat yang sama, iblis juga mencobai kita, karena itu kita harus waspada senantiasa. Kristus pun tidak lolos dari pencobaan iblis, sepanjang pelayanan-Nya, Ia harus berhadapan dengan pencobaan iblis dan Kristus menang atas pencobaan sehingga hal ini menjadi teladan bagi kita.
Cara Kristus menghadapi suatu pencobaan berlawanan total dengan cara dunia. Ketika kesulitan datang orang berharap ada pertolongan supranatural, orang berharap Tuhan dengan cara yang ajaib segera menolong keluar dari kesulitan. Perhatikan, itu bukan cara Tuhan tapi cara iblis; iblis selalu menawarkan cara supranatural seperti mengubah batu jadi roti, melompat dari Bait Allah dan malaikat akan menatang. Perhatikan, di setiap pencobaan, Kristus tidak sekalipun melakukan mujizat. Namun sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami prinsip ini dan tanpa sadar pemikiran-pemikiran satanic telah menyusup dalam perjalanan perkembangan gereja. Iblis sungguh giat bekerja, dia selalu mencari cara menjatuhkan manusia, hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya ajaran sesat yang berkembang pesat. Tuhan Yesus mematahkan ketiga pencobaan iblis dengan Firman; kekuatan kuasa kebenaran mematahkan iblis. Jangan ikut dengan cara iblis yang memakai mujizat dalam menyelesaikan setiap permasalahan.


Hari ini kita akan merenungkan pencobaan ketiga dimana pencobaan ini menjadi klimaks dari upaya setan untuk menjatuhkan Tuhan Yesus. Iblis mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk menjatuhkan Kristus. Sebab terbukti dengan cara ketiga ini sebagian besar manusia termasuk orang-orang yang paling kuat dalam Kekristenan pun dengan mudah dapat dijatuhkan.
1. Iblis menipu dengan materialisme
Iblis membawa Tuhan Yesus ke tempat tinggi dan menawarkan seluruh kerajaan dunia dan seluruh kemegahannya asal Tuhan Yesus mau menyembah iblis satu kali saja. Tawaran ini sangatlah menakutkan, manusia mudah sekali tergoda dengan hal-hal materi. Seluruh dunia termasuk mayoritas orang Kristen telah dikuasai oleh semangat materialisme yang sangat mendasar. Faktor materialisme telah menjadi dasar pemikiran utama agama-agama di dunia dan celakanya, konsep telah merasuk dalam Kekristenan. Hari ini banyak orang beragama karena alasan ingin mendapat keuntungan dan orang akan berpindah ke agama lain yang lebih menguntungkan kalau agama sebelumnya tidak lagi memberikan keuntungan dan kalau semua agama yang ada itu tidak menguntungkan maka orang menjadi atheis. Konsep berpikir bisnis yang selalu memperhitungkan untung rugi ini telah menguasai seluruh aspek kehidupan manusia termasuk aspek religiusitas. Orang telah dikuasai oleh materialisme. Celakanya, konsep ini telah mencengkeram pemikiran orang Kristen dan meruntuhkan sendi-sendi imannya.
Kekristenan mengajarkan manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari Firman yang keluar dari mulut Allah; hidup bukan melulu memikirkan untung rugi tetapi hidup sepenuhnya diatur oleh Kedaulatan Allah; hidup bukan semata-mata memikirkan ambisi tetapi hidup menggenapkan rencana Allah. Betapa indah hidup kita kalau konsep ini mengakar dalam kehidupan orang Kristen, kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai godaan iblis. Namun sayang, kebenaran ini tidak mudah diterima bahkan orang Kristen sendiri sulit untuk menerimanya. Konsep materialisme ini telah mencengkeram dan merasuk dalam setiap aspek hidup manusia bahkan anak-anak pun sudah ditanamkan konsep materialisme ini. Dan iblis pikir Tuhan Yesus sama seperti manusia yang lain yang materialis sehingga ia menawarkan dunia dan isinya. Salah! Pertanyaannya sekarang bagaimana dengan kita? Kalau kita yang ditawari iblis seluruh dunia ini apakah kita akan menolaknya atau menerimanya dengan alasan rohani yang alkitabiah – Roh memang penurut tapi daging lemah? Tantangan materialisme ini begitu dahsyat mencengkeram hidup manusia. Orang tidak peduli lagi apakah yang ia kerjakan itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak, mereka hanya pikir bagaimana mendapat materi sebanyak-banyaknya. Uang menjadi yang utama dan celakanya, Tuhan pun dihitung dari uang. Uang menjadi senjata pamungkas untuk menjatuhkan manusia. Sebagai anak Tuhan sejati, kita harus belajar mengalahkan konsep materialisme ini dan hal ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, yakni dengan memberi, semakin besar presentasi yang engkau berikan buat Tuhan maka saat itu Tuhan menjadi yang utama, hati kita lepas dari materialisme.


2. Iblis menipu dengan berbagai slogan
Di dunia modern kita seringkali mendengar slogan: “dengan uang semua dapat diatur, semua dapat dibeli.“ Manusia lupa bahwa ada satu yang tidak bisa diatur, yaitu Tuhan Allah sebab di saat kita mau mengatur Dia maka itu titik kebinasaan kita. Hati-hati ini salah satu siasat iblis yang mau menjatuhkan manusia dengan menanamkan konsep yang seolah-olah kalau kita mempunyai banyak uang, kita akan mendapatkan banyak hal, total possibility, total power, total position, total authority. Sebaliknya, orang yang tidak punya uang maka hidupnya tidak berharga akibatnya orang menjadi minder. Sangatlah disayangkan, gereja yang seharusnya menjadi tempat dimana kebenaran dinyatakan - uang bukan segala-galanya ternyata juga telah tercemar. Gereja telah dikuasai oleh orang-orang kaya, orang-orang yang hanya memikirkan diri sendiri, memuaskan ambisi pribadi, hal ini jelas terlihat dengan adanya kesenjangan jarak antara si kaya dan si miskin. Orang yang berotoritas di dunia harusnya orang yang hidupnya cinta Tuhan dan mengutamakan Tuhan dalam hidupnya dan mungkin saja hidup yang berintegritas itu justru ada dalam diri orang miskin.
Slogan yang lain, yaitu: serve the devil and rule the world, layanilah setan dan kuasailah dunia, konsep ini seringkali membuat orang runtuh dalam iman karena orang takut kehilangan kuasa, orang takut kalau orang lain tidak menghormatinya. Perhatikan, pemegang kuasa kedaulatan tertinggi adalah Allah bukan iblis; barangsiapa menjadi anak Allah maka ia mempunyai kuasa, yakni kuasa menyatakan kebenaran di tengah dunia. Jadi, sebagai anak Tuhan kita harusnya berpengaruh dalam dunia, yakni memberitakan kebenaran. Mereka yang tidak berada dalam Tuhan maka kepadanya tidak diberikan kuasa itu. Biarlah gereja menjadi tempat dimana orang-orang yang mempunyai hati buat Tuhan itu duduk menjadi pimpinan. Selama gereja dipimpin dan diarahkan oleh orang-orang yang memikirkan apa yang terbaik bagi Tuhan maka seluruh tim yang ada akan melayani dengan sangat indah dan nama Tuhan dipermuliakan.


3. Iblis menipu dengan kebajikan palsu
Iblis sangat licik, ia datang ketika manusia dalam kesulitan dengan tawaran manis, sepertinya ia menjadi juruselamat. Tuhan belum menolong, iblis dengan sigap siap menolong kita; ketika kita merasa lapar, Tuhan belum bertindak, iblis memberikan solusi – mengubah batu jadi roti. Hati-hati semua tawaran itu palsu belaka sebab iblis tidak pernah memberi dengan gratis; di balik semua pemberian itu pasti ada keuntungan besar yang ia dapat. Iblis selalu memperhitungkan segala sesuatu dengan konsep bisnis – kalau kita bisa untung seribu kenapa harus untung lima ratus. Iblis tahu siapa yang ada di hadapannya, yakni Tuhan Yesus maka ia tidak menawarkan sebuah rumah atau sebuah mobil karena itu ia menawarkan seluruh dunia dan kemegahannya dan sebagai gantinya, Tuhan Yesus harus menyembah dia. Iblis tahu pasti kalau Tuhan Yesus mau tunduk kepada dia maka keuntungan yang ia dapatkan lebih besar daripada sebuah dunia dan kemegahannya. Pertanyaannya berapa harga yang harus iblis bayar supaya kita melepaskan iman? Satu Milyar ataukah sepuluh milyar? Seorang gadis cantik ataukah seorang lelaki tampan? Cobalah kita mengevaluasi diri kita sendiri, faktor apakah yang menjadikan kita begitu mudah melepaskan iman? Manusia sangat terbatas sehingga orang mudah sekali jatuh ketika dihadapkan dengan godaan ini. Orang rela melepaskan iman demi uang dengan alasan alkitabiah, yakni roh memang penurut tetapi daging lemah.
Firman Tuhan menegaskan hanya kepada Allah saja, engkau harus berbakti. Faktor apakah yang menjadi penentu langkah dan kebijakan kita. Cara yang sama dipakai oleh para penculik, dengan iming-iming mainan ia berusaha merebut hati seorang anak kecil, setelah berhasil mendapatkan si anak tentu saja ia mendapat keduanya, mainan plus anak. Demikian juga halnya dengan iblis, ia tidak pernah memberi gratis, pemberian itu hanyalah umpan untuk dia mendapat keuntungan lebih besar. Sebaliknya, Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang tapi Ia tak pernah mengharap balas. Kristus juga telah mati disalib berkorban demi menyelamatkan manusia berdosa dan Ia tidak menuntut balas bahkan Dia berdoa untuk orang-orang yang telah menganiaya Dia. Inilah kebajikan sejati, true goodness. Cara Tuhan bekerja berbeda dengan cara iblis. Karena itu, hendaklah kita waspada dengan siasat licik si iblis yang memalsukan semua pemberian dan kebaikan; khususnya disaat kita berada dalam kesulitan, iblis akan datang dengan tawaran yang manis.


4. Iblis menipu seolah-olah dia pemilik alam semesta dan semua isinya
Selesai memperlihatkan kerajaan dunia dengan kemegahannya, iblis dengan beraninya berkata,“Semua itu akan kuberikan kepadamu....“ Pernyataan ini seringkali memancing kita untuk mendebat balik, memang seluruh dunia milik siapa? Namun Tuhan Yesus memberikan telada indah, Dia tidak berdebat dengan iblis tetapi langsung mengusir si iblis. Setan itu bapaknya penipu. Ingat, seluruh dunia ini milik Allah dan iblis mencurinya dari Tuhan Allah. Tanpa kita sadari, tipuan semacam ini telah menjadi permainan dunia sekarang, orang menggunakan segala cara supaya ia tampak hebat secara fenomena, seolah-olah ia sebagai pemilik padahal ia tidak ada apa-apanya. Alkitab mencatat seluruh dunia dan isinya dijadikan oleh Allah – dari Firman yang keluar mulut Allah; tanpa Firman, dunia dan seluruh isinya tidak akan ada hari ini. Ironisnya, di depan Firman yang hidup itu, iblis berani mengklaim bahwa dunia sebagai milik kepunyaannya. Hendaklah waspada dan peka akan permainan iblis yang licik sehingga kita tidak terjeblos dalam suatu ilusi, seolah-olah dia sebagai pemilik dari segala sesuatu, seolah-olah dia mempunyai kapasitas besar untuk menolong kita, seolah-olah dia mempunyai kuasa besar sehingga kita harus tunduk padanya. Ingat, hanya kepada Tuhan sajalah kita harus berbakti dan tunduk mutlak. Hanya kebenaran Firman Tuhan satu-satunya yang menjadi kekuatan kita sehingga kita mempunyai kepekaan, kita tidak terjebak oleh tipuan iblis yang memperlihatkan fenomena palsu.


5. Iblis menipu seolah-olah dialah “allah sejati“
Iblis memerintahkan supaya Tuhan Yesus menyembah dia seolah-olah dialah “allah sejati.“ Hati-hati iblis sangat licik, ia melontarkan berbagai opini sedemikian rupa yang akhirnya membuat orang menjadi bias dan menerima dia sebagai “allah sejati.“ Dan perhatikan, cara iblis bekerja ini mulai dari cara yang paling halus dan terus meningkat menjadi makin kasar dan jelas, sejarah membuktikan akan hal ini dimana hari ini banyak orang yang mengaku sebagai “allah.“ Dan perhatikan, setiap ilah palsu biasanya akan memberikan berbagai tawaran menggiurkan yang menarik, logis dan menguntungkan supaya orang berpikir bahwa ia adalah “allah sejati“ dan orang mau menyembah dia. Iblis datang pada Tuhan Yesus dengan tawaran yang manis dan menarik asal Tuhan Yesus mau menyembah dia satu kali saja; ia berharap dengan tawaran itu, Kristus akan tergiur dan jatuh dalam pencobaan. Perhatikan, iblis hanya ingin Kristus satu kali menyembah dan untuk satu kali itu saja iblis mempertaruhkan semua kemampuan dan kuasanya karena iblis tahu, satu kali itu final. Sekali Tuhan Yesus jatuh maka selamanya ia akan mencengkeram. Tuhan Yesus peka akan akal licik si iblis ini maka tanpa berlama-lama, Dia mengusir iblis.
Celakanya, cara seperti ini dijalankan di dunia, supaya satu kali orang masuk dalam cengkeraman maka segala cara dihalalkan. Dalam dunia pendidikan, sekolah berlomba-lomba menarik anak sedini mungkin, mereka tidak peduli apakah usia anak sudah mencukupi untuk masuk sekolah/tidak sebab yang terpenting si anak sudah terikat dulu dengan sekolah dan tentu saja, pihak sekolah yang lebih diuntungkan. Cara bisnis seperti inilah yang hari ini dijalankan di dunia, orang tua tidak sadar bahwa tiga tahun pertama merupakan waktu untuk menanamkan first decree pada anak. Karena itu, sebelum kita memutuskan sesuatu apalagi yang menyangkut hidup maka kita harus memikirkan dengan bijaksana sebab sekali kita putuskan sulit bagi kita untuk lepas. Jangan terjebak dalam siasat licik si iblis. Iblis sungguh giat berjuang mati-matian supaya Tuhan Yesus mau satu kali saja menyembahnya sebab iblis ingin menjadi “allah palsu.“ Sejak kejatuhannya, yang menjadi ultimate goal iblis adalah menggantikan posisi Allah. Ingat, sekali kita pindah jalur, yakni jalur iblis maka sulit bagi kita untuk lepas dari belenggu iblis, sulit untuk kembali ke jalur yang benar; iblis akan memakai segala cara supaya anaknya tidak hilang. Maka tidaklah heran kalau kita menjumpai orang yang sulit menerima kebenaran Firman, setiap Firman sepertinya memental balik. Hanya kekuatan Tuhan Firmanlah yang dapat merobohkan tembok itu. Biarlah kita mengevaluasi diri benarkah Allah Tritunggal yang sejati ataukah iblis yang menjadi Tuhan atas hidupmu?
Biarlah perenungan kita tentang pencobaan membukakan mata dan hati kita, menjadikan kita lebih peka dan terus waspada akan segala siasat iblis. Iblis seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya; ia akan terus mencari cara untuk kembali mencobai manusia. Ingat, hanya kepada Tuhan Allah sajalah kita harus berbakti dan menyembah. Kita harus mengarahkan seluruh obyek iman kita hanya kepada Tuhan Allah dan menyerahkan seluruh hidup dibawah pimpinan-Nya secara mutlak maka hal itu sekaligus menjadi kekuatan kita untuk mengalahkan iblis. Biarlah kita dipakai Tuhan menjadi saksi yang memberitakan kebenaran dan biarlah kita dipakai menjadi alat yang dapat membawa mereka keluar dari cengkeraman iblis. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sumber :

Ringkasan Khotbah : 28 Januari 2007 (http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070128.htm)

Matius 4:1-12 : LIFE AND TEMPTATION-3

Life & Temptation (3)

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 4:1-12


Kuasa Firman mempunyai kekuatan dahsyat mengalahkan iblis dan Tuhan telah memberikan kuasa itu bagi setiap mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12), yakni kuasa untuk mengalahkan pencobaan, kuasa untuk hidup menjalankan kehendak-Nya. Hati-hati dengan akal licik si iblis yang selalu memutarbalikkan Firman; kuasa disini diinterpretasi sebagai kuasa mujizat. Salah! Hendaklah kita peka terhadap segala akal licik si iblis yang selalu berusaha menjauhkan kita dari Allah. Waspadalah dengan segala solusi dan kenikmatan yang ditawarkan iblis karena semua berakhir dengan kebinasaan. Iblis telah dikalahkan tapi itu tidak membuat iblis jera, iblis terus berusaha mencari cara untuk menjatuhkan Kristus kembali. Kali ini kembali iblis mencobai Tuhan Yesus dengan mengajak-Nya ke atas Bait Allah. Firman Tuhan menegaskan janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu. Mencobai Tuhan Allah berarti memaksa atau menginginkan Tuhan untuk melakukan sesuatu yang bukan seharusnya Dia lakukan. Beberapa aspek yang dapat digolongkan mencobai Tuhan Allah adalah:
1. Show force, pamer kekuatan.
Allah adalah Allah yang berdaulat dan orang seharusnya tidak perlu meragukan eksistensi Allah tersebut namun hari ini kita menjumpai banyak orang mengaku percaya Tuhan tetapi meragukan eksistensi Allah. Orang ingin melihat Allah mendemonstrasikan kuasa-Nya bahkan kalau perlu mereka mengalami hal itu sendiri. Meragukan eksistensi Allah sama halnya dengan melawan iman karena kita beriman secara subyektif. Jangan mencobai Tuhan Allah merupakan kunci penting dalam kita mengerti akan pencobaan supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan. Manusia telah jatuh dalam dosa, hal ini yang menyebabkan manusia mudah sekali untuk jatuh dalam pencobaan. Manusia mana yang tidak ingin melihat Tuhannya mendemonstrasikan kuasa-Nya yang dahsyat? Kedaulatan Allah tidak perlu dipamerkan. Allah tidak bertindak ketika manusia meminta Dia untuk bertindak itu justru membuktikan Allah berdaulat. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia, Dia tidak lahir dengan segala kejayaan dan kekuatan supranatural. Tidak! Tuhan Yesus tidak pamer kekuatan, Dia lahir di sebuah kandang, di sebuah kota kecil, Betlehem. Disini, kita melihat paradoks antara kedaulatan Allah dengan sikap bersandarnya manusia. Seorang anak Tuhan sejati harus bersandar total pada pimpinan Allah dan membiarkan Tuhan mengatur hidup kita sepenuhnya seperti yang diteladankan Hananya, Misael dan Azarya.
2. Make use, memanipulasi obyek iman, mencobai Tuhan berarti kita tidak melihat Tuhan sebagai Tuhan tetapi kita melihat Tuhan sebagai oknum yang dapat kita manfaatkan. Lalu apa bedanya dengan lampu Aladin, suatu kekuatan besar tetapi tunduk pada manusia yang kecil dan ia harus datang menolong ketika berada dalam kesulitan. Inilah jiwa manusia berdosa, ingin berkuasa, ingin mengatur dan memanipulasi Allah sedemikian rupa untuk memenuhi segala keinginannya. Di satu sisi, orang mengakui bahwa Allah adalah Alah yang Maha Kuasa dan berdaulat tetapi di sisi lain, manusia tidak rela meletakkan Allah yang tempat maha tinggi dan berkuasa atas hidup kita. Hati-hati dengan akal licik iblis, ia memutarbalikkan kebenaran sejati sedemikian rupa supaya orang melihat apapun yang dilakukan Allah justru mewakili sifat berdosa dan ambisi nafsu manusia. Maka tidaklah heran kalau Feurbach menyatakan bahwa allah itu tidak lebih allah yang dicipta menurut gambar dan rupa manusia sebab hanya menunjukkan potensi kekuatan manusia sebagai the highest position lalu buat apa kita percaya pada-Nya? Maka tidaklah heran kalau kemudian ia berbalik menjadi atheis karena ia menjumpai God is created by man according to the image of man. Kesimpulan yang salah! Alkitab menegaskan manusialah yang dicipta Allah menurut gambar dan rupa Allah. Namun hari ini kita masih menjumpai orang yang mempunyai gambaran salah akan Allah seperti yang dipikirkan oleh seorang anak remaja bahwa Allah kasih seharusnya tidak menghukum orang berdosa dan Allah Bijaksana harus siap menolong ketika orang berada dalam kesulitan, Allah harus kaya raya dan selalu membagi berkat. Tuhan seperti itu bukanlah Allah yang sejati. Gambaran Tuhan seperti itulah yang adalah ciptaan manusia. Manusia berdosa mau memakai Tuhan untuk kepentingan manusia. Hat-hati, iblis sengaja membalikkan konsep kebenaran dan mengajarkan theologi humanistik yang mengajarkan bahwa keberadaan Allah itu untuk kepentingan manusia; agama adalah produk budaya manusia yang dicipta manusia untuk menolong manusia. Konsep ini membuat manusia cenderung untuk mencobai Allah, memanipulasi Allah untuk kepentingan manusia; manusia ingin berkuasa dari Allah yang Maha Kuasa. Perhatikan, Tuhan yang dapat diperintah oleh manusia bukanlah Allah sejati; Allah sejati bukanlah pembantu kita yang dapat kita perintah seenak kita. Tidak! Celakanya, banyak orang tidak sadar bahwa iblis juga bisa memberikan berkat, orang beranggapan bahwa dengan berdoa puasa maka Tuhan akan menuruti keinginan kita. Salah! Puasa sejati adalah menyangkal diri, yakni berkata “tidak“ kepada segala sesuatu yang menjadi keinginan nafsu kita dan menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Bapa. Biarlah kita menjaga seluruh hidup kita, belajar mengerti, tidak memanipulasi Allah dalam situasi apapun.
3. Tidak mengakui Tuhan sebagai Tuhan dan Allah. Tuhan Allah merupakan dua kata berbeda yang mempunyai arti berbeda. Tuhan berarti Tuan di atas segala tuan, Lord (bhs. Inggris) sedang Allah berarti God (bhs. Inggris), Theos (bhs. Yunani), Sang Pribadi yang mencipta alam semesta. Tuhan adalah jabatan sedang Allah adalah nama. Jelaslah sekarang bahwa Tuhan Allah mempunyai dua pengertian berbeda, jadi hendaklah pengertian ini menyadarkan kita ketika kita menyebut Dia dengan sebutan Tuhan berarti kita adalah hamba dan Dia adalah Tuan kita dan hanya kepada-Nya saja kita harus taat. Demikian juga ketika kita menyebut Allah berarti kita hanyalah ciptaan dan Dia adalah Pencipta. Hamba adalah budak dan seorang budak tidak mempunyai hak secuilpun yang ada hanya kewajiban saja. Namun hari ini istilah hamba telah mengalami pergeseran arti khususnya berkaitan dengan istilah hamba Tuhan. Hari ini seorang hamba Tuhan begitu sombong; hamba Tuhan merasa ia mendapat jabatan tinggi. Kesalahan posisi dan istilah “hamba Tuhan“ ini disebabkan karena adanya peralihan dari ekstrim ke ekstrim. Kurang lebih seratus tahun yang lalu, hamba Tuhan itu begitu hina dimana hamba Tuhan lebih tepat kalau hamba manusia; seorang hamba Tuhan begitu dihina tetapi orang beralih ke ekstrim lain dimana hamba Tuhan sangat dihargai bahkan perkataannya yang salah dianggap sebagai kebenaran. Yang disebut hamba Tuhan adalah semua anak Tuhan yang telah dipilih dan diselamatkan oleh Kristus dan hanya ia harus taat pada perintah Tuhan saja dan setiap aspek hidup kita harus memuliakan Tuhan. Mencobai Tuhan Allah berarti tidak mengakui Dia sebagai Tuhan Allah. Adalah sifat manusia berdosa ketika sukses, kita menantang Tuhan tetapi ketika orang berada dalam kesulitan orang mempersalahkan Tuhan atas semua penderitaan yang terjadi dalam hidupnya. Sadarlah, kita hanya budak, kita tidak mempunyai hak atas apapun, satu hal yang menjadi kewajiban kita adalah melakukan apa yang menjadi perintah-Nya saja. Biarlah ketiga konsep ini menyadarkan kita bagaimana hidup berelasi secara harmonis dengan Tuhan. Ingat, iblis itu musuh Allah dan berarti jadi musuh kita juga. Perhatikan, Tuhan Yesus melawan iblis adalah kuasa Firman Tuhan. Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa hanya dengan kembali pada Firman sajalah kita dapat melawan si iblis. Waspadalah dengan segala akal licik iblis, yaitu:
1. Menggoda manusia akan status
Iblis sengaja melontarkan kalimat yang sepertinya meragukan Tuhan Yesus, yaitu kalimat “jika Engkau memang Anak Allah" Cara yang sama juga dipakai iblis ketika ia mencobai Adam Hawa dengan memutarbalikkan perintah Tuhan. Kalimat itu sangat menganggu, iritate sehingga membuat orang tergoda untuk menjawab dan kemudian jatuh dalam pencobaan. Siasat inilah yang dipakai iblis untuk menjatuhkan Tuhan Yesus untuk kali kedua. Tuhan Yesus tahu siasat si iblis, itulah sebabnya Tuhan Yesus dengan keras menghardik: “Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu.“ Kalau kita tidak waspada akan siasat si iblis ini maka kita pasti akan jatuh dalam pencobaan. Manusia telah kehilangan posisinya yang asli, hal inilah yang membuat manusia mudah sekali jatuh dalam dosa. Pertanyaan Tuhan pertama kali ketika manusia jatuh dalam dosa, yaitu: “Adam, dimanakah engkau?“ Pertanyaan ini bukan mau mempertanyakan keberadaan letak Adam. Tidak! Adam telah lepas dari posisi aslinya dan hal ini membuat orang mudah sekali dicobai. Seluruh manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan-Nya. Perhatikan, kemuliaan Tuhan yang hilang bukan kemuliaan diri kita dan posisi yang hilang itu dikembalikan oleh Allah ketika kita bertobat dan menjalankan kehendak Allah. Namun sayang, banyak orang yang tidak menyadari konsep ini, orang mengejar kemuliaan diri; orang semakin mengejar kemuliaan diri ia semakin hina. Hati-hati dengan siasat iblis yang selalu menggoda sedemikian rupa supaya orang membuktikan sesuatu namun sebelum ia membuktikannya ia telah lebih dahulu jatuh ke dalam dosa. Tuhan Yesus dengan sangat keras menghardik iblis: “Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu.“ Tuhan Yesus adalah Allah sejati dan Dia tidak perlu membuktikan sesuatu hal ini dengan menuruti perkataan iblis.
2. Menggoda manusia akan kebutuhan rasa aman.
Iblis mencoba mengkutak-kutik yang menjadi kebutuhan dasar kedua manusia, yakni kebutuhan akan rasa aman seperti yang diteorikan Maslow. Iblis tahu, ketakutan akan membuat orang melakukan apapun bahkan mengorbankan imannya. Pada Mei 1998 dimana terjadi kerusuhan yang luar biasa, orang Kristen dan orang Tionghoa diperlakukan dengan mengerikan maka pada saat itu, demi untuk rasa aman, orang Kristen menyangkali iman. Rasa aman atau security suatu hal yang paling menakutkan karena manusia berdosa tahu, kehilangan rasa aman berarti habislah semua pengharapan. Apalah gunanya kepandaian, kekayaan, dan kedudukan kalau kehilangan nyawa. Itulah sebabnya, orang sangat takut ketika ia berhadapan dengan kematian. Adalah ajaran salah dari Yohanes Tetzel yang menyatakan bahwa manusia yang sudah mati dapat loncat ke sorga jika ada salah satu keluarganya yang masih hidup memberikan uang persembahan. Otorisasi bukan di tangan kita, otorisasi bukan terletak pada imajinasi/ide manusia tapi otorisasi ada di tangan Tuhan sebagai pemegang otorisasi tertinggi. Titik absolut bukan terletak di manusia tetapi di tangan Tuhan. Tuhan menegaskan bahwa setiap orang pasti akan binasa, kecuali mereka yang sudah dilahirbarukan dan menjadi anak Tuhan maka ia tidak akan binasa memperoleh hidup kekal dan satu-satunya jalan adalah melalui Kristus. Iblis tahu akan hal ini maka dengan segala cara setan berusaha supaya manusia tidak kembali pada Bapa salah satunya dengan menawarkan rasa aman. Iblis mencoba mengkutik posisi keselamatan yang Kristus nikmati sebagai Anak Allah dengan menyuruh Kristus menjatuhkan diri-Nya dari bubungan Bait Allah. Adalah konsep religiusitas yang salah yang menyatakan bahwa Tuhan pasti akan menolong ketika anak-Nya berada dalam bahaya. Konsep yang sama juga pernah terlintas pada Petrus dan murid-murid yang lain, ketika Tuhan Yesus membukakan pada mereka tentang Anak Manusia yang pergi ke Yerusalem dan harus menanggung penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli taurat lalu dihukum mati dan bangkit pada hari ketiga. Petrus langsung menjauhkan Tuhan Yesus karena Petrus mempunyai konsep bahwa Mesias harus menjadi raja. Petrus lupa bahwa yang ada di hadapan-Nya sekarang adalah Allah. Pemikiran ini datangnya dari iblis, itulah sebabnya Tuhan Yesus menghardik dengan keras,“Enyahlah iblis.“ Ingat, Tuhan tidak pernah janji, anak Tuhan akan hidup nikmat. Tidak! Anak Allah pun harus menderita dan mati di kayu salib. Tuhan janji barangsiapa yang berada dalam Kristus maka ia akan beroleh hidup kekal; satu kali dilahirkan, satu kali mati dan selamanya beroleh hidup kekal. Hati-hati dengan siasat iblis yang memutarbalikkan Firman kalau kita tidak peka maka kita akan jatuh dalam dosa. Jangan menantang pencobaan karena ini sama halnya kita mencobai Tuhan. Dalam doa Bapa Kami diajarkan: jauhkan kami dari pencobaan. Sadarlah, kalau Tuhan tolong itu mungkin karena iman kita kecil; Tuhan tahu kita tidak siap dengan penderitaan yang lebih besar. Tuhan biarkan Ayub dalam penderitaan itu bukan karena Tuhan tidak sayang. Tidak! Tuhan justru ingin menyatakan iman Ayub sampai kelas apa. Hati-hati, jangan sampai kebutuhan akan keamanan membuat kita panik dan membuat kita menyangkali iman.
3. Menggoda manusia akan kebutuhan pengakuan
Iblis tahu, Kristus datang untuk menjadi Juruselamat maka cara pintas ia tawarkan pada Kristus. Iblis menggoda untuk mencapai acknowledgement, manusia ingin mendapat pengakuan dari masyarakat segala cara yang sifatnya supranatural pun dipakai. Pengakuan manusia, siapa pun dia tidak akan menjadikan kita bernilai. Hanya pengakuan dari Allah yang menjadikan kita bernilai sebab pengakuan itu didasarkan pada penilaian yang tepat, jujur, dan adil. Penilaian manusia tidak sah dan bisa salah, karena: 1) pengetahuan manusia sangat terbatas; manusia tidak tahu isi hati; 2) standar penilaian yang dipakai manusia tidak absolut; 3) tidak ada keadilan sejati dalam diri manusia. Allah satu-satunya hakim yang layak memberikan acknowledgement karena penilaian itu didasarkan pada keadilan sejati. Biarlah dalam setiap aspek hidup kita, apapun yang kita lakukan, lakukanlah itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kualitas yang dituntut bukan kualitas dunia tetapi kualitas seperti yang Allah inginkan. Tuhan sudah memberikan talenta pada setiap anak-anak-Nya dan Tuhan menuntut tanggung jawab sesuai dengan talenta yang sudah Dia berikan. Inilah cara Tuhan bekerja. Tuhan tidak pernah membandingkan antara satu orang dengan orang yang lain. Orang yang mendapat 2 talenta dituntut untuk mengembalikan 2 lagi, orang yang diberi 5 talenta harus mengembalikan 5 talenta lagi. Hendaklah semua pengakuan dan penilaian itu kita kembalikan kepada Allah dengan demikian kita tidak mencobai Tuhan Allah dengan mempermainkan posisi dan mendengar bisikan setan. Hidup di dunia semakin hari bertambah berat dan kita seringkali tergoda untuk mencapai suatu kepuasan kebutuhan seperti yang iblis tawarkan maka mintalah kekuatan dari Tuhan untuk kita melawan iblis.
4. Memutarbalikkan Firman
Iblis memakai Firman untuk mencobai Tuhan Yesus, “Ada tertulis....“ namun tentu saja dengan pengertian yang sangat berbeda. Jadi, jangan pernah berpikir kalau orang memakai Firman Tuhan berarti itu dari Allah. Tidak! Hati-hati, hari ini banyak orang yang mempermainkan Firman, ia telah kehilangan esensi yang mendasar, menginterpretasi dengan sembarangan demi mendapat keuntungan diri. Kita harus peka akan hal ini jangan jatuh dalam akal licik si iblis karena itu, hendaklah tiap-tiap hari kita merenungkan Firman Tuhan supaya tidak jatuh dalam cobaan iblis. Amin.
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)


Sumber :
Ringkasan Khotbah mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 21 Januari 2007 (http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070121.htm)