22 March 2012

Bagian 15: Karunia Mengajar (Rm. 12:7)

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 15: Karunia Mengajar (Rm. 12:7)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah melayani, maka Paulus mendaftarkan karunia mengajar. Kata Yunani yang dipakai adalah διδσκων (didaskōn) yang merupakan kata kerja participle, present, aktif, nominatif, maskulin, dan tunggal dari kata διδσκω (didaskō) yang berarti mengajar. Kata ini dijumpai di: Markus 1:21[1]; Kisah Para Rasul 15:35[2]; 1 Korintus 11:14[3]; Kolose 3:16[4]; Wahyu 2:14[5]. Di dalam Perjanjian Lama, kata “mengajar” dalam teks Ibraninya adalah limmad dapat dijumpai di dalam Yeremia 31:34[6].[7]

Lalu, apa artinya karunia mengajar ini? Kembali, ketika memperhatikan konteks Roma 12 mulai ayat 3, kita mengerti bahwa semua karunia yang dibahas Paulus mulai ayat 6b s/d 8 berkaitan erat dengan kesatuan tubuh Kristus meskipun ada berbagai macam karunia (ay. 5). Kemudian, karunia-karunia yang dibicarakan Paulus ini adalah karunia-karunia Roh Kudus, maka ketika kita menyimak kembali apa peranan Roh Kudus, kita akan mengerti bahwa Roh Kudus diutus untuk “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26) Kata “mengajar” dalam Yohanes 14:26 ini dalam bahasa Yunaninya adalah διδξει (didaxei) yang memiliki akar kata yang sama dengan karunia mengajar yang dibahas Paulus di Roma 12:7 yaitu διδσκω (didaskō). Dari sini, kita belajar bahwa karunia mengajar berkaitan erat dengan mengajar apa yang Kristus ajarkan di dalam Injil.

Selain berkaitan erat dengan apa yang Kristus ajarkan, karunia mengajar juga berkaitan dengan pengajaran tradisi Perjanjian Lama. Kata “mengajar” yang berfungsi sebagai jabatan (pengajar) dalam teks Yunaninya: διδάσκαλος (didaskalos) terdapat di Kisah Para Rasul 13:1[8]; 1 Korintus 12:28–29[9]; Efesus 4:11.[10] Kalau kita memperhatikan konteks ketiga nats di atas, maka tentu saja pengajaran bukan hanya berkaitan erat dengan apa yang Kristus ajarkan dan lakukan, tetapi juga tradisi Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan Injil. Sebagai perluasannya, kita bisa mengerti bahwa karunia pengajaran juga berkaitan dengan semua ajaran Alkitab dari Kejadian s/d Wahyu. Dengan kata lain, orang yang diberi karunia mengajar menunaikan tugasnya yaitu mengajar jemaat Tuhan tentang Alkitab.

Tetapi, apakah orang yang dikaruniai karunia mengajar hanya bertugas mengajar? Prof. C. E. B. Cranfield mencerahkan pikiran kita ketika menyelidiki Efesus 4:11, di mana “teachers and pastors apparently being regarded as one group[11] (para pengajar dan para gembala dengan jelas dianggap sebagai satu kelompok), karena kedua kata benda ini memiliki artikel yang sama. Mari kita perhatikan teks Yunani dari Efesus 4:11 berikut ini:

κα ατς δωκεν τος μν ποστλους τος δ προφτας τος δ εαγγελιστς τος δ ποιμνας κα διδασκλους

kai autos edōken tous men apostolous tous de prophētas tous de euangelistas tous de poimenas kai didaskalous

Kata Yunani τος (tous) ini merupakan kata sandang/artikel (Ing.: the) yang berfungsi maskulin dan jamak yang nantinya diikuti oleh kata benda yang berbentuk maskulin dan jamak (apostolous, prophētas, euangelistas, poimenas didaskalous merupakan kata benda yang berjenis kelamin maskulin dan jamak). Di dalam teks di atas, kita menemukan 4 kata τος (tous), namun antara kata ποιμνας (poimenas) dan διδασκλους (didaskalous) tidak dipisahkan dengan kata τος (tous), tetapi hanya kai (dan). Dengan demikian, hal ini berarti poimenas (pastors/gembala-gembala) dan didaskalous (teachers/pengajar-pengajar) merupakan satu kesatuan jabatan. Di dalam Alkitab terjemahan Inggris, saya lebih memilih terjemahan English Standard Version (ESV) dibandingkan dengan beberapa versi lain, karena versi ini lebih sesuai dengan teks Yunaninya, di mana ESV menerjemahkannya, “the apostles, the prophets, the evangelists, the pastors and teachers,” (para rasul, para nabi, para penginjil, dan para gembala dan pengajar). Tidak adanya penggunaan artikel the di depan kata teachers (para pengajar) membuktikan bahwa gembala dan pengajar merupakan satu kesatuan jabatan.

Jadi, orang yang diberi karunia mengajar bukan hanya bertugas mengajar jemaat tentang prinsip-prinsip firman Tuhan, tetapi juga menggembalakan mereka. Di sini, Paulus mengaitkan pengajaran dengan penggembalaan di mana antara “teori” dan praktik harus terintegrasi. Ada beberapa pelayan Tuhan yang terus gemar mengajar doktrin Kristen, tetapi mengabaikan penggembalaan. Ini jelas salah, karena Alkitab sendiri menggabungkan antara gembala dan pengajar.



[1] Kata Yunaninya: διδσκων (didaskōn); LAI: “mengajar”.

[2] Kata Yunaninya: διδσκοντες (didaskontes); LAI: “mengajar”.

[3] Kata Yunaninya: διδσκει (didaskei); LAI: “menyatakan”, YLT: “teach”.

[4] Kata Yunaninya: διδσκοντες (didaskontes); LAI: “mengajar”.

[5] Kata Yunaninya: δδασκεν (edidasken); LAI: “memberi nasihat”.

[6] Teks Ibraninya: lammüdû. Di dalam Septuaginta, kata Yunani yang dipakai: διδξωσιν (didaxōsin) yang merupakan kata kerja, subjunktif, aorist, aktif, orang ketiga jamak dari kata διδσκω (didaskō).

[7] D. L. Baker dan A. A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, hlm. 35.

[8] Kata Yunani yang dipakai: διδσκαλοι (didaskaloi) yang merupakan kata benda berfungsi sebagai subjek kalimat (nominatif), maskulin, dan jamak dari kata διδάσκαλος (didaskalos).

[9] Di ayat 28, kata Yunani yang dipakai: διδασκλους (didaskalous) yang merupakan kata benda berfungsi sebagai objek langsung (akusatif), maskulin, jamak dari kata διδάσκαλος (didaskalos), sedangkan di ayat 29, kata Yunani yang dipakai sama dengan kata Yunani di Kisah Para Rasul 13:1.

[10] Thomas R. Schreiner, Baker Exegetical Commentary on the New Testament: Romans (Vol. 6) (Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 1998), 658.

[11] C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans, 623.