01 September 2008

Bagian 13

Manusia: Peta Teladan Allah-13:
Allah Adalah Terang




Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. (1Yoh.1:5)

Yohanes begitu unik karena caranya memberitakan kebenaran dan ketajaman pengertiannya akan berita kebenaran itu. Ia mengatakan ketiga istilah penting ini, yakni: Allah adalah Terang, Allah adalah Kasih, dan Allah adalah Hidup untuk menyatakan Siapa Allah. Bagi Agustinus, mengenal siapa Allah dan siapa diri merupakan dua hal terpenting dalam hidup. Mengapa? Karena kita perlu merelasikan diri kembali dengan sumber eksistensi diri, yaitu Allah. Pemulihan relasi ini hanya dimungkinkan melalui Yesus Kristus, satu-satunya Mediator sejati.

Di hari pertama Allah hanya menciptakan satu hal, yakni terang. Terang merupakan suatu titik permulaan, yaitu titik Alpha. Hari pertama Tuhan memerintahkan terang keluar dan hari terakhir Tuhan menciptakan manusia untuk mempunyai kemungkinan menerima terang. Terang itu begitu penting. Orang yang hidup dalam keadaan tidak terang, hidupnya kabur dan tidak berarah, karena terang membawa kita menuju kepada arah yang benar. Terang menunjukkan apa yang menjadi halangan bagi kita menuju ke Allah. Terang menyatakan kepada kita di mana ada bahaya sehingga kita tidak dirongrong oleh mara bahaya itu.

Tuhan memerintahkan terang keluar dari kegelapan sebagai perintah pertama. Di sini kita melihat dua cara paralel dari Tuhan di dalam penciptaan, yaitu: perkataan Tuhan dan kuasa Tuhan. Perkataan Tuhan mengutarakan keinginan dan rencana Tuhan, kekuatan Tuhan menggenapi dan menyukseskan apa yang direncanakan. Itu sebabnya dalam Lukas 1 dikatakan: “Tidak ada satu kalimat keluar dari mulut Tuhan yang tidak mengandung kuasa adanya.” Dan Yesus Kristus berkata: “Hidup bukan hanya bersandar pada roti saja, tetapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan.” Di sini kita melihat kaitan yang erat sekali, antara kehendak atau rencana Tuhan dengan kuasa Tuhan yang dinyatakan untuk menjadi penopang hidup manusia.

Waktu Tuhan memerintahkan terang keluar dan berada, tidak ada satu detik perbedaan, tidak ada satu kekuatan lain yang bisa menunda, terang itu langsung berada. Ada orang berkata kepada Haydn, “Tolong jangan mengulang-ulang seperti Händel, tetapi nyatakan satu kali saja, bahwa Allah berkata: Jadilah terang dan terang itupun jadilah.” Oleh sebab itu, dalam oratorio The Creation, pada waktu dikeluarkan kata light, volumenya kira-kira dikeraskan 20 kali. Setelah kalimat itu keluar, musik melodinya merupakan satu kekuatan yang luar biasa mengelilingi alam semesta. Waktu overture, sepertinya chaos (kekacauan) itu belum terkupas dan semua kekacauan masih menjadi satu sampai terang itu datang, semua menjadi satu sistem, semua menjadi indah. Saat karya ini dipentaskan, Haydn sendiri sudah tua, tidak menjadi konduktor, hanya sebagai penonton. Setelah dinyanyikan ‚there was light’, Haydn menangis. Dia lupa kalau di dalam konser tidak boleh bicara, dia berdiri dan berkata, “That is not from me, that is from God”, lalu jatuh pingsan. Semua berhenti menyanyi, berhenti bermain musik. Saat itu ada beberapa orang datang untuk menolongnya. Di antaranya, ada satu orang yang pernah menjadi muridnya, tetapi karena tidak puas, ia pergi meninggalkan Haydn, namanya Ludwig van Beethoven.

Ada satu hal yang tidak ada di agama lain: Allah menciptakan terang dan Allah itu sendiri adalah Terang. Manusia berbeda dengan binatang. Tidak ada binatang yang mencari kebenaran, kekekalan, kebijakan, keadilan, dan membicarakan moral. Semua hal itu terkurung di dalam satu wilayah, yaitu terang dari Tuhan. Itu sebabnya di dalam sejarah, orang yang betul-betul berbijaksana mencetuskan satu terang untuk menerangi seluruh kelompok atau seluruh zaman. Orang itu disebut iluminator. Dari Gerika ada Socrates, Plato, Aristotle, Parmenides, Zeno, dan banyak filsuf-filsuf lain. Dari Cina ada Confucius, Mencius, Mozi. Dari Afrika, selain Agustinus dari Hippo di abad ke-4 yang memberikan terang besar, hanya ada Nelson Mandela yang menentang apartheid. Bangsa yang tidak mempunyai otak iluminator adalah bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Maksud dari kegelapan di sini bukan tidak adanya matahari, karena matahari di Afrika lebih terik dari benua lain, tetapi terang yang melampaui terang cahaya materi, terang cahaya pembakaran, atau terang cahaya iluminasi dari bintang-bintang lain. Ada cahaya yang melampaui cahaya dunia fisik. Dalam Westminster Confession ada kalimat: cahaya natural belumlah cukup. Kita memerlukan cahaya supra-natural. Agama, kebudayaan, dan filsafat tidaklah cukup. Sampai pada waktu Yesus datang ke dunia dan berkata, “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Di dalam ciptaan lama, terang dicipta di hari pertama, dan di dalam ciptaan baru, Yesus datang ke dunia untuk menerangi dunia berdosa ini. Di sini kita melihat urutan yang sama, terang dari Tuhan, lalu penciptaan itu berlangsung. Dalam Yesaya 9:1 dikatakan: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” Hal ini ditujukan kepada Anak Allah yang turun ke dalam dunia memberikan iluminasi kepada seluruh umat manusia.

Terang dari alam ini tidak cukup. Hal ini disadari oleh seorang murid Socrates, yaitu Diogenes. Dia membawa satu lampu minyak yang dinyalakannya pada siang hari, lalu ia berjalan keliling kota Athena, seperti orang yang mencari sesuatu di malam gelap. Orang mengira dia sudah gila. Ia berkata, “Saya mencari kebenaran, kebajikan, dan orang baik, tapi tidak menemukan.” Betapa kuat dan terangnya matahari tidaklah cukup, sehingga ia perlu memasang sesuatu untuk menambahnya demi mencari kebenaran dan orang baik. Ia mendidik seluruh sejarah agar jangan merasa diri sudah hebat dan memiliki cahaya. Dia tidak tahu bahwa cahaya itu akan tiba di dunia kira-kira 350 tahun kemudian yaitu Yesus Kristus.

Plato berusia 28 tahun saat Socrates, gurunya, dihukum mati. Ia langsung lari dari Athena dan tidak mau kembali hingga 13 tahun kemudian. Plato pergi bukan karena takut mati, tetapi dia berkata, “Aku tidak memberikan kesempatan kedua bagi orang demokratis untuk membunuh orang jenius yang mereka tidak mengerti.“ Saat ini seluruh dunia memuja demokrasi, tetapi banyak yang menyesal memilih presiden berdasarkan demokrasi. Setelah memilih presiden, baru tahu bahwa ia lebih korup dari presiden sebelumnya. Orang yang memakai kuasa demokrasi, percaya bahwa mayoritas yang pasti betul. Tapi Tuhan mengatakan manusia mayoritas berada di dalam dosa, hanya nabi-nabi yang takut kepada Tuhan adalah minoritas yang mengerti kebenaran, itu yang betul. Jadi demokrasi adalah salah satu cara yang terbaik setelah jatuh ke dalam dosa dari umat manusia, tapi belum pernah membereskan secara total dan mutlak kemelut-kemelut dan kesulitan manusia.

Allah adalah Terang dan di dalam Dia tidak ada kegelapan. Tidak ada bayang-bayang. La Tour melukis dengan konsep yang tidak ada pada orang lain, yaitu memakai cahaya dari satu lilin dan selain itu, tidak ada cahaya lain. Cahaya itu menuju ke benda lalu dari terang menuju kurang terang, dari kurang terang menuju gelap, dan terakhir gelap. Hanya dengan satu lilin, ia membuat 3 dimensi melalui pengertian perubahan cahaya sampai bayang-bayang. Lukisan yang baik mengutarakan seribu cerita. Pelukis yang baik tahu bagaimana mengekspresikan baptisan cahaya. Kalau di suatu hutan yang pohonnya ribuan dan mendapat cahaya matahari dari satu arah tertentu, si pelukis harus memikirkan bagaimana melukiskan cahaya matahari menembus semua pohon dari yang paling dekat hingga yang paling jauh dari cahaya. Itu cara merefleksikan cahaya yang persentasinya sedikit demi sedikit berkurang. Seperti ketika menyiram air, bagian terdekat terkena paling banyak, semakin jauh semakin sedikit. Ini namanya baptisan cahaya.

Di lukisan La Tour, kita melihat Maria Magdalena yang memegang sebuah tengkorak sedang membaca Kitab Suci dengan penerangan sebatang lilin dan ada sebuah salib kecil di mana Tuhan Yesus tergantung. Lukisan ini mengatakan bahwa firman Tuhan memberikan hidup kekal kepada saya dan saya harus mengingat bahwa saya adalah seorang yang seharusnya mati. Itu dilukiskan dengan tengkorak. Kita seharusnya berkata, “Tuhan, tolong saya untuk merindukan kekekalan yang dijanjikan Tuhan di sorga karena aku hanyalah seorang yang akan masuk kuburan seperti tengkorak ini.” Lalu Kristus menjembatani. Kita yang seharusnya mati bisa mendapat hidup kekal melalui Kristus yang datang dan mati untuk saya. Inilah cara meditasi.

Di bagian belakang lukisan orang terdapat bayangan besar. Semakin dekat ke terang maka bayangan di belakangnya semakin membesar, semakin jauh dari terang maka bayangannya semakin mengecil. Semakin dekat dengan Tuhan, orang akan semakin sadar betapa besar kegelapan dirinya. Di manakah satu-satunya tempat yang tidak ada bayang-bayang di dalam seluruh lukisan itu? Di bagian terang. Di dalam terang, tidak ada bayang-bayang. Inilah Alkitab. Allah adalah Terang, di dalam Dia tidak ada kegelapan. Tidak ada perubahan dan pembelokan bayangan. Terang mengakibatkan saya memiliki bayang-bayang. Ketika saya bergerak, maka bayang-bayang bertukar tempat. Di dalam Allah tidak ada perubahan bayangan, karena Dia adalah diri Terang itu. Jika kita semakin dekat dengan terang dan akhirnya bersatu dengan terang, maka bayang-bayang pun menjadi hilang. Tuhan mengatakan: “Aku akan menciptakan manusia menurut peta teladan-Ku.” Betapa besar janji-Nya dan betapa menakutkan arti yang sedalam itu. Beranikah kita mengatakan bahwa kita juga adalah terang dunia? Di dalam Yohanes 8:12 dikatakan: “Akulah Terang dunia, dan barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, dan pada akhirnya ia akan menemukan terang kehidupan.” Ia juga berkata di Matius 5:14, “Engkau adalah terang dunia.” Akibat dicipta menurut peta dan teladan Allah, kita harus hidup dalam kesucian, dalam terang, dalam cahaya yang terus menginspeksi dan memberi kita satu iluminasi untuk kita mempunyai arah dan mempunyai keadaan sesungguhnya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Juara olimpiade yang berlari begitu cepat, di dalam kegelapan ia akan berjalan perlahan-lahan. Terang itu penting sekali. Allah adalah Terang. Kalau tidak mau hidup di dalam Tuhan, pasti seumur hidup berada di dalam kegelapan. Berapa banyak pemuda menghancurkan hari depannya hanya karena tidak hidup dalam terang. Berapa banyak pemuda menghancurkan hari depannya karena tidak mau sekolah dan lebih suka bermain-main di dalam kegelapan. Berapa banyak pemuda tidak mau diiluminasi, diterangi, tidak mau mendengar khotbah yang baik, karena dia suka hidup di dalam kegelapan, menghina kebenaran, menghina terang dari atas lalu mengira boleh berbuat segala sesuatu menurut bijaksana yang dikiranya lebih hebat dari yang lain, lalu menghina firman Tuhan. Pemuda-pemudi yang tidak menghormati Tuhan dan tidak menghargai kebenaran, maunya dimanja, akan hidup di dalam kegelapan.

Saudara-saudara, bagaimana dengan dirimu? Sadarkah bahwa engkau dicipta menurut peta teladan Allah? Engkau seharusnya menjadi terang untuk orang lain yang belum Kristen. Engkau seharusnya bersinar kepada pemuda-pemudi lain yang tidak mengenal Tuhan dan membawa mereka kembali kepada Tuhan. Tetapi hidupmu, pikiranmu, kelakuanmu, dan kebiasaanmu sendiri berada di dalam kegelapan. Engkau tidak menyatakan peta teladan Tuhan sehingga engkau menghamburkan waktu dan merusak rencana Allah di dalam dirimu. Sampai kapan engkau menghancurkan hari depanmu? Hari ini biar kita kembali dan berkata kepada Tuhan, “Tuhanku, Allahku, aku dicipta menurut gambar dan rupa-Mu. Aku dicipta menurut Terang-Mu. Kiranya hidupku boleh diterangi oleh Kebenaran-Mu, Firman-Mu, dan dengan demikian aku dapat menjadi terang bagi orang-orang lain.” Maukah Saudara? Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita masing-masing. Amin.


Sumber:
http://www.buletinpillar.org/index.php?id=51&tx_ttnews[pS]=1214892000&tx_ttnews[pL]=2678399&tx_ttnews[arc]=1&tx_ttnews[tt_news]=340&tx_ttnews[backPid]=50&cHash=012670e1df