06 March 2007

Matius 4:1-12 : LIFE AND TEMPTATION-2 (Pdt. Sutjipto Subeno)


Life & Temptation (2)
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 4:1-12


Kita telah memahami bahwa setelah kejatuhan, manusia rentan sekali untuk jatuh dalam pencobaan. Akan tetapi pada mereka yang yang percaya dalam nama-Nya diberikan kuasa (Yoh. 1:12) supaya kita dapat melawan segala godaan iblis, kekuatan melakukan kehendak Allah dan hidup sesuai Firman-Nya. Hati-hati, hari ini orang telah menyelewengkan pengertian kuasa dan menganggap kuasa yang spektakuler itu sebagai kuasa Allah. Kita akan merenungkan ketiga pencobaan yang dialami Tuhan Yesus dan hari ini kita akan merenungkan pencobaan pertama. Pertarungan antara iblis dan Kristus merupakan the ultimate duel; dua kekuatan paling besar di alam semesta saling bertempur. Iblis ingin menggantikan posisi Tuhan Allah. Perhatikan, kekuatan Allah dan iblis bukanlah dua kekuatan berlawanan yang sejajar tetapi dua kekuatan itu sifatnya submissive; Allah berada di pihak yang benar sedang di iblis berada di pihak yang salah. Allah sebagai pemenang, iblis harus kalah dan menyingkir. Dalam pertempuran ultimate ini tidak ada prinsip datasawala magabatanga (filosofi Jawa) yang menyatakan dua kekuatan sama-sama kuat, sama-sama mati. Tidak! Kuasa kebenaran harus menang.
1. Kuasa Firman mampu menghadapi segala pencobaan. Iblis tidak bodoh, ia tahu siapa yang ia hadapi maka siasat ampuh yang sifatnya esensial ia lancarkan untuk menjatuhkan Tuhan Yesus. Namun di luar perhitungannya, Kristus Yesus mempunyai kekuatan kokoh, Ia tidak dapat digoncangkan oleh apapun; tiga siasat yang dilancarkan iblis tidak mampu menjatuhkan-Nya. Hari ini banyak orang ketika berada dalam kesulitan dan tantangan ingin segera keluar dari pencobaan itu – orang berharap ada mujizat. Tidak! Itu bukan cara Allah bekerja. Ketika Tuhan Yesus dicobai, tidak ada mujizat dan Tuhan Yesus juga tidak meminta mujizat. Iblis justru yang menawarkan mujizat yang sifatnya supranatural dan spektakuler sebagai solusi mudah dan cepat, yaitu mengubah batu menjadi roti. Perhatikan, mujizat bukanlah penyelesaian yang diajarkan Kekristenan. Tiga pencobaan berat diselesaikan dengan kebenaran Firman. Inilah prinsip iman Kristen yang diteladankan oleh Kristus. Saat kita berada di titik kritis, Firman itulah memberikan jawab; kuasa Firman yang dahsyat melawan semua godaan iblis. Hati-hati, dengan siasat iblis yang licik, semua solusi yang ditawarkan kelihatan manis di depan tetapi berakhir dengan kebinasaan. Adalah tugas setiap anak Tuhan menyadarkan dunia untuk kembali pada Kebenaran Firman supaya orang tidak terjebak dalam siasat iblis. Menghadapi pencobaan iblis, Tuhan Yesus tidak menjawab dengan ratusan ayat Firman, Dia hanya memakai satu ayat dari satu kitab, yakni Ulangan 6 dan 8. Hal ini seharusnya menyadarkan kita akan kedahsyatan kuasa Firman Tuhan. Sayang banyak orang tidak tahu, kaum Liberal menganggap Firman itu tidak lebih hanya sekedar buku kesaksian, buku sastra atau buku otobiografi. Tidak! Alkitab adalah Firman Tuhan yang diwahyukan pada manusia. Otoritas Alkitab adalah otoritas kebenaran yang tertinggi. Sungguh ironis, hari ini gereja tidak lagi mengakui otoritas Alkitab; Firman Tuhan dianggap tidak berkuasa dibandingkan dengan nubuat-nubuat yang tidak bertanggung jawab bahkan ada gereja memakai ayat Firman sembarangan demi untuk memuaskan egoisme manusia.
Adalah pendapat salah yang menyatakan bahwa Firman itu dikatakan sebagai Firman kalau keluar dari mulut Allah secara langsung (rhema, bahasa Yunani). Tidak! Firman Tuhan (logos, bahasa Yunani) yang tertulis yang hari ini ada bersama kita itu diwahyukan oleh Allah dan itulah Firman. Lihatlah betapa rusak moralitas dan iman orang yang tidak mengakui otoritas Alkitab, orang mudah sekali tergoda masuk dalam godaan akan roti. Kristus memberikan teladan indah pada kita, Ia tidak menyelesaikan tantangan iblis dengan cara supranatural dan Kristus tidak berkompromi dengan iblis. Kristus melawan kuasa kejahatan dengan kuasa Firman. Allah memberikan Firman Tuhan sebagai senjata ampuh untuk melawan iblis karena itu; karena itu, kita membaca dan merenungkannya tiap-tiap hari. Iblis seperti singa yang mengaum-aum yang siap menerkam ketika kita lengah dan pada saat demikian sudah terlambat bagi kita untuk bersiap diri. karena itu, waspada dan siap sedia setiap saat dengan mempersenjatai diri dengan Firman Tuhan, satu-satunya kuasa yang dapat melawan iblis. Seperti ada pepatah Tionghoa “seorang prajurit dipersiapkan 1000 tahun untuk bertempur satu hari. Demikian juga halnya dengan spiritual, kita harus mempunyai kesiapan iman.


2. Otoritas Allah sebagai satu-satunya otoritas tertinggi. Kristus tidak menyangkali bahwa manusia perlu makan (Mat. 4:4) namun ada hal yang lebih penting dari roti, yaitu Firman. Prinsip ini sangat penting dalam menghadapi pencobaan. Kristus mau menegaskan siapa yang berotoritas; who is talking. Kita harus kembali pada true one authority, satu-satunya otoritas sejati, yaitu Tuhan Allah. Kalau kita tidak peka, sepintas tawaran iblis sangat positif dan sangat membangun. Maka tidaklah heran, hari ini banyak orang terjebak karena orang mengerti pencobaan di aspek materi. Letak permasalahannya adalah who is talking? Dalam hal menyediakan makanan dan membuat mujizat yang kelihatan positif, iblis mampu melakukannya namun satu hal yang tidak bisa ia lakukan adalah mengeluarkan Firman Kebenaran sejati. Ingat, manusia harus tunduk pada true one authority, yakni Kristus Yesus, Allah pemilik alam semesta.
Saat ini mungkin kita menghadapi kesulitan, kita di-PHK dari pekerjaan, kita mengalami masalah dalam rumah tangga maka waspadalah, saat itu iblis datang menawarkan jalan keluar yang cepat dan mudah. Pertanyaannya sekarang adalah beranikah kita untuk berkata “tidak“ dan mengusir setan. Allah tidak pernah menawarkan solusi mudah dan cepat, Allah tidak pernah menawarkan kenikmatan; semua harus melewati proses. Setiap orang yang dipakai Tuhan, dipersiapkan puluhan tahun sebelumnya, tidak ada cara instan. Bahkan Tuhan Yesus harus berpuasa 40 hari, masuk padang gurun, dan dicobai demikian juga dengan bangsa Israel harus melewati padang gurun selama 40 tahun sebelum masuk tanah Kanaan. Kristus, Allah pemilik alam semesta pun ketika datang ke dunia tidak dengan cara instan, Ia harus melalui proses seperti layaknya seorang manusia; Ia dikandung selama 9 bulan 10 hari, dilahirkan dan Ia bertumbuh semakin hari semakin bertambah besar. Kristus harus menunggu selama 30 tahun untuk Ia memulai pelayanan. Hari ini, kalau Alkitab ada di tangan kita maka itupun juga melalui proses selama kurang lebih 1500 tahun. Adalah mudah bagi Allah untuk menurunkan Alkitab secara lengkap ke dunia bahkan Allah mampu memberikan Alkitab langsung dalam berbagai bahasa sekaligus tapi Allah tidak lakukan itu, Tuhan memakai orang-orang untuk menuliskan setiap bagian demi bagian; semua harus melalui proses justru hal itu membuktikan Allah itu Allah yang berdaulat. Kalau kita tidak mengerti prinsip bahwa segala sesuatu harus melalui proses – kita mudah sekali masuk dalam jebakan iblis. Bertobat, berhentilah berpikir seperti dunia dan biarkan dirimu diubahkan oleh Kristus.
Biarlah kita peka, dengan akal licik dan siasat iblis; kalau kita tidak hati-hati kita bisa masuk dalam jebakannya karena kita menyangka itu berkat dari Tuhan. Inilah pencobaan. Sebagai anak Tuhan, kita harus tunduk pada satu otoritas, yakni otoritas Allah; kita hanya melakukan melakukan apa yang menjadi perintah Allah saja seperti yang Kristus teladankan. Jangan pernah sekalipun tunduk pada perintah iblis meskipun yang ia katakan terkadang benar, itu merupakan pengkhianatan. Iblis adalah musuh Allah lalu kita sebagai anak Allah ikut pada perintah iblis, berkompromi dengan musuh Bapa kita maka coba bayangkan, bagaimana sikap Tuhan Allah atas sikap kita? Orang yang mengaku sebagai anak Allah tetapi telah berkhianat maka ia tidak layak disebut anak Allah. Perhatikan, pencobaan pertama ini tidak mengandung unsur kesalahan sedikitpun bahkan kelihatan sangat positif tetapi ingat, usulan itu datangnya dari iblis bukan dari Tuhan. Kalau kita mengaku sebagai anak Allah maka kita harus taat pada satu otoritas saja, yakni otoritas Allah dengan demikian kita tidak mudah jatuh pada jebakan iblis yang mengiming-imingi kita dengan kenikmatan semu dan berakhir dengan kebinasaan.


3. Hidup hanya menjalankan Misi Tuhan. Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Tuhan Yesus mau menunjukkan siapa sumber kehidupan sejati. Hidup bukan kita yang menetapkan sendiri tetapi hidup dimulai dari rencana Allah. Tidak ada satu pun dari antara kita yang menetapkan kelahiran kita sendiri, bukan? Hidup kita milik Tuhan; kita ini buatan Allah diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:10). Letak permasalahannya adalah apakah kita mau taat mendengar Firman-Nya dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya saja? Sebagai anak Tuhan sejati, maukah kita bertekad hanya melakukan kehendak Allah dan menuntaskan apa yang menjadi rencana Allah. Iblis sangat pandai mengalihkan apa yang seharusnya menjadi orientasi hidup kita dan Kristus sangat peka dengan akal licik si iblis, Dia tahu kepada siapa Ia harus tunduk dan taat – Kristus mengutamakan apa yang menjadi misi Bapa-Nya. Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa-Ku. Biarlah hari ini kita mengevaluasi diri, apa yang menjadi kehendak Tuhan yang harus kita genapkan dalam hidup kita? Ingat, waktu yang telah lalu tidak akan pernah dapat diulangi lagi. Jadi, jangan sia-siakan hidupmu dengan membuang waktu yang ada untuk segala sesuatu yang sifatnya duniawi belaka. Kebutuhan manusia yang paling mendasar bukanlah semata-mata kebutuhan perut seperti yang diajarkan oleh Abraham Maslow. Firman Tuhan menegaskan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Allah kita bukanlah Allah yang tidak peduli, Allah kita bukanlah Allah yang tidak memelihara. Tidak! Allah punya cara memelihara kita. Kalau kita taat pada apa yang menjadi kehendak Tuhan, misi Tuhan maka Tuhan akan mengatur dan memimpin setiap langkah kita, Dia akan memelihara hidup kita. Ketika kita berada dalam pimpinan Tuhan maka kita mempunyai kekuatan dahsyat untuk melawan iblis; iblis tidak akan menjatuhkan kita.
Pertarungan antara Tuhan Yesus dan iblis merupakan pertarungan ultimat – pertarungan frontal antara dua kekuatan besar, yakni kekuatan Allah dengan kekuatan iblis. Perhatikan, Alkitab tidak banyak berbicara mengenai iblis tapi bukan berarti Alkitab menyangkali akan keberadaan iblis. Tidak! Alkitab mengakui keberadaan dan kehebatan iblis, Alkitab menyatakan siapa si iblis namun Alkitab tidak memberikan porsi besar untuk dituliskan di dalamnya. Banyak orang berbicara tentang iblis dan malah akhirnya iblis yang dipromosikan bukan Tuhannya. Tuhan ingin kita lebih mengenal Dia dan menjadi serupa Dia. Memang kita perlu memahami apa yang menjadi strategi iblis ketika ia mencobai manusia tetapi bukan berarti kita harus mengalihkan perhatian pada dia seluruhnya. Tidak! Tuhan sebagai pusat hidup kita maka kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita hanya kepada Dia semata. Kita akan memahami beberapa aspek yang menjadi strategi iblis supaya kita tidak masuk jebakannya.
1. Grassroot Temptation. Kita menemukan urutan yang berbeda dalam Injil Matius dengan Lukas. Secara kronologi waktu, Injil Lukas lebih tepat sedang Matius mencatat berdasar tematik dengan demikian orang dapat mengerti seluruh rangkaian pencobaan. Namun kedua penulis ini tetap menaruh pencobaan pertama di posisi pertama. Pencobaan pertama ini disebut sebagai grassroot temptation. Dan biasanya, orang mudah sekali masuk dalam pencobaan pertama. Siasat iblis ini sangat ampuh mulai dari Adam hingga sekarang maka siasat yang sama dikenakan pada Tuhan Yesus. Perhatikan, kalimat yang dipakai iblis sangat halus dan tajam; sepertinya tidak mengandung unsur dosa secara duniawi tetapi mengandung esensi dosa. Grassroot temptation ini berkait dengan natur manusia yang selalu ingin diperhatikan. Semakin bermasalah seseorang, semakin tamak, selfish, egois dia. Dan ketika pertolongan itu tidak juga didapatkan, orang mulai menyalahkan Tuhan maka itu berarti siasat iblis telah berhasil. Iblis tahu, lapar merupakan kebutuhan dasar manusia. Perhatikan, tawaran iblis sangat nikmat dan manis; orang yang tidak peka pasti langsung masuk dalam jebakannya. Orang pasti panik ketika ia dihadapkan pada realita kematian akibat kelaparan. Orang tidak lagi berpikir untuk nilai yang agung dan mulia. Hari ini banyak orang yang mau berkorban namun bukan untuk hal yang agung tapi karena mereka berharap mendapatkan keuntungan ganda. Siapa yang mau berkorban demi untuk menyelamatkan orang lain yang berada dalam penderitaan? Hati-hati, ketika kita mulai terpengaruh oleh konsep dunia yang menawarkan ketamakan maka itulah titik untuk iblis masuk menggoda manusia dan pada umumnya manusia jatuh dalam cobaan ini. Biarlah sebagai anak Allah sejati mempunyai jiwa seperti Tuhan Yesus yang rela berkorban demi untuk menjalankan kehendak Tuhan. Tuhan telah mempersiapkan pekerjaan yang baik yang harus kita genapkan; hidup kita bukan hidup yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan egois kita.


2. Sharp Temptation. Iblis sangat cerdik dan licik, ia tahu kapan saat dan posisi yang tepat untuk ia masuk dan menggoda manusia. Iblis mencobai pada saat kita lagi lemah. Iblis datang ketika Tuhan Yesus lapar dan seorang diri di padang gurun dimana tidak ada seorang pun yang dapat menolong-Nya. Suatu kesalahan fatal ketika berada dalam kesulitan, kita justru menjauh dari Tuhan. Banyak hal tidak kita mengerti namun percayalah, Allah tahu semua pergumulan kita, Tuhan memegang tangan kanan kita (Mzm. 73:22). Inilah yang menjadi kekuatan kita menghadapi kesulitan di dunia. Pada saat kita dalam pencobaan, janganlah kita berzinah dengan meninggalkan Tuhan. Pada saat kita lemah maka saat itulah kekuatan Tuhan sempurna. Saat kita berada dalam pergumulan itu waktunya kita untuk berdoa, dekat dengan Tuhan, waktunya kita membaca Firman Tuhan dan berpegang pada tangan Tuhan. Hati-hati, iblis mencobai kita pada saat kita berada dalam titik kritis, kalau kita tidak peka dan tidak mempunyai bijaksana dari Tuhan maka kemungkinan kita akan jatuh. Jangan pikir kita dapat melawan iblis dengan kekuatan dan kepandaian kita. Tidak! Iblis terlalu pandai dan licik untuk dihadapi. Kekuatan kita hanya satu, yakni hanya dalam Tuhan sajalah kita dapat berlindung.


3. Legal Temptation. Orang berpendapat bahwa pencobaan itu haruslah berkait langsung dengan kejahatan. Iblis tidak bodoh karena itu cara yang ia pakai sangat halus sehingga tanpa sadar orang akan jatuh dalam jebakannya. Iblis tidak secara kasar dan gamblang meminta Tuhan Yesus melawan Allah. Demikian juga untuk setiap anak Tuhan yang bertumbuh, cara gamblang sulit menjatuhkan manusia tetapi ingat, iblis akan terus mencari cara untuk menjatuhkan kita. Iblis sengaja memperlihatkan pada pencobaan secara etika, hukum, sosial tidak dapat disalahkan, kalau kita tidak cermat akan akal licik si iblis ini maka kita pasti akan jatuh dalam pencobaan. Hari ini, dunia telah rusak tindakan kriminal seperti mencuri menjadi halal karena alasan lapar. Perhatikan, solusi yang diberikan iblis sangat positif dan tidak merugikan orang lain. Teologi Reformed dengan cermat dan tajam melihat bahwa solusi yang ditawarkan itu tetap salah, kita harus kembali pada Kedaulatan Allah. Dosa jangan dimengerti dan dipandang dari pengertian dunia; kita harus melihat dari Kedaulatan Allah. Dunia berpendapat bahwa orang dicobai karena ia berbuat dosa; dosa disini mempunyai pengertian melanggar hukum. Jangan pikir kalau kita tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melanggar hukum berarti tidak berdosa. Tidak! Alkitab dengan tajam melihat dosa lebih dari perbuatan; dosa adalah fasik dan lalim. Fasik berarti orang tahu Allah tapi tidak merasa perlu menghormati Allah, ungodliness, asebea (bhs. Yunani); lalim adalah orang yang tahu kebenaran tetapi ia tidak perlu merasa taat pada kebenaran, unrighteousness, adekia (bhs. Yunani). Esensi dosa adalah melawan Allah dan kebenaran-Nya. Jadi, segala sesuatu yang positif tetap dosa kalau melawan Allah dan kebenaran-Nya. Biarlah kita peka akan pimpinan Tuhan sehingga kita tidak jatuh dalam pencobaan. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)


Sumber :
Ringkasan Khotbah mimbar di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 14 Januari 2007 (http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2007/20070114.htm)

No comments: