06 March 2007

IMAN KRISTEN DAN PEKERJAAN (Pdt. Billy Kristanto)

IMAN KRISTEN DAN PEKERJAAN

oleh : Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.


Agaknya pandangan yang menyatakan bahwa suatu sistem perekonomian tertentu adalah netral memang banyak dianut oleh masyarakat luas, termasuk juga banyak orang kristen di antaranya. Pandangan seperti ini sebenarnya kurang kritis.

Sistem perekonomian tertentu, model bisnis tertentu, selalu merupakan produk dari hasil pemikiran yang sudah memiliki worldview tertentu. Dan worldview ini tidak mungkin netral. Jika ada bagian aspek hidup manusia yang netral, itu berarti wilayah ini bebas dari pengujian Firman Tuhan, sementara kita percaya bahwa Firman Tuhan, sekalipun bukan merupakan textbook ekonomi, juga membicarakan aspek ekonomi, karena ekonomi merupakan salah satu aspek hidup manusia dan Alkitab membicarakan seluruh aspek hidup manusia.

Ilustrasi yang sering digunakan dalam hal ini seperti pisau misalnya (sebagai suatu alat yang dianggap netral) juga seringkali dilupakan bahwa dalam kenyataannya ada juga pisau yang berkarat. Pisau yang sudah berkarat, terlepas dari tujuan penggunaannya, selalu tidak baik. Demikian kita tidak dapat hanya melakukan penilaian etis kristiani hanya berdasarkan tujuan atau motivasi yang baik, sebab jika demikian kita sebenarnya sudah jatuh dalam reduksionism etika motivasi/tujuan dan bukan kepada etika kristen yang sebenarnya jauh lebih kaya daripada etika yang hanya berdasarkan tujuan/motivasi.

Sebagai perbandingan mirip halnya dengan diskusi-diskusi tentang musik yang seringkali diperbincangkan orang juga memiliki pendapat yang kira-kira serupa: semua jenis musik sebenarnya netral, tergantung tujuan dan motivasi kita waktu menggunakan musik tersebut. Ini, sekali lagi, sayangnya juga tidak benar.

Entah musik, kebudayaan, science, ekonomi, ekologi, politik, hukum dsb sebenarnya dihasilkan berdasarkan presupposition (asumsi-asumi dasar) tertentu dari mereka yang menggarapnya. MLM (atau sistem bisnis yang manapun) tidak luput dari kenyataan ini. Sehingga kita tidak mungkin memisahkan suatu business model atau sistem perekonomian tertentu dengan filsafatnya, seolah-olah tidak ada worldview di dalamnya dan ia bersifat netral, tergantung orang yang mengerjakannya atau ada di belakangnya. Jika kita ingin menebus kebudayaan, tidak cukup hanya dengan membereskan “direction of the heart““ (sekalipun saya percaya ini penting sekali), melainkan juga harus mencakup perubahan “structure” yang sudah terbentuk dan dihasilkan (oleh kebudayaan yang berdosa). Jika kita sebagai orang percaya hanya membereskan bagian “arah hati” tanpa mempedulikan “struktur” yang sudah terbentuk dalam masyarakat kita, sebenarnya kita belum sepenuhnya menjadi garam dan terang dunia.

Tulisan Max Weber tentang hubungan Calvinisme dan kapitalisme (kita tidak harus setuju sepenuhnya tesis ini), paling tidak menyatakan bahwa iman Kristen (dalam hal ini Calvinisme) pernah memberikan pengaruh yang besar dalam dunia ekonomi sehingga kekuatan ini menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam arus pemikiran di dunia. Sayangnya, sekarang banyak orang Kristen yang hanya mempertahankan etika-etika dagang yang bersih (ini pun juga sudah puji Tuhan!), gaji diperoleh dengan cara yang jujur, hasilnya sebagian untuk mendukung pekerjaan Tuhan, ikut memberi perpuluhan, ya sudah cukup. Kalau filsafat kerja (philosophy of work) dalam keKristenan hanya dimengerti dalam batasan seperti ini, sulit untuk mengharapkan ada culture mandate yang memiliki dampak yang berarti dalam dunia perekonomian. Kita merindukan ekonom-ekonom Kristen, usahawan-usahawan Kristen, pekerja-pekerja Kristen yang juga mempelajari teologi, lalu mengintegrasikan keduanya untuk menggumulkan dengan serius model perekonomian yang dikembangkan berdasarkan prinsip Alkitab yang mencakup bukan hanya cara dan motivasi kerja, melainkan juga sistem perekonomiannya. Namun yang kita lihat sekarang, sayangnya (lebih menyedihkan lagi karena tidak banyak yang melihat), kita sebagai orang kristen terpaksa harus menerima dan hidup dalam suatu sistem perekonomian yang dikendalikan oleh filsafat-filsafat non-kristen. Yang saya kuatir adalah, karena kita tidak peduli dengan struktur-struktur yang sudah dihasilkan oleh kebudayaan yang berdosa itu, kita mengatakan semuanya netral, asal itu tidak membuat saya cinta uang, itu sudah merupakan ekspresi iman kristen yang setia kepada Firman Tuhan.

Reduksi (penyempitan) seperti ini sebenarnya juga merupakan akar permasalahan tentang dilema etis dari passive income (termasuk saham,valas dan sejenisnya). Bagi saya, persoalan passive income sebenarnya bukan berakar pada apakah kita dalam keadaan itu sudah bekerja keras atau hanya goyang-goyang kaki (yang lalu dikaitkan dengan tulisan Paulus bahwa yang tidak bekerja tidak usah makan), melainkan mengapa kita sampai begitu jenuhnya dengan yang namanya pekerjaan? Sebagian orang mengatakan kalau sudah mencapai tahap passive income maka saya bisa menggunakan waktu dengan lebih baik, untuk hal-hal yang lebih berarti, termasuk untuk lebih banyak melayani Tuhan. Jika demikian halnya, berarti pekerjaan bukanlah pelayanan, melainkan siksaan yang mau tidak mau harus kita terima karena dunia sudah jatuh dalam dosa? Jika kita lebih suka untuk tidak bekerja daripada bekerja, ini sebenarnya hanya menyatakan bahwa kita memiliki defisit pengertian dalam theology of work. Jika Saudara berpendapat pekerjaan Saudara di kantor hanya membuang2 waktu dan tidak melakukan pekerjaan Tuhan, maka mungkin Tuhan memang tidak menempatkan Saudara untuk bekerja di situ, atau bahkan Tuhan memanggil Saudara menjadi hamba Tuhan gerejawi penuh waktu! Tapi jika seandainya tidak, bukankah kita seharusnya mengalami arti hidup juga ketika kita bekerja? Dan arti hidup inilah yang memberi kepada kita kenikmatan, lebih daripada sekedar kenikmatan menerima gaji. Kita menemukan meaning dalam pekerjaan yang sedang kita lakukan karena pekerjaan tsb berkait dengan panggilan dan rencana Tuhan.

Sekali lagi, sayangnya banyak orang-orang Kristen, termasuk mereka yang tidak diragukan cinta mereka kepada Tuhan, tidak dapat menemukan panggilan mereka dalam dunia pekerjaan yang sedang mereka geluti. Maka wajar saja, passive income menjadi daya tarik yang sangat kuat, dan ini tidak harus selalu berarti bahwa orang tersebut malas, tidak ingin bekerja, cinta uang, ingin cepat kaya dlsb, melainkan sangat mungkin karena ia tidak menemukan panggilan Tuhan dalam dunia pekerjaannya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terus melakukan kehendak Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita, termasuk dalam pekerjaan/bisnis kita. Kalimat ini seringkali terdengar begitu klise dan seperti tidak ada maknanya lagi, namun sesungguhnya inilah satu-satunya yang akan memimpin kita menikmati hidup dalam segala kelimpahan dalam pengertian yang sesungguhnya, seperti yang dijanjikan oleh Yesus Kristus. Setiap orang percaya bertanggung jawab untuk menggali, menemukan dan mengembangkan talenta yang dipinjam Tuhan kepadanya, dan mengelolanya demikian rupa sehingga menghasilkan laba yang selayaknya untuk Kerajaan Allah. Mengenai penggalian talenta adalah satu tema tersendiri yang perlu dibicarakan lebih lanjut. Lain kali, so God will, kita akan membahas bagian ini. Tuhan memberkati kita semua.



Disarikan dari :
Artikel di mailling list METAMORPHE.




Profil Pdt. Billy Kristanto :
Pdt. Billy Kristanto, Dip.Mus., M.C.S. lahir pada tahun 1970 di Surabaya. Sejak di sekolah minggu mengambil bagian dalam pelayanan musik gerejawi. Setelah lulus SMA melanjutkan study musik di Hochschule der Künste di Berlin majoring in harpsichord (Cembalo) di bawah Prof. Mitzi Meyerson (1990-96). Setelah lulus dari situ melanjutkan post-graduate study di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory) di Den Haag, a conservatory with the largest early music department in the world (mempelajari historical performance practice). Belajar di bawah Ton Koopman, seorang dirigen, organis, cembalis dan musicolog yang sangat ahli dalam interpretasi karya J.S. Bach. Selain itu juga mempelajari fortepiano di bawah Prof. Stanley Hoogland.

Setelah lulus dari situ pada tahun 1998 pulang ke Indonesia, lalu melayani sebagai Penginjil Musik di Gereja Reformed Injili Indonesia/GRII di Jakarta (Februari 1999). Pada tahun yang sama memulai studi theologia di Institut Reformed di Jakarta dan lulus pada tahun 2002 dengan Master of Christian Studies (M.C.S.). Sejak tahun 2002 sampai sekarang menjabat sebagai Dekan School of Music di Institut Reformed Jakarta serta menggembalakan jemaat Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) Jerman : Berlin, Hamburg dan Munich. Beliau ditahbiskan menjadi pendeta sinode GRII pada Paskah 2005 dan beliau sedang menempuh studi doktoral di Universitas Heidelberg, Jerman.

3 comments:

Gereja said...

Denny, tahukah anda bahwa doktrin2 Reformed Injili semata membeo ajaran Calvin tetapi bukan ajaran Alkitab?

Gereja said...

KEPALSUAN AJARAN CALVINIS TTG TOTAL DEPRAVITY/TOTAL INABILITY

Nats2 berikut disalahartikan para calvinis:

Epesus 2:1 “As for you, you were dead in your transgressions and sins” Mati spiritual dalam lingkup dosa IN transgressions and sins dipelintir menjadi tidak bisa percaya. Kemampuan ada tetapi dipakai di luar jalan Tuhan.


Lalu analogi “mati” dipanjang2in kemana2 yg tidak dimaksud dalam nats ini. Misalnya: “mayat tidak bisa dengar” “mayat tidak bisa percaya,” “mayat tidak bisa mengerti”, “mayat tidak bisa makan,” “mayat tidak bisa buat apapun.” Nats ini tidak bermaksud mengajarkan tentang ketidakmampuan mayat2. Ini pemaksaan TULIP ke ayat firman. Bahkan orang percaya juga disebut orang yg mati thd dosa, meski masih jatuh dalam dosa. Roma 6:2, Org yg sdh selamat jg disebut orang mati: “How shall we, that are dead to sin, live any longer therein? Kemampuan dipakai di luar jalan dosa. Posisi org di luar Tuhan disebut mati tetapi tidak dikatakan tidak punya kemampuan responi Injil.

Alkitab tidak memvonis mati dan binasa thd orang yg tidak mampu, tetapi memvonis orang yg tidak percaya. Yoh 3:18 “There is no judgment against anyone who believes in him. But anyone who does not believe in him has already been judged for not believing in God’s one and only Son.”

2 Korintus 5:17 “Therefore if any man be in Christ, he is a new creature: old things are passed away; behold, all things are become new.”

Para calvinis langsung tarik istilah new creature dan dibuat mengajarkan orang berdosa tidak mampu percaya dan harus diberi lahir baru dulu. Dari new creature dianggap orang berdosa itu sbg non-being, tidak ada (Palmer, The Five Points, 17), dan ciptaan yg dr nol menjadi ada. Wrong. Salah besar. Lahir baru bkn untuk org yg blm ada tp yg sudah ada. Regeneration bkn ciptakan manusia dr nol bukan dr non being, tetapi restoration kehidupan spiritual dan penempatan dlm relasi dan komunikasi yg mati dengan Allah.

1 Korintus 2:14;” But the natural man receiveth not the things of the Spirit of God: for they are foolishness unto him: neither can he know them, because they are spiritually discerned.”

Para calvinis memelintir ayat ini untuk membuat Paulus mengajarkan TULIP, khusus bhw org berdosa tidak bisa percaya Yesus. Ini omong kosong. Dengan kacamata TULIP ayat yg tidak bicara menerima Kristus langsung dibaca “the natural man receiveth not Jesus Christ.” Nats tidak bicara soal tidak bisa terima Kristus dibuat bicara demikian krn TULIP. Bahkan calvinis mengajarkan bh dengar injilpun tidak bisa. Sehingga harus dilahirkan kembali dahulu br dengar Injil.

Dalam konteks ps 2 ini sejak ayat 9 paling tidak ada 8x disebut ttg THINGS yang bukan soal terima Yesus sama sekali. Jelas2 TULIP dipaksakan ke dalam nats firman. Para penganut TULIP dibutakan TULIP thd bagian2 firman yg jelas untuk setia pd TULIP yg menyesatkan. Epesus 1:13 dengan tegas mengatakan “In whom [Yesus] ye also trusted, after that ye heard the word of truth, the gospel of your salvation: in whom also after that ye believed, ye were sealed with that holy Spirit of promise.” Kapan dimeteraikan Roh? Bukan sbl percaya! Tetapi setelah percaya! Bukan tidak bisa mendengar! Karena disebut setelah mendengar Injil keselamatan!

Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus satu2nya Jalan itu, buanglah kacamata TULIP yg membutakan mata anda terhadap ajaran firman yg jelas dan tegas: “Percayalah kepada Tuhan Yesus, maka engkau akan berolah selamat.” NO TULIP! Yohanes yg bersandar di bahu Tuhan Yesus menuliskan kesaksian Injilnya dengan tujuan: “But these are written, that ye might believe [subjunctive mood: mampu] that Jesus is the Christ, the Son of God; and that believing ye might have life [conditional] through his name.” (Yh 20:31). Please jangan selundupkan TULIP sebelum kata percaya sehingg berbunyi “barangsiapa dilahirkan kembali akan diberi iman untuk percaya dan mendapat hidup kekal.” Jangan tambahi kabar baik ini! Tidak perlu. Sudah memadai! Tidak perlu membebani dan menyesatkan orang. Good news is simple.

Denny Teguh Sutandio said...

Sdr. roby, sekali lagi, saya mau tanya, Anda dari gereja mana ? Tolong sebutkan yg jelas, karena dari gereja mana Anda berasal akan mmebuktikan kemampuan theologis yg Anda miliki ?

Saya tahu bnyk org anggap diri "Kristen" ttp belum mengerti Alkitab dgn tuntas. Ayat2 Alkitab yg Anda kutip selalu dikutip sebagian dan tdk pernah dikutip secara holistik. Pdt. Budi Asali pernah mengatakan bhw ayat2 Alkitab yg dikutip sebagian tanpa memperhatikan ayat2 Alkitab lainnya adalah ciri khas ajaran sesat ! Kalau menurut Anda, kelahiran baru terjadi setelah pertobatan, tolong tanya pekerjaan siapakah kelahiran baru itu ? Kalo pekerjaan Roh Kudus, lalu pekerjaan siapakah yg mengakibatkan org yg belum Kristen bisa bertobat dan percaya kpd Kristus ? Bagaimana mungkin seseorang bisa bertobat tanpa Roh Kudus melahirbarukan seseorang ?


Dari pemaparan Anda, tampaklah Anda seorg Arminian tulen. Saya kritik keras "theologia" Arminian dan saya sebut "theologia" ini sbg humanisme atau antroposentris ! Mengapa ?
1. Kalau keselamatan umat pilihan bisa hilang, berarti scr otomatis keselamatan itu BUKAN melalui anugerah Allah di dlm iman kpd Kristus, ttp melalui jasa baik (tdk ada bedanya dgn agama2 non-Kristen) dan ini sangat amat ditentang oleh Alkitab. Dengan kata lain, Arminianisme ingin mengajarkan superioritas manusia di atas Allah ("Allah" tdk bisa berbuat apa-apa jika manusia tdk mengerjakan keselamatan). Itukah ajaran Alkitab ??!! Pikirkan sendiri sbg org Kristen yg bertanggungjawab !

2. Kalau Allah memilih beberapa org setelah IA melihat org2 tsb beriman kpd-Nya, berarti "Allah" sgt kasihan, karena "Ia" baru memilih setelah org2 ttt "kasihan" kpd-"Nya".

3. Kalau Roh Kudus bisa ditolak oleh umat pilihan, berarti Allah lebih rendah daripada manusia. Itukah ajaran Alkitab ? Silahkan pikirkan sendiri !


Saya tahu bhw Reformed Injili berasal dari theologia Reformed yg ditegakkan oleh John Calvin, ttp mengutip pernyataan Pdt. Dr. Stephen Tong, beberapa ajaran Calvin pun ada yg kurang tepat, misalnya Calvin pernah mengatakan bhw tdk ada lagi jabatan penginjil, padahal Alkitab mengajarkannya (dan ini baru disadari oleh Calvin pada usia tuanya). Meskipun demikian, saya pribadi sungguh appreciate sumbangsih pikiran Calvin yg integrated banget dan holistik di dlm pengertian Alkitab. Bnyk "theologia" Kristen yg mengklaim diri "Alkitabiah" ttp jika diperhatikan, mereka hanya gemar mengutip ayat2 Alkitab tanpa memperhatikan konteks, latar belakang, perbandingan terjemahan, dll. Seringkali banyak org "Kristen" sok ngerti Alkitab lalu menafsirkan Alkitab. Sori, saya mau sharing sedikit, kemarin saya baru nonton VCD Debat Trinitarian Vs Unitarian, dan Pdt. Budi Asali, M.Div. sbg pihak Trinitarian "membabat" habis pengertian Unitarian yg sesat dgn mengemukakan pokok utamanya yaitu ttg penafsiran Alkitab kaum Unitarian yg dicomot-comot (metode eisegese). Mereka (kaum Unitarian) tdk mau terima, lalu dgn sok "rohani", mereka bilang bhw meskipun tdk berlatarbelakang pendidikan theologi yg mengerti bahasa Ibrani/Yunani, ttp "Alkitab" berkata bhw Tuhan membukakan rahasia bg org kecil. Maklum, org MALAS belajar theologia lalu berkiblat sok "rohani", sama spt BANYAK org2 Karismatik yg malas belajar doktrin, lalu mengatakan bhw yg penting perbuatannya. Yg lebih parah lagi, mereka yg malas belajar doktrin, lalu kalau ada yg nanya kpd para "pendeta" Karismatik, jawabannya selalu "'Roh Kudus' berbicara..." atau bahkan ada yg mengatakan, "Jangan mencobai 'tuhan allahmu'", padahal mereka memang tdk mengerti doktrin.

Silahkan renungkan sendiri, di mana letak kesalahan banyak Karismatik/Pentakosta, Injili/Arminianisme, Orthodox Syria (Bambang Noorsena, Jusufroni) dan apalagi Katolik Roma ?! Tolong baca buku "Pengakuan Iman Westminster" dan "Katekismus Singkat Westminster" jilid 1 dan 2 yg ditulis oleh Rev. G. I. Williamson, B.D. Kalo Reformed/Calvinis menipu, mengapa theolog2 dan pemimpin2 gereja penting spt Dr. Gordon Fee, Rev. Jonathan Edwards (tokoh kebangunan rohani Amerika/Great Awakening ; pendeta gereja Congregational), Rev. George Whitefield (dari Gereja Methodist), Rev. Charles H. Spurgeon (dari Gereja Baptis) Dr. J. I. Packer, Dr. John R. W. Stott, Dr. John Piper, bahkan baru2 ini saya mendengar kabar penginjil terkenal, Dr. Billy Graham mulai belajar theologia Reformed. Yonggi Cho juga katanya mulai mengganti liturgi gerejanya yg Karismatik mjd Protestan dan khotbahnya juga bercorak Injili/berjiwa Reformasi (tdk lagi Karismatik).

Semoga ini dapat menyadarkan Anda. Buku yg Anda kutip ttg TULIP yg ditulis oleh Dr. Edwin H. Palmer adlh buku yg bagus utk dibaca dan bermutu. Kalau Anda berani, coba buat buku atau artikel, jangan hanya bisa kritik sana kritik sini, ttp kemampuannya NOL BESAR.


May GBU...