Pendahuluan
Hal tentang pencobaan bukanlah hal yang sederhana yang dapat dianulir sebab pencobaan dapat membinasakan manusia ke dalam kebinasaan kekal. Tentang hal ini telah dituliskan dalam Alkitab karena itu, kita akan merenungkan signifikansi pencobaan ini dari teladan Tuhan Yesus dengan demikian kita tidak mempunyai konsep yang salah tentang pencobaan dan kita tidak jatuh dalam jebakan iblis. Pemazmur mengajak kita melihat suatu pergumulan seorang beriman yang percaya pada Allah Yehovah ketika melihat dan mengintepretasikan realita dunia secara salah maka hal itu hampir saja membuatnya jatuh pada pencobaan. Orang-orang fasik justru hidup nyaman dan nikmat, sehat dan gemuk, segala sesuatu yang dikerjakan selalu berhasil. Tidak sampai disitu, mulut mereka mengumpat Allah, mereka melawan Allah tetapi hidup mereka berlimpah dengan harta benda. Kontras sekali dengan hidup orang percaya yang ingin mempertahankan hidup bersih tetapi hidupnya seperti kena tulah, tiap-tiap hari mengalami kesulitan. Kalau tidak melihat dari sudut pandang Tuhan maka realita dunia itu akan menjadikan kita goyah. Inilah pencobaan.
Mulailah muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: mengapa anak Tuhan tidak dapat hidup nikmat, mengapa orang Kristen selalu tertimpa bencana? Yang sangat disayangkan, gereja pun menjadi goyah, gereja mulai berkompromi dengan dunia. Celaka, kalau kita hanya melihat dan memahami realita dari sudut pandang manusia sebab itu justru membuat kita tergelincir dalam kebinasaan. Maka jangan kaget kalau ada orang Kristen tapi berpikirnya sangat duniawi. Puji Tuhan, pemazmur disadarkan, setelah ia melihat dari sudut pandang Allah, ia dapat melihat bahwa semua yang indah itu hanya fenomena belaka. Tuhan menaruh mereka di tempat-tempat licin, mereka jatuh dan hancur dalam sekejap mata; habis lenyap oleh karena kedahsyatan (Mzm. 73:18-20). Hati-hati kenikmatan sesaat yang ditawarkan oleh iblis, semua itu kelihatan indah secara fenomena tetapi berakhir dengan kebinasaan. Ini pencobaan. Biarlah kita senantiasa melihat realita dari sudut pandang Tuhan sehingga kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan.
1. Pencobaan adalah realita kehidupan
Dunia semakin menuju pada kehancuran. Kita akan menghadapi tantangan besar dan dalam situasi itu, manusia rentan untuk jatuh dalam pencobaan. Memasuki awal tahun 2007 kita dihadapkan dengan situasi mengenaskan. Di tengah-tengah situasi itu, manusia terjebak dalam godaan iblis. Orang yang berada dalam kesulitan, orang tidak dapat berpikir jernih maka saat itu iblis datang menawarkan memberikan solusi yang mudah dan cepat tapi ingat, solusi yang ditawarkan itu membawa kita pada kebinasaan. Itulah sebabnya, kita perlu memahami apa yang disebut sebagai pencobaan. Ingat, iblis tidak pernah menarik orang karena alasan cinta kasih tetapi semua orang mau ikut iblis karena dengan caranya yang licik, ia memberikan racun manis atau janji-janji kosong sehingga orang takluk di bawah kakinya.
Beberapa penafsir menafsirkan bahwa puasa 40 hari 40 malam yang dilakukan Tuhan Yesus di padang gurun itu merupakan gambaran dari perjalanan bangsa Israel sebelum masuk tanah Kanaan yang berjalan selama 40 tahun di padang gurun. Keadaan ini untuk menguji dan membawa seseorang untuk mencapai suatu kualitas yang Tuhan inginkan. Orang seringkali beranggapan bahwa pencobaan Tuhan Yesus itu tidak riil, hanya sebuah figurasi belaka karena Tuhan Yesus adalah Allah maka Ia tidak mungkin akan jatuh dalam pencobaan. Tuhan Yesus adalah Allah (100%) dan manusia (100%). Sebagai manusia sejati, Ia merasa lapar, Ia dikandung dan dilahirkan seperti layaknya manusia lain. Manusia tidak dapat menerima realita ini karena Tuhan Yesus dicobai, Ia menang tapi kita kalah maka jangan kaget kalau muncul pendapat salah bahwa Tuhan Yesus tidak akan jatuh dalam pencobaan karena Ia adalah Allah sedangkan kita hanya manusia sehingga boleh untuk jatuh dalm pencobaan. Pernyataan ini merupakan upaya pembelaan diri yang menunjukkan kegagalan kita dan itu menjadi titik awal kehancuran kita.
Adalah asumsi yang salah, manusia tidak akan jatuh dalam pencobaan kalau ia hidup nyaman; penderitaan merupakan penyebab jatuhnya manusia dalam pencobaan. Tidak! Perhatikan, Adam pertama hidup dalam kenyamanan, segala situasi baik tapi toh ia jatuh dalam dosa. Jelaslah konsep Abraham Maslow salah; kalau semua kebutuhan manusia dipuaskan, itu tidak menjadikan hidup manusia baik. Situasi nyaman itu membuat Adam lengah, ia tidak mempunyai persiapan cukup untuk menghadapi kemungkinan akan pencobaan. Tuhan Yesus berada dalam situasi yang sangat berat tetapi Dia menang atas pencobaan.
Sebelum memulai pelayanan, Kristus dibawa masuk oleh Roh Allah ke padang gurun demikian juga dengan kita, sebelum masuk dalam kehidupan riil dan mencapai suatu kualitas yang baik maka orang harus masuk dalam pengujian terlebih dahulu. Orang yang sepanjang hidupnya nyaman terus tanpa pernah mengalami suatu kesulitan maka dapatlah dikatakan hidup itu tidak ada berharga. Lalu apa bedanya manusia dengan binatang? Binatang hidup nyaman, dipelihara dengan baik tapi berakhir di penyembelihan. Socrates menyadari bahwa unexcitement live unworth living, hidup yang tidak lewat pengujian tidak layak untuk dihidupi. Kehidupan yang Tuhan inginkan kehidupan yang harus melewati berbagai-bagai ujian dan kita menang. Inilah yang dinamakan kesuksesan hidup. Terkadang, Tuhan memang membiarkan kita hidup dalam kesulitan dan tantangan dan dalam keadaan demikian, Tuhan ingin kita melewati satu per satu dan menang. Dan inilah yang dikerjakan oleh Kristus, Adam kedua. Kristus menghadapi banyak tantangan dan kesulitan dan Ia pun keluar sebagai pemenang. Allah telah menyediakan kemuliaan bagi-Nya dan kemuliaan itu memang layak diberikan kepada Dia.
Yang menjadi pertanyaan adalah di tengah dunia ini, ketika kita menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan, seberapa jauhkah mata kita melihat dengan tepat sehingga kita tidak terjebak dalam interpretasi yang salah tetapi sebaliknya kita melihat kesulitan itu sebagai ujian. Kalau Tuhan membiarkan kita melewati berbagai kesulitan itu demi untuk kebaikan kita, yakni supaya kita mencapai suatu kualitas hidup dan kesuksesan sejati. Kristus sebelum mencapai kemenangan dan kemuliaan maka Ia harus memulai dari padang gurun untuk dicobai oleh iblis. Kalau kita mengerti akan konsep ini maka kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh permainan dunia.
2. Allah tidak mencobai dan tidak dapat dicobai
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis (Mat. 4:1). Jelas bahwa yang mencobai Tuhan Yesus itu iblis bukan Allah. Jadi, kalau kita jatuh dalam pencobaan dan seandainya hancur pun karena pencobaan maka jangan salahkan Tuhan. Tuhan tidak pernah mencobai siapapun dan Dia tidak pernah dicobai oleh siapapun (Yak. 1:13). Natur Allah yang suci, benar, adil dan mulia tidak dapat mencobai karena itu sama dengan melawan natur Allah. Allah berdaulat sehingga tidak ada siapapun dapat menggoyahkan-Nya. Pencobaan itu dari iblis tetapi celakanya, orang tidak menyadarinya dan andai tahu pun, orang tidak berani mengakui kalau pencobaan itu dari iblis tetapi ironisnya, orang mudah sekali menyalahkan Tuhan. Karena itu, waspadalah, seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya (2Pet. 5:8). Pertanyaannya adalah sampai sejauh manakah kita sadar dan peka akan godaan iblis?
Pola permainan iblis dari dulu hingga hari ini tidak berubah, ia datang pada saat orang tertekan dengan menawarkan solusi mudah dan cepat. Jangan pernah coba satu kalipun bermain dengan kuasa setan sebab sekali terjebak selamanya kita akan menjadi budak iblis. Ayub dicobai iblis tetapi iblis yang licik memutarbalikkannya seolah-olah pencobaan itu datangnya dari Tuhan. Allah adalah Allah yang berdaulat namun perhatikan, kalau Allah berdaulat maka bukan berarti iblis tidak ada. Tidak! Terkadang, Allah membiarkan kita sendiri dan hati-hati saat itu, iblis datang mencobai kita. Dalam kedaulatan-Nya, Allah membiarkan kita dicobai tetapi keadaan itu tidak selamanya sebab akan tiba saatnya, iblis dihancurkan dalam kebinasaan kekal. Jangan pernah berpikir bahwa solusi mudah dan cepat datangnya dari Tuhan. Tidak! Cara Tuhan bekerja tidak semudah dan sesederhana itu. Orang Kristen bukan diajar untuk lari dari pencobaan; Tuhan ingin supaya kita menghadapi dan melawan iblis dan keluar sebagai pemenang. Hati-hati cara iblis sangat halus ketika menggoda manusia bahkan sedemikian halusnya kita tidak menyadarinya. Orang yang terjebak dalam narkoba tidak terjadi secara langsung tetapi biasanya, dimulai dari hal yang kecil dulu seperti, merokok. Demikian pula dengan kerusakan moral yang lain bukan terjadi secara langsung tetapi sebagian besar mulai dari hal yang kecil dulu. Hati-hati, iblis juga memakai orang Kristen untuk menjatuhkan orang Kristen dengan memutarbalikkan kebenaran Firman.
3. Kuasa menjadi Anak Allah
Tuhan tidak mencobai manusia akan tetapi bukan berarti Tuhan tidak peduli ketika kita berada dalam pencobaan. Allah memberikan kekuatan yang cukup untuk anak-anak-Nya untuk melawan iblis. Tuhan memberikan kuasa hanya pada mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Pencobaan yang kita hadapi itu adalah pencobaan biasa yang tidak akan melebihi kekuatan kita (1Kor. 10:13). Kebenaran Firman ini telah diputarbalikkan oleh third wave movement yang berkembang pesat hari ini, kuasa itu diselewengkan sebagai kuasa kesembuhan, kuasa mengusir setan, kuasa mujizat seolah-olah dengan kuasa itu menjadikan dia nampak hebat secara fenomena tetapi moralitasnya rusak. Kuasa yang diberikan adalah kuasa menjaga kesucian, kuasa untuk hidup benar, kuasa untuk kita menang menghadapi godaan iblis sehingga kita tidak jatuh dalam pencobaan. Dunia sangat memahami konsep bahwa seorang anak yang baik tidak mempermalukan nama orang tuanya. Sebagai anak Allah, kita harus hidup mempermuliakan nama-Nya. Orang yang mengaku anak Allah tetapi hidup moralnya rusak dan mempermalukan nama Allah maka ia tidak layak disebut sebagai anak Allah. Dan Allah sudah memberikan kelengkapan cukup pada kita sehingga kita dapat melawan iblis. Jangan mengandalkan kekuatan dari luar. Letak permasalahannya adalah apakah kita mau melawan iblis dan keluar sebagai seorang pemenang? Seorang anak Tuhan sejati seharusnya mempunyai jiwa yang senantiasa selalu ingin menyenangkan hati Tuhan seperti yang dicetuskan oleh para tokoh reformasi. Marthin Luther memahami bahwa hanya dibenarkan oleh imanlah manusia yang lemah menjadi kuat. Allah ingin kita menjadi penakluk dan menang. Jangan salahkan lingkungan external kalau kita jatuh dalam pencobaan karena penyebab utama berasal dari dalam diri. Ketika Tuhan Yesus dicobai, keadaan juga tidak mendukung; Ia dalam keadaan lapar, setelah berpuasa 40 hari 40 malam, di padang gurun seorang diri, tidak ada orang yang dapat menolong Dia namun Dia menang.
Ada 6 aspek yang perlu kita waspadai supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan, yakni:
1. Tidak sabar. Adalah natur manusia berdosa selalu ingin serba cepat. Banyak orang setelah dibaptis atau lulus pendidikan theologia langsung ingin segera melayani namun biarlah kita meneladani Tuhan Yesus, kejadian spektakuler terjadi setelah ia selesai dibaptis (Mat. 5.13-17) seharusnya Ia layak untuk langsung namun Roh memimpin-Nya masuk ke padang gurun untuk berpuasa 40 hari 40 malam. Hal ini penting untuk pertumbuhan iman. Bersabar tidaklah mudah, dibutuhkan kekuatan lebih untuk kita dapat menahan diri. Biarlah kita senantiasa memohon pimpinan dan hikmat Tuhan sebelum mengambil suatu keputusan sebab sekali kita salah maka akibatnya akan celaka.
2. Tidak mau susah. Perhatikan, tidak ada sesuatu yang bermutu dan berkualitas didapat dengan cara mudah. Untuk sebuah emas murni harus melewati berbagai ujian. Berbeda halnya dengan iblis yang selalu menawarkan segala sesuatu yang berkualitas rendah, ia membawa kita pada suatu keadaan yang kelihatan nikmat secara fenomena tetapi berujung pada kebinasaan kekal. Tuhan ingin menjadikan kita seperti emas murni. Seorang anak yang takut jatuh ketika pertama kali belajar jalan maka selamanya ia tidak akan dapat berjalan dan bertumbuh. Karena itu, para orang tua jangan cabut hak anakmu untuk dia bergumul dan belajar dalam kesulitan.
3. Nafsu. Tuhan Yesus menegaskan syarat mutlak menjadi murid-Nya adalah menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Menyangkal diri berarti berkata “tidak“ untuk apa yang menjadi keinginan diri. Orang yang dipacu oleh ambisi pribadi biasanya tidak peduli dengan nasehat orang lain dan itu menjadi titik kehancurannya. Saat itu iblis mulai masuk, ia akan memberikan apapun yang menjadi keinginan nafsu kita. Jangan terjebak, semua itu semu dan berakhir dengan kebinasaan.
4. Sombong. Kalau kita mengatakan realita yang ada pada diri kita maka itu bukan sombong tetapi orang lain menganggap sombong, itu karena iri hati. Paulus sendiripun mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ahli bangunan yang cakap, ia membangun secara spiritual dan itu bukan sombong karena faktanya demikian. Sombong dibedakan dua, yakni aktif dan pasif. Sombong aktif adalah terang-terangan mengatakan diri hebat padahal tidak. Sombong pasif adalah orang mengaku tidak bisa apa-apa padahal seungguhnya, ia mempunyai kehebatan lebih. Hati-hati, itu bukan rendah hati karena ia menunggu orang untuk mengangkat dia. Orang timur cenderung sombong pasif, sombong yang secara tidak langsung. Manusia ingin seperti Tuhan, ia ingin keluar dari natur aslinya. Cara ini dipakai iblis untuk menjatuhkan manusia. Ingat, kesombongan membawa kita pada kematian.
5. Tamak, berarti ingin mendapatkan lebih dari yang seharusnya. Binatang kalau sudah kenyang ia tidak akan memangsa hewan lain yang lewat di depannya. Manusia lebih dari binatang, apapun yang ada di depan mata selalu ingin dimakannya. Jangan pikir semua pemberian itu asalnya dari Tuhan. Iblis juga bisa memberikannya. Semua hal yang sifatnya pemuas ketamakan pasti dari iblis. Tuhan memberikan pada kita makanan yang secukupnya. Ingat, pemberian iblis tidak pernah gratis, ia selalu menuntut balas. Untuk mengatasai ketamakan adalah dengan berani memberi. Dalam kehidupan iman kita, seberapa jauhkah kita mempunyai keberanian untuk memberi? Perhatikan, orang yang tamak akan mati dalam ketamakannya sendiri.
6. Iri hati, timbul ketika kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Iri hati dapat merusak relasi manusia, iri hati membuat orang ingin menghancurkan orang lain. Perhatikan, Tuhan tidak membedakan manusia, Tuhan memperlakukan secara pribadi dan setiap orang diberikan talenta berbeda dan Tuhan menuntut kita kerja secara maksimum. Mereka yang diberi 5 talenta harus mengembalikan 5 demikian juga dengan mereka yang diberikan 2 talenta, ia harus mengembalikan 2. Jangan pikir orang yang punya 5 talenta dan menghasilkan 4 talenta berarti ia hebat kalau dibandingkan dengan 2. Tidak! Jangan lengah, dengan akal licik si iblis. Biarlah kita dipakai menjadi berkat. Amin.
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
No comments:
Post a Comment