03 April 2008

The Concept of Worship-1: The Beauty of Worship

THE CONCEPT OF WORSHIP*

oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.




THE CONCEPT OF WORSHIP-1: THE BEAUTY OF WORSHIP


Nats: Mazmur 100:1-5


Ibadah atau worship merupakan bagian dari setiap orang yang mengaku beriman. Yang dimaksud ibadah di sini bukanlah sekedar satu hari berada di tempat ibadah. Ibadah terkait dengan seluruh hidup yang mengabdi kepada Allah secara totalitas tiap-tiap harinya di manapun kita berada. Ibadah berasal dari kata aboda (bahasa Ibrani) proskuneo (bahasa Yunani) yang berarti melenturkan tubuh sampai ke tanah. Ibadah Kristen berpusat total di kebaktian Minggu, Sunday service maka kalau worship service itu kita abaikan dan merasa cukup beribadah di rumah saja maka dapatlah dipastikan pelan namun pasti kerohanian kita menjadi kering. Kebaktian Minggu merupakan inti dari ibadah.

“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak sorai!” Ibadah harusnya mendatangkan sukacita sejati atas kita. Westminster Shorter Catechism menyatakan bahwa tujuan manusia dicipta adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Yang menjadi pertanyaan adalah apa artinya menikmati? Apakah kita boleh memakai semua bentuk gaya ke dalam ibadah? Bagaimana halnya dengan ibadah di mana yang hadir di dalamnya adalah orang-orang dari berbagai bangsa? Apakah setiap orang dari berbagai suku bangsa di dunia itu boleh memasukkan unsur budaya seperti musik dan bahasa ke dalam ibadah? Pertanyaannya adalah what is enjoyment? Kalau kenikmatan ibadah itu tergantung pada kita maka bolehkah unsur musik hard rock metal dimasukkan dalam ibadah untuk menarik anak-anak muda?

Tujuan hidup kita sekaligus menjadi tujuan ibadah kita, yaitu memuliakan Dia dan menikmati Dia secara utuh. Inti ibadah bukan sekedar kenikmatan atau sekedar sukacita sesaat belaka. Esensi ibadah berada di obyek ibadah. Ketika kita datang beribadah maka bukan kita yang menjadi obyek ibadah tetapi Tuhanlah sebagai obyek. Kita harusnya dengan gemetar datang di hadapan-Nya sebab kalau Dia berkenan maka kita hidup tapi kalau tidak, kita akan mati. Jadi, kenikmatan bukan tergantung saya tapi ketika kita memuliakan Dia maka disana kita merasakan kenikmatan. Pertanyaannya adalah apakah Tuhan berkenan atas seluruh ibadah yang kita lakukan?

Memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan saling terkait erat. Adalah mustahil orang dapat menikmati ibadah tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ibadah adalah meletakkan Allah yang merupakan obyek dari ibadah itu sendiri sebagai pusat dan kita berada di dalamnya memuliakan dan menikmati Dia. Sangatlah mengerikan, di dunia modern sekarang Tuhan tidak lagi sebagai obyek ibadah tapi dirilah yang menjadi obyek. Orang hanya berpikir untung dan rugi ketika datang beribadah. Kitab Mazmur pasalnya yang ke-100 seringkali dipakai sebagai votum dalam ibadah. Mazmur membukakan kita akan apakah ibadah sejati dan kedahsyatan ketika kita datang beribadah kepada Tuhan Allah.

Pemazmur membagi Mazmur 100 menjadi dua bagian, di mana setiap bagian mempunyai isi yang sama, yakni masing-masing terdapat tiga ajakan dan tiga alasan, yaitu:

Bagian Pertama (Mzm. 100:1-3): 1) tiga ajakan: Bersorak-soraklah bagi Tuhan hai, seluruh bumi! (ay. 1), beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita (ay. 2a), datanglah ke hadapan-Nya dengan sukacita (ay. 2b); 2) tiga alasan: Dialah yang menjadikan kita, punya Dialah kita, umat-Nya, kawanan domba gembalaan-Nya (ay.3).

Bagian Kedua (Mzm. 100:4-5): 1) tiga ajakan: Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya; 2) tiga alasan: Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun. Kitab Mazmur 100 membukakan pada kita keindahan ibadah.

Apa yang menjadi dasar kita beribadah dengan sorak sorai?Jawabannya karena Tuhan Allah itu sendiri. Hari ini banyak orang tidak memahami akan konsep datang beribadah dengan sorak sorai. Orang malah merasa tidak perlu untuk beribadah pada hari Minggu. Orang tidak dapat melihat indahnya ibadah, bertemu dan memuliakan Tuhan di dalam ibadah; orang menganggap ke gereja hanya kewajiban yang harus dijalankan oleh orang Kristen. Celakanya, ada orang yang ke gereja karena alasan takut diinterograsi atau dibezuk oleh para pengurus gereja, ada juga orang yang ke gereja karena untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana kita dapat merasakan sukacita sejati kalau kita beribadah dengan alasan demikian?


Beberapa aspek yang membuat kita merasakan sukacita sejati ketika kita datang beribadah kepada Tuhan, yaitu:
I. ALASAN ONTOLOGIS
1. Allah adalah Pencipta
Allah menciptakan kita, Dia pencipta kita maka betapa indah dan nyamannya kalau kita kembali pada Sang Pencipta kita. Celakanya, dunia telah dicengkeram konsep evolusi akibatnya manusia kehilangan perasaan, tidak ada relasi dengan Tuhan Sang Pencipta. Sadarlah kita adalah ciptaan yang bergantung mutlak pada Sang Pencipta. Betapa sukacita kalau kita bisa berada di rumah Tuhan. Sukacita itu bukan tergantung pada kita tetapi karena Tuhan itu sendiri. Seperti halnya seorang yang lagi kasmaran maka bisa datang ke rumah dan bertemu dengan sang kekasih akan membawa sukacita tersendiri, orang tidak akan peduli hal yang lain karena ada relasi. Bayangkan, kalau kita datang ke rumah Tuhan tetapi ribut dengan diri sendiri tentu saja kita tidak akan merasa sukacita. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat bertemu dengan Tuhan. Pemahaman dan semangat seperti inilah yang harusnya muncul ketika kita datang beribadah kepada Tuhan.

2. Allah adalah Penebus
Manusia adalah ciptaan-Nya berarti manusia milik kepunyaan-Nya namun manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga kita tidak lagi jadi milik kepunyaan Tuhan tetapi kita jadi milik iblis. Kristus datang dari sorga mulia, mati dan menggantikan kita manusia berdosa sehingga hubungan manusia yang terputus dipulihkan kembali sehingga sekarang, kita menjadi milik Tuhan kembali. Hal inilah yang seharusnya menjadikan kita bersukacita karena kita yang binasa, kini diselamatkan kembali dan kita bisa dimungkinkan kembali datang dan berada dalam rumah-Nya.

3. Allah adalah Pemelihara
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm. 100:3). Betapa indah Firman-Nya, Dia tidak hanya hanya mencipta dan menebus tetapi Dia juga memelihara hidup kita. Tuhan adalah gembala yang agung yang menuntun hidup kita ke padang yang berumput hijau, Dia membawa kita ke air yang tenang. Dia memelihara sehingga hidup kita menjadi tenang dan merasakan kenikmatan berada dalam pelukan-Nya. Hari ini begitu banyak orang yang ketakutan, paranoid; mereka takut mati. Hal ini disebabkan karena mereka tidak punya Tuhan, mereka tidak pernah tahu kalau ada Tuhan yang memelihara dan betapa indah hidup berada dalam pemeliharaan-Nya. Sejauh kita taat pada Sang Gembala maka Dia tidak akan membiarkan kita tersesat ataupun celaka. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Tidak ada! Kristus Yesus adalah Gembala yang baik. Hal inilah yang harusnya menjadikan kita merasa sukacita.
Hari ini, ibadah tidak lagi disandarkan pada penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan tapi orang memakai semangat emosi. Kalau ibadah itu hanya untuk memuaskan keinginan kita maka kita tidak akan pernah merasakan sukacita sejati. Banyak gereja yang melakukan segala cara untuk menyenangkan jemaat tapi semua itu hanyalah sukacita semu. Tuhan Allah sebagai pencipta, penebus dan pemelihara maka ketiga hal ini menjadi dasar yang hakiki, ontologism tidak dapat diganggu gugat untuk kita bersukacita dalam ibadah. Namun kalau hanya karena ketiga hal ini maka lama kelamaan kita akan menjadi bosan tapi ada alasan lain yang membuat kita bersukacita dalam ibadah:


II. ALASAN PRAKTIS
1. Allah itu Baik
Karakter baik itu barulah bernilai kalau direlasikan dengan suatu obyek. Demikian pula halnya dengan karakter yang lain seperti: kasih, setia, adil dan lain-lain. Tuhan itu baik itu merupakan karakter asli Allah. Banyak hal kita tidak mengerti akan kebaikan Allah khususnya ketika kita berada dalam kesulitan dan penderitaan maka orang akan bertanya di manakah kebaikan Tuhan? Marilah kita renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwasanya Tuhan itu baik atas kita tetapi orang seringkali menganggap remeh hal-hal yang kelihatan kecil dan remeh. Sebagai pengalaman pribadi, saya merasakan kebaikan Tuhan dalam perjalanan saya di Amerika dan selama berada di sana. Mulai dari airport di mana harus menghadapi pihak imigrasi, cuaca dingin dan Tuhan juga mengirimkan seseorang untuk membantu ketika harus melakukan beberapa hal penting. Tuhan bekerja tepat pada waktu-Nya dan Dia itu baik.Kebaikan Tuhan itu tidak bersifat kondisional, hari ini baik dan besok jahat. Tidak! Tuhan itu baik karena esensi itu menjadikan kita bersukacita.

2. Allah itu Kasih Setia
Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sangatlah luar biasa. Kalau hanya baik tapi tidak setia maka itu sama dengan bohong. Kasih setia-Nya kekal, tidak berubah; Dia tetap baik meski kita berulang kali menyakiti Dia. Kasih setia-Nya terus memimpin langkah hidup kita, kasih setia-Nya terus mengampuni, kasih setia-Nya senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan juga tidak menuntut balas apapun dari kita atas kebaikan yang Dia berikan. Berbeda halnya dengan iblis, ketika dia memberi maka ia pasti akan menuntut suatu balasan. Adalah konsep yang salah bahwa dosaku banyak maka aku tidak ke gereja. Salah! Tidak datang beribadah justru akan membuat kita makin tersesat. Tuhan ingin kita semakin dekat pada-Nya kasih setia-Nya terus mengampuni kita. Hal ini menjadikan kita bersukacita dalam ibadah.

3. Allah itu Setia
Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan tidak dapat melanggar natur-Nya sendiri. Dia tetap setia meski kita tidak setia; Dia tetap baik meski kita seringkali melawan Dia. Bayangkan kalau Tuhan selalu berubah, hari ini baik tapi besok tidak baik atau hari ini sukacita tetapi besok sedih maka dapatlah dipastikan seluruh relasi kita dengan sesama akan menjadi buruk, setiap orang akan saling curiga. Tuhan itu kekal, Dia tidak dapat digeser oleh apapun. Hal ini menjadikan kita bersukacita karena kita mempunyai jaminan hidup di dalam Dia dan menjadikan kita setiap hari disegarkan ketika datang beribadah kepada Tuhan.

Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah dengan nyanyian syukur ke dalam pelatarannya dengan nyanyian pujian; bersyukurlah pada-Nya dan pujilah nama-Nya, sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya dan tetap turun murun. Pertanyaannya ketika kita datang ke dalam Rumah Tuhan hal apa yang kita lakukan? Marilah kita evaluasi ibadah kita, ketika kita datang ke hadapan Tuhan, apa yang kita bawa di hadapan-Nya? Ataukah kita hanya datang sekedar rutinitas belaka? Setiap ibadah melihat unsur pencipta dan ciptaan, antara pemilik dan yang dimiliki, antara pemelihara dengan yang dipelihara. Ibadah itu menjadikan iman kita diperkaya, makin lama makin berakar kuat. Kehidupan ibadah akan mempengaruhi seluruh hidup kita. Kiranya Firman Tuhan ini menyadarkan kita kembali akan indahnya ibadah dengan demikian kita merasakan sukacita dan menikmati Dia ketika kita berada dalam rumah Tuhan. Amin

* Pembahasan ini merupakan sharing Pdt. Sutjipto Subeno setelah mengikuti Worship Symposium di Calvin College, U.S.A.

1 comment:

Anonymous said...

Pemahaman yg baru ttg ibadah yg adalah worship. thanks utk sharingnya . sangat bermanfaat bagi saya.
sekarang adalah jelas, kenapa kita beribadah ( kebaktian) dgn sorak sorai dan penuh suka cita !
mazmur100 adalah dasarnya.
Terpujilah Tuhan Yesus, sebab DIA telah memberitahukan bagaimana kita boleh meyukakan hatinya >> menyembah dalam roh dan kebenaran.,rj