03 April 2008

The Concept of Worship-4: The Lament in Worship

THE CONCEPT OF WORSHIP-4: THE LAMENT IN WORSHIP


Nats: Mazmur 130


Hal yang tak kalah pentingnya dalam ibadah adalah ratapan. Meratap merupakan hal yang unik yang ada dalam ibadah namun pada hari ini banyak gereja yang menghilangkan unsur ratapan. Akibatnya banyak orang meratap di luar gereja, orang pergi ke psikolog dan bukan penyelesaian yang didapatkan tetapi masalah baru. Meratap sering dilakukan oleh para nabi Tuhan yang hidup dalam jaman yang rusak moral. Yang menjadi pertanyaan adalah samakah meratap dengan marah? Bukankah ketika kita sedang marah pada Tuhan, keluar ungkapan kemarahan sebagai ratapan di hadapan Tuhan? Alkitab memperkenankan kita meratap dan menyatakan keluhan-keluhan kita di hadapan-Nya bukan kemarahan yang kita ungkapkan ke hadapan Tuhan. Ketika kita meratap maka ratapan yang keluar itu seharusnya menjadi ungkapan yang keluar karena kita orang berdosa yang hidup dalam kesengsaraan. Berbeda halnya dengan marah, ketika orang marah maka kemarahan itu lebih didasarkan karena diri merasa benar dan Tuhan salah. Perhatikan, manusia selamanya tidak mungkin akan lebih benar dari Tuhan. Tuhan adalah kebenaran sejati. Maka jelaslah di sini meratap berbeda dengan marah.


Kitab Ratapan yang ditulis nabi Yeremia begitu indah, terdiri dari lima pasal di mana setiap pasal terdiri dari 22 ayat di mana ke-22 ayat ini merupakan jumlah abjad Ibrani, setiap ayat dimulai dari abjad Ibrani dan khusus pasal 3 terdiri dari 66 ayat. Ternyata, dalam ratapan ada keindahan. Ratapan Yeremia berisi tentang keluhan kondisi Yerusalaem bukan kemarahan sebab orang marah tidak mungkin menulis sedemikian indah dan teratur. Sangatlah wajar kalau hari ini banyak manusia meratap mengingat kondisi dunia berdosa, banyak kesulitan yang harus dihadapi, bencana alam di mana-mana, kehancuran sistim ekonomi dunia, dan tantangan lain di depan yang harus dihadapi.


Adalah pendapat yang salah yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara bencana dengan dosa. Tidak! Akibat ulah manusia berdosa, kejahatan makin meraja lela, bencana alam melanda hampir seluruh penjuru dunia. Dunia makin menuju pada kehancuran dan sifat dosa begitu mencengkeram hidup sehingga sulit bagi manusia untuk lepas dari belenggu dosa. Bencana alam yang terjadi tidak lepas dari tangan Tuhan. Tuhan memakai bencana untuk memperingati dan menghukum manusia berdosa, Tuhan juga mengirim bangsa-bangsa lain yang jahat untuk berperang dan menawan mereka. Penderitaan demi penderitaan sepertinya tidak pernah berhenti, manusia merasa seperti berada dalam lembah maut. Di tengah segala kesulitan, orang harusnya mengevaluasi diri mengapa hal itu terjadi dalam hidup kita? Orang harusnya datang, meratap ke hadapan Tuhan, memohon ampunan dan bertobat. Pemazmur berseru kepada Tuhan dari jurang yang dalam, ia meratap kepada Tuhan. Sebagai anak Tuhan, seharusnya sadar bahwa kita hidup dalam realita dunia berdosa; dosa itu begitu mengerikan sehingga sulit bagi kita untuk keluar dari jurang yang begitu dalam kecuali tangan Tuhan mengangkat dan melepaskan kita.


Penderitaan tidak hanya datang dari bencana alam semata tetapi juga karena ulah manusia itu sendiri. Hari ini kita melihat ekonomi dunia khususnya ekonomi Amerika mulai berada di ambang kejatuhan karena manusia mulai bermain-main dengan saham seperti layaknya berjudi. Orang tidak lagi menggunakan kaidah-kaidah investasi seperti seharusnya tetapi orang berinvestasi, membeli saham dan dalam hitungan detik menjualnya kembali dengan keuntungan lebih besar. Seorang pakar ekonomi Amerika, Paul B. Farrel dalam tulisannya di Harian Kompas menganalisa ternyata 516 triliun US dollar dipermainkan sedemikian rupa dalam bursa saham padahal jumlah seluruh produk domestik bruto manusia hanya 48 triuliun US dollar. Lalu darimanakah dana sebesar 516 triliun US dollar itu? Komiditi utama negara seperti minyak, emas, dan lain-lain itulah yang dimasukkan dalam permainan saham akibatnya harga minyak melambung tinggi, begitu juga halnya dengan emas maupun komoditi yang lain. Hidup manusia yang sudah menderita semakin bertambah sulit. Celakanya, manusia yang sudah hidup dalam penderitaan juga dimanipulasi orang lain; orang masih tega menarik keuntungan dari penderitaan orang lain. Perhatikan, pialang saham pasti tidak mau rugi maka ia mempermainkan uang orang lain dan dari situ, ia mendapatkan keuntungan. Inilah dunia berdosa. Manusia begitu serakah, selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih besar dan lebih besar lagi dan iblis tahu akan hal ini maka dengan caranya yang licik, tentang hal investasi dibalut sedemikian rupa sehingga orang menjadi tergiur dan terjebak. Orang ingin mengeruk keuntungan sebanyak- banyaknya dari orang lain, tidak peduli meski orang lain menderita asal dirinya memperoleh keuntungan. Inilah cara iblis dan cara ini yang hari ini dipakai oleh hampir seluruh perusahaan yang menawarkan investasi ”menguntungkan.” Sesungguhnya, kalau kita mau teliti, data statis yang diberikan tidak pernah valid, data yang diberikan menunjukkan keuntungan besar, yakni 33% karena data diambil dari tahun 2002 s/d 2008, tetapi kalau kita hanya ambil data dari tahun 2005 s/d 2008 maka keuntungan turun hanya 14% dan kalau kita ambil data satu tahun terakhir maka keuntungan semakin turun hanya 7%.


Jelaslah di sini, orang menipu dengan memakai data palsu untuk mendapatkan keuntungan dan celakanya, manusia tidak menyadari karena manusia berdosa sangat agresif, tergiur dengan keuntungan besar yang semu. Celakanya, bukan hanya perorangan yang bermain-main dalam investasi tetapi negara juga ikut bermain di dalamnya akibatnya rakyat semakin menderita karena ikut menanggung hutang negara. Semua bahan pokok mengalami kenaikan harga, pajak naik, listrik naik, dan masih banyak lagi. Inilah kondisi dunia berdosa maka wajarlah kalau kita meratap, justru aneh kalau kita tidak meratap karena kita berada dalam jurang yang paling dalam. Sangatlah disayangkan, tidak semua orang sadar seperti pemazmur kalau saat ini, ia berada di dalam jurang. Orang menjadi pragmatis terhadap kondisi di sekitar. Firman Tuhan telah membukakan pada kita bagaimana jalan keluar dari jurang dosa.

1. Kesadaran dalam Jurang Dosa (Mazmur 130:1-2)
Pemazmur tidak berhenti menikmati hidup dalam jurang penderitaan, non posse non peccare. Hidup di dalam jurang berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengandalkan belas kasihan si tuan, kalau si tuan senang maka ia akan memberi kita makan sebaliknya ketika si tuan sudah tidak suka maka ia akan membuang kita. Dari jurang yang dalam itu, pemazmur berseru dan meminta pertolongan Tuhan, ia menerobos ke luar. Hari ini kita hidup dalam dunia berdosa, kita berada dalam jurang dosa namun perhatikan, Tuhan tidak pernah menginginkan kita terbelenggu dalam jerat dosa. Tidak! Alkitab menegaskan ketika kita hidup di dalam Tuhan maka Dia mengeluarkan kita dari dalam jurang. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami hal ini, ketika mereka berada dalam jurang, mereka tidak berseru meminta tolong malah marah dan mengeluh pada Tuhan. Hanya Tuhan satu-satunya yang bisa mengangkat kita keluar, hanya Dia satu-satunya pengharapan kita dan yang memberikan kemenangan pada kita.Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku (Mzm. 130:2) biarlah juga menjadi permohonan kita.

Ratapan adalah suatu pengakuan, confession dan biasanya diletakkan pada bagian depan dari suatu ibadah. Perlu diakui kita, gereja Reformed masih kurang meskipun secara keseluruhan ibadah telah mengikuti format yang berlaku sejak berabad-abad tahun yang lalu. Ratapan yang diletakkan pada bagian depan ibadah seharusnya menyadarkan siapakah kita di hadapan Allah yang Maha Besar, kita tidak lebih hanyalah manusia berdosa. Maka ada baiknya sebelum masuk dalam ibadah, ada pengakuan dosa, dengan rendah hati kita mengaku di hadapan Tuhan, dan kita memohon supaya Tuhan mendengarkan suara permohonan kita. Sayang, sikap rendah hati ini tidak muncul dalam ibadah. Dunia merasa diri hebat dan merasa diri adalah ”allah” yang dapat mengatur segala sesuatu akibatnya kehancuran bagi diri. Dia telah menutup satu-satunya jalan yang membawa ke luar dari jurang.


2. Kesadaran bahwa Tuhan Berdaulat (Mazmur 130:3)
Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mzm. 130:3) Kalimat yang paradoks, di satu sisi, kita hanya tahu satu yakni Tuhanlah jawabanku namun di sisi lain, kalau Tuhan menahan, tidak mau menyelesaikan kesalahan kita maka kita tidak akan dapat tahan. Jelas di sini kita melihat, otorisasi di tengan Tuhan. Celakalah hidup kita kalau Tuhan tidak lagi peduli dengan kita.Tidak ada cara manusia harus kembali pada Tuhan. Kedaulatan pertama kembalikan pada Tuhan, manusia harus taat pada apa yang menjadi kehendak Allah.


3. Kesadaran Pengharapan hanya pada Pengampunan Allah (Mazmur 130:4)
Tidak cukup sampai disitu, ada paradoks yang lain: Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang (Mzm. 130:4). Disatu pihak, Tuhan Maha Besar namun di pihak lain, Tuhan menyediakan pengampunan. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan berkenan memberikan pengampunan pada kita. Ingat, Allah itu Maha Pengampun namun bukan berarti Ia dapat dipermainkan. Allah Maha Pengampun itu juga menyediakan neraka bagi mereka yang melawan Allah. Jalan ke sorga itu sempit sebaliknya jalan ke neraka itu lebar, bebas hambatan maka tidak heran kalau banyak orang yang mau ke sana. Anugerah pengampunan Tuhan harusnya membuat kita takut gentar, kita tidak berani berbuat dosa sebab sesungguhnya, kita tidak layak menerimanya. Adalah pernyataan yang salah kalau menjadi Kristen, kita dapat berbuat dosa dari hari Senin s/d Sabtu dan kita kembali suci pada hari Minggu. Salah! Ini konsep humanis. Anugerah Tuhan itu harusnya menggentarkan kita. Kita adalah orang berdosa tetapi mendapatkan anugerah keselamatan maka jangan permainkan anugerah Tuhan itu. Ratapan orang kristen bukan berakhir dengan ratapan tetapi berakhir dengan keselamatan kekal sebaliknya, ratapan dunia berakhir dengan ratapan kekal. Semua agama tidak dapat menyelesaikan secara tuntas, mereka menyatakan kalau ingin masuk surga harus usaha sendiri, yakni dengan berbuat baik. Dengan usaha sendiri, mustahil manusia dapat keluar dari lumpur dosa. Hanya Kristus Tuhan yang sanggup mengeluarkan kita dari lumpur dosa, dari sorga mulia Dia turun ke dunia. Hati-hati iblis yang licik akan menawarkan jalan keluar tetapi perhatikan, ia tidak pernah memberi gratis. Iblis pasti mengharapkan imbalan. Hanya Tuhan yang mampu melepaskan kita dari jerat dosa.


4. Kesadaran Pengharapan hanya pada Anugerah Allah (Mazmur 130:5-6)
Ketika kita hidup menanti-nantikan Tuhan maka disana ada suatu pengharapan sejati. Pada ayat ke-6 diulang sebanyak 2 kali menjadi cetusan hati si pemazmur setelah dibuang. Dalam situasi pelik itu, posisi seorang pengawal itu sangatlah berarti. Tidaklah mudah menjadi seorang pengawal, ia harus terus berjaga sepanjang malam hingga pagi. Waktu menjelang pagi adalah waktu yang sangat berat untuk melawan kantuk sekaligus saat yang berbahaya di mana pencuri mudah untuk masuk maka ia berharap akan datangnya pagi. Itulah pengharapan yang sungguh. Betapa indah hidup kita kalau kita senantiasa berharap pada Tuhan karena Dialah satu-satunya pengharapan sejati.


5. Melihat Keselamatan bagi Bangsa (Mazmur 130:7-8)
Mazmur 130 juga mempunyai kesan mendalam di hati Luther selain Mazmur pasal 32 dan pasal 43. Ketiga mazmur ini disebut juga sebagai psalm Pauline sebab seperti theologi Paulus. Paulus menyadari sebelum dilepaskan oleh Kristus, seluruh jiwa raganya terbelenggu dosa, ia telah melakukan perbuatan bodoh, membunuh pengikut Tuhan dan membela orang Yahudi yang munafik. Tuhan melepaskan maka terlepas, kita dipanggil untuk menjadi pelepas dan melihat pembebasan Tuhan. Jawaban terakhir dari ratapan bukan kesengsaraan, tapi kebebasan. Kemerdekaan yang Tuhan berikan berbeda dengan kemerdekaan yang diberikan oleh dunia. Kebebasan yang diberikan dunia berarti bebas berbuat dosa. Berbahagialah hidup kita kalau Tuhan masih peduli dan menegur ketika kita berbuat dosa. Apakah kemerdekaan sejati? Jajahan berarti tidak punya hak, orang menuntut kemerdekaan namun setelah merdeka, tidak mengerjakan kemerdekaan malah tertidur. Hidup setelah merdeka justru menjadi lebih sengsara. Pada saat sengsara, manusia meratap dan meminta tolong pada Tuhan untuk mengeluarkan dari jurang. Kemerdekaan yang Tuhan berikan adalah kemerdekaan dalam kebenaran dan menjadikan hidup kita berkualitas; apapun yang kita lakukan adalah untuk Tuhan yang telah memerdekakan kita. Hidup berkualitas di sini bukan berarti kita harus mempunyai intelektualitas yang tinggi. Tidak! Apalah artinya intelektualitas tinggi tetapi kita tidak mempunyai hati yang mengasihi sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.


Biarlah kebebasan sejati yang Tuhan berikan menerobos dan mengubahkan konsep pemikiran kita yang selama ini salah dan kita hidup menjadi semakin serupa dengan Kristus dan hidup memuliakan Dia. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:31-32). Amin

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)




Sumber:
Ringkasan khotbah Pdt. Sutjipto Subeno di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya tanggal 10 Februari, 17 Februari, 24 Februari dan 2 Maret 2008:
Ø http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2008/20080210.htm
Ø
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2008/20080217.htm
Ø
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2008/20080224.htm
Ø http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2008/20080302.htm




Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. adalah gembala sidang Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Andhika, Surabaya; Direktur: Toko Buku Momentum, Sekolah Theologi Reformed Injili Surabaya (STRIS) Andhika, dan Studi Korespondensi Reformed Injili Internasional (SKRII). Beliau juga adalah co-founder Yayasan Pendidikan Reformed Injili LOGOS (LOGOS Reformed Evangelical Education). Selain itu, beliau adalah dosen di Institut Reformed, Jakarta dan Sekolah Theologi Reformed Injili Jakarta (STRIJ). Beliau dikenal sebagai pengkhotbah KKR: KKR Banjarmasin, KKR Jember, KKR Pemuda Surabaya 2007, dll. Beliau cukup menguasai beberapa bidang selain theologi: filsafat, etika, konseling pra nikah, hukum, pendidikan, politik dan ekonomi. Beliau meraih gelar Sarjana Theologi (S.Th.) dan Master of Divinity (M.Div.) dari Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta.

No comments: