03 April 2008

The Concept of Worship-3: The Community of Worship

THE CONCEPT OF WORSHIP-3: THE COMMUNITY OF WORSHIP


Nats: Ibrani 10:19-25


Ibadah Kristen menyangkut seluruh aspek hidup kita setiap harinya, hidup yang berpusat pada Kristus. Ibadah Minggu menjadi dasar hidup kita yang menentukan setiap langkah kita ke depan. Kristus adalah Raja di atas segala raja, Dialah obyek yang kita sembah yang membuat kita sukacita, hormat, dan gentar. Ibadah bukan tergantung dari subyektifitas manusia; manusia bukanlah yang menentukan sukacita atau tidaknya dalam suatu ibadah. Sungguh merupakan suatu anugerah dan sukacita tersendiri kalau kita bisa datang ke dalam rumah Allah yang Maha Agung karenanya kita harus mempersiapkan hati dan diri dengan sebaik-baiknya.

Liturgi menjadi elemen penting dalam suatu ibadah. Liturgi yang kita pakai hari ini bukanlah sembarangan tetapi telah dipikirkan dan disusun sedemikian rupa selama 300 tahun. Allah adalah obyek ibadah. Ketika kita datang pada Kaisar atau Presiden maka ada aturan protokol dunia yang harus kita hadapi maka kini, kita datang menghadap Raja yang Maha Agung dan Mulia maka harus ada tata cara yang mengaturnya. Seluruh ibadah adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia, bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Kita datang beribadah bersama-sama dengan jemaat yang disebut sebagai ibadah komunitas. Konsep ibadah komunitas yang diajarkan oleh Alkitab berbeda dengan konsep dunia. Ibadah komunitas ini akan menjadi perenungan kita hari ini.

Istilah komunitas seringkali diteriakkan oleh orang-orang postmodern demikian juga dengan konsep ibadah. Julie Gorman menyatakan ibadah komunitas yang diteriakkan oleh postmodern adalah community life di mana manusia yang menjadi yang pusat maka ibadah diatur dan dibuat sedemikian rupa untuk memuaskan dan menyenangkan diri. Pemikiran yang salah! Ibadah sejati harus berpusat pada Allah Tritunggal. Alkitab menegaskan community worship berarti kembalinya kita kepada Allah yang sejati. Bagaimana kita mengenal Allah yang sejati? Allah seperti apa yang kita sembah itu menentukan seluruh konsep pemikiran dan seluruh tindakan kita. Allah Tritunggal menjadi perdebatan sengit hingga saat ini. Beberapa theolog percaya Allah Kristen adalah Allah monotheis murni dan sebagian yang lain menyatakan Allah Kristen adalah Allah polytheis karena Allah ada tiga. Hati-hati dengan ajaran bidat seperti modalime atau sabelianisme yang diajarkan oleh Sabelius yang mengajarkan bahwa Allah Tritunggal itu satu tetapi mempunyai 3 peran, sebagai contoh seorang ayah kalau di rumah maka jadi papa, kalau di kantor, ia direktur tetapi kalau sedang mengemudi mobil, ia adalah supir. Ajaran yang salah!

Allah kita bukan Allah yang banyak atau politeisme. Terbukti allah yang banyak justru saling menghancurkan antara allah yang satu dengan allah yang lain. Salah satu kepercayaan mengajarkan tentang allah yang mencipta, allah yang memelihara dan allah yang merusak dan manusia takut kalau dirusak maka orang lebih memilih “allah perusak” sebab orang berpikir hidup akan aman kalau pro “allah perusak.” Orang memilih allah karena alasan egoisme. Inilah sifat manusia berdosa. Orang menyadari allah yang banyak justru mencelakakan manusia tetapi ironisnya, orang justru jatuh ke ekstrim yang lain, orang percaya pada monotheis, allah hanya satu. Kalau Allah hanya satu berarti tidak obyek bagi Allah untuk mengasihi atau membenci. Hati-hati janganlah kita jatuh pada ajaran bidat lain yang menyatakan bahwa Allah kasih maka Allah membutuhkan obyek kasih sehingga Dia mencipta manusia. Di sini Allah sepertinya bergantung mutlak pada manusia. Manusia menjadi absolute necessity, keharusan mutlak.

Alkitab dengan jelas menegaskan di dalam Tritunggal, Bapa itu satu pribadi, Anak itu satu pribadi, Roh Kudus itu satu pribadi. Bapa dan Anak bisa saling berkomunikasi. Anak bisa mempunyai keinginan berbeda dengan Bapa seperti yang terjadi di Getsemani: “Bapa kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku….” Meskipun Anak dan Bapa bisa mempunyai keinginan berbeda namun tidak akan pecah sebab terakhirnya Anak harus taat pada apa yang menjadi kehendak Bapa. Inilah obidience. Roh Kudus harus taat pada Anak.

Allah mempunyai 3 pribadi tetapi bukan berarti menjadi 3 Allah. Tidak! Kalau 1 + 1 + 1 = 3 maka ~ + ~ + ~ ≠ 3~ tetapi ~ + ~ + ~ = ~ sebab tak terhingga sifatnya kekal, tidak berubah. Allah ini kekal adanya maka Dia tidak berubah. Sedikit saja ada perubahan esensi maka ia tidak lagi bersifat kekal. Kekal selamanya menjadi tunggal, karena Allah Bapa itu kekal, Allah Anak itu kekal dan Allah Roh Kudus itu kekal maka Allah Tritunggal itu kekal, tiga pribadi tetapi satu esensi. Trinitas Allah menyangkut esensi komunitas. Allah adalah Allah yang sempurna: 1) Ia sempurna secara esensi, sempurna pada diri-Nya. sehingga Ia tidak membutuhkan manusia sebagai obyek kasih-Nya, 2) Allah sempurna dalam seluruh aspek tindakan sehingga Dia tidak perlu menggantungkan pada siapapun. Di sini kita tahu Tritunggal begitu penting karena seluruh sistem komuniti kembali ke sifat Allah itu sendiri. Allah Bapa bisa mengasihi Allah Anak dan Allah Anak bisa mengasihi Allah Roh Kudus dan sebaliknya. Ketiga pribadi bisa saling mengasihi karena esensinya tunggal. Puji Tuhan, Allah Kristen adalah Allah yang menyelesaikan semua bentuk relasi dan menyelesaikan semua ketidakharmonisan.

1. Redemptive Community
Komunitas ibadah Kristen berarti seluruh ibadah harus berpusat pada Allah Tritunggal sebab dalam diri Allah Tritunggal kita mendapati pengertian komunitas sejati. Inilah ibadah sejati. Komunitas Kristen berbeda dengan komunitas posmodern. Satu-satunya yang memungkinkan kita dapat berada dalam komunitas ibadah adalah Tuhan Yesus yang menarik kita terlebih dahulu. Komunitas Kristen adalah komunitas penebusan. Kita dapat bersekutu itu karena kita ditarik oleh Tugab dan dengan penuh keberanian masuk ke dalam pengharapan Allah, tempat kudus Allah (Ibr. 10:19-21). Tuhan Yesuslah yang memungkinkan kita masuk dalam hadirat-Nya, Ia sudah berkorban untuk kita. dengan darah. Masuk ke dalam hadirat Allah yang Maha Kudus haruslah disertai suatu perasaan takut dan gentar. Mungkinkah kita mebicarakan keberanian tanpa ada rasa gentar didalamnya? Kalau sudah tidak ada lagi kegentaran maka keberanian itupun tidak ada nilainya. Berani tanpa disertai rasa takut dan gentar maka itu yang dinamakan dengan istilah “nekad.”

Kita masuk ke dalam rumah Tuhan dengan keberanian tanpa disertai rasa takut maka kita berani bersikap kurang ajar. Tiket yang kita bawa itulah yang menentukan dan tiket kita adalah darah Kristus. Bayangkan, kalau kita masuk dalam istana Negara pasti takut, lebih takut kalau kita tidak membawa suatu undangan. Berbeda halnya kalau kita punya undangan, hal itu menunjukkan bahwa kita tamu istimewa. Jadi, sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat datang ke dalam hadirat-Nya sebab melalui darah Anak-Nya sehingga kita dihidupkan kembali oleh darah-Nya. Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar yang memungkinkan kita untuk beribadah. Komunitas Kristen dibangun di atas penebusan Yesus Kristus sehingga memungkinkan umat Kristen untuk beribadah.

Salah satu masalah terpelik di tengah dunia adalah kita kehilangan dasar esensi pemersatu akibatnya dunia persekutuan menjadi dunia kompetisi. Tak terkecuali gereja pun saling berkompetisi antara komisi satu dengan komisi lain, antara gereja satu dengan gereja lain. Ini cara iblis. Sadarlah, sesungguhnya kita tidak layak melayani Allah yang Maha Agung tetapi karena penebusan sehingga kita dilayakkan. Merupakan suatu anugerah kalau Tuhan berikan kesempatan kita dapat datang ke dalam hadirat Tuhan dan memuliakan Tuhan.


2. Holy Community
Komunitas ibadah Kristen haruslah komunitas yang menyucikan, yang mempertanggung jawabkan pengharapan kita. Betapa indah persekutuan Kristen kalau setiap kita datang dengan hati yang murni, hati yang tulus ikhlas ketika datang ke hadapan hadirat Allah. Pengorbanan hati, sacrifice of heart ini menjadi inti theologi Reformed. Ibadah Kristen adalah seluruh hidup yang dipersembahkan kepada Allah sangatlah menentukan seluruh aspek hidup kita dan hal ini sangat dipahami oleh Calvin. Tentang hal ini digambarkan dalam suatu lukisan, yakni dua tangan yang terbuka mempersembahkan hati dan ada sinar yang menyala. Allah adalah Allah yang murni, tidak bercacat cela, kudus, dan tulus, maka Tuhan ingin ketika kita masuk ke dalam rumah-Nya, kita harus datang kepada-Nya dengan hati yang tulus. Tuhan berhak membuat peraturan karena Dia Sang Pemilik maka kita harus taat kepada aturan-Nya. Bukankah sebagai seorang tamu kita harus turut pada apa yang menjadi peraturan si pemilik rumah demikian juga sebaliknya, ada peraturan dalam rumah kita. Celakanya, hari ini orang membuat peraturan seenaknya sendiri di dalam rumah Tuhan. Orang datang demi memuaskan ego diri.Persekutuan indah dengan Tuhan akan kita rasakan kalau kita datang dengan hati yang bersih dan tulus ikhlas. David Wells dalam bukunya menyatakan bahwa hari ini kita hidup dalam jaman yang disebut sebagai jaman “kita.” Semuanya serba kita, kemauan kita, suka-suka kita. Dunia semakin hari semakin merosot dalam moralitas. Bukanlah hal yang mudah hidup di tengah jaman yang rusak moral sekarang ini tapi Tuhan menuntut kita untuk melawan arus dunia dan hidup mengutamakan Tuhan, hidup dengan kemurnian dan hati yang tulus ikhlas. Komunitas sejati adalah komunitas bersih, tidak cacat.


3. Love and Kind Community
Allah adalah kasih, Allah adalah baik maka atribut Allah ini harus turun juga ke dalam diri setiap anak Tuhan. Karena Allah telah mengasihi kita terlebih dahulu maka kita pun harus saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik, saling menasihati dan semakin giat melakukan menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ibr. 10:24-25). Konsep cinta di dalam persekutuan berbeda dengan konsep cinta dunia. Kalau dunia mencintai itu karena egois diri, orang mencintai karena cantik atau ganteng, kekayaan, kekuasaan, dan lain-lain. Dunia memanipulasi cinta untuk kepentingan diri. Berbeda halnya dengan konsep cinta yang diajarkan oleh Alkitab. Ketika Allah mencintai manusia, Dia dari sorga mulia turun ke tengah dunia berdosa dan berkorban nyawa demi manusia berdosa. Kasih sejati adalah kasih yang membangun, kasih yang menopang dan menjadi berkat bagi orang lain, mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain. Sangatlah mengerikan, perbuatan baik itu tidak datang dari hati yang tulus tetapi orang berbuat baik karena ada motivasi lain. Manusia berdosa juga memanfaatkan kebaikan orang. Tuhan ingin kita mempunyai cinta kasih yang sejati, seluruh hidup kita untuk menguatkan orang lain.

Memang sangatlah indah kalau seluruh ibadah berpusat pada Kristus namun janganlah kita mengabaikan, Tuhan juga memerintahkan pada kita saling memperhatikan dan mengasihi. Hendaklah kita sebagai saudara seiman kita mempunyai persekutuan yang indah di tengah komunitas ibadah, saling membangun dan saling menopang. Celakanya, hari ini seringkali di dalam persekutuan orang tidak lagi saling membangun, saling menopang dan saling menguatkan di dalam Tuhan tetapi orang justru memakai persekutuan sebagai ajang untuk berbisnis, bergosip dan lain-lain. Di satu sisi, ibadah yang terlalu vertikal tidaklah baik karena kita mengacuhkan saudara seiman namun di sisi lain, persekutuan yang hanya bersifat horizontal, memperhatikan komunitas tanpa ada Tuhan di dalamnya tidaklah baik. Di sini, kita harus bijaksana bagaimana menjaga keseimbangan sehingga kita dengan tepat dan proposional mengasihi orang lain seperti Tuhan inginkan.


Alkitab menegaskan supaya kita jangan menjauhkan diri dari ibadah. Karena Tuhan Yesus telah mengasihi kita terlebih dahulu maka kita pun harus mengasihi sesama manusia. Pertanyaan sudahkah kita memiliki cinta kasih sejati? Sudahkah kita memperhatikan, menopang dan mengasihi seperti teladan Kristus? Kristus telah menebus dan menarik kita dari dunia berdosa, karena penebusan Kristus itulah kita bisa bersekutu dan datang ke dalam hadirat Tuhan dan menjadi suatu persekutuan indah dengan Tuhan. Keindahan bersekutu di dalam Tuhan akan mendatangkan sukacita sejati ketika kita datang ke dalam hadirat Tuhan dengan hati yang murni. Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita maka Dia pun memerintahkan pada kita untuk saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik, saling menasihati dan semakin giat dalam melakukan menjelang hari Tuhan yang mendekat. Amin

No comments: