1. Penulis adalah orang Liberal dan buku TAA ini dipenuhi dengan ajaran Liberal!
Kalau kita lihat dalam hal 28 penulis berkata "Kita juga tidak setuju dengan paham liberalisme yang menolak Alkitab sebagai firman Allah". Dari kata-kata ini kelihatannya ia mengaku dirinya bukanlah orang liberal.
Tetapi dalam hal penulis kitab Kejadian dan Yesaya, ia menganut pandangan liberal! Dalam hal penafsiran ia memakai penafsiran dari Rudolf Bultmann yang adalah tokoh liberal yang paling miring! Dalam hal pandangannya tentang Kitab Suci / firman Tuhan ia juga merendahkan otoritas Kitab Suci, dan ini ciri khas golongan liberal. Dalam hal pemberitaan Injil, ia bahkan berkata kita tidak perlu mengkristenkan banyak orang. Ini lagi-lagi adalah pandangan liberal. Jadi semua ini menunjukkan ia adalah orang liberal, bahkan termasuk liberal yang sangat miring!
2. Buku ini merupakan produk campuran berbagai ajaran sesat
Penulis adalah orang yang sangat plin-plan, dan ajarannya merupakan gabungan dari banyak macam ajaran-ajaran sesat seperti Liberalisme, Sabelianisme, Universalisme, Saksi Yehovah, dsb.
Banyaknya ajaran sesat yang berlain-lainan itu, digabungkan dengan sedikit firman Tuhan/ Injil yang benar, menyebabkan dalam buku TAA ini terjadi banyak ketidak-konsekwenan, dimana ajarannya sering bertentangan satu sama lain.
3. Buku ini merupakan sumbangan yang dapat dimanfaatkan oleh setan
Mengingat begitu banyaknya kesesatan yang ada dalam buku TAA ini, maka adalah sesuatu yang memuakkan kalau dalam Kata Sambutan dari Badan Pekerja Majelis Sinode GKI Jatim dalam buku TAA ini (hal 7) dikatakan: "Dengan lega serta syukur kita sambut 'Tuhan, ajarlah aku' sebagai buku pegangan Katekisasi Jemaat GKI Jatim yang sudah kita harapkan ... Bahan yang terdapat dalam Buku Pegangan Katekisasi Jemaat GKI Jatim ini bersifat umum, dengan harapan buku ini dapat pula merupakan sumbangan yang dapat dimanfaatkan oleh gereja-gereja lain di Indonesia".
Buku ini seharusnya disambut orang kristen dengan suatu tangisan dan suatu kesadaran bahwa akhir jaman sudah dekat, terbukti dengan munculnya nabi palsu ini! Buku ini, yang seharusnya diberi judul 'SETAN, AJARLAH AKU', tidak merupakan sumbangan yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun juga selain oleh setan dan anak-anaknya!
Dan kalau ada orang yang masih memikirkan bahwa buku ini bisa diperbaiki, maka orang itu perlu memikirkan hal ini: kalau makanan yang baik sudah dicampur dengan racun dan diaduk menjadi satu, bisakah makanan itu diperbaiki untuk kemudian dihidangkan kembali? Jawabnya adalah: bisa, kalau tujuannya memang untuk membunuh orang yang diberi makan!
4. Jangan beli buku ini
Mengingat kesesatan buku / penulis buku TAA ini, saya menghimbau kepada semua orang kristen / hamba Tuhan yang sejati, janganlah membeli buku TAA ini. Kalau sdr mau mempelajari kesesatannya, pinjamlah dari teman yang sudah mempunyai buku ini, atau foto copylah buku tsb, dari pada sdr memperkaya seorang nabi palsu!
5. Kita harus tegas di dalam menghadapi nabi palsu
Hal yang terakhir ingin saya bicarakan adalah: bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang kristen terhadap nabi-nabi palsu (penulis buku ini dan semua 'hamba Tuhan' yang menyetujuinya dan membelanya)?
Banyak orang kristen yang memilih untuk bersikap netral, dan mereka ini biasanya berkata: "Saya tidak ikut / memihak siapa-siapa. Saya ikut Tuhan". Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, saya ingin tanyakan: dimana kita pernah melihat dalam Kitab Suci bahwa Tuhan menghendaki sikap netral dalam situasi seperti ini? Tuhan selalu menghendaki anak-anakNya menentang ajaran-ajaran sesat dengan nabi-nabi palsunya! Renungkan ayat-ayat di bawah ini:
* 1 Raj 18:21 : "Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun."
* Yos 24:14 : "Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
* Mat 12:30 : "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
Semua ayat ini menuntut kita untuk mengambil sikap, dan bukannya bersikap netral! Jadi, bangkitlah dan tentanglah mereka! Tidak sadarkah saudara bahwa kalau saudara membiarkan penyesatan itu berlangsung, lambat atau cepat penyesatan itu akan menyesatkan saudara sendiri beserta keluarga saudara dan banyak orang lain?
Kalau saudara mengambil sikap seperti ini hanya karena 'ingin selamat', maka renungkan kata-kata Tuhan Yesus dalam Mat 16:25 yang berbunyi: "Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya".
Banyak juga orang kristen yang beranggapan bahwa kita harus menghadapi mereka dengan ramah, lemah lembut dsb, dan mereka mengecam orang kristen/ hamba Tuhan yang menyerang para nabi palsu itu dengan keras. Kalau sdr termasuk orang yang mempunyai pandangan demikian, pikirkan dan renungkanlah hal-hal di bawah ini:
a. Dimana dalam Kitab Suci ada nabi atau rasul, atau hamba Tuhan yang sejati yang pernah bersikap ramah / lemah lembut terhadap nabi palsu? Sebagai contoh bacalah bacalah sikap Elia terhadap nabi-nabi Baal dan Asyera dalam 1Raja-raja 18:20-40, atau sikap nabi Mikha dalam 1Raja-raja 22:13-28, atau lihatlah bagaimana sikap Yohanes Pembaptis, Paulus pada ayat-ayat ini :
* Mat 3:7-10 dimana Yohanes Pembaptis berkata kepada banyak orang Farisi dan orang Saduki : "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."
* Perkataan Paulus dalam Gal 1:6-9 : "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Tuhan Yesus sendiri juga bersikap sangat keras terhadap nabi-nabi palsu, baca Mat 23:1-36 dimana Dia secara berulang-ulang berkata "Celakalah kamu, hai orang-orang munafik/pemimpin-pemimpin buta". Dia bahkan menggambarkan mereka seperti "kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang-belulang dan pelbagai kotoran" (ay 27). Jadi, jika Kristus yang adalah teladan kita bersikap tegas dan keras kepada nabi-nabi palsu itu, apakah kita mau bersikap ramah kepada mereka?
b. Perhatikanlah ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bagaimana sikap yang seharusnya menghadapi orang yang sesat, apalagi seorang pengajar sesat / nabi palsu:
w Titus 3:10 - "Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi".
w 2Yoh 10-11 - "Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat".
- AMIN -
Profil Pdt. Budi Asali :
Pdt. Budi Asali, M.Div. melayani sebagai gembala sidang di Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Golgotha, Surabaya. Beliau meraih gelar Master of Divinity (M.Div.) dari Reformed Theological Seminary, Jackson, Mississippi, USA pada tahun 1988). Sebelum menyerahkan diri jadi pelayan purna waktu sempat kuliah di ITS Surabaya dari tahun 1973-1977. Pada tahun 1978-1985, beliau pernah melayani di Gereja Eleos Malang dan LRII/GRII sejak 1988-1992.
Sumber : http://www.members.tripod.com/~gkri_exodus/
4 comments:
Saya merasa lebih superior dari pada semua orang lain yang tidak mengakui Kristus sebagai Juruselamat. Tetapi rasa superioritas saya itu bukan karena saya secara inheren superior atau memiliki kesucian tetapi karena kebenaran Kristus yang menyelimuti saya.
Tanggapan:
Kesan awalnya sich anda tampaknya pengikut Kristus yang setia. Sebab anda merasa diri diliputi oleh kebenaran Kristus. Itu sebabnya anda menyatakan: "karena kebenaran Kristus yang menyelimuti saya". Padahal dari ungkapan anda tersebut tercermin pribadi yang sakit. Apapun alasan seseorang merasa diri "superior" sebenarnya karena dia inferior. Tepatnya inferioritas anda telah anda sublimasikan menjadi superiotas atas nama kebenaran Kristus. Tragisnya, kebenaran Kristus tersebut tidak membaharui hidup anda, karena anda ingin agar Kristus yang melayani kebenaran diri anda sendiri. Saya sarankan anda sebaiknya periksa ke seorang psikiater yang cukup ahli. Minimal lakukan suatu psiko-test yang komprehensif. Kalau berminat, saya akan berikan beberapa nama psikiatrer yang berkompeten untuk membantu menangani permasalahan mental anda.
Sdr. Budi Asali dan Deny,
Tampaknya anda berdua sangat bersemangat untuk mengupas buku TAA. Saya telah berulangkali membaca buku TAA. Tetapi sudut pandang kita ternyata sangat berbeda. Sudut pandang anda berdua lebih dipenuhi oleh perasaan benci, antipati dan negatif. Hasilnya jelas ulasan dan tulisan anda yang sangat provokatif, mendiskreditkan penulis dan pemikirannya. Padahal saya tidak memiliki kesan dan kesimpulan seperti anda. Sebaliknya saya makin menghormati penulis buku TAA, yaitu Pdt. Yohanes Bambang Mulyono. Beliau memiliki pemikiran teologis yang cukup terbuka, kritis dan tidak doktrinal seperti anda berdua.
Justru saya punya kesan yang semakin simpatik dengan pak Yohanes Bambang di tengah-tengah sikap anda yang sangat tidak simpatik, cenderung menghakimi orang dan merasa diri paling benar. Seharusnya anda berdua perlu dipertanyakan kelayakan anda menjadi seorang pendeta dan orang Kristen. Maaf pak Budi, pendeta macam apa anda itu? Sama sekali anda tidak mencerminkan pola pikir dan pola sikap seorang pengikut Kristus. Ujung-ujungnya hanya satu, yaitu anda merasa diri paling benar dan paling segalanya. Padahal anda dengan sikap anda telah membongkar jati-diri yang asli, yaitu pribadi yang perlu dipertanyakan integritasnya.
Salam
Odes
Budi Asali,
Saya kira anda yang perlu bercermin lebih dalam dan obyektif sehingga anda dapat memahami masalah-masalah psikologis anda. Sesungguhnya ungkapan-ungkapan anda menunjukkan hati yang penuh kepahitan dan kebencian. Sikap anda bukan hanya mempertontonkan kepada banyak orang tentang ketidaklayakan anda untuk menjadi seorang pendeta, tetapi juga ketidaklayakan anda sebagai seorang Kristen. Dari tanya jawab anda dengan sdr. Melki, terlihat anda hanya mampu membela diri dan tidak tanggap terhadap maksud sdr. Melki yang ternyata tidak memandang bapak Pdt. Yohanes Bambang secara negatif dengan pemahaman teologis yang telah diutarakan dalam bukunya "Tuhan, Ajarlah Aku". Karena berminat dengan pernyataan-pernyataan provokatif anda, saya telah membaca 4 kali buku TAA, tetapi saya merasa pemikiran dalam buku tersebut biasa saja. Saya anggap itu adalah hak seorang penulis.
Selain itu saya juga sempat menanyakan kepada sinode GKI, ternyata dalam keputusan persidangan sinode GKI buku TAA justru telah ditetapkan sebagai buku yang diakui resmi oleh GKI. Jadi makin bertambah aneh, anda orang luar tetapi merasa memiliki hak campur tangan dengan kehidupan jemaat GKI. Kalau buku TAA sudah menjadi keputusan sinode GKI, perlu dipahami bahwa buku TAA tersebut telah dibahas dalam berbagai lingkup yaitu klasis, sinode wilayah-sinode wilayah dan kemudian pada tingkat sinodal yang lebih luas.
Saya juga menjumpai sikap yang sama dengan anda dalam diri saudara Denny Teguh. Selain itu saya jumpai beberapa orang yang ternyata setipe dengan anda. Jadi memang benar kesimpulan bung Melki, bahwa mereka yang dididik oleh Stephen Tong dan konco-konconya relatif tidak mampu membuat suatu ulasan teologis yang matang dan bijaksana, tetapi hanya mampu menyebarkan doktrin yang gemar menyesatkan pihak lain yang tidak sepaham. Tepatnya Stephen Tong dan konco-konconya memang juga bermasalah secara mental dan spiritualitas. Waktu KKR saya menjumpai ungkapan-ungkapan Stephen Tong yang sangat arogan. Tidak heran, kalau orang-orang Muslim yang mendengar perkataan Stephen Tong menjadi marah dengan mengatakan: "Darahmu menjai halal bagiku". Sayangnya kalau itu terjadi justru dianggap Stephen Tong jadi martir, padahal penyebab utamanya adalah kesombongan rohani yang berlebihan dan bukan karena kesediaan membayar harga sebagai martir karena konsisten dalam kasih dan keadilan.
Jadi saya justru bersyukur, bahwa pernyataan provokatif anda membuat saya membaca buku TAA dan kini saya juga menjumpai tulilsan-tulisan teologis dari bapak Pdt. Yohanes Bambang di: http://www.yohanesbm.com
Salam ya.
memang banyak kelemahan di buku TAA.
saya menganggap yohanes bm sebaiknya belajar lagi di sekolah theologia.
tapi saya masih membuka peluang, bahwa dia tidak bermaksud jahat dengan sengaja menyesatkan gereja.
tapi kelemahan teologinya memang bisa dimanfaatkan iblis untuk menyesatkan ajaran kristen.
saya tidak mau buru2 mengatakan dia nabi palsu, tapi berharap dia menyadari & mengakui kesalahannya, serta merefisi buku ini & pandangannya.
tapi jika dia tidak mau diajar & makin menyimpang, saya harap GKI merelakan dia untuk dikeluarkan & GKI mau rendah hati dinasehati gereja2 lainnya.
semoga Tuhan Yesus memberkati GKI dan tidak pernah meninggalkannya dalam kekeliruannya/ketersesatannya.
amin.
GBU
Post a Comment