Dalam hal doktrin keselamatan dan penebusan penulis juga mempunyai pandangan yang kabur. Memang dalam buku TAA ini ada Injil yang benar (NB: jangan heran karena hal ini. Kalau kita mau meracuni seseorang, tentu kita tidak memberinya 100% racun, tetapi kita beri makanan yang baik / enak yang dicampuri racun!), dimana penulis berbicara tentang salib, kematian Kristus untuk menebus dosa manusia atau untuk menggantikan manusia, dan bahkan penulis berkata bahwa keselamatan hanya bisa didapat kalau seseorang beriman kepada Kristus (hal 93-95,111-114)
Tetapi dalam bagian-bagian lain penulis mengajarkan doktrin keselamatan dan penebusan yang sesat, yang kontradiksi dengan apa yang ia katakan di atas.
1. Penulis kelihatannya mempercayai Universalisme
Universalisme adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa pada akhirnya semua orang akan selamat. Ini terlihat dari:
a. Hal 49: "Namun ditengah-tengah keberdosaan itu, kasih dan anugerah Allah bekerja. Tepatnya kasih Allah tidak dapat dipadamkan atau ditiadakan oleh keberdosaan dan kejahatan manusia. Walaupun manusia menolakNya, Allah tetap mencintai manusia. Rencana Allah memiliki misi tunggal: menyelamatkan manusia".
Kalau penulis mempunyai anggapan ini, maka jelas ia juga beranggapan bahwa semua manusia akan selamat, karena itulah misi tunggal dari Allah!
Pertanyaan saya adalah:
w apakah Allah tak punya rencana untuk menghukum manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu? Kalau tidak, mengapa Ia menciptakan neraka? Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:
* 2 Pet 2:9b - 'Tuhan ... tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman'.
* Yudas 4 - 'yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum'.
* Yoh 17:12 - 'selain dari pada dia yang ditentukan untuk binasa'.
* Amsal 16:4 - 'Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka'.
* Baca juga khususnya Roma 9:13,17,18,21-22!
==> Kalau memang rencana Allah hanya menyelamatkan manusia, mengapa pada akhirnya ada banyak manusia yang tidak selamat (bdk. Mat 7:13,21-23 Mat 25:41-46 Wah 21:8 dsb)? Apakah Allah gagal dalam melaksanakan rencanaNya? Padahal Ayub 42:2 Yes 14:24,26,27 Yes 46:10-11 jelas menunjukkan bahwa rencana Allah tak mungkin gagal!
b. Hal 60: "Sebab melalui janji Allah itu mulai dirintis pemikiran dan usaha perwujudan rencana keselamatan Allah secara universal. Melalui Abram, Allah hendak mewujudkan keselamatan semesta yaitu seluruh umat manusia"
c. Hal 112: "Jadi Dia mati agar manusia seluruhnya dapat selamat dan tidak hidup di bawah hukuman Allah"
d. Hal 115: "... sebab Dia adalah Firman Allah yang menyelamatkan jemaat dan umat manusia".
Kata 'jemaat' jelas menunjuk kepada orang kristen, tetapi penulis menambahkan 'umat manusia'. Jadi, penulis berpendapat bahwa semua orang diselamatkan oleh Yesus.
e. Hal 219-230: penulis menjelaskan bermacam-macam agama lain diluar Kristen. Tetapi ia tidak pernah mengatakan bahwa agama-agama lain itu tidak bisa menyelamatkan. Apakah ia berpendapat bahwa semua orang beragama lain juga akan selamat?
f. Hal 254: "Panggilan iman ini membawa konsekuensi pada tugas mengabarkan Injil. Artinya sebagai bangsa Indonesia yang percaya kepada Kristus, kita harus menyampaikan kebenaran berita Injil yang menyelamatkan. Tugas ini jelas berbeda dengan 'mengkristenkan' seluruh bangsa Indonesia. Kita tidak mengabarkan Injil untuk mengkristenkan bangsa Indonesia. Tetapi kita harus mengabarkan Injil untuk menyampaikan keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Sebab Allah di dalam Yesus Kristus juga mengasihi bangsa-bangsa yang beragama lain. Kasih dan keselamatan inilah yang kita beritakan"
Hal yang serupa ada dalam hal 147-148: "Sebab itu pertumbuhan gereja ke luar, pertama-tama adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota gereja. Namun usaha dan perjuangan ini tidak boleh dimaksudkan sebagai usaha-usaha untuk 'mengkristenkan' banyak orang. Sebab Kerajaan Allah tidak identik dengan usaha pengkristenan. Sebaliknya Kerajaan Allah adalah pemerintahan Tuhan Allah yang mengatasi semua lembaga yang beridentitas suatu nama agama atau ideologi"
Ada beberapa hal yang perlu dipersoalkan disini:
==> Bagaimana mungkin pemberitaan injil bisa dibedakan dengan mengkristenkan? Apakah pengalimatan ini dibuat oleh penulis sebagai perwujudan dari 'metode penafsiran Alkitab yang kontextual' (hal 158) dari penulis? Atau apakah ini merupakan perwujudan dari kata-kata penulis bahwa 'kebenaran Allah harus kita beritakan secara jujur dan bijaksana' (hal 105)?
Setahu saya, pemberitaan injil tujuannya menjadikan seseorang menjadi murid Yesus, dan dalam Kitab Suci istilah 'murid Yesus' identik dengan istilah 'orang kristen'
==> Pernyataan-pernyataan penulis ini jelas menunjukkan bahwa penulis beranggapan bahwa orang beragama lainpun mendapatkan keselamatan! Ini bertentangan dengan:
* ajaran Kitab Suci yang menekankan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan kesurga (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12)
* kata-kata penulis sendiri dalam hal 232: "Keselamatan tidak dapat lepas dari sikap Allah yang memperhitungkan iman di dalam Yesus Kristus. Penolakan terhadap Yesus Kristus adalah penolakan keselamatan dan anugerah Allah"
Lalu dalam hal 274 penulis melanjutkan: "Sehingga Allah ikut sedih dalam kematian pastor yang tertimpa kecelakaan di jalan raya. Allah juga ikut menangis dalam kematian orang-orang Yahudi pada jaman Hitler"
Hal yang perlu diingat adalah:
==> Katolik adalah ajaran Kristen yang sudah “sesat”, sehingga pastor pastilah seorang “nabi” palsu! Bagaimana mungkin ia disebut saleh dan dekat dengan Allah? Bagaimana mungkin ia menjadi berkat bagi banyak orang? Bagaimana mungkin Allah menangisi kematian nabi palsu?
Orang-orang Yahudi yang mati pada jaman Hitler mayoritas adalah orang non-Kristen. Lalu bagaimana mungkin Allah menangisi kematian mereka? Bandingkan dengan Mat 7:21-23 Mat 25:41-46 Luk 12:20 yang menunjukkan sikap Allah terhadap orang non kristen yang mati!
==> Andaikatapun kita menganggap bahwa pastor maupun orang-orang Yahudi itu adalah orang kristen / anak-anak Allah, adalah tidak masuk akal dan tidak alkitabiah untuk mengatakan bahwa Allah menangisi anakNya yang mati! Bukankah bagi orang kristen kematian adalah pintu gerbang menunju surga dimana kita mempunyai persekutuan yang lebih indah dengan Allah?
Dari bagian ini terlihat bahwa penulis tidak membedakan hukuman dengan hajaran. Hajaran diberikan kepada anak, dan pasti bersifat konstruktif (Ibrani 12:5-11). Hukuman tidak bisa menimpa anak Allah / orang kristen (Roma 8:1), karena hukuman sudah dibayar oleh Kristus. Tetapi bagi orang non kristen, hukuman tentu ada, dan betul-betul bersifat destruktif! Apakah neraka bukan bersifat destruktif?
Bahwa penulis menganggap hukuman Allah selalu bersifat konstruktif, menunjukkan bau Universalisme yang kuat dalam ajaran penulis!
2. Yesus mati di kayu salib karena ingin solider dengan manusia
Penulis berulang kali mengatakan bahwa pada waktu Yesus menderita dan mati di atas kayu salib, Ia melakukannya karena mau solider dengan umat manusia yang menderita.
w hal 111: "Bila Yesus Kristus mau menderita sengsara, itu adalah karena Dia mau solider dengan manusia yang berada di bawah kuasa dosa. Sikap solider (senasib) inilah yang menyebabkan Anak Allah mau ikut menanggung hukuman dan kematian"
w hal 274: "Di dalam Yesus Kristus, Allah menyatakan solidaritasNya dengan kehidupan dan penderitaan manusia. ... Sampai saat ini Allah ikut solider dalam penderitaan orang-orang yang sedang ditimpa oleh malapetaka, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, korban peperangan, korban bencana alam, dan sebagainya. Dalam sejarah kehidupan umat manusia, Allah kita adalah Allah yang menderita sebab ikut menanggung tragedi dan kegagalan manusia".
w hal 280: "Anugerah Allah secara utuh dan sempurna dinyatakan di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah Allah yang menjadi manusia untuk solider dengan menebus dosa manusia"
Setahu saya, solider berarti sikap setia kawan. Jadi kalau Yesus solider dengan kita, maka itu berarti bahwa pada waktu Yesus melihat manusia menderita, maka Ia bersikap setia kawan dan menderita bersama-sama dengan kita. Padahal doktrin / konsep penebusan sebetulnya berarti: Kristus mati menggantikan kita, supaya kita bebas dari hukuman!
3. Penjelasan penulis tentang "Turun ke dalam Neraka"
Dalam hal 113-114 penulis memberikan penjelasan tentang kata-kata 'Turun ke dalam Kerajaan Maut / neraka' dalam 12 pengakuan iman rasuli. Ada 2 hal yang ia katakan:
a. Ia menyetujui bahwa "Yesus Kristus turun ke neraka untuk melepaskan jiwa-jiwa orang mati dari jaman Perjanjian Lama yang masih menunggu kelepasan mereka" (hal 113), karena ia mengatakan bahwa "bila demikian, arti yang benar dari pengertian 'turun ke neraka' adalah: Kristus menderita sengsara neraka, dan RohNya bekerja untuk menjangkau pula jiwa-jiwa yang tersesat agar mereka juga memperoleh keselamatan" (hal 114).
Dengan demikian jelas bahwa penulis beranggapan bahwa orang yang sudah mati tanpa bertobatpun bisa mendapat kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Ini jelas ajaran sesat!
b. Ia juga mengatakan "Itulah sebabnya Allah seakan-akan meninggalkan Yesus" (hal 113).
Kalau Yesus cuma seakan-akan ditinggal oleh Allah, itu berarti Ia juga cuma seakan-akan (tidak sungguh-sungguh) memikul hukuman dosa kita! Itu berarti kita juga hanya seakan-akan diampuni, seakan-akan selamat dsb!
Selain itu, jika Yesus tidak benar-benar ditinggal oleh Allah, bukankah Ia sudah berdusta dengan berkata: "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46)? Apakah penulis memang menganggap Yesus pendusta? Atau mungkin penulis menganggap Yesus bukan Allah, karena bukankah Allah tidak mungkin berdusta?
3 comments:
Saya merasa lebih superior dari pada semua orang lain yang tidak mengakui Kristus sebagai Juruselamat. Tetapi rasa superioritas saya itu bukan karena saya secara inheren superior atau memiliki kesucian tetapi karena kebenaran Kristus yang menyelimuti saya.
Tanggapan:
Kesan awalnya sich anda tampaknya pengikut Kristus yang setia. Sebab anda merasa diri diliputi oleh kebenaran Kristus. Itu sebabnya anda menyatakan: "karena kebenaran Kristus yang menyelimuti saya". Padahal dari ungkapan anda tersebut tercermin pribadi yang sakit. Apapun alasan seseorang merasa diri "superior" sebenarnya karena dia inferior. Tepatnya inferioritas anda telah anda sublimasikan menjadi superiotas atas nama kebenaran Kristus. Tragisnya, kebenaran Kristus tersebut tidak membaharui hidup anda, karena anda ingin agar Kristus yang melayani kebenaran diri anda sendiri. Saya sarankan anda sebaiknya periksa ke seorang psikiater yang cukup ahli. Minimal lakukan suatu psiko-test yang komprehensif. Kalau berminat, saya akan berikan beberapa nama psikiatrer yang berkompeten untuk membantu menangani permasalahan mental anda.
Sdr. Budi Asali dan Deny,
Tampaknya anda berdua sangat bersemangat untuk mengupas buku TAA. Saya telah berulangkali membaca buku TAA. Tetapi sudut pandang kita ternyata sangat berbeda. Sudut pandang anda berdua lebih dipenuhi oleh perasaan benci, antipati dan negatif. Hasilnya jelas ulasan dan tulisan anda yang sangat provokatif, mendiskreditkan penulis dan pemikirannya. Padahal saya tidak memiliki kesan dan kesimpulan seperti anda. Sebaliknya saya makin menghormati penulis buku TAA, yaitu Pdt. Yohanes Bambang Mulyono. Beliau memiliki pemikiran teologis yang cukup terbuka, kritis dan tidak doktrinal seperti anda berdua.
Justru saya punya kesan yang semakin simpatik dengan pak Yohanes Bambang di tengah-tengah sikap anda yang sangat tidak simpatik, cenderung menghakimi orang dan merasa diri paling benar. Seharusnya anda berdua perlu dipertanyakan kelayakan anda menjadi seorang pendeta dan orang Kristen. Maaf pak Budi, pendeta macam apa anda itu? Sama sekali anda tidak mencerminkan pola pikir dan pola sikap seorang pengikut Kristus. Ujung-ujungnya hanya satu, yaitu anda merasa diri paling benar dan paling segalanya. Padahal anda dengan sikap anda telah membongkar jati-diri yang asli, yaitu pribadi yang perlu dipertanyakan integritasnya.
Salam
Odes
Budi Asali,
Saya kira anda yang perlu bercermin lebih dalam dan obyektif sehingga anda dapat memahami masalah-masalah psikologis anda. Sesungguhnya ungkapan-ungkapan anda menunjukkan hati yang penuh kepahitan dan kebencian. Sikap anda bukan hanya mempertontonkan kepada banyak orang tentang ketidaklayakan anda untuk menjadi seorang pendeta, tetapi juga ketidaklayakan anda sebagai seorang Kristen. Dari tanya jawab anda dengan sdr. Melki, terlihat anda hanya mampu membela diri dan tidak tanggap terhadap maksud sdr. Melki yang ternyata tidak memandang bapak Pdt. Yohanes Bambang secara negatif dengan pemahaman teologis yang telah diutarakan dalam bukunya "Tuhan, Ajarlah Aku". Karena berminat dengan pernyataan-pernyataan provokatif anda, saya telah membaca 4 kali buku TAA, tetapi saya merasa pemikiran dalam buku tersebut biasa saja. Saya anggap itu adalah hak seorang penulis.
Selain itu saya juga sempat menanyakan kepada sinode GKI, ternyata dalam keputusan persidangan sinode GKI buku TAA justru telah ditetapkan sebagai buku yang diakui resmi oleh GKI. Jadi makin bertambah aneh, anda orang luar tetapi merasa memiliki hak campur tangan dengan kehidupan jemaat GKI. Kalau buku TAA sudah menjadi keputusan sinode GKI, perlu dipahami bahwa buku TAA tersebut telah dibahas dalam berbagai lingkup yaitu klasis, sinode wilayah-sinode wilayah dan kemudian pada tingkat sinodal yang lebih luas.
Saya juga menjumpai sikap yang sama dengan anda dalam diri saudara Denny Teguh. Selain itu saya jumpai beberapa orang yang ternyata setipe dengan anda. Jadi memang benar kesimpulan bung Melki, bahwa mereka yang dididik oleh Stephen Tong dan konco-konconya relatif tidak mampu membuat suatu ulasan teologis yang matang dan bijaksana, tetapi hanya mampu menyebarkan doktrin yang gemar menyesatkan pihak lain yang tidak sepaham. Tepatnya Stephen Tong dan konco-konconya memang juga bermasalah secara mental dan spiritualitas. Waktu KKR saya menjumpai ungkapan-ungkapan Stephen Tong yang sangat arogan. Tidak heran, kalau orang-orang Muslim yang mendengar perkataan Stephen Tong menjadi marah dengan mengatakan: "Darahmu menjai halal bagiku". Sayangnya kalau itu terjadi justru dianggap Stephen Tong jadi martir, padahal penyebab utamanya adalah kesombongan rohani yang berlebihan dan bukan karena kesediaan membayar harga sebagai martir karena konsisten dalam kasih dan keadilan.
Jadi saya justru bersyukur, bahwa pernyataan provokatif anda membuat saya membaca buku TAA dan kini saya juga menjumpai tulilsan-tulisan teologis dari bapak Pdt. Yohanes Bambang di: http://www.yohanesbm.com
Salam ya.
Post a Comment