18 January 2009

Matius 12:22-28: KRISTUS: TUHAN ATAS PARA PENGUASA ANGKASA (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 3 Desember 2006

Kristus - Tuhan atas Para Penguasa Angkasa
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 12:22-28


Pendahuluan
Secara keseluruhan tema dari Injil Matius adalah Kerajaan Sorga dimana Kristus sebagai Raja. Konsep Kerajaan Sorga yang ditegakkan oleh Kristus memiliki konsep yang berbeda dengan pemikiran para pemimpin agama bahkan para murid dan para rasul yang berpikir bahwa Kerajaan Sorga bersifat duniawi atau materi. Kristus menegaskan Kerajaan Sorga tidak dibatasi pada materi, ruang dan waktu sebaliknya Kerajaan Allah bersifat kekal; Kerajaan Allah bersifat spiritual dimana orang yang hidup di dalam-Nya akan mendapatkan sukacita kekal. Sebagai warga Kerajaan Sorga, kita harus tunduk mutlak pada Kristus Yesus Raja; Dia adalah pemilik alam semesta ini; Dia adalah Tuhan atas hukum. Di dunia tidak ada hukum yang mempunyai kekuatan kecuali kita kembali pada Kritus Tuhan sebagai satu-satunya sumber hukum. Tentang Ketuhanan Kristus ini telah dinubuatkan jauh hari sebelumnya, hal ini membuktikan satu hal, yakni Allah berkuasa atas sejarah manusia. Kita telah memahami bahwa sejarah bukanlah fakta tetapi sejarah adalah interpretasi fakta secara subyektif; sejarah menjadi sejarah yang relatif. Sejarah sejati haruslah dilihat dari sudut pandang Kristus sebagai pemegang otoritas mutlak.
Matius membukakan pada kita bahwa orang yang secara fenomena bisu dan buta sesungguhnya di balik fenomena tersebut ada kuasa iblis yang membelenggu hidupnya. Dosa adalah akar segala kejahatan, kerusakan dan sakit penyakit. Penyebab dosa adalah manusia karena ia memberontak pada Allah. Sebelumnya Tuhan telah menekankan konsep dosa dengan menaruh pohon pengetahuan baik dan jahat dan memberikan hak pilih pada manusia – melawan perintah Tuhan maka ia mati sampai manusia melawan Tuhan barulah dosa itu riil. Sesungguhnya, hak pilih inilah yang menjadikan manusia hidup sebagai manusia yang sejati sebab tanpa hak pilih tersebut, manusia tidak ubahnya seperti binatang yang tidak mengerti makna dan tujuan hidup. Perhatikan, bukan pohonnya yang membuat manusia menjadi manusia sejati tetapi perintah Allah itulah yang menjadikan manusia sejati. Tuhan mencipta manusia berbeda dengan binatang; dengan akal budi, manusia dapat mempertimbangkan segala sesuatu secara rasional tentang yang baik dan jahat. Manusia adalah satu-satunya makhluk berakal budi yang mempunyai pertimbangan emosi dan rasional untuk mencapai suatu hidup yang bermoralitas dan berintegritas.
Seorang bijak akan mempertimbangkan segala hal termasuk akibatnya tentang hal yang baik dan buruk dan dari sudut pandang Tuhan, ia mengambil keputusan dengan tepat. Untuk mencapai suatu bijaksana sedikitnya harus ada dua pilihan supaya orang dapat mempertimbangkan apa yang baik dan buruk. Itulah tujuan Tuhan menempatkan pohon di tengah-tengah taman supaya manusia dengan akal budinya dapat mengambil keputusan yang tepat itulah yang dinamakan moralitas. Ingat, setiap keputusan ada resiko yang harus ditanggung karena itu kita harus bertindak bijaksana.
Seharusnya bukan hal yang berat bagi Adam untuk tidak makan buah pengetahuan baik dan jahat itu, sebab di antara sekian banyak pohon dalam taman Eden Tuhan hanya perintahkan satu pohon saja yang tidak boleh dimakan. Namun manusia berdosa menginterpretasi Firman salah; orang mempertanyakan kebaikan Allah dengan mengajukan pertanyaan: apakah Tuhan tahu kalau manusia jatuh dalam dosa? Lalu kenapa Tuhan tidak mencegahnya? Pertanyaan ini membuktikan bahwa manusia adalah manusia berdosa yang selalu berpikiran buruk. Manusia yang berdosa tapi melempar kesalahan itu pada orang lain, dalam hal ini Tuhan yang disalahkan. Adalah salah kalau orang berpendapat bahwa Tuhan adalah pengambil keputusan sebab pada saat yang sama, orang tidak suka ada pihak lain yang mengambil keputusan untuk kita. Tuhan tidak menjadikan kita robot yang harus dikendalikan sedemikian rupa. Tidak! Pilihan itu justru menjadikan kita seorang manusia sejati yang tahu harus bertanggung jawab.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mulia yang dapat berproses menuju pada kesempurnaan dan manusia harus membuktikan bahwa benar dia adalah makhluk mulia, yakni di saat kritis, manusia diuji apakah keputusan yang ia ambil tersebut bijaksana? Ingat, keputusan moral sangat mempengaruhi dan menentukan integritas kita. Adalah suatu sukacita kalau keputusan kita tepat berarti sudah naik tingkat semakin dekat menuju pada sempurna seperti yang Tuhan inginkan. Jadi, setiap langkah keputusan yang kita ambil sangat menentukan posisi kita – semakin menuju pada kemuliaan atau semakin menuju pada kehancuran. Ketika kita menyadari kalau kita telah salah langkah maka kita harus kembali pada posisi yang tepat. Hati-hati, iblis akan menggunakan segala cara untuk menghancurkan manusia, salah satunya dengan memutarbalikkan konsep berpikir manusia. Ketika dibawa seorang yang kerasukan setan, orang itu buta dan bisu, Tuhan Yesus langsung menyembuhkannya. Tuhan ingin menunjukkan ada kuasa lain yang lebih besar dari kuasa iblis. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta, tuli, bisu ini menjadi tanda bahwa Dia adalah Mesias. Sebagian orang langsung sadar dan langsung menyebut Kristus sebagai Anak Daud. Orang tidak berani menyebut Yesus langsung dengan sebutan Mesias karena hukumannya mati. Itulah sebabnya, kita banyak menjumpai banyak kiasan atau simbol-simbol untuk menyebut Mesias. Faktanya, Kristus menyembuhkan orang kerasukan setan. Lalu bagaimana orang melihat dan menafsir fakta tersebut? Sebagian orang langsung menafsirkan bahwa Kristus adalah Anak Daud tetapi di pihak lain, orang Farisi melihat fakta yang sama tetapi menafsir lain dengan mengatakan bahwa Kristus adalah penghulu setan. Inilah sejarah, sebuah fakta yang sama tetapi menghasilkan dua kesimpulan yang berbeda, tergantung dari interpretasi manusia. Jelaslah paradigma atau konsep berpikir manusia itu sangat menentukan sebuah fakta sejarah yang sedang terjadi. Sebuah fakta kecelakaan mobil namun kesimpulan yang didapat akan berbeda tergantung dari konsep berpikir orang; seorang ekonom langsung menganalisa dan memperhitungkan kerugian, seorang dokter menganalisa secara medis, seorang ahli hukum menganalisa dari sisi hukum dan langsung terpikir tentang pasal-pasal tertentu yang sesuai untuk dikenakan pada si pengendara maupun si korban. Setiap orang melihat suatu fakta yang sama, pertanyaannya kesimpulan siapa yang paling benar?
Hal ini seharusnya menyadarkan manusia bahwa:
1. Manusia adalah makhluk terbatas.
Manusia hanyalah makhluk relatif yang berpandangan subyektif; manusia tidak berhak memutlakkan satu hal dari dirinya sendiri. Pertanyaannya adalah siapakah manusia sehingga ia berani memutlakkan diri sebagai kebenaran? Adalah sifat manusia berdosa yang ingin menjadi “tuhan“ dan berotoritas. Tuhan memberikan pada kita suatu kapasitas otorisasi namun ketika otorisasi itu diberikan manusia telah melanggar dua aspek penting, yakni: 1) manusia tidak kembali pada kebenaran sejati, betapa mengerikan hari ini kita hidup berada di antara tingkatan otoritas tinggi dan medium, sebab ketika suatu keputusan diambil berdasar otoritas tertinggi maka orang yang berada di tingkat bawah menjadi korban dari hasil keputusan tersebut. Dalam suatu perusahaan, pengambil keputusan berada di tangan komisaris dan tentu saja, orang yang berada di bawahnya, yaitu direksi yang menjalankannya tetapi ketika keputusan itu bermasalah dengan hukum maka yang celaka adalah orang-orang yang berada di bawah, 2) otoritas dipakai untuk keuntungan diri, memperkaya diri, dan kenikmatan diri akibatnya, orang yang berada di bawah otoritas itu, hidupnya menjadi sangat sengsara.
Manusia bukan pemegang otoritas mutlak. Tuhan menegaskan manusia harus tunduk mutlak pada Kristus Sang kebenaran sejati; Kristuslah pemegang otoritas mutlak. Di dunia modern, semangat humanis-egois terus diajarkan, orang terus dipacu untuk mendapatkan otoritas mutlak dan semua keinginannya. Hati-hati jangan termakan dengan ajaran yang menyatakan bahwa manusia adalah manusia yang tidak terbatas, , manusia bisa berbuat apa saja dengan kapasitas yang ada sekarang. Caranya manusia dipaksa sedemikian rupa dibawa pada suatu titik atau posisi kritis maka orang dapat menjadi superman. Orang sengaja dimasukkan dalam situasi kritus sampai muncul suatu kekuatan dari dalam dirinya yang ia sendiri tidak tahu darimana muncul kekuatan tersebut. Mungkin kita pernah mendengar banyak kisah serupa, entah kekuatan darimana, seorang ibu tiba-tiba dapat membengkokkan terali besi demi menolong anaknya dari kebakaran. Konsep “superman“ ini sangat berbahaya sekali.
Di dunia, kita mengenal ada konsep kelelahan, fatique, orang tidak akan pernah mengalami pengalaman yang sama seperti yang dialami pertama kali yakni mempunyai kapasitas besar untuk berbuat hal yang di luar batas dan kalaupun bisa maka pengalaman kedua mempunyai kualitas lebih rendah dari yang pertama begitu seterusnya semakin lama semakin menurun sampai akhirnya manusia menjadi fatique. Manusia tidak bisa ditaruh pada situasi kritis terus menerus, manusia akan menjadi gila. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak menyadari bahayanya konsep ini, manusia berlomba-lomba ingin menjadi manusia super dan celakanya, anak yang dijadikan korban. Tentu saja banyak pihak diuntungkan, nama sekolah menjadi terkenal karena ada anak-anak yang “sengaja“ dijadikan super. Namun perhatikan, gejala ini tidaklah lama, kualitas anak makin lama akan makin turun. Gejala yang sama juga dapat kita lihat hari ini, orang buta disembuhkan, orang lumpuh berjalan tapi perhatikan, beberapa hari ia akan kembali ke keadaan semula. Manusia adalah makhluk relatif, makhluk yang dependent and limited karena itu, orang harus kembali pada Kristus kebenaran mutlak. Ketika kita melihat suatu realita, kita harus mengintepretasi dengan tepat, yakni dengan melihat dari kacamata Tuhan. Setiap momen yang terjadi dalam setiap aspek hidup kita, banyak interpretasi yang dapat kita buat tapi Tuhan ingin bukan kehendak kita yang jadi melainkan kehendak-Nya.
2. Memutarbalikkan Kebenaran.
Orang Farisi adalah orang yang paling mengerti theologi bahkan sebelum ia berada dalam kelompok Farisi, ia dituntut untuk menghafal dan mengerti hukum Taurat dengan baik. Itulah sebabnya, orang Farisi dianggap sebagai orang paling saleh dan pandai diantara golongan lain seperti Saduki maupun Herodian. Namun ironis, orang yang paling saleh dan pandai justru memberikan interpretasi salah terhadap fakta kesembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus. Sangatlah mengenaskan kalau para ilmuwan, para profesor, para doktor justru membuat kerusakan dalam ilmu pengetahuan. Orang menafsirkan Alkitab dengan sembarangan dan sembrono justru dilakukan oleh para doktor theologi. Memang, ironis, orang yang belajar Alkitab malah menjadi penghujat Tuhan.
Puji Tuhan, Tuhan munculkan Marthin Luther dan John Calvin dalam waktu yang hampir bersamaan. Marthin Luther, seorang doktor theologi, ia merombak paradigma yang salah tentang keselamatan. Luther menegaskan dengan keras bahwa keselamatan bukan tergantung dari uang seperti yang diajarkan oleh Johan Tetzel pada hari itu. Namun Marthin Luther tidak membangun sistematik Kekristenan yang kokoh dan Tuhan munculkan seorang bernama John Calvin, seorang yang mempunyai latar belakang hukum tapi ia belajar Alkitab dengan baik, ia membangun pondasi iman Kekristenan. Seorang doktor theologi sangat diperlukan selama ia berpaut dan bersandar pada Tuhan tetapi apalah gunanya seorang doktor theologi kalau ia menyeleweng dari jalan Tuhan dan tidak memuliakan Tuhan.
Celakalah, hidup kita kalau kita tidak men-Tuhankan Kristus sebab kemungkinan besar kita akan salah dalam memahami kebenaran, twisting the truth. Hal inilah yang terjadi pada orang Farisi, orang yang paling banyak belajar Taurat tetapi malah mengeluarkan pernyataan salah dengan mengatakan Yesus adalah penghulu setan. Seorang teolog, Leon Morris berpendapat bahwa bukanlah menjadi kebiasaan Matius memaparkan suatu kejadian dengan panjang lebar. Biasanya, Matius mengambil inti dari suatu peristiwa yang terjadi, ia tidak terlalu mempedulikan data tetapi khusus, bagian ini Matius memaparkan dengan jelas. Matius ingin menegaskan bahwa otoritas Kristus merupakan otoritas mutlak yang berada diatas kuasa setan. Hati-hati, di tengah-tengah percaturan filsafat, agama, gereja, dunia sangat senang bermain dengan hal-hal yang sifatnya relatif, dunia suka memelintir kebenaran sejati dengan multi interpretation. Bukanlah hal yang mudah untuk men-Tuhankan Kristus tapi hanya dengan men-Tuhankan Kristuslah yang menjadi satu-satunya kemungkinan bagi kita untuk dapat menginterpretasi realita yang terjadi di dunia dengan tepat. Biarlah kita setia pada Firman dan kembali pada Kristus karena Dia berhak atas hidup kita.
3. Kuasa Kristus lebih besar dari kuasa iblis.
Kristus menyatakan kalau kuasa-Ku nyata melawan kuasa setan maka itu berarti Kerajaan-Ku hadir. Pernyataan Kristus ini menjadi pernyataan final dan penentu dari semua berita yang hari ini berkembang – menghujat Roh Kudus. Hat-hati dengan iblis yang seolah-olah mempunyai kuasa besar tetapi sesungguhnya, dia hanyalah seorang penipu besar, ia mempunyai kekuatan yang dipakai untuk menghancurkan. Perhatikan, itu bukan Allah sejati tetapi “allah palsu.“ Di tengah dunia ini ada dua kekuatan besar yang diletakkan secara paralel atau sejajar. Di dunia barat, ada konsep dualisme yang menekankan bahwa di alam semesta ini ada dua kekuatan yang sama kuat, yakni baik – jahat, hitam – putih dimana dua kekuatan ini selalu ada di sepanjang sejarah jaman. Di dunia timur juga dikenal konsep yang hampir sama, yakni konsep Yin Yang dimana di dalam baik ada jahat dan di dalam jahat ada baik; konsep semi dualisme monoistik ini lebih jahat dibanding konsep dualisme murni sebab tidak ada kebaikan yang benar-benar baik atau kejahatan yang benar-benar jahat. Dunia timur lebih kompromistik dibanding dunia barat. Konsep yang salah! Alkitab menegaskan kuasa jahat di bawah kuasa Tuhan; ketika kuasa Tuhan itu dinyatakan, kuasa iblis harus menyingkir. Kalau hari ini kita melihat fenomena sepertinya kuasa Tuhan dikalahkan maka perhatikan, kekalahan itu sifatnya sementara, yakni karena Tuhan memang mengijinkan namun sampai suatu titik tertentu Tuhan akan bertindak. Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas alam semesta maka jangan bermain dengan kuasa apapun di dunia, jangan bermain dengan konsep Yin Yang sebab konsep itu tidak pernah terjadi dalam realita, kuasa yang kelihatan hebat itu hanyalah semu belaka.
Jangan takut, kalau kita adalah anak Tuhan yang sejati maka tidak ada kuasa apapun di dunia yang dapat menyentuh atau mempermainkan anak Tuhan sejati. Kuasa Tuhan lebih besar dari kuasa iblis. Kita mungkin pernah mendengar banyak kesaksian dari anak-anak Tuhan sejati dimana kuasa iblis tidak mampu menyentuh mereka. Hal yang sama juga terjadi pada suatu kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin Pdt. Stephen Tong, orang mencoba bermain-main dengan kuasa iblis untuk dikenakan padanya tetapi kuasa Tuhan yang besar itu sungguh nyata, kuasa iblis dikalahkan. Sejarah membuktikan bahwa kekuatan Tuhan dan kekuatan iblis tidak berada pada posisi sejajar; kuasa Tuhan lebih besar dari kuasa iblis; kuasa iblis harus tunduk di bawah kuasa Tuhan. Biarlah kita mengevaluasi diri, sudahkah kita men-Tuhankan Kristus dalam seluruh aspek hidup kita? Sadarlah bahwa ketika kuasa Roh Allah dinyatakan di tengah-tengah dunia itu berarti Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Biarlah kita mau menyerahkan diri kepada Tuhan untuk disucikan maka Kerajaan Tuhan hadir di dalam hidup kita, bukan secara fisik tetapi secara rohani dan membiarkan Dia memerintah total atas hidup kita. Amin
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: