18 July 2008

Bagian 5: Khotbah dan Waktu Khotbah

V. KHOTBAH DAN WAKTU KHOTBAH
Poin terakhir, kita akan bersama-sama merenungkan kaitan khotbah dengan waktu khotbah. Waktu yang dipergunakan di dalam khotbah di berbagai gereja beraneka ragam: ada yang 15 menit, 30, 45 menit, ada yang 1 jam, 1½ jam, dll. Penggunaan waktu khotbah ini tentu dilatarbelakangi oleh presuposisi tertentu. Misalnya, ada gereja Protestan arus utama yang memakai waktu khotbah hanya 30 menit dengan presuposisi bahwa yang terpenting di dalam kebaktian bukan hanya khotbah, tetapi juga puji-pujian, dll. Di sisi lain, ada gereja kontemporer yang memakai waktu khotbah sampai 1 jam, tetapi sayangnya banyak pengkhotbah tidak mempergunakan 1 jam khotbah tersebut untuk menyampaikan berita Firman yang tegas, jelas, dan aplikatif, tetapi mereka biasanya banyak bercanda di dalam khotbah agar waktunya pas 1 jam.

Waktu khotbah tentu tidak memengaruhi isi khotbah. Memang bukan menjadi suatu jaminan bahwa khotbah yang berdurasi 1 jam pasti bermutu, sedangkan khotbah yang hanya memakan waktu 30 menit pasti tidak bermutu. Tetapi meskipun demikian kita tetap perlu memerhatikan kaitan waktu khotbah dan isi khotbah.

Saya membagikan dua prinsip kaitan waktu dan isi khotbah:
· Waktu dan isi khotbah bukan bergantung pada penentuan manusia
Di poin pertama, kita perlu mempelajari bahwa waktu dan isi khotbah yang ada tidak bergantung pada penentuan manusia. Manusia berdosa meskipun sudah Kristen tidak layak mengatur jadwal atau durasi khotbah. Mengapa? Karena khotbah bukan sekadar pidato, tetapi memberitakan Firman. Inilah yang kurang disadari di beberapa gereja Protestan arus utama dan Katolik yang kurang menghargai berita/khotbah mimbar. Mereka menganggap khotbah hanya sekadar salah satu dari liturgi sehingga bisa dibatasi waktunya. Bahkan saya membaca sendiri tanggapan seorang rekan Kristen di sebuah milis Kristen mengatakan bahwa ada gereja yang majelisnya memperingatkan si pengkhotbah jika berkhotbah melewati durasi khotbah yang telah ditentukan. Hal ini tentu tidak pernah diajarkan baik di PL, PB, para bapa gereja, dan para reformator. Para nabi di PL bebas menyampaikan berita Firman Tuhan tanpa dikekang oleh waktu/durasi. Begitu juga di sinagoge-sinagoge, saya yakin tidak ada jemaat Yahudi yang memperingatkan imam untuk berhenti karena waktu khotbahnya sudah selesai. Di PB, Yohanes Pembaptis memberitakan Firman tanpa dikekang oleh waktu/durasi khotbah. Tetapi herannya, mengapa gereja sekarang membatasi waktu berkhotbah? Ini membuktikan gereja sudah tidak lagi menghargai signifikansi berita Firman di dalam khotbah, sehingga tidak heran semakin sedikit khotbah diberitakan, semakin banyak jemaat Kristen yang tidak beriman Kristen sungguh-sungguh, karena kekurangan konsumsi makanan rohani yang mereka dapatkan.

· Waktu dan isi khotbah bergantung pada kedalaman Firman dan kuasa Roh Kudus yang memakai berita Firman di atas mimbar dan kedalaman Firman
Jika bukan bergantung pada penentuan manusia, waktu dan isi khotbah tentu sebaliknya bergantung pada kedalaman Firman dan kuasa Roh Kudus yang memakai berita Firman di atas mimbar. Di sini, Allah (baik melalui firman-Nya maupun Roh Kudus) yang berotoritas di dalam khotbah, bukan manusia. Allah bebas mempergunakan durasi khotbah yang dikehendaki-Nya ketika Ia berbicara melalui para hamba-Nya di atas mimbar. Konsep ini mengajar kita dua hal, yaitu:
Pertama, kedalaman Firman. Di sini saya mengaitkan waktu dan isi khotbah dengan kedalaman Firman. Khotbah yang baik dan bertanggungjawab bukan hanya mengutip puluhan ayat Alkitab, tetapi yang menguraikan ayat Alkitab secara eksposisional (ayat per ayat, pasal per pasal, dll di dalam kitab di Alkitab). Misalnya, menguraikan Injil Matius secara rutin setiap hari Minggu. Jika kita benar-benar menerapkan metode eksposisi Alkitab secara rutin setiap hari Minggu, maka kita baru menyadari bahwa Alkitab kita bukan Alkitab yang dangkal, tetapi dalam. Pdt. Dr. Stephen Tong sendiri mencontohkan bahwa beliau mengeksposisi Surat Roma sudah hampir lebih dari 5 tahun secara rutin, begitu juga dengan Surat Ibrani dan Injil Yohanes. Di sini, kita mengetahui alasan mengapa saya mengatakan waktu dan isi khotbah tidak pernah ditentukan manusia, karena Firman Tuhan ini sangat mendalam dan tidak bisa dijelaskan dengan waktu yang singkat.

Kedua, Roh Kudus memakai para pengkhotbah di luar khotbah yang telah disiapkannya. Kadang-kadang, Roh Kudus memakai para pengkhotbah untuk memberitakan Firman dengan pengertian yang berbeda di luar khotbah yang telah disiapkan si pengkhotbah. “Berbeda” di sini bukan bertolak belakang, tetapi berbeda dalam pengertian yang lebih tajam, luas, jelas, dan mudah dimengerti. Oleh karena itulah, waktu khotbah bergantung pada kedaulatan Allah di dalam khotbah yang bebas memakai hamba-Nya untuk menyampaikan berita Firman yang urgent. Jika memang Roh Kudus ingin menyampaikan berita Firman secara singkat, maka si pengkhotbah jangan sengaja memanjangkan khotbahnya supaya pas 1 jam. Tetapi jika Roh Kudus ingin menyampaikan berita Firman dengan jelas dan agak lama, maka jangan sengaja memendekkan durasi khotbah sampai menjadi 30 menit. Ia yang menciptakan waktu, Ia berhak memakai waktu yang diciptakan-Nya untuk memberitakan Firman-Nya. Hak apa kita berani membatasi-Nya?


Dengan kata lain, kedua poin ini menuntut suatu kepekaan khusus dari para pengkhotbah yang diurapi Tuhan. Pengkhotbah yang baik selain studi Alkitab yang ketat, juga terbuka pada dinamika pimpinan Roh Kudus ketika mereka berkhotbah.


Bagaimana dengan Anda sebagai pengkhotbah? Maukah Anda hari ini sungguh-sungguh memberitakan Firman Tuhan dengan hikmat dan kuasa Roh Kudus demi kemuliaan-Nya? Tuhan menuntut hamba-hamba-Nya memberikan Firman Tuhan dengan bertanggungjawab, murni, teliti, tegas, jelas, dan aplikatif serta memuliakan nama-Nya. Sudahkah Anda melakukannya? Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: