18 July 2008

Bagian 2: Khotbah dan Signifikansinya

II. KHOTBAH DAN SIGNIFIKANSINYA
Khotbah adalah salah satu bentuk/acara liturgi di dalam semua gereja Kristen (Protestan dan Katolik). Bukan hanya digunakan di dalam gereja, di zaman para nabi di Perjanjian Lama, Tuhan Yesus, para rasul di Perjanjian Baru, para bapa gereja, dan para reformator, semua berkhotbah. Tetapi sayangnya di zaman postmodern, orang Kristen sudah menyepelekan signifikansi khotbah. Khotbah bagi banyak orang Kristen postmodern adalah khotbah yang tidak berarti apa-apa. Tidak heran, ketika khotbah mimbar disampaikan oleh pengkhotbah, banyak orang Kristen sendiri tidak menghargainya, misalnya dengan mengetik SMS, menerima panggilan HP, mengobrol, bersenda gurau, dll. Mereka memperlakukan khotbah seperti menonton film di bioskop, terserah mau didengarkan/disimak atau tidak. Akibatnya, orang Kristen seperti ini tidak memiliki pertumbuhan iman, karakter, dan nilai hidup, sehingga meskipun mereka menyebut diri “Kristen”, iman, karakter, nilai hidup mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang dunia yang berpusat pada manusia (antroposentris), misalnya mengukur segala sesuatu dari segi manfaat --> untung atau rugi (utilitarianisme), materi (materialisme), kesenangan (hedonisme), dll. Tidak heran juga, orang “Kristen” seperti ini tidak akan merasa bersalah, jika mereka membaca dan meng“iman”i buku-buku/ajaran-ajaran yang antroposentris, seperti buku Rich Dad, Poor Dad dari Robert T. Kiyosaki, buku The Secret, ajaran-ajaran psikologi humanis atheis dari para motivator seperti: “Success is My Right”, “Poor is Sin”, “Dahsyat!”, dll. Sudah saatnya, orang Kristen di zaman ini bertobat! Pertobatan itu dimulai dari pertama-tama memiliki hati dan pikiran yang ditundukkan di bawah Firman Tuhan (Alkitab) yang kesemuanya itu dikerjakan terlebih dahulu oleh Roh Kudus. Kedua, hati dan pikiran tersebut juga harus terbuka pada setiap khotbah yang berdasarkan Firman Tuhan yang ditafsirkan secara ketat. Lalu, apa signifikansi khotbah yang berdasarkan Firman Tuhan tersebut?
A. Khotbah Sebagai Sarana Untuk Mengajar Iman Kristen/Doktrin
Pertama-tama, khotbah dimaksudkan bukan sebagai sarana menghibur jemaat (entertainment), tetapi khotbah itu sebagai sarana untuk mengajar iman Kristen/doktrin. Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. (gembala sidang GBI Rehobot, Jakarta) di dalam salah satu khotbahnya mengatakan bahwa gereja adalah sekolah Alkitab. Berarti, khotbah mimbar di gereja juga sebagai sebuah studi Alkitab dan doktrin. Mengapa khotbah sebagai sarana untuk mengajar doktrin? Karena khotbah yang mengajar doktrin iman Kristen adalah khotbah yang berisi sesuatu yang terpenting yang harus dipegang di dalam iman dan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, doktrin iman Kristen adalah doktrin/ajaran yang paling penting yang membentuk iman, karakter, dan kehidupan sehari-hari kita sebagai umat-Nya di dunia ini. Ketika khotbah tidak lagi mengajar doktrin, maka dapat dipastikan banyak orang “Kristen” meskipun menyebut diri “Kristen”, tetapi sebenarnya atheis praktis, materialis, hedonis, dan pragmatis. Mereka berani mengaku di depan umum sebagai seorang “Kristen” bahkan “melayani Tuhan”, tetapi mereka lah justru yang melarang nama Tuhan dan theologi dipakai di dalam ilmu sebagai pengejawantahan integrasi iman dan ilmu. Pertanyaan lebih lanjut, apakah berarti khotbah yang sudah mengajar doktrin secara bertanggungjawab pasti mengakibatkan semua jemaatnya beriman beres? Belum tentu juga, karena perubahan iman, karakter, dan kehidupan jemaat bergantung mutlak pada kuasa Roh Kudus yang menguduskan seseorang. Meskipun tidak semua jemaat tersebut beriman beres, gereja tetap perlu mengajar doktrin, karena Alkitab mengajar hal tersebut (baca lagi: 2Tim. 4:1-2). Bagi para pengkhotbah sendiri, sebelum mereka berkhotbah di atas mimbar dengan mengajar doktrin, hendaklah mereka menguji apa yang hendak mereka ajarkan, supaya apa yang mereka ajarkan tidak menyesatkan jemaat. Hal ini pun diajarkan Alkitab. Paulus memperingatkan anak rohaninya, Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.” (1Tim. 4:16)


B. Khotbah Sebagai Sarana Untuk Menguatkan Iman Orang Kristen
Kedua, khotbah bukan hanya sebagai sarana mengajar doktrin, khotbah juga sebagai sarana untuk menguatkan iman orang Kristen. Artinya, khotbah itu harus menyampaikan berita/pesan Firman Tuhan yang menguatkan iman orang Kristen ketika mereka menghadapi masalah, kesulitan, sakit penyakit, dll. Dengan kata lain, khotbah bukan hanya memenuhi pikiran saja dengan doktrin, tetapi juga berimplikasi di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam Alkitab, Paulus adalah seorang pengkhotbah yang berkhotbah dengan mengajar doktrin iman Kristen yang penting sambil menguatkan iman jemaat Kristen yang dia layani. Kepada jemaat di Roma, Paulus bukan hanya mengajar doktrin (Rm. 1-11), tetapi juga menguatkan iman jemaat Roma, salah satunya nasihat/khotbah agar jemaat Roma saling menguatkan (Rm. 15). Hal yang sama juga terjadi pada Timotius sebagai anak rohani Paulus. Di dalam 2Tim. 1:12, Paulus menyampaikan khotbah/nasihatnya kepada Timotius tentang apa yang harus Timotius lakukan ketika berada di dalam penderitaan, “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” (2Tim. 1:12) Bagaimana dengan Anda yang melayani sebagai seorang pengkhotbah? Apakah Anda berkhotbah dengan mengandalkan semua bahan akademis yang Anda pelajari di sekolah theologi saja? Ataukah Anda hari ini berkomitmen menyeimbangkan antara mengajar doktrin dan menguatkan iman orang Kristen di tengah berbagai pergumulan hidup mereka?


C. Khotbah Sebagai Sarana Untuk Mendidik Karakter dan Kehidupan Kristen
Selain untuk mengajar doktrin dan menguatkan iman orang Kristen, khotbah juga sebagai sarana untuk mendidik dan membangun karakter dan kehidupan Kristen. Selain iman dibangun dan dikuatkan, orang Kristen juga perlu memiliki karakter dan kehidupan Kristen yang terintegrasi yang memuliakan Tuhan. Untuk itulah, khotbah mimbar seharusnya sebagai sarana mendidik jemaat Tuhan dengan karakter, moral/etika, perkataan, pikiran, dan perbuatan yang memuliakan Tuhan. Artinya, sang pengkhotbah harus memberitakan teguran bagi mereka/jemaat yang hidup tidak beres, misalnya selingkuh, mencuri, dll. Teguran-teguran seperti itu dimaksudkan agar jemaat tersebut dan jemaat lain memiliki karakter, etika, perkataan, dan perbuatan yang berpusat kepada Kristus dan memuliakan Tuhan. Sebelum menegur jemaat, sang pengkhotbah sendiri harus memiliki ia memiliki karakter, motivasi, moral/etika, perkataan, pikiran, dan perbuatan yang beres terlebih dahulu, sehingga apa yang disampaikannya memiliki kuasa mengubah jemaat.

No comments: