18 July 2008

Bagian 1: Signifikansi Memberitakan Firman

BERITAKAN FIRMAN:
Bagaimana Berkhotbah Dengan Bertanggungjawab?


oleh: Denny Teguh Sutandio



“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”
(2Tim. 4:2)



I. SIGNIFIKANSI MEMBERITAKAN FIRMAN
Peringatan Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius di dalam nats ini adalah agar Timotius memberitakan Firman (Preach the word), bersiap sedia/bersiaga di dalam setiap waktu/situsiasi dan kondisi (sitkon), menyatakan apa yang salah, menegur, dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran (longsuffering and teaching). Mengapa Paulus memerintahkan Timotius untuk memberitakan Firman? Di ayat 3-4, Paulus memberi tahu alasannya, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” Alasannya cukup jelas, yaitu di masa hidup mereka berdua telah ada bibit penyesatan yang akan bertumbuh makin besar, siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang tidak mau lagi menerima (atau bisa diterjemahkan tahan terhadap) ajaran yang benar/sehat, lalu mereka mengumpulkan guru-guru menurut kehendak mereka untuk memuaskan telinga mereka yang gatal (itching ears). Selain itu, mereka makin menjadi-jadi, mereka sengaja memalingkan (turn away) telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (fables).

Bukan hanya di zaman Paulus dan Timotius, di zaman postmodern, kita menghadapi realita yang tidak jauh berbeda, bahkan lebih parah. Di zaman postmodern, orang cuek dengan kebenaran. Gejala cuek-isme ini ditandai dengan gejala orang-orang postmodern yang sengaja memalingkan telinga mereka dari mempelajari Kebenaran, tidak sedikit orang Kristen termasuk di dalamnya. Sebaliknya, mereka lebih suka mendengarkan sesuatu yang menyenangkan telinga: yang lucu, penuh kesaksian, pengalaman, dll. Tidak heran, kepercayaan manusia zaman postmodern adalah kepercayaan yang kerdil, termasuk orang Kristen. Banyak orang Kristen di zaman postmodern adalah orang Kristen yang beriman kekanak-kanakan (childish faith). Apa itu beriman kekanak-kanakan? Artinya, mereka tidak pernah bertumbuh imannya di dalam pengertian akan Firman. Ketidaktumbuhan iman tersebut ditandai dengan malasnya mereka menggali kekayaan Firman, belajar theologi dengan membaca buku, dll. Selain itu, ketidaktumbuhan iman juga ditandai dengan ketidaksiapan mereka ketika mereka harus menghadapi penderitaan dan penganiayaan di dalam mengikut Kristus, karena mereka telah diajar bahwa mengikut Kristus pasti kaya, sukses, lancar, sehat, bahkan tidak pernah digigit nyamuk. Kedua gejala inilah yang dikritik oleh penulis Surat Ibrani, “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.” (Ibr. 5:12-13) Kata “kamu” di sini menunjuk kepada orang Kristen Yahudi (bdk. NIV Spirit of the Reformation Study Bible, hlm. 1978) yang telah mendengar Injil dari para rasul, tetapi tetap tidak mau (lebih tepatnya: malas) mengerti juga. Oleh karena itu, penulis Ibrani menegur mereka yang memiliki iman kekanak-kanakan yang tidak mengerti keagungan Kristus (baca konteks di dalam Ibr. 1-5:10; 6:1).

Dengan alasan dan kondisi seperti ini, Paulus mengingatkan Timotius untuk memberitakan Firman. Pemberitaan Firman ditekankan sungguh-sungguh oleh Paulus kepada Timotius. Di dalam 2Tim. 4:1, Paulus berkata, “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:” Ini berarti Paulus tidak sedang bermain-main ketika memerintahkan Timotius untuk memberitakan Firman. Pemberitaan Firman adalah hal yang serius. Keseriusan pemberitaan Firman Tuhan ini ditandai dengan mengaitkannya pada otoritas Allah (perhatikan kata-kata: Allah, Tuhan Yesus, dan -Nya). Seseorang yang memberitakan Firman adalah seorang yang mengkhotbah apa yang difirmankan-Nya demi memperluas Kerajaan-Nya. Tetapi sayangnya di zaman postmodern, pemberitaan Firman bukan lagi hal yang serius. Pemberitaan Firman tidak lagi mengkhotbahkan Firman Tuhan (Alkitab), tetapi lebih mengkhotbahkan hal-hal fenomenal, seperti kesaksian, lelucon, dll. Kesaksian, lelucon, dll tidaklah salah, tetapi jika itu yang ditekankan, maka itu bukanlah pemberitaan Firman. Oleh karena itulah, marilah kita memikirkan bersama-sama panggilan memberitakan Firman khususnya di dalam berkhotbah.

No comments: