27 April 2014
Resensi Buku-265: DON'T WASTE YOUR LIFE (Rev. John S. Piper, D.Theol.)
Filsafat dunia khususnya atheisme mengajarkan manusia bahwa manusia hanya seperti mesin yang tak berarti. Oleh karena itu, para penganut atheisme dan filsafat dunia lainnya tidak memiliki makna hidup sejati, sehingga mereka menyia-nyiakan hidup mereka tanpa tujuan yang jelas. Lalu, apa makna hidup manusia? Bagaimana kita dapat memaknai hidup dan tidak menyia-nyiakannya?
Temukan jawabannya dalam:
Buku
DON’T WASTE YOUR LIFE
(JANGAN MENYIA-NYIAKAN HIDUP ANDA)
oleh: Rev. John S. Piper, D.Theol.
Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2007
Penerjemah: Grace P. Christian
Di awal buku ini, Rev. Dr. John S. Piper menceritakan pengalamannya ketika masih muda di mana beliau menyia-nyiakan hidup Anda sampai suatu ketika ayahnya yang adalah seorang pendeta menyadarkannya melalui khotbah. Mulai dari pengalaman itulah, Dr. John Piper menemukan bahwa sukacita terbesar baginya adalah ketika Kristus ditinggikan sebagai harta terindah melalui Salib. Oleh karena itu, Dr. Piper mengajar kita bahwa kita dapat membesarkan Kristus melalui penderitaan dan kematian, bukan melalui kesenangan kita. Karena membesarkan Kristus melalui penderitaan, maka adalah suatu sukacita jika kita lebih baik kehilangan nyawa kita demi Kristus ketimbang menyia-nyiakan hidup kita tanpa makna yang jelas. Selain itu, kita pun dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain dengan membuat mereka bersukacita di dalam Allah dengan cara membuktikan bahwa Allah lebih berharga daripada segalanya termasuk hidup. Karena Allah lebih berharga dari hidup, maka kita dapat mengaplikasikannya dengan menjadikan Allah sebagai pusat dan pendorong kita di dalam dunia profesi/kerja dan misi. Bab terakhir buku ini ditutup dengan suatu doa Dr. Piper agar Allah dimuliakan di dalam setiap hidup kita agar kita tidak menyia-nyiakan hidup kita.
Profil Rev. Dr. John Piper:
Rev. John Stephen Piper, B.A., B.D., D.Theol. adalah Pendeta Pengkhotbah dan Visi di Betlehem Baptist Church, Minneapolis, U.S.A. Beliau menyelesaikan studi Bachelor of Arts (B.A.) dari Wheaton College, U.S.A.; Bachelor of Divinity (B.D.) dari Fuller Theological Seminary, U.S.A.; dan Doctor of Theologie (D.Theol.) dari University of Munich, Munich, Jerman Barat. Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House.
20 April 2014
Refleksi Paskah 2014: "KEBANGKITAN-NYA MEMBERI PENGHARAPAN" (Denny Teguh Sutandio)
Refleksi
Paskah 2014
“KEBANGKITAN-NYA
MEMBERI PENGHARAPAN”
oleh: Denny Teguh Sutandio
“Terpujilah Allah
dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah
melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati,
kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,”
(1Ptr. 1:3)
Semua manusia di dunia termasuk para
pendiri agama sekalipun yang meninggal dapat ditemukan jenazahnya dan tak
mungkin orang tersebut hidup kembali. Namun hal ini tidak berlaku bagi Tuhan
Yesus Kristus yang setelah wafat di kayu salib kemudian bangkit kembali dari
antara orang mati. Ya, Kristus telah bangkit dan Ia telah menampakkan diri-Nya
kepada lebih dari 500 orang dan terakhir kepada Paulus yang dahulu pernah
menganiaya jemaat Kristen (1Kor. 15:5-8). Mungkin ada orang-orang non-Kristen
yang tidak percaya bahwa para murid Kristus melihat sendiri kebangkitan-Nya
karena mereka mungkin berhalusinasi (meskipun anggapan ini jelas tidak masuk
akal), tetapi Paulus yang dahulu bernama Saulus bukanlah seorang murid Kristus
bahkan menganiaya jemaat Kristen (Kis. 9:1-2). Bayangkan seorang penganiaya
jemaat Kristen kemudian di tengah jalan, ia dijumpai oleh Kristus yang bangkit
yang mengakibatkan Saulus buta (Kis. 9:4-9). Tentu saja Saulus waktu itu tidak
menyangka ia akan bertemu dengan Kristus, karena baginya, Yesus yang adalah
penyesat Israel telah mati disalib. Namun prasangka buruk Saulus hilang setelah
ia bertemu dengan Kristus yang bukan hanya wafat disalib tetapi juga bangkit
dan menampakkan diri kepadanya.
Penampakan Kristus yang telah bangkit ini
membuat seorang Paulus berapi-api memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi
maupun non-Yahudi. Bukan hanya Paulus, para murid-Nya yang telah melihat
Kristus bangkit pun juga berapi-api memberitakan Injil yang berisi Kristus yang
telah wafat dan bangkit demi menebus dosa manusia. Mereka rela mati disalib
terbalik, dibakar hidup-hidup, dipenggal kepalanya, bahkan dibuang ke Pulau
Patmos, dll demi kematian dan kebangkitan Kristus yang mereka saksikan sendiri
dan beritakan.
Apa yang membuat mereka begitu berapi-api
memberitakan kematian dan kebangkitan Kristus? Apakah ini hanya sikap militan agamawi
yang tidak jauh berbeda dari pengebom bunuh diri pada peristiwa 9/11 di Amerika
Serikat? Tidak. Para pengebom bunuh diri memiliki keyakinan fiktif bahwa
setelah mati, mereka akan dilayani oleh para gadis yang cantik dan muda di “surga”.
Berbeda dari keyakinan fiktif itu, para murid Kristus rela mengorbankan nyawa
mereka karena mereka sendiri adalah saksi mata kematian dan kebangkitan
Kristus. Bayangkan jika Anda seorang yang menyaksikan seorang akrobat yang
terampil, maka Anda akan dengan bersemangat menceritakan apa yang Anda saksikan
itu kepada teman-teman, saudara-saudara, dll. Apakah itu keyakinan fiktif atau
mungkin Anda berhalusinasi melihat akrobat itu? Tidak. Anda menyaksikan itu
sendiri. Seperti itulah para murid Kristus yang menyaksikan Kristus yang telah
bangkit dan menampakkan diri-Nya kepada mereka.
Selain karena mereka adalah saksi mata
kebangkitan Kristus, para murid juga rela mati demi Injil yang mereka beritakan
karena kebangkitan Kristus memberi pengharapan bagi mereka dan kita saat ini
sebagai umat pilihan-Nya. Apa saja pengharapan itu?
Pertama, Kristus bangkit memberi
pengharapan kepada kita bahwa Ia telah mengalahkan maut (1Kor. 15:26, 54-57).
Kristus yang bangkit membuktikan kuasa-Nya mengalahkan kematian karena Ia
berdaulat penuh atas kematian dan kehidupan-Nya sendiri (Yoh. 10:18). Oleh
karena itu, umat-Nya tidak perlu lagi takut akan kematian, karena mereka nanti
akan mengalami kebangkitan tubuh (1Kor. 15:12-13). Ini berarti bagi umat-Nya,
setelah meninggal, kita bukan lenyap di dunia lain, tetapi kita akan
dibangkitkan dan menjadi ahli waris Kerajaan Surga. Inilah pengharapan kekal
yang tak mungkin bisa diberikan oleh para pendiri agama mana pun karena mereka
sendiri telah meninggal dan tak mungkin hidup lagi.
Kedua, Kristus bangkit berarti karya
penebusan Kristus telah usai demi menebus dosa manusia, sehingga manusia tidak
lagi berada di bawah kutuk dosa (1Kor. 15:17). Bukan hanya mengalahkan kematian,
kebangkitan-Nya juga mengalahkan dosa yang mencengkeram hidup umat-Nya. Dengan kata
lain, kebangkitan Kristus merupakan titik puncak dari seluruh karya penebusan
Kristus demi dosa umat-Nya. Oleh karena itu, umat-Nya tidak lagi berada di
bawah kutuk dosa, tetapi di bawah kasih karunia Allah, sehingga meskipun
umat-Nya bisa berbuat dosa, namun kasih karunia Allah melalui Roh Kudus
memampukan mereka untuk bangun kembali dan hidup bagi Allah.
Ketiga, Kristus bangkit memberi kekuatan
kepada Paulus dan umat-Nya untuk melayani-Nya (1Kor. 15:10). Paulus yang merasa
diri tidak layak telah menerima anugerah Allah untuk percaya kepada Kristus dan
hal ini membuatnya makin bekerja lebih giat lagi mengabarkan Injil, namun ia
sadar bahwa apa yang ia kerjakan bukan atas hasil usahanya sendiri, tetapi
karena anugerah-Nya. Inilah konsep pelayanan yang benar: dari anugerah dan oleh
anugerah (sola gratia) demi kemuliaan
Allah Trinitas (soli Deo gloria).
Keempat, Kristus yang bangkit memberi
pengharapan bagi umat-Nya yang sedang menderita (1Ptr. 1:3-9). Surat 1 Petrus ditulis
oleh rasul Petrus kepada jemaat Kristen yang sedang menderita (1Ptr. 1:6) dan
Petrus menghibur mereka dengan mengajar bahwa Kristus yang telah bangkit
menjadi pengantara mereka dilahirbarukan oleh Allah, sehingga mereka memiliki
hidup yang berpengharapan di mana mereka nantinya akan menerima bagian yang
kekal di Surga kelak (ay. 4). Dengan dasar pengharapan inilah, Petrus mengajar
mereka bahwa pengharapan ini dapat menjadi sumber dan kekuatan bagi mereka yang
sedang menderita di mana meskipun menderita, mereka akan mendapat keselamatan
kekal di Surga kelak (ay. 5). Hal ini mengingatkan kita pada pengajaran Paulus
di Roma 8:18, “Sebab aku yakin, bahwa
penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang
akan dinyatakan kepada kita.”
Di dunia ini, kita diberi pengharapan palsu
baik dari para calon legislatif, calon presiden, maupun dari orang-orang
terdekat kita. Namun puji Tuhan, sebagai umat-Nya, kita tidak memiliki
pengharapan palsu seperti yang dunia berikan kepada kita. Kita memiliki
pengharapan pasti yang berasal dari Allah yang pasti dan benar.
Biarlah Paskah 2014 menjadi momen kita
bukan hanya merenungkan kebangkitan-Nya secara historis dan theologis, tetapi
kita benar-benar mengimani karya kebangkitan-Nya dan pengharapan pasti yang Ia
janjikan kepada kita tentang kebangkitan dan kemuliaan yang akan kita peroleh
sambil kita sendiri tetap berjuang keras hidup bagi Allah dan memberitakan
karya kematian dan kebangkitan-Nya kepada orang-orang yang belum mengenal
Kristus.
Selamat Paskah! Haleluya! KRISTUS TELAH
BANGKIT! Amin. Soli Deo Gloria.
Resensi Buku-264: RENEWING YOUR MIND (Rev. R. C. Sproul, Ph.D.)
Apa yang dipercaya oleh orang Kristen? Bagaimana iman tersebut dalam kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari?
Temukan jawabannya dalam:
Buku
RENEWING YOUR MIND
(PERBARUI AKAL BUDIMU):
BASIC CHRISTIAN BELIEFS YOU NEED TO KNOW
oleh: Rev. R. C. Sproul, Ph.D.
Penerbit: Departemen Literatur SAAT, Malang, 2011
Penerjemah: Pdt. Rahmiati Tanudjaja, D.Miss.
Di dalam buku ini, Rev. Dr. R. C. Sproul menguraikan apa saja yang dipercaya oleh orang Kristen dengan menjelaskan setiap bagian dalam Pengakuan Iman Rasuli. Setiap bagian dalam Pengakuan Iman Rasuli diuraikan oleh Dr. Sproul dikaitkan dengan setiap doktrin Kristen mulai dari Allah Bapa sebagai Pencipta, Tuhan Yesus Kristus, Kristus lahir dari anak dara Maria, Kristus yang mati disalib, Kristus yang bangkit, Roh Kudus, akhir zaman, gereja, pengampunan dosa, kebangkitan orang mati, dan kehidupan yang kekal. Setiap bagian diuraikan dengan mengacu kepada pengajaran Alkitab, dikontraskan dengan problematika yang dunia sodorkan kepada Kekristenan, dan diaplikasikan ke dalam kehidupan Kristen sehari-hari. Biarlah buku dapat menguatkan iman Kristen kita di tengah dunia berdosa yang kacau.
Profil Rev. Dr. R. C. Sproul:
Rev. Robert Charles Sproul, B.A., M.Div., Ph.D. lahir pada tahun 1939 di Pittsburgh, Pennsylvania, U.S.A. Beliau adalah Pendiri dan Ketua dari Ligonier Ministries dan pelayanan beliau dapat didengar sehari-hari melalui siaran radio Renewing Your Mind baik di Amerika Serikat maupun secara internasional. Selain itu beliau juga menjadi Pendeta Senior bidang Preaching and Teaching di Saint Andrews Chapel, Sanford, Florida dan anggota dewan dari the Alliance of Confessing Evangelicals. Beliau meraih gelar Bachelor of Arts (B.A.) dari Westminster College, Pennsylvania pada tahun 1961; Master of Divinity (M.Div.) dari Pittsburgh-Xenia Theological Seminary pada tahun 1964; Doktorandus (Drs.) dari the Free University of Amsterdam pada tahun 1969; dan Doctor of Philosophy (Ph.D.) dari Whitefield Theological Seminary pada tahun 2001. Beliau menikah dan dikaruniai 2 orang anak: seorang putri, Sherrie Sproul Dick dan putra, Rev. R. C. Sproul, Jr., D.Min.
13 April 2014
Buku ke-30: "PENGANTAR MENGENAL AGAMA-AGAMA INDONESIA" (Denny Teguh Sutandio)
Di Indonesia, kita mengenal 6
agama yang diakui oleh pemerintah, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Sebagai orang Kristen (baik Protestan
maupun Katolik), kita perlu mengenal keempat agama non-Kristen. Apa yang
diajarkan oleh agama Islam, Hindu, Buddha, dan Khonghucu? Bagaimana iman
Kristen menyoroti semuanya?
Temukan jawabannya dalam:
Buku
“PENGANTAR MENGENAL AGAMA-AGAMA INDONESIA”
oleh: Denny Teguh Sutandio
Prakata:
Pdt.
Ramly D. B. Lumintang, D.Th.
Ketua Admisi
dan Mission Network dan Dosen Theologi
Sistematika dan Biblika di Sekolah Tinggi Theologi Bandung
Penerbit: Sola Scriptura
+ ongkos kirim
(tergantung lokasi)
Berminat?
Segera dapatkan buku ini dengan membelinya di:
Denny Teguh Sutandio (0878-5187-3719)
NB:
Buku akan dikirimkan ke alamat pemesan setelah pemesan melakukan transfer biaya pesanannya paling lambat satu minggu setelah pemesan mendapat SMS balasan dari saya.
Apa
kata mereka tentang buku ini?
“... Semoga buku ini
dapat memperkaya literatur mengenai theologi agama-agama di setiap perpustakaan
Sekolah-sekolah Theologi di Indonesia. ...”
Pdt. Dr. Ir. Ronald Prawira Daniel, M.Th.
Gembala sidang GBI
Sola Fide Surabaya, dosen Theologi Sistematika dan Sejarah Gereja di beberapa
STT di Indonesia
“...
Buku berjudul, “Pengantar Mengenal Agama-agama Indonesia” membantu
pembaca untuk mengenal, mengerti, dan dapat menerima warga lain yang berbeda
agama. Penulis sudah berusaha memaparkan letak perbedaan agama-agama, tetapi
sesuai judulnya, tulisan ini masih merupakan pengantar, sehingga masih perlu
kajian lain yang lebih mendalam, namun buku ini layak untuk menjadi pustaka
bacaan masa kini.”
Pdt. Arnold Tindas, D.Th.
Direktur
Pascasarjana Harvest International Theological Seminary (HITS) Lippo Village
Karawaci, Tangerang; Ketua Dewan Penasihat Sinode GMPU; Ketua Bidang Pendidikan
dan Theologi Pengurus Pusat PGLII; Anggota MPL-PGI; dan Wakil Ketua Umum
Persekutuan Sekolah Theologi Injili Indonesia (PASTI)
“Buku
yang ada di tangan Anda ini merupakan panduan untuk mengenal sekilas tentang
agama-agama di Indonesia dalam perspektif iman Kristen. Dengan sketsa pemahaman
tersebut, Anda dapat menemukan starting
point bagi pemberitaan Injil. ...”
Pdm. F. Abigail Susana, D.Th.
Ketua Sekolah Tinggi Alkitab
Surabaya (STAS), dosen di beberapa Sekolah Tinggi Theologi (STT), Pembicara di
beberapa seminar, dan Konselor Kristen
Resensi Buku-263: IA ADA DI SANA DAN IA TIDAK DIAM (DR. FRANCIS A. SCHAEFFER)
Di dunia ini, kita mendapati berbagai macam pola pikir manusia baik yang percaya kepada Allah maupun tidak. Beberapa penemuan membuktikan bahwa Allah itu tidak ada. Jika demikian, apakah Allah itu eksis? Masuk akalkah percaya kepada-Nya? Bagaimana kita mengetahui dan mengenal Allah?
Temukan jawabannya dalam:
Buku
IA ADA DI SANA DAN IA TIDAK DIAM
oleh: DR. FRANCIS A. SCHAEFFER
Penerbit: Momentum Christian Literature, Surabaya 2012
Penerjemah: Junedy Lee
Di dalam bukunya, Dr. Francis A. Schaeffer menjelaskan beragam perspektif dunia baik Pantheisme, naturalisme, eksistensialisme, dll dan implikasinya dengan metafisika, moral, dan epistemologi. Beliau menjelaskan bahwa semua filsafat dunia mengalami jalan buntu dalam memahami metafisika, moral, dan cara berpikir, karena mereka tidak kembali kepada Allah dan firman-Nya (Alkitab). Tidak ada jalan lain, melalui buku kecil ini, Dr. Francis A. Schaeffer menjelaskan pentingnya iman Kristen mempercayai wahyu proposisional Allah yaitu Alkitab sebagai sumber kita melihat segala sesuatu: metafisika, moral, epistemologi, dan bahasa. Di bagian apendiks, Dr. Schaeffer khusus menjelaskan bahwa wahyu proposional Allah itu bukanlah omong kosong dan sangat masuk akal bagi manusia yang hati dan pikirannya terbuka.
Profil Dr. Francis A. Schaeffer:
Francis August Schaeffer, D.D. (HC), Litt.D. (HC), LL.D. (HC) adalah theolog, filsuf Kristen Injili, sekaligus pendeta di gereja Presbyterian. Ia mendirikan L’Abri community di Switzerland. Ia lahir pada tanggal 30 Januari 1912 di Germantown, Pennsylvania dari orangtua: Franz A. Schaeffer III dan Bessie Williamson. Pada tahun 1935, ia lulus dengan predikat magna cum laude dari Hampden-Sydney College. Pada tahun yang sama, ia menikahi Edith Seville, putri dari orangtua misionaris dari China Inland Mission yang didirikan oleh Hudson Taylor. Ia kemudian pindah ke Westminster Theological Seminary dan belajar di bawah Cornelius Van Til (tokoh apologetika presuposisional) dan J. Gresham Machen (doktrin inerrancy). Kemudian pada tahun 1937, ia pindah ke Faith Theological Seminary dan lulus tahun 1938. Ia adalah lulusan pertama dari Faith Theological Seminary dan ditahbiskan di Bible Presbyterian Church. Ia melayani sebagai gembala di Pennsylvania (Grove City dan Chester) dan St. Louis, Missouri. Kemudian ia meninggalkan BPC dan bergabung dengan Reformed Presbyterian Church, sinode Injili.
Pada tahun 1948, ia bersama keluarga pindah ke Switzerland dan pada tahun 1955, mendirikan komunitas yang disebut L’Abri (bahasa Prancis yang artinya “tempat perlindungan”). Pada tahun 1954, ia dianugerahi gelar Doctor of Divinity (D.D.) dari Highland College di Long Beach, California. Selanjutnya, pada tahun 1971, ia juga menerima anugerah gelar Doctor of Letters (Litt.D.) dari Gordon College di Wenham, Massachusetts. Dan pada tahun 1982, John Warwick Montgomery melantik Schaeffer dengan gelar kehormatan Doctor of Laws (LL.D.) yang dianugerahkan pada tahun 1983 di the Simon Greenleaf School of Law, Anaheim, California atas karyanya di bidang tulisan dan pelayanan apologetika. Ia meninggal karena limfoma pada 15 Mei 1984 di Rochester, Minnesota.
06 April 2014
Resensi Buku-262: THIS MOMENTARY MARRIAGE: PARABEL TENTANG KEKEKALAN (Rev. John S. Piper, D.Theol.)
Pernikahan dewasa ini penuh dengan berbagai masalah yang berakhir dengan perceraian. Hal ini disebabkan oleh kekurangmengertian tentang konsep pernikahan yang benar yang bersumber dari Alkitab. Lalu, apa arti pernikahan menurut Alkitab? Bagaimana kita menyikapi kondisi pernikahan dan lajang? Mana yang lebih Alkitabiah?
Temukan jawabannya dalam:
Buku
THIS MOMENTARY MARRIAGE:
PARABEL TENTANG KEKEKALAN
oleh: Rev. John S. Piper, D.Theol.
Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2012
Penerjemah: Yakob Riskihadi
Rev. John S. Piper, D.Theol. menjelaskan bahwa dasar pernikahan Kristen adalah kasih yang memelihara ikatan perjanjian antara Kristus dan gereja-Nya. Tesis ini dijelaskan Dr. Piper di seluruh bukunya mulai dari bagaimana mengampuni dan bersabar di dalam pernikahan, kemudian bagaimana menyerupai Kristus di dalam pernikahan. Dasar ini juga dikembangkan di dalam peran suami dan istri di mana suami seperti Kristus berhati singa dan seperti anak domba yang tegas namun lembut di dalam memimpin rumah tangga, sedangkan istri tunduk kepada suami di dalam iman yang indah tanpa rasa takut. Kepimpinan suami dan ketundukan istri tidak dimengerti sebagai superioritas vs inferioritas di mana istri tidak boleh berbicara/menyampaikan pendapat sama sekali. Dr. Piper mengatakan bahwa istri boleh berbicara atau menyampaikan pendapat, namun suamilah yang menjadi penentu utama pendapat tersebut. Lalu, jika menikah itu indah, apakah menikah lebih penting daripada melajang? TIDAK. Dr. Piper menjelaskan bahwa melajang pun dipakai Allah untuk memuliakan Kristus di mana para lajang bisa mempergunakan segala hal positif untuk menyalurkan kasih Kristus misalnya menyediakan tumpangan bagi pasutri dan anak-anak untuk bersekutu bersama. Setelah itu, Dr. Piper kembali ke topik pernikahan dengan membahas kaitan iman dan seks. Seks itu anugerah Allah bagi pernikahan yang harus dinikmati. Ini bisa dilakukan ketika kita beriman kepada-Nya, Sang Pemberi seks. Meskipun menikmati seks tidak menjadi masalah, namun ini tidak berarti kita memanipulasi seks atau gila seks. Justru dengan iman, kita dapat menikmati seks setepat mungkin untuk menikmati anugerah dan memuliakan-Nya. Suami dan istri yang menikah pasti mengharapkan anak, apakah itu boleh? Tentu saja boleh, namun tujuan utama pernikahan bukan untuk menghasilkan anak saja, tetapi untuk menghasilkan anak-anak yang akan menjadi murid-murid Kristus. Dengan demikian, suami dan istri memperluas Kerajaan Allah di bumi ini melalui anak-anak yang dilahirkan yang akan menjadi murid-murid Kristus. Agar dapat menghasilkan anak-anak yang akan menjadi murid Kristus, salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh si ayah adalh ayah harus berhati-hati dalam mengajar anak, yaitu tidak membangkitkan amarah kepada anak-anak. Pernikahan pasti ada masalah dan tidak sedikit menghasilkan perceraian. Alkitab menjelaskan bahwa perceraian dilarang karena pernikahan dipersatukan Allah. Hal ini dijelaskan di 2 bab terakhir buku Dr. Piper. Di bab terakhir, Dr. Piper menjawab semua pertanyaan seputar perceraian. Di bagian kesimpulan, Dr. Piper menyimpulkan bahwa pernikahan di dunia ini adalah pernikahan fana yang didasarkan pada kasih yang memelihara ikatan perjanjian antara Kristus dan gereja-Nya, maka pergunakanlah pernikahan fana ini untuk menunjukkan perjanjian itu dan kasih-Nya agar banyak orang menjadi pengikut dan murid-Nya yang juga menampilkan hal yang sama.
Profil Rev. Dr. John Piper:
Rev. John Stephen Piper, B.A., B.D., D.Theol. adalah Pendeta Pengkhotbah dan Visi di Betlehem Baptist Church, Minneapolis, U.S.A. Beliau menyelesaikan studi Bachelor of Arts (B.A.) dari Wheaton College, U.S.A.; Bachelor of Divinity (B.D.) dari Fuller Theological Seminary, U.S.A.; dan Doctor of Theologie (D.Theol.) dari University of Munich, Munich, Jerman Barat. Disertasinya, Love Your Enemies, diterbitkan oleh Cambridge University Press dan Baker Book House.
Subscribe to:
Posts (Atom)