15 November 2009

Roma 16:16: KASIH, KESATUAN, DAN PERSEKUTUAN DI DALAM TUBUH KRISTUS: Pendahuluan

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-14


Kasih, Kesatuan, dan Persekutuan Di Dalam Tubuh Kristus: Pendahuluan

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:16



Setelah memberi salam kepada orang-orang di ayat 1 s/d 15, maka di ayat 16, Paulus mengatakan, “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus. Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus.” Ayat ini merupakan pendahuluan tentang konsep kasih, kesatuan, dan persekutuan di dalam tubuh Kristus yang akan dijelaskan pada ayat 17-20. Kata “bersalam-salamlah” di dalam terjemahan Inggris menggunakan beragam kata yang intinya bermakna sama. Analytical-Literal Translation (ALT), English Majority Text Version (EMTV), English Standard Version (ESV), God’s Word, International Standard Version (ISV), Literal Translation of the Holy Bible (LITV), Modern King James Version (MKJV), dan New International Version (NIV) menggunakan kata greet (=memberi salam/menyambut). Sedangkan Bishops’ Bible 1568, 1889 Darby Bible, King James Version (KJV), James Murdock New Testament, Revised Version (RV), 1833 Webster Bible, 1912 Weymouth New Testament (WNT), dan 1898 Young’s Literal Translation (YLT) menggunakan kata salute (=menyalami/memberi hormat). Terjemahan Indonesia dari teks Yunani adalah bersalam-salamlah (Hasan Sutanto, 2003, hlm. 880). Uniknya, kata ini di dalam struktur teks Yunaninya adalah sebuah bentuk perintah (imperative). Berarti Paulus memerintahkan jemaat Roma untuk saling bersalam-salaman. Uniknya lagi, cara bersalaman ini adalah dengan cium kudus. Terjemahan Inggrisnya: holy kiss (ciuman kudus). Kata kiss ini di dalam bahasa Yunaninya philēma dan kata Yunani ini diambil dari phileō yang berarti kasih persahabatan. Dengan kata lain, cium kudus ini bukan seperti yang sering disalahartikan, yaitu cium yang didasari oleh nafsu birahi, tetapi ciuman ini adalah ciuman kudus yang didasarkan pada kasih persahabatan. Nelsonn’s Compact Series Compact Bible Commentary menafsirkan bahwa ciuman kudus ini adalah ciuman di pipi merupakan simbol dari kasih dan kesatuan (unity) di dalam jemaat mula-mula (hlm. 802). Tidak heran, cium kudus ini ditemukan juga di dalam 1 Korintus 16:20; 2 Korintus 13:12; 1 Tesalonika 5:26; dan 1 Petrus 5:14. Kata Yunani yang dipakai di dalam empat bagian Alkitab ini sama dengan yang dipakai di Roma 16:16.

Dari studi ini, kita belajar betapa hangatnya kasih persaudaraan di antara tubuh Kristus pada waktu tersebut. Bahkan kasih yang hangat itu ditunjukkan dengan ciuman kudus yang melambangkan kasih dan kesatuan. Hal ini patut menjadi contoh dan teladan bagi gereja Kristen zaman ini. Yang kita teladani bukan tradisi ciuman kudusnya, tetapi esensi di balik cium kudus tersebut, yaitu adanya kasih dan kesatuan. Gereja Kristen zaman sekarang terpecah-pecah dan yang lebih parahnya saling menyerang doktrin yang sekunder. Jika kita melihat ke belakang ke zaman gereja mula-mula, hal tersebut tidak separah gereja zaman sekarang. Pada waktu gereja mula-mula berdiri, para jemaat saling mengasihi dan bersatu di dalam Firman. Namun gereja zaman sekarang tidak ada kasih mesra seperti demikian, karena masing-masing jemaat sibuk dengan urusannya sendiri. Dan yang lebih parah, Firman Tuhan pun diabaikan, kecuali pada hari Minggu saja. Tidak heran, gereja zaman sekarang makin terpecah dan menjauh dari Firman. Keperbedaan itu tidak menjadi masalah, selama perbedaan itu didasarkan pada prinsip Firman Tuhan yang jelas. Kalau gereja terpecah hanya untuk urusan-urusan remeh dan sekunder, misalnya hanya gara-gara masalah uang, dll, gereja seperti demikian patut bertobat! Mari kita belajar dari teguran Paulus di ayat 16 ini. Memang secara konteks yaitu antara gereja mula-mula dengan gereja zaman sekarang itu berbeda, yaitu pada waktu gereja mula-mula, para rasul Kristus masih hidup (sehingga para jemaat mula-mula mendengar pengajaran langsung dari mereka), sedangkan pada masa gereja zaman sekarang, para rasul sudah meninggal. Namun meskipun ada perbedaan konteks, inti yang mau disampaikan Paulus harus kita renungkan baik-baik. Masih adakah kasih mesra di antara tubuh Kristus? Ataukah hanya karena perbedaan doktrin sekunder, kita sudah seperti kebakaran jenggot dan menghina tubuh Kristus lainnya sebagai sesat?

Bukan hanya kasih dan kesatuan di dalam tubuh Kristus, Paulus juga menunjukkan unsur persekutuan di dalam tubuh Kristus. Di ayat 16b, ia mengajar, “Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus.” ESV dan ISV menerjemahkannya, “All the churches of Christ greet you.” (=Semua jemaat Kristus memberi salam kepadamu.) KJV menerjemahkannya, “The churches of Christ salute you” (=Semua jemaat Kristus menyalami/memberi hormat kepadamu.) NIV menerjemahkannya, “All the churches of Christ send greetings.” (=Semua jemaat Kristus memberi salam.) Ayat ini sedang mengajarkan bahwa Paulus mewakili semua jemaat Kristus lainnya memberi salam kepada jemaat di Roma. Dengan kata lain, ada unsur persekutuan sesama tubuh Kristus. Kasih dan kesatuan ditunjukkan dengan adanya persekutuan yang hangat. Demikian juga persekutuan harus disertai dengan kasih dan kesatuan di antara tubuh Kristus. Persekutuan itu ditandai dengan hubungan saling: saling menegur, menasihati, mengajar, menghibur, dll. Namun sayangnya, akibat trauma dengan konsep persekutuan yang ngawur, ada seorang hamba Tuhan yang “anti” dengan persekutuan. Dia mengajar bahwa persekutuan bisa seperti busa yang menggelembung di dalam minuman bersoda, namun isinya kosong. Hal itu memang benar, tetapi TIDAK berarti dengan adanya konsep persekutuan yang ngawur, maka persekutuan itu tidak penting! Itu ekstrim namanya! Trauma-isme ini harus dihilangkan. Memang kita perlu berwaspada dengan konsep persekutuan yang dunia tawarkan, namun tidak berarti kita anti terhadap persekutuan. Persekutuan yang beres dibangun di atas dasar Firman Tuhan. Dengan kata lain, saya berani menafsirkan bahwa di dalam persekutuan antar tubuh Kristus diperlukan tingkat kedewasaan rohani yang salah satu cirinya adalah kerendahan hati. Tanpa ada kerendahan hati, sesama jemaat tidak bisa saling menegur dan menasihati, padahal itu penting bagi pertumbuhan rohani antar jemaat. Namun sayangnya, di gereja-gereja yang terlalu mengajar doktrin yang muluk-muluk, tindakan saling menegur antar sesama jemaat menjadi hilang (apalagi ditambahi unsur budaya sungkan-isme ala dunia Timur). Gereja, khususnya gereja Timur, harus bertobat dari kebiasaan sungkan-isme ini dan kembali kepada Alkitab! Berdirilah teguh di atas dasar Kebenaran dan Kasih di dalam persekutuan tubuh Kristus, bukan sungkan-isme!

Bagaimana dengan kita? Setelah merenungkan satu ayat ini, adakah kita memiliki keterbukaan hati untuk saling berbagi dan mengasihi di antara tubuh Kristus? Biarlah Roh Kudus memampukan kita bertindak demikian demi hormat dan kemuliaan nama-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: