15 November 2009

Eksposisi 1 Korintus 1:2 (Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.)

EKSPOSISI 1 KORINTUS 1:2

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.



Nats: 1 Korintus 1:2



Setelah Paulus menjelaskan identitas dirinya sebagai penulis (ay. 1), sekarang dia memberikan penjelasan tentang identitas penerima suratnya (ay. 2). Seperti penjelasan sebelumnya, penjelasan di ayat 2 juga dipilih Paulus sedemikian rupa sehingga berhubungan dengan isi surat yang akan disampaikannya. Dengan kata lain, ayat 1-2 merupakan pembuka surat yang sekaligus berfungsi untuk mempersiapkan pembaca pada isi surat secara keseluruhan.


Gereja Allah di Korintus (ay. 2a)
Sekilas kita mungkin menganggap diskripsi ini sebagai sesuatu yang biasa saja. Penyelidikan yang lebih teliti menunjukkan bahwa Paulus memiliki maksud tertentu mengapa dia memakai penjelasan seperti ini. Dalam dua suratnya sebelum surat 1 Korintus Paulus memakai diskripsi “jemaat Tesalonika dalam Allah” (the church of the Thessaloniansin God, 1Tes. 1:2; 2Tes. 1:1). Dalam 1 Korintus 1:2 Paulus memilih “jemaat Allah di Korintus” (the church of God in Corinth, lihat juga 2Kor. 1:1). Ungkapan ini sangat mungkin berasal dari konsep “jemaat Allah” di Perjanjian Lama (Bil. 16:3; 20:4; Ul. 4:10; 23:1; 1Taw. 28:8).

Melalui diskripsi “jemaat Allah” Paulus ingin menyatakan bahwa jemaat di Korintus adalah milik Allah. Hal ini memang perlu ditegaskan Paulus karena mereka sering kali berpikir bahwa mereka milik rasul tertentu (1:12), padahal rasul-rasul itu hanyalah para pekerja saja (3:5-7). Ibarat sebuah bangunan, para rasul hanyalah pekerjanya, sedangkan pemilik bangunan adalah Allah (3:9). Semua adalah milik Allah (3:21-23).


Yang Dikuduskan Dalam Kristus Yesus (ay. 2b)
Paulus selanjutnya menyatakan bahwa jemaat Korintus dikuduskan dalam Kristus Yesus. Kata “dikuduskan” (hagiasmenois) di ayat memakai perfect tense yang menunjukkan aktivitas yang sudah terjadi di masa lampau tetapi hasilnya masih ada sampai sekarang. Melalui penggunaan tense ini Paulus ingin mengingatkan jemaat Korintus bahwa pengudusan yang dilakukan Kristus di atas kayu salib bukanlah sesuatu yang tidak berdampak langsung atau dimaksudkan sebagai akhir dari sebuah proses pengudusan. Pengudusan adalah sebuah proses terus-menerus. Penebusan harus berujung pada pengudusan (Ef. 1:4; 1Tes. 4:3).

Penegasan seperti ini perlu dilakukan oleh Paulus, karena jemaat Korintus memiliki konsep tentang spiritualitas yang salah. Mereka lebih menyukai hal-hal yang tampak spektakuler. Mereka melihat orang yang memiliki karunia bahasa roh sebagai orang yang rohani (ps. 12-14). Mereka menyukai berbagai penglihatan yang sebenarnya sering kali menyesatkan (2Kor. 11-12). Di tengah situasi seperti ini Paulus menyatakan bahwa yang paling penting adalah kekudusan hidup. Buah Roh (Gal. 5:21-22) lebih penting daripada karunia roh (1Kor. 12:1-11).


Yang Dipanggil Sebagai Orang-orang Kudus (ay. 2c)
Sekilas penjelasan ini tampak seperti pengulangan yang tidak diperlukan. Ternyata, Paulus memiliki maksud lain dengan memilih ungkapan ini. Ungkapan yang secara hurufiah berarti “terpanggil sebagai [orang-orang] kudus” (klhtois {agiois) ini bersumber dari Keluaran 19:5-6 (bdk. 1Ptr. 2:9). Dalam Perjanjian Lama maupun berbagai tulisan Yahudi lain, ungkapan “umat yang kudus” menyiratkan eksistensi sebuah umat yang telah ditebus dan harus memiliki perbedaan hidup dengan bangsa kafir. Perbedaan ini bahkan sampai mencakup makanan yang boleh dan dilarang untuk dimakan (Im. 11, terutama ay. 45). Jadi, ungkapan “terpanggil sebagai orang-orang kudus” merujuk pada status khusus yang dimiliki jemaat Korintus di antara orang-orang kafir, sedangkan ungkapan “dikuduskan dalam Kristus Yesus” lebih terfokus pada prosesnya.

Jemaat Korintus perlu menyadari bahwa mereka adalah umat Allah yang telah ditebus dengan darah-Nya sendiri (bdk. Kis 20:28 “his own blood”, KJV/ASV/NIV/NASB). Sebagai jemaat (ekklhsia) Allah, mereka harus membedakan diri dengan ekklhsia sekuler. Mengapa Paulus perlu menegaskan hal ini? Karena jemaat Korintus menunjukkan gaya hidup yang tidak berbeda dengan kumpulan orang kafir lainnya. Mereka berpola hidup duniawi, misalnya sering berseteru (3:3-4), hidup amoral (5:11), mencari keadilan pada orang dunia (6:1-2).


Bagian dari Gereja Universal (ay. 2d)
Surat 1 Korintus tidak ditujukan pada setiap gereja di seluruh dunia, karena isu yang dibahas sangat berkaitan dengan situasi khusus yang dihadapi jemaat Korintus. Pertanyaannya adalah mengapa Paulus perlu menyertakan ungkapan “dengan semua orang di segala tempat yang berseru kepada Tuhan Yesus”? Mengapa dia perlu menegaskan bahwa Tuhan Yesus adalah “Tuhan mereka dan Tuhan kita”? Bukankah bagi kita ungkapan seperti ini tampaknya sangat janggal?

Paulus ternyata memiliki maksud khusus dengan ungkapan yang dia pakai. Dia memang sengaja menekankan hal ini untuk menunjukkan bahwa jemaat Korintus adalah hanyalah bagian kecil dari gereja universal yang sangat besar. Sebagai potongan puzzle kecil di dalam gambar yang sangat besar, jemaat Korintus seharusnya memahami kesamaan esensial antara mereka dengan jemaat yang lain. Mereka tidak boleh merasa diri lebih baik atau hebat dibandingkan jemaat-jemaat yang lain. Mereka tidak boleh memandang diri mereka begitu unik atau istimewa.

Pemahaman seperti itu sangat relevan dengan situasi dalam jemaat Korintus. Beberapa teks menunjukkan bahwa mereka telah terjebak pada “eksklusivitas Kristen” yang salah. Ketika mereka mempertanyakan hidup dan ajaran Palus, Paulus menegaskan bahwa ajaran yang dia sampaikan kepada jemaat Korintus adalah ajaran yang sama yang dia beritakan di mana-mana (4:17). Ketika jemaat Korintus menganggap bahwa aturan ibadah bukanlah hal yang penting, Paulus membantah dengan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan tidak pernah dijumpai dalam ibadah orang Kristen lainnya (11:16). Ketika jemaat Korintus merasa diri memiliki “pengetahuan”, Paulus melontarkan pertanyaan sindiran yang tajam untuk menegur mereka bahwa firman Tuhan tidak dimulai dari mereka dan bukan hanya mereka saja yang layak menerima firman itu (14:33, 36). Ketika mereka lebih mempercayai filsafat dunia yang menolak kebangkitan orang mati (15:12), Paulus menyatakan bahwa kebangkitan Kristus adalah ajaran dalam tradisi Kristen mula-mula (15:1-3).

Eksklusivitas jemaat Korintus merupakan sebuah ironi. Mereka seharusnya memiliki pola hidup yang berbeda dengan dunia, mereka justru menjadi sama dengan dunia. Mereka seharusnya sama dengan jemaat-jeaat lain, ternyata mereka malah memiliki pandangan dan gaya hidup yang berbeda.

Paulus mungkin memiliki maksud lain ketika dia menegaskan bahwa jemaat Korintus adalah bagian dari gereja universal. Dia sangat mungkin memaksudkan hal ini sebagai pengantar bagi nasehatnya kepada jemaat Korintus untuk membantu orang-orang kudus di Yerusalem (bdk. 1Kor. 16; 2Kor. 8). Dengan kesadaran bahwa sebuah gereja lokal adalah bagian dari gereja universal, maka gereja tersebut dimotivasi untuk saling berbagi dan menguatkan.


Sumber:
Mimbar GKRI Exodus, 12 Agustus 2007

No comments: