10 May 2009

Matius 14:34-36: THE PEAK OF THE POWER OF CHRIST (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah : 5 Agustus 2007

The Peak of the Power of Christ
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 14:34-36


Injil Matius 14:34-36 merupakan ayat jembatan yang menghubungkan perikop sebelum dengan sesudahnya. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) meletakkan ketiga ayat ini dalam perikop tersendiri dan memberinya judul seringkali menjadi salah satu faktor penyebab kesalahan dalam penafsiran. Beberapa kesalahan penafsiran yang muncul, antara lain:
1) Tuhan Yesus datang membawa kesembuhan dan sampai detik ini, orang pun masih mempunyai pemikiran yang sama, 2) Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penafsiran salah ini muncul karena Injil Matius tidak menuliskan misi Tuhan Yesus datang ke Genesaret. Inilah citra manusia berdosa yang selalu berpikir antroposentris, yakni segala sesuatu harus dilihat dari kepentingan manusia. Pemikiran yang sama juga dicetuskan oleh Abraham Maslow bahwa manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yakni kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan kasih, kebutuhan estetika, dan kebutuhan aktualisasi diri. Perhatikan, Kritus datang bukan untuk kepentingan manusia tetapi karena Ia mengasihi manusia berdosa, 3) ayat ini ditafsir mistik – dengan menyentuh ujung jubah jumbai-Nya saja maka orang menjadi sembuh akibatnya, hari ini, orang memistikkan segala macam benda. Kalau 50 atau 60 tahun yang lalu, dunia barat dikuasai oleh modernitas yang anti dengan segala bentuk metafisika, semua hal yang tidak rasional langsung dikatakan sebagai tahayul. Namun sejak tahun 1800-an, pengaruh gerakan zaman baru, new age menjadikan orang berkiblat ke timur – dunia mulai memistikkan segala sesuatu maka tidaklah heran, berita-berita hari ini bernuansa supranatural dan salah satu buku terlaris di dunia adalah buku yang bersifat mistik, seperti Harry Potter, the Lord of the Rings, dan masih banyak lagi.
Kristen sejati harus kembali pada Allah sejati dengan cara pandang yang tepat seperti yang Tuhan inginkan dengan demikian kita tidak salah dalam mengintepretasi ayat. Sesungguhnya, firman Tuhan telah memberikan pada kita prinsip-prinsip yang cukup untuk tidak menjadi sesat. Karena itu, janganlah menafsirkan Alkitab hanya dengan melihat sebagian ayat saja tetapi kita harus melihatnya secara kontekstual. Injil Matius 14:34-36 membukakan beberapa aspek:
1. Kedaulatan Kristus bersifat universal
Kuasa Kristus yang dahsyat ini membuat seorang raja besar Herodes takut dan kuasa Kristus ini memuncak ketika Tuhan Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang laki-laki dengan 5 roti 2 ikan. Setelah mujizat dahsyat itu, orang ingin menjadikan Kristus sebagai Raja; Tuhan Yesus tahu akan hal ini bukan karena mereka mengerti tanda tetapi karena mereka kenyang. Ironis, mujizat dahsyat itu tidak menjadikan mereka takjub dan menyembah Allah. Sebaliknya, manusia berdosa hanya mementingkan diri sendiri. Menyembah berasal dari bahasa Yunani, proskuneo atau abodah dalam bahasa Ibrani, atau to bow down dalam bahasa Inggris. Menyembah merupakan suatu sikap hormat, reverence pada Allah yang berdaulat. Kalau seorang Kaisar Cina saja mempunyai aturan bagaimana menghormat dia – berlutut, menyembah dengan kepala sampai membentur ke tanah dan berjalan beberapa langkah, berlutut lagi demikian seterusnya sampai tiba di hadapan sang kaisar maka sikap kita pada Raja pemilik alam semesta yang berdaulat mutlak harusnya lebih dari itu. Bagaimana sikap kita selama ini ketika datang menyembah pada Raja yang Berdaulat?
Genesaret berada di tepi timur yakni tepi yang berseberangan dengan wilayah bangsa Yahudi. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dan kuasa-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebab, hari itu ada pemikiran tentang allah yang terbatas dimana setiap daerah punya ”allah” sendiri dan kuasa ”allah” itu hanya terbatas, ia tidak berkuasa kalau ia berada di luar daerahnya. Itulah sebabnya, mereka menjajah ke negara-negara lain untuk menunjukkan kedahsyatan ”allah” mereka. Injil Matius membukakan pada kita bahwa Kristus adalah Allah yang tidak terbatas, kuasa-Nya tidak terbatas hanya di wilayah Israel saja dan hal ini dibuktikan kuasa-Nya tetap dahsyat ketika Tuhan Yesus berada di seberang. Kalau sebelumnya, muncul pengakuan dari para murid bahwa Kristus adalah Anak Allah (Mat. 14:33) - kuasa dan kedaulatan-Nya bersifat universal. Allah kita adalah Allah yang tidak terbatas, Ia tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia berdaulat penuh. Siapapun dia, setinggi apapun jabatannya, ia harus tunduk dan taat mutlak pada Allah yang berdaulat. Celakanya, hari ini Kekristenan sangat jarang bahkan dapat dikatakan tidak menekankan tentang ketaatan mutlak pada Allah sejati dan hidup setia dalam Tuhan. Hanya kepada Allah sejati saja kita harus menyembah dan mengabdikan seluruh hidup kita. Betapa indah hidup kita kalau kita berada dalam pimpinan Allah yang berdaulat.
2. Kuasa penyelamatan dan Umat pilihan
Orang-orang yang berada di Genesaret itu merasa takjub ketika Tuhan Yesus ada di tengah-tengah mereka sebab selama ini, mereka pikir Tuhan Yesus hanya datang untuk orang-orang Israel saja. Sebab di lain pihak, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia datang untuk orang Israel sedang orang di luar Israel tidak lebih hanyalah anjing yang hanya berhak mendapat remah-remah belaka. Maka tidaklah heran kalau mereka beranggapan bahwa kedatangan Tuhan Yesus semata-mata hanya untuk orang Israel saja dan kalaupun ada yang mendapatkan tempat maka itu merupakan suatu anugerah. Sepertinya, bangsa Israel begitu istimewa di dunia apalagi ketika kekristenan dikuasai oleh kaum zionis, gerakan orang Yahudi di Amerika yang menguasai berbagai bidang, mereka berusaha untuk mempengaruhi orang Kristen di seluruh dunia. Seluruh orang Kristen harus memperhatikan dan mendukung perjuangan orang Israel untuk menegakkan kerajaan Daud kembali karena dialah umat pilihan Tuhan bahkan mereka berani mengklaim bahwa dunia akan hancur kalau mereka hancur. Orang Kristen sepertinya sangat bergantung pada mereka. atau dunia ini akan hancur. Pandangan yang salah! Hal ini karena pengaruh dari third wave movement dimana Dallas Seminary sebagai penggerak utamanya dan membawa dunia masuk ke dalam pemikiran dispensasialisme, seolah-olah kita memang harus mendukung orang Israel dan kita menjadi orang-orang golongan kedua yang bergantung pada mereka. Perhatikan, Alkitab menegaskan: Kamulah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah. Kalimat ini muncul karena perjanjian Allah pada bangsa Israel sudah digagalkan. Prinsip kontinu dan diskontinu menjadi point penting dalam reformed theology.
Kebenaran sejati, truth tidak dikunci oleh ruang dan waktu. Berbeda halnya dengan kebenaran yang temporer maka ia hanya dapat dipakai di ruang dan waktu tertentu saja. Adalah tugas setiap orang Kristen untuk memberitakan kebenaran sejati ke seluruh dunia. Masih banyak orang yang belum pernah mendengar tentang kebenaran sejati. Sangatlah mengenaskan, hari ini bukan kebenaran sejati yang diberitakan tetapi orang memanipulasi firman untuk kepentingan diri untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Tuhan Yesus datang ke tengah dunia yang kotor dan hina dengan segala kemiskinan – Ia menyatakan kedaulatan-Nya. Namun kalau kita membaca ayat yang dibawanya maka kita melihat orang Farisi tidak dapat menerima apa yang Tuhan Yesus lakukan karena menurut mereka, cara Tuhan Yesus tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.
Disini kita melihat pentingnya tiga ayat ini yang menjadi ayat jembatan untuk kita memahami perdebatan sengit yang terjadi antara Tuhan Yesus dan orang Farisi. Kalau pemikiran kita sudah salah maka masuk di pasal 15, kita akan pro orang Farisi, kita akan memiliki cara berpikir sama seperti orang Farisi yang duniawi. Hal inilah yang sekarang banyak dilakukan oleh gereja, gereja mulai berkompromi dengan cara dunia dan memanipulasi firman untuk kepentingan diri. Berita kebenaran sejati tidak lagi diberitakan. Orang mengaku Kristen tetapi mereka tidak mau firman, mereka mau Kristus tetapi menolak berita Kristus, mereka ingin mendapat berkat tetapi menolak Tuhan. Perhatikan, Allah adalah Allah yang berdaulat, manusia harus tunduk pada-Nya, kita harus mengikut cara Tuhan bukan sebaliknya.
Kita harus mengerti bagaimana mengerti prinsip Allah dan memakai konsep berpikir Allah – segala pikiran kita harus ditundukkan ke bawah pikiran Allah dengan demikian kita tidak menjadi salah dan sesat dalam memahami Firman. Manusia berdosa seringkali berpikir dualisme dan cenderung tidak mau berubah dan merasa nyaman di suatu kondisi atau situasi, status quo tapi orang selalu menuntut orang lain untuk berubah. Perhatikan, karena kita hidup maka semua yang hidup di dalamnya pasti mengandung proses dan itu berarti ada perubahan. Prinsip kebenaran tidak pernah berubah tetapi perilaku dan sikap relativitas bisa berubah sewaktu-waktu. Inilah yang dimaksud dengan prinsip kontinu dan diskontinu yang ditegaskan dalam firman.
Manusia berdosa terjebak dalam salah satu prinsip sehingga ketika orang memegang prinsip kontinu maka dia akan anti diskontinu, sebaliknya ketika orang sudah memegang prinsip diskontinu maka dia akan anti kontinu. Orang-orang dispensasi memegang prinsip kontinu; mereka memegang prinsip PL sedemikian rupa hingga sikap dan perilaku pun juga harus konsisten sama seperti PL. Sebaliknya, orang dari golongan new age yang memegang prinsip diskontinu berpendapat bahwa semua harus berubah mulai dari wahyu harus baru, pujian harus baru, ibadah juga baru, pengkhotbah harus selalu baru dan masih banyak hal lain yang baru. Inilah yang terjadi hari ini, sebagian besar orang tidak memahami prinsip kontinu dan diskontinu dan sampai sebatas manakah kontinu dan sampai sebatas manakah diskontinu? Alkitab menyatakan bahwa prinsip kebenaran tidak boleh berubah akan tetapi implikasi sejarah selalu berubah. Kalau pada jaman PL, kebaktian selalu hari Sabat, setelah 6 hari bekerja maka orang harus beribadah namun setelah Tuhan Yesus bangkit pada hari pertama minggu itu, pertama kali kebaktian Kristen pada hari Pentakosta dimana khotbah Petrus hari itu adalah tentang Tuhan Yesus Kristus juruselamat dunia maka sekarang kita beribadah pada hari Minggu, hari pertama barulah kemudian kita bekerja hidup dipimpin oleh kebenaran firman. Inilah yang disebut dengan prinsip kontinu dimana prinsip sabat itu masih dipakai tetapi pelaksanaannya diskontinu. Orang yang memegang prinsip kontinu dan konsisten berarti ia harus memotong domba setiap hari pagi dan malam sebagai korban tebusan. Prinsip penebusan darah itu merupakan suatu konsep kontinu – orang berdosa harus dihukum mati maka sebagai tebusan harus diganti dengan nyawa; penebusan dosa harus melalui darah domba dan prinsip ini tidak pernah berubah. Namun hari ini kita tidak lagi menyembelih domba sebagai korban tebusan karena Kristus telah mati di atas kayu salib, menggenapkan seluruh korban domba sembelihan dan kematian itu satu kali untuk selamanya. Prakteknya menjadi diskontinu.
Kalau kita telah memahami prinsip kontinu dan diskontinu maka konsep kita harusnya berubah – Israel bukan lagi umat pilihan dimana keselamatan hanya ada pada bangsa itu dan setiap orang yang mau diselamatkan harus menjadi Israel terlebih dahulu. Tidak! Israel tidak lagi menjalankan misi yang bersifat menglobal. Allah ingin supaya orang Israel pergi ke seluruh bangsa dan mengenalkan Allah Yehovah pada bangsa lain namun yang terjadi orang Israel telah menafsirkan salah akan hal ini sehingga mereka menajdi egois dan sombong. Allah menghentikan perjanjian-Nya dengan Israel – carang yang asli itu telah dipotong dan sebagai gantinya carang liar dicangkokkan ke dalamnya. Carang liar ini adalah seluruh umat yang percaya kepada Allah. Hal ini menjadikan kita bangsa yang baru, umat pilihan Allah, imamat yang rajani. Prinsip umat pilihan itu masih berjalan namun siapa yang menjadi umat pilihan menjadi diskontinu; orang Israel tidak lagi menjadi umat pilihan tetapi umat pilihan adalah semua orang percaya. Konsep inilah yang ingin dibongkar oleh Tuhan Yesus dengan menyeberang-Nya Ia ke Genesaret yang dipandang sebagai bangsa kafir. Injil adalah untuk semua manusia.
3. Kuasa Kristus melampaui sistem
Allah mempunyai kekuatan kuasa yang tidak diatur dengan cara manusia. Ketika Tuhan menetapkan cara-Nya, manusia tidak berhak mengatur-Nya. Ketika mereka memegang ujung jumbai jubah Kristus maka mereka pun menjadi sembuh. Yang menjadi pertanyaan adalah kuasa kesembuhan itu ada pada jumbai jubah ataukah pada firman Kristus? Disinilah letak permasalahannya, orang mistik pasti berpendapat bahwa ujung jumbai itulah yang membawa kuasa kesembuhan. Tidak! Kuasa Firman itulah yang berkuasa dan maksud kedatangan Kristus bukan untuk menyembuhkan tetapi Ia ingin menunjukkan kuasa kedaulatan-Nya dan cara-Nya pun haruslah sesuai dengan cara Allah. Hal ini penting karena dalam perjalanan sejarah, orang Kristen terlalu dikuasai oleh sistem.
Allah kita adalah Allah yang teratur dan Ia ingin kita juga teratur tetapi letak persoalannya bukan kita yang mengatur tetapi Allah yang mengatur, how to submit the system back to God? Disinilah kita harus taat dan tunduk mutlak. Ketaatan adalah menundukkan segala pemikiran dan cara kita menuju kepada pikiran dan cara Allah. Sistem manajemen berarti kembalinya pada kehendak Allah dan kita tidak terkunci di dalamnya. Perhatikan, sistem hanyalah bersifat mati dan kita adalah hidup maka hidup yang dikunci oleh sesuatu yang mati berarti ia sudah mati sebelum ia mati. Tuhan ingin kita yang hidup ini memakai sesuatu yang sifatnya mati tersebut untuk menjalankan hidup. Itulah sebabnya, Tuhan memakai cara yang tidak lazim, yakni hanya dengan memegang jumbai jubah menjadi sembuh – Tuhan ingin menerobos cara ini dan hal ini tidak disukai oleh orang Farisi. Mereka mempunyai ratusan tatanan cara dan barang siapa yang melanggar akan dihukum; sistem begitu ketat. Tuhan Yesus ingin membongkar segala sistem ini dan menyadarkan mereka untuk kembali pada hukum sejati.
Hidup kristen janganlah dikunci oleh sistem namun tetapi bukan berarti kita mengabaikan sistem. Tidak! Sistem atau keteraturan itu tetap diperlukan namun janganlah kita dikunci oleh sistem; kita harus hidup dinamis. Janganlah religiusitas dikunci oleh sesuatu yang material. Tuhan telah memberikan contoh terbaik bagaimana hidup yang dinamis, yakni sistem yang ada di tubuh kita. Perhatikan, semua bergerak dengan dinamis dan sinkron. Kuasa Tuhan tidak dikunci oleh sistem tetapi bukan berarti kita liar. Artinya janganlah kemudian kita memistikkan benda, seperti jumbai yang membawa kesembuhan, saputangan, dan lain-lain. Kuasa bukan terletak pada bendanya tetapi Firman yang memungkinkan itu terjadi.
Betapa indah hidup iman kita kalau kita kembali pada pimpinan Tuhan dan sesuai dengan cara Tuhan. Hendaklah firman Tuhan mengubahkan hidup kita, tidak lagi berpikir humanis. Kuasa Tuhan sejati bukanlah kuasa yang hanya bersifat materi, miskin jadi kaya, sakit disembuhkan. Tidak! Tuhan telah memberikan pada kita kuasa-Nya untuk pergi memberitakan dan menegakkan kebenaran sejati di tengah dunia berdosa ini. Kuasa Tuhan itu akan beserta dengan kita kalau kita hidup dalam kebenaran dan melawan dosa. Kuasa Tuhan akan beserta ketika kita memberitakan Injil-Nya; kuasa untuk mentaati firman; kuasa melawan kelaliman. Inilah kuasa Tuhan sejati dan disitulah mujizat Tuhan itu nyata.

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: