21 February 2008

Yakobus 2:17

Ayat 17, “Demikian juga halnya dengan iman : Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yunani : outwv kai h pistiv ean mh erga ech nekra estin kay eauthn = “Demikian juga iman, jikalau ia tidak menghasilkan perbuatan-perbuatan, yang tidak berguna adalah {ia sendiri}.”). Terjemahan bebas, “Begitu pula dengan iman, jika iman tidak menghasilkan perbuatan, iman itu akan sia-sia belaka.” Pada ayat ini, Yakobus memberikan kesimpulan pertama dari hasil pengajarannya pertama pada ayat 14-16 yaitu jika iman itu tidak menghasilkan perbuatan-perbuatan, maka sia-sialah iman itu. Di sini Alkitab bahasa Yunani dengan tepat menggunakan kata “menghasilkan”, karena perbuatan-perbuatan sejati dihasilkan dari iman sejati. Perbuatan yang dimaksud Yakobus tidaklah sama dengan arti perbuatan menurut Paulus. Jika Paulus mengungkapkan bahwa perintah Taurat itu sebagai sistem, yang olehnya seseorang dapat meraih keselamatan karena jasa (Paulus menolak ini), sedangkan Yakobus mengungkapkan Taurat adalah “Taurat yang memerdekakan” (Yakobus 2:12 ; outwv <3779> {SO} laleite <2980> (5720) {SPEAK YE} kai <2532> {AND} outwv <3779> {SO} poieite <4160> (5720) {DO,} wv <5613> {AS} dia <1223> {BY [THE]} nomou <3551> {LAW} eleuyeriav <1657> {OF FREEDOM} mellontev <3195> (5723) {BEING ABOUT} krinesyai <2919> (5745) {TO BE JUDGED;}). Apa yang Yakobus sebut sebagai perbuatan itu sama dengan istilah “buah Roh” yang Paulus ajarkan. Perbuatan bagi Yakobus adalah buah dari iman.Melalui ayat ini, Yakobus ingin mengajar bahwa bukannya iman tidak penting lalu kita semua (orang-orang Kristen) hanya mengandalkan perbuatan-perbuatan baik, tetapi ia mengajarkan bahwa iman sejati pasti menghasilkan (tindakan aktif) perbuatan-perbuatan. Inilah yang dimaksud oleh Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Div. dengan statement-nya, “esensi menghasilkan/menunjukkan fenomena” (sedangkan fenomena belum tentu menghasilkan esensi sejati). Jika kita melihat seluruh rangkaian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, berkali-kali para nabi dan rasul mengajarkan iman, tetapi jika diteliti lebih lanjut, iman-iman tersebut bukan iman yang mati tetapi iman yang hidup (living faith) yang melepaskan seluruh kemampuan dan kehebatan diri kita (baik perbuatan baik, jasa, dll) serta hanya mengandalkan Tuhan Yesus Kristus untuk mendapatkan keselamatan. Iman inilah (living and saving faith) menghasilkan suatu tindakan konkret yang menaati apa yang Tuhan telah perintahkan (iman sejati tetap merupakan anugerah Allah yang diberikan hanya kepada umat pilihan-Nya, lalu Roh Kudus memimpin iman itu menuju kepada kesempurnaan iman).

Pertama, perhatikanlah doa dari Raja Daud di dalam Mazmur 26:1, “Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan ; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.” Daud dengan berani menyatakan bahwa dirinya percaya kepada TUHAN dengan 100% kepercayaan mutlak tanpa sedikitpun unsur keragu-raguan. Apakah sampai di sini kepercayaan/iman Daud lalu ia asal-asalan berbuat di dalam hidupnya ? Tidak. Pada ayat 2, ia menjelaskan dan meminta agar TUHAN menguji dirinya, menyelidiki batin dan hatinya. Ini bukti pertama, Daud beriman kepada TUHAN 100%, karena ia mau dengan rela hati diuji oleh Tuhan, diselidiki batin dan hatinya oleh Tuhan agar dirinya semakin sempurna di hadapan-Nya. Dan selanjutnya, pada ayat 3, Daud menjelaskan alasan mengapa dirinya mau dengan rela hati dikoreksi dan dipimpin oleh Tuhan yaitu, “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.” Ini bukti kedua Daud beriman kepada Tuhan, yaitu ia benar-benar mengarahkan mata-Nya kepada Tuhan dan hidup di dalam kebenaran Tuhan. Mulai ayat 4-12, Daud mulai menjelaskan tindakan/perbuatan konkritnya yang membuktikan dia benar-benar beriman kepada Tuhan yaitu membenci dosa (ayat 4-6), memuji-muji Tuhan dengan nyanyian syukur (ayat 7), cinta akan tempat kediaman Tuhan (ayat 8), mengaku dosa dan kelemahan diri (ayat 9,11) dan hidup tulus (ayat 11). Dari sini, kita belajar bahwa iman sejati (yang Daud sebut sebagai “kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu”) pasti menghasilkan buah melalui perbuatan-perbuatan, yaitu membenci dosa, hidup dalam kebenaran Allah, hidup dalam ketulusan, memuji Tuhan, mengakui dosa dan kelemahan diri serta mengembalikan seluruh puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan saja.

Kedua, perhatikan kembali pernyataan Raja Daud pada Mazmur 37:1-5 dengan perikop yang menceritakan pernyataan Daud kepada bangsa-bangsa Israel agar tidak ditipu dengan perilaku orang fasik yang kelihatannya hidupnya kaya dan lebih lancar. Pada ayat 1-2 dalam Mazmur 37, dengan jelas, Daud menggambarkan suatu situasi di mana orang-orang saleh selalu marah dan iri hati ketika melihat orang-orang jahat dan curang lebih lancar hidupnya. Mulai ayat 3, Raja Daud langsung mengajak orang-orang Israel untuk kembali percaya kepada Tuhan dan melakukan yang baik, berlaku setia ketika mereka sedang berdiam di negeri. Jelas, Raja Daud tidak memisahkan hubungan antara percaya/iman kepada Tuhan dengan perbuatan baik, tetapi justru ia menghubungkannya. Tetapi apakah perbuatan baik itu dilakukan secara terpaksa ? Tidak. Perhatikan kembali, ayat 4 pada Mazmur 37 menjelaskan bahwa kita harus bergembira karena TUHAN dan akibatnya, IA akan memberikan kepada kita apa yang diinginkan hati kita. Jangan mencomot ayat ini, lalu mengklaim bahwa orang Kristen harus kaya, sukses, dan Tuhan pasti mengabulkan permintaan kita karena kita adalah anak-anak Raja. Itu tafsiran ngawur. Perhatikan ayat 3 dan 5 yang menjelaskan ayat 4, di mana ayat 3 menjelaskan bahwa kita harus percaya kepada Tuhan dan melakukan yang baik, dan ayat 5 menjelaskan bahwa di dalam kepercayaan kita kepada-Nya, kita harus menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Janji Tuhan untuk memberkati kita harus didahului dengan perintah-Nya untuk tetap setia dan percaya kepada-Nya. Ketika kita menjalankan perintah-Nya dengan sungguh-sungguh, maka Ia akan (bukan pasti) memberikan kepada kita apa yang diinginkan hati kita, tetapi tetap berdasarkan kedaulatan-Nya. Kata “yang diinginkan hati kita” jangan diartikan keinginan kita yang menggebu-gebu, tetapi harus diartikan sebagai suatu keinginan hati yang mencintai Tuhan karena orang ini telah menyerahkan hidupnya dan percaya total kepada Tuhan, sehingga Ia akan mengabulkan permohonannya.

Ketiga, perhatikanlah Amsal 3:5 yang mengajar dengan tegas, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri.” Dari ayat ini, kita belajar satu hal bahwa iman adalah hal mendasar di dalam keKristenan. Kita hidup ini pun hanya melalui iman kepada anugerah Allah yang mencipta, menyelamatkan, menebus dan menyucikan kita terus-menerus. Amsal 3:5 menjadi fondasi dasar hidup Kristen yaitu hidup percaya kepada Tuhan dengan segenap (seluruh) hati kita dan jangan bersandar pada pengertian kita sendiri (atau mengandalkan kehebatan atau kepintaran atau apa yang kita anggap baik). Menurut Amsal 3:5-7, ada 3 ciri orang yang percaya kepada Tuhan, yaitu : pertama, tidak bersandar kepada pengertian kita sendiri. Orang yang percaya kepada Tuhan pasti mengakui bahwa dirinya sendiri itu berdosa dan tidak bisa dijadikan standart kebenaran sejati, oleh karena itu ia pasti mendasarkan dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah (theology from above) dan percaya kepada-Nya 100% mutlak. Ciri kedua yang Amsal ajarkan yaitu mengakui Dia dalam segala laku kita (Amsal 3:6). Orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tetapi tidak mau menempatkan Tuhan di tempat yang pertama di dalam hidupnya adalah orang yang tidak layak disebut orang yang percaya kepada Tuhan. Orang yang percaya kepada Tuhan seharusnya tahu siapa saya dan siapa Tuhan serta menempatkan Tuhan di posisi pertama bahkan melebihi pribadinya sendiri (seperti yang Paulus katakan bahwa hidupnya bukannya dia lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam dirinya). Ciri ketiga yang Amsal ajarkan yaitu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Sungguh aneh, jika ada orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi tidak takut akan Tuhan apalagi yang masih dekat dengan kejahatan. Orang yang mengaku percaya kepada Tuhan sesungguhnya ketika berhadapan dengan Tuhan Allah yang Mahakudus, dia menjadi takut kepada-Nya (=dalam arti menghormati dan sujud menyembah), karena dia tahu siapa manusia dan siapa Allah itu, serta ia dengan sendirinya membenci kejahatan dan jijik melihat dosa. Orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tetapi masih berkata, bertindak, berpikir kotor apalagi menghujat dan memaki-maki Tuhan serta menyalahkan-Nya kalau dirinya ada masalah, maka orang ini tidak layak disebut orang yang percaya kepada Tuhan meskipun mulutnya menyanyikan bahwa dia percaya kepada Tuhan bahkan mengasihi Tuhan. Inilah yang disebut atheis praktis. Orang seperti ini tidak mau dikatakan orang yang tidak beragama (atheis), tetapi dalam sikap hidupnya, cara pikirnya, cara bicaranya, cara kerjanya, orang ini jelas layak disebut tidak beragama (atheis).

Kata pisteuo bisa diikuti kata epi juga terdapat pada Kisah Para Rasul 9:42. Kisah Para Rasul 9:36-43 merupakan kisah Petrus yang membangkitkan Tabita (Dorkas) dari kematian. Setelah Tabita hidup, berita ini tersiar ke seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan (Kis. 9:42 ; gnwston <1110> {KNOWN} de <1161> {AND} egeneto <1096> (5633) {IT BECAME} kay <2596> {THROUGHOUT} olhv <3650> {WHOLE} thv <3588> {THE} iopphv <2445> {OF JOPPA,} kai <2532> {AND} polloi <4183> {MANY} episteusan <4100> (5656) {BELIEVED} epi <1909> {ON} ton <3588> {THE} kurion <2962> {LORD.} ). Setelah orang-orang menyaksikan sendiri apa yang sudah Tuhan Yesus Kristus kerjakan melalui perantaraan Petrus, maka mereka mengalaskan iman mereka “di atas” Dia. Kata pisteuo yang diikuti kata epi juga terdapat pada Roma 4:24, “Kita percaya kepada Dia yang telah membangkitkan Yesus Tuhan kita dari antara orang mati.” (alla <235> {BUT} kai <2532> {ALSO} di <1223> {ON ACCOUNT OF} hmav <2248> {US,} oiv <3739> {TO WHOM} mellei <3195> (5719) {IT IS ABOUT} logizesyai <3049> (5745) {TO BE RECKONED,} toiv <3588> {TO THOSE THAT} pisteuousin <4100> (5723) {BELIEVE} epi <1909> {ON} ton <3588> {HIM WHO} egeiranta <1453> (5660) {RAISED} ihsoun <2424> {JESUS} ton <3588> {OUR} kurion <2962> {LORD} hmwn <2257> {FROM} ek <1537> {AMONG [THE]} nekrwn <3498> {DEAD,}) Juga, Yohanes 3:16 berkata, “Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (outwv <3779> gar <1063> {FOR SO} hgaphsen <25> (5656) o <3588> {LOVED} yeov <2316> {GOD} ton <3588> {THE} kosmon <2889> {WORLD} wste <5620> ton <3588> {THAT} uion <5207> autou <846> {HIS SON} ton <3588> {THE} monogenh <3439> {ONLY BEGOTTEN} edwken <1325> (5656) {HE GAVE,} ina <2443> {THAT} pav <3956> {EVERYONE} o <3588> {WHO} pisteuwn <4100> (5723) {BELIEVES} eiv <1519> {ON} auton <846> mh <3361> {HIM} apolhtai <622> (5643) {MAY NOT PERISH,} all <235> {BUT} ech <2192> (5725) {MAY HAVE} zwhn <2222> {LIFE} aiwnion <166> {ETERNAL.}) Iman adalah satu-satunya jalan, yang melaluinya manusia beroleh keselamatan.

Kata pisteuo kerap kali juga diikuti dengan kata bahwa (Yunani : oti), yang menandakan bahwa obyek iman adalah realita-realita tertentu. Hal ini penting, seperti Tuhan Yesus jelaskan kepada orang Yahudi, “Sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Aku-lah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” (Yohanes 8:24 ; eipon <2036> (5627) {I SAID} oun <3767> {THEREFORE} umin <5213> {TO YOU} oti <3754> {THAT} apoyaneisye <599> (5695) {YE WILL DIE} en <1722> taiv <3588> {IN} amartiaiv <266> umwn <5216> {YOUR SINS;} ean <1437> gar <1063> mh <3361> {FOR IF} pisteushte <4100> (5661) {YE BELIEVE NOT} oti <3754> {THAT} egw <1473> {I} eimi <1510> (5748) {AM [HE],} apoyaneisye <599> (5695) {YE WILL DIE} en <1722> taiv <3588> {IN} amartiaiv <266> {SINS} umwn <5216> {YOUR.}). Konteks ini sedang berbicara asal mula Tuhan Yesus yang bukan dari dunia ini. Yohanes 8:24 mengulang ayat 21 dan ayat 24 merupakan penjelasan (lihat kata penghubung “Karena itu tadi” atau therefore/oleh karena itu {Yunani : oun}) dari ayat 23 yang mengatakan, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas ; kamu berasal dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Kata “percaya bahwa” di sini hendak menunjukkan bahwa orang harus percaya kepada obyek iman sejati yaitu Tuhan Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa. Yakobus juga mengatakan bahwa setan-setan pun percaya hanya ada satu Allah, namun “iman” ini tidak menguntungkan mereka (Yakobus 2:19 ; su <4771> {THOU} pisteueiv <4100> (5719) {BELIEVEST} oti <3754> o <3588> {THAT} yeov <2316> {GOD} eiv <1520> {ONE} estin <2076> (5748) {IS.} kalwv <2573> {WELL} poieiv <4160> (5719) {THOU DOEST;} kai <2532> {EVEN} ta <3588> {THE} daimonia <1140> {DEMONS} pisteuousin <4100> (5719) {BELIEVE,} kai <2532> {AND} frissousin <5425> (5719) {SHUDDER.}). Pisteuo bisa diikuti keadaan ketiga (dativum), jika maksudnya adalah mempercayai atau menerima sebagai hal yang benar apa yang dikatakan seorang. Maka Tuhan Yesus mengingatkan orang Yahudi bahwa, “Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya.” (Matius 21:32 ; hlyen <2064> (5627) gar <1063> {FOR CAME} prov <4314> {TO} umav <5209> {YOU} iwannhv <2491> {JOHN} en <1722> {IN [THE]} odw <3598> {WAY} dikaiosunhv <1343> {OF RIGHTEOUSNESS,} kai <2532> ouk <3756> {AND} episteusate <4100> (5656) {YE DID NOT BELIEVE} autw <846> oi <3588> {HIM,} de <1161> {BUT THE} telwnai <5057> {TAX GATHERERS} kai <2532> {AND} ai <3588> {THE} pornai <4204> {HARLOTS} episteusan <4100> (5656) {BELIEVED} autw <846> {HIM;} umeiv <5210> de <1161> {BUT YE} idontev <1492> (5631) ou <3756> {HAVING SEEN} metemelhyhte <3338> (5675) {DID NOT REPENT} usteron <5305> tou <3588> {AFTERWARDS} pisteusai <4100> (5658) {TO BELIEVE} autw <846> {HIM.}). Di sini kata “percaya” tidaklah mengandung arti “mengandalkan diri” kepada Yohanes : orang Yahudi tidak percaya apa yang dikatakannya.

Hal ini juga terdapat pada Yohanes 8:45 di mana Tuhan Yesus mengatakan, “Kamu tidak percaya kepada-Ku” (egw <1473> {I} de <1161> {AND} oti <3754> {BECAUSE} thn <3588> {THE} alhyeian <225> {TRUTH} legw <3004> (5719) {SPEAK,} ou <3756> {NOT} pisteuete <4100> (5719) {YE DO BELIEVE} moi <3427> {ME.})atau ayat berikutnya (Yohanes 8:46), “Aku mengatakan kebenaran, mengapa kamu tidak percaya kepada-Ku ?” (tiv <5101> {WHICH} ex <1537> {OF} umwn <5216> {YOU} elegcei <1651> (5719) {CONVINCES} me <3165> {ME} peri <4012> {CONCERNING} amartiav <266> ei <1487> {SIN?} de <1161> {BUT IF} alhyeian <225> {TRUTH} legw <3004> (5719) {I SPEAK,} diati <1302> {WHY} umeiv <5210> ou <3756> {YE} pisteuete <4100> (5719) {DO NOT BELIEVE} moi <3427> {ME?}). Konteks ini berada di mana Tuhan Yesus berkata sedang berkata tentang keturunan Abraham yang tidak berasal dari Allah. Ketika Tuhan Yesus mulai menyinggung “bapamu” (ayat 38), orang Israel langsung mengatakan, “Bapa kami ialah Abraham.” (ayat 39). Lalu, Tuhan Yesus menantang mereka di mana kalau mereka mengaku anak-anak Abraham, mereka pasti melakukan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi sebaliknya (perhatikan kata “Tetapi yang kamu kerjakan...”), mereka malahan ingin membunuh Tuhan Yesus yang datang dari Allah (ayat 40). Kemudian, orang-orang Yahudi juga tidak mau kalah mengatakan bahwa bapa mereka adalah satu yaitu Allah (ayat 41). Setelah itu, Tuhan Yesus menyambung mereka dengan mengatakan bahwa kalau Allah adalah Bapa mereka, maka mereka pasti mendengarkan-Nya (Kristus) karena IA keluar dan datang dari Allah yang mengutus-Nya (ayat 42). Mulai ayat 43, Tuhan Yesus langsung mengadakan separasi/pemisahan dan alasan mengapa mereka tidak mengerti perkataan-perkataan-Nya. Pada ayat 44, Tuhan Yesus langsung membongkar total kebobrokan orang-orang Yahudi selama ini, yaitu yang menjadi bapa mereka yaitu iblis, bapa segala dusta, sehingga mereka tidak hidup di dalam kebenaran. Akibatnya, pada ayat 45, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa, karena bapa mereka ialah iblis, maka mereka tidak percaya kepada-Nya. Pada ayat 46, Tuhan Yesus langsung menantang mereka untuk memeriksa apakah IA pernah berbuat dosa. Tantangan-Nya ini mengajarkan bahwa kebenaran sejati tidak mungkin ada dosa di dalamnya. Sehingga, IA langsung mengatakan bahwa ketika IA mengatakan kebenaran, mengapa mereka masih tetap tidak percaya kepada-Nya ? Pada ayat penutup (47), Tuhan Yesus langsung mengajarkan satu prinsip yaitu orang yang berasal dari Allah pasti mendengarkan firman Allah dan IA menuding posisi orang-orang Yahudi yang tidak mau mendengarkan firman Allah karena mereka tidak berasal dari Allah. Dari ayat ini, kita bisa belajar bahwa orang yang berasal dari Allah (sama pengertiannya dengan orang-orang yang sudah dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa sendiri) pasti mendengarkan firman-Nya. Jadi, tidak ada istilah keselamatan di dalam Tuhan Yesus bisa hilang, karena orang-orang pilihan Allah pasti meresponi panggilan-Nya yaitu mendengarkan firman-Nya. Dan meskipun banyak terdapat orang-orang Kristen (Perjanjian Lama : orang Yahudi/keturunan Abraham), mereka belum tentu termasuk anak-anak Tuhan, jadi, mereka juga belum tentu mendengarkan firman-Nya. Dari konteks ini, kita belajar akan ada hubungan antara status orang-orang yang dibenarkan dan dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan dengan reaksi/respon yang mereka lakukan. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kepercayaan mempunyai isi kognitif, karena sebenarnya susunan kalimat ini juga mengacu kepada iman yang menyelamatkan (saving faith), seperti dalam Yohanes 5:24, “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal”. (amhn <281> {VERILY} amhn <281> {VERILY} legw <3004> (5719) {I SAY} umin <5213> {TO YOU,} oti <3754> {THAT} o <3588> ton <3588> {HE THAT} logon <3056> mou <3450> {MY WORD} akouwn <191> (5723) {HEARS,} kai <2532> {AND} pisteuwn <4100> (5723) {BELIEVES} tw <3588> {HIM WHO} pemqanti <3992> (5660) {SENT} me <3165> {ME,} ecei <2192> (5719) {HAS} zwhn <2222> {LIFE} aiwnion <166> {ETERNAL,} kai <2532> {AND} eiv <1519> {INTO} krisin <2920> {JUDGMENT} ouk <3756> {NOT} ercetai <2064> (5736) {COMES,} alla <235> {BUT} metabebhken <3327> (5758) {HAS PASSED} ek <1537> tou <3588> {OUT OF} yanatou <2288> {DEATH} eiv <1519> thn <3588> {INTO} zwhn <2222> {LIFE.}). Konteks ini (Yohanes 5:19-47), Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai siapa Dia sebenarnya. Yohanes 5:19-23, Tuhan Yesus mengajar terlebih dahulu bahwa IA datang dan diutus oleh Allah Bapa, IA melakukan apa yang Bapa lakukan dan Bapa menyerahkan segala penghakiman kepada-Nya, supaya semua orang menghormati Anak (Kristus). Pernyataan terakhir pada ayat 23 berbunyi, “Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.” menandakan bahwa barangsiapa yang menolak bahkan menghina Tuhan Yesus, mereka pun pada dasarnya juga menolak dan menghina Allah Bapa. Jadi, jangan mengira semua orang yang beragama mencari Allah, karena pada dasarnya melalui agama, mereka melarikan diri dari hadirat Allah. Logisnya, jika manusia ingin benar-benar “mencari” Allah melalui “agama”, maka ketika Kristus datang dan menyatakan diri-Nya sebagai satu-satunya Kebenaran Sejati, maka mereka pasti datang dan kembali kepada-Nya. Tetapi sayang sekali, manusia lebih suka tidak datang kepada Kristus, tetapi datang kepada ilah-ilah palsu yang mereka puja-puji sebagai “Allah” yang mati ! Ini pun merupakan suatu pengajaran kepada kita bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa datang kepada Kristus, jika mereka tidak ditarik oleh Allah Bapa (Yohanes 6:39;10:29). Ayat 23 dilanjutkan dengan ayat 24 yang mengajar, “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Orang-orang yang ditarik oleh Allah Bapa itu akhirnya bisa mendengar perkataan-Nya (Kristus) dan percaya kepada Allah, dan akibatnya, status orang-orang yang ditarik/dipilih oleh Allah Bapa itu berubah dari status anak-anak kegelapan menjadi anak-anak terang, sehingga mereka mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum. Di sinilah maksud “percaya kepada-Ku” yang memiliki arti “iman yang menyelamatkan” (saving faith). Orang yang sungguh percaya kepada Allah, tentu akan bertindak selaras dengan iman itu. Dengan kata lain, kepercayaan yang sungguh bahwa apa yang dinyatakan Allah memang benar, akan nampak dalam iman yang benar pula.

Susunan tata bahasa khas untuk iman yang menyelamatkan, adalah kata kerja pisteuo diikuti kata eis yang artinya : percaya ke dalam. Maksudnya adalah iman yang mengeluarkan seseorang dari dirinya sendiri, dan menaruh dirinya di dalam Kristus (bandingkan ungkapan yang sering dipakai Paulus mengenai orang Kristen yaitu “di dalam Kristus”). Pengalaman ini dapat juga disebut “kesatuan dengan Kristus melalui iman”. Maksudnya bukan iman dalam arti persetujuan intelektualis, tetapi iman yang melaluinya orang percaya berpaut pada Juru Selamatnya dengan segenap hatinya. Orang percaya dalam pengertian ini tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam dia (Yohanes 15:4 ; meinate <3306> (5657) {ABIDE} en <1722> {IN} emoi <1698> {ME,} kagw <2504> {AND I} en <1722> {IN} umin <5213> {YOU.} kaywv <2531> {AS} to <3588> {THE} klhma <2814> ou <3756> {BRANCH} dunatai <1410> (5736) {IS NOT ABLE} karpon <2590> {FRUIT} ferein <5342> (5721) {TO BEAR} af <575> {OF} eautou <1438> ean <1437> {ITSELF} mh <3361> {UNLESS} meinh <3306> (5661) {IT ABIDE} en <1722> {IN} th <3588> {THE} ampelw <288> {VINE,} outwv <3779> {SO} oude <3761> {NEITHER [CAN]} umeiv <5210> ean <1437> {YE} mh <3361> {UNLESS} en <1722> {IN} emoi <1698> {ME} meinhte <3306> (5661) {YE ABIDE.}). Iman tidak berarti menerima hal-hal tertentu sebagai benar, tetapi menyerahkan diri (mengandalkan diri) kepada suatu diri, yaitu diri Tuhan Yesus Kristus.

Yang sangat khas dalam Perjanjian Baru adalah pemakaian mutlak kata kerja pisteuo itu. Sewaktu Tuhan Yesus berada di daerah samaria, banyak orang “menjadi percaya” karena perkataan-Nya (Yohanes 4:41 ; kai <2532> {AND} pollw <4183> pleiouv <4119> {MANY MORE} episteusan <4100> (5656) {BELIEVED} dia <1223> ton <3588> {BECAUSE OF} logon <3056> autou <846> {HIS WORD;}). Tidak perlu ada tambahan pada apa yang mereka percayai, atau kepada siapa mereka percaya. Iman begitu khas dalam keKristenan, sehingga orang Kristen dapat disebut “orang percaya”. Pemakaian ini luas di seluruh Perjanjian Baru dan tidak terbatas hanya pada seorang penulis saja. Kita dapat menyimpulkan bahwa iman merupakan dasar keKristenan.

Hal waktu dari kata kerja pisteuo mengandung acuan waktu :

V aorist yang mengacu kepada tindakan yang terjadi pada waktu lalu. Dan bila dipakai demikian akan menandakan sifat yang menentukan dari iman. Jika seseorang menjadi percaya ia menyerahkan dirinya secara menentukan kepada Kristus.

V Present yang mengandung gagasan “berjalan terus” atau berulang-ulang. Ini menandakan bahwa iman bukanlah sesuatu yang berlalu, tetapi berlangsung terus-menerus.

V perfect yang mengandung kedua gagasan di atas dan membicarakan tentang tindakan masa kini yang merupakan kesinambungan tindakan pada waktu lalu. Tentang iman, ini menandakan bahwa orang yang menjadi percaya memasuki suatu keadaan yang menetap.

Tepatlah, apa yang dikatakan oleh hamba-Nya, Pdt. Dr. Stephen Tong dalam bukunya From Faith to Faith (Dari Iman Kepada Iman) bahwa iman pertama kali (aorist) adalah anugerah Allah yang diterima oleh manusia secara pasif akan membawa kepada iman yang berkelanjutan (iman secara aktif).

Perlu juga diperhatikan bahwa kata benda pistis kadang-kadang diperlengkapi dengan kata sandang, maksudnya, keseluruhan batang tubuh ajaran Kristen, seperti waktu Paulus menghimbau orang Kolose, “hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu.” (Kolose 2:7 ; errizwmenoi <4492> (5772) {HAVING BEEN ROOTED} kai <2532> {AND} epoikodomoumenoi <2026> (5746) {BEING BUILT UP} en <1722> {IN} autw <846> {HIM,} kai <2532> {AND} bebaioumenoi <950> (5746) {BEING CONFIRMED} en <1722> {IN} th <3588> {THE} pistei <4102> {FAITH,} kaywv <2531> {EVEN AS} edidacyhte <1321> (5681) {YE WERE TAUGHT,} perisseuontev <4052> (5723) {ABOUNDING} en <1722> {IN} auth <846> {IT} en <1722> {WITH} eucaristia <2169> {THANKSGIVING.}).

Konteks Markus 9:14-29 merupakan suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu. Pada ayat 17-18 dikisahkan bahwa ada seorang anak yang bisu yang kerasukan roh dan roh itu terus membantingnya ke tanah. Mulut anak itu berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Orang yang membawa anaknya ini ternyata sudah membawanya kepada murid-murid-Nya, tetapi mereka tidak dapat. Pada ayat 19, sekali lagi Tuhan Yesus menegur kebimbangan dan keraguan mereka yang tidak percaya. Pada ayat 20, si iblis ketika melihat Tuhan Yesus segera menggoncang-goncangkan dan anak ini terpelanting ke tanah dan terguling-guling dan mulutnya berbusa. Pada ayat 21-22a dapat diketahui bahwa roh ini sudah mengganggu anak ini sejak masa kecilnya. Perkataan si ayah pada ayat 22b perlu kita selidiki, karena si ayah mengatakan, “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (all <235> {BUT} ei <1487> {IF} ti <5100> {ANYTHING} dunasai <1410> (5736) {THOU ART ABLE [TO DO],} bohyhson <997> (5657) {HELP} hmin <2254> {US,} splagcnisyeiv <4697> (5679) {BEING MOVED WITH PITY} ef <1909> {ON} hmav <2248> {US.}). Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa si ayah ini masih meragukan Tuhan Yesus. Mungkin menurutnya, Tuhan Yesus kira-kira bisa melakukannya. Hal ini yang Tuhan Yesus tidak suka, karena orang ini mulai meragukan siapa diri Tuhan Yesus sebenarnya. Pada ayat 23, Tuhan Yesus langsung bertanya balik, “Jawab Yesus : ‘Katamu : jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya !’ (o <3588> de <1161> {AND} ihsouv <2424> {JESUS} eipen <2036> (5627) {SAID} autw <846> to <3588> {TO HIM,} ei <1487> {IF} dunasai <1410> (5736) {THOU ART ABLE} pisteusai <4100> (5658) {TO BELIEVE,} panta <3956> {ALL THINGS} dunata <1415> {ARE POSSIBLE} tw <3588> {TO HIM THAT} pisteuonti <4100> (5723) {BELIEVES.}). Kata pisteuonti (=percaya) di sini bisa diartikan mempercayakan sesuatu hal kepada seorang. Dalam konteks ini jelas sekali, bahwa Tuhan Yesus ingin menegur si ayah bahwa si ayah seharusnya mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya (Kristus) bahwa Kristus dapat dan mampu melakukan segala sesuatu (termasuk mengusir roh jahat dari anaknya). Perkataan “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” jangan sembarangan ditafsirkan, lalu mengatakan bahwa orang percaya bisa melakukan apa saja yang Kristus lakukan, jadi, klaim dan tuntutlah (name it and claim it), maka Tuhan pasti (?) mengabulkannya dan menyembuhkan penyakitmu. Perkataan “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” mengajarkan kepada setiap orang yang mengaku diri percaya bahwa kita harus mempercayakan segala sesuatu hanya kepada Kristus yang mampu melakukan segala sesuatu sesuai kehendak dan rencana-Nya saja, bukan atas paksaan dan tuntutan dari manusia ! Atau dengan kata lain, Tuhan Yesus memang bisa (mampu) menyembuhkan penyakit dan mengusir setan, tetapi yang menjadi masalahnya, Tuhan Yesus belum tentu mau melakukannya. Ketika Tuhan Yesus tidak mau menyembuhkan penyakit atau tidak mau mengusir setan karena ada alasan yang Dia miliki sendiri, pertanyaannya : siapa yang berani memaksa-Nya agar Ia melakukannya ? Jadi, perkataan “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” hendak menunjukkan iman/percaya kepada Kristus merupakan fondasi utama yang melaluinya manusia diselamatkan, dan mengenai akibat dari iman itu (entah itu apakah penyakitnya disembuhkan atau masalahnya diselesaikan atau yang kerasukan setan diusir, dll) biarlah Tuhan yang menentukan hasilnya. Pada ayat 24, unik sekali, setelah mendengar pengajaran Tuhan Yesus, si ayah langsung berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini !” (kai <2532> {AND} euyewv <2112> {IMMEDIATELY} kraxav <2896> (5660) {CRYING OUT} o <3588> {THE} pathr <3962> {FATHER} tou <3588> {OF THE} paidiou <3813> {LITTLE CHILD} meta <3326> {WITH} dakruwn <1144> {TEARS} elegen <3004> (5707) {SAID,} pisteuw <4100> (5719) {I BELIEVE,} kurie <2962> {LORD,} bohyei <997> (5720) mou <3450> th <3588> {HELP} apistia <570> {MINE UNBELIEF.}). Bahasa Yunani menambahkan kata “Tuhan” (kurie) setelah kata I believe (aku percaya) hendak menunjukkan bahwa si ayah ini berteriak percaya kepada Tuhan Yesus. Si ayah akhirnya sadar bahwa ia harus mempercayakan masalahnya kepada Tuhan Yesus, tetapi ia pun juga sadar bahwa dirinya masih kurang beriman, sehingga ia pun berteriak minta tolong agar Tuhan menolongnya untuk percaya. Ada dua keadaan/kondisi iman yang hendak dijelaskan. Pertama, si ayah memang beriman kepada Tuhan Yesus dan kedua, si ayah masih harus memperbaharui terus-menerus imannya agar imannya benar-benar diserahkan hanya kepada Tuhan Yesus. Kondisi pertama, menandakan bahwa iman datang karena Allah memberikannya kepada umat pilihan Allah (sola gratia) dan kondisi kedua menandakan bahwa iman itu perlu pemurnian dan pendewasaan terus-menerus, sehingga janganlah kita merasa sombong bahwa kita telah memiliki iman, karena iman sejati adalah iman yang berjalan terus-menerus mengikuti pimpinan Roh Kudus melalui firman-Nya (progressive faith). Sebagai hasil dari iman si ayah dan atas kehendak-Nya, Tuhan Yesus mengusir roh jahat itu dan roh itu keluar (ayat 25-26). Pada ayat 28, para murid-Nya bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir roh jahat itu. Dan pada ayat 29, Tuhan Yesus langsung mengajar satu prinsip yaitu jenis (setan) ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa. Di sini, Tuhan Yesus ingin mengaitkan hubungan iman dan doa. Memang benar, orang Kristen harus memiliki iman karena iman merupakan fondasi utama yang melaluinya manusia diselamatkan, tetapi iman jangan dipisahkan dengan doa, karena doa adalah suatu hubungan pribadi kita dengan Allah. Doa merupakan nafas hidup orang percaya. Percuma saja kita memiliki iman, tetapi kita lupa untuk merendahkan diri kita di hadapan-Nya melalui doa. Melalui iman, kita semakin sadar bahwa kita tidak layak menerima anugerah-Nya ini, sehingga kita lalu sadar siapa diri kita dan akhirnya kita pun merendahkan diri kita di hadapan-Nya melalui doa. Ingatlah, hanya melalui anugerah Allah saja, kita memiliki iman dan iman itu bertumbuh terus-menerus melalui karya Roh Kudus.

Konteks Matius 17:14-21 merupakan suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan. Orang yang membawa anak ini sudah datang kepada para murid-Nya, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya (ayat 16). Pada ayat 17, Tuhan Yesus menegur para murid-Nya dan menyebut mereka sebagai angkatan yang tidak percaya dan yang sesat (bandingkan Ulangan 32:5 ; Matius 11:6). Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3 terbitan Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF halaman 92, Tuhan Yesus menjadi kecewa karena ketidaksanggupan mereka melakukan apa yang patut dilakukan ketika Ia tidak bersama mereka, sebab secara badani Ia tidak akan bersama mereka lagi untuk waktu yang lama, sesudah itu mereka harus belajar bergantung kepada-Nya secara rohani. Dengan kata lain, Tuhan Yesus menegur mereka yang masih manja dan bergantung kepada-Nya terus secara jasmani, seharusnya mereka bergantung kepada-Nya secara rohani. Pada ayat 18, Tuhan Yesus mengusir roh jahat dan setan itu keluar lalu anak ini sembuh seketika itu juga. Pada ayat 19, para murid-Nya bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir setan ini. Kemudian, pada ayat 20, sekali lagi, Tuhan Yesus berbicara tentang pentingnya iman (o <3588> de <1161> {AND} ihsouv <2424> {JESUS} eipen <2036> (5627) {SAID} autoiv <846> {TO THEM,} dia <1223> thn <3588> {BECAUSE OF} apistian <570> {UNBELIEF} umwn <5216> {YOUR.} amhn <281> gar <1063> {FOR VERILY} legw <3004> (5719) {I SAY} umin <5213> {TO YOU,} ean <1437> {IF} echte <2192> (5725) {YE HAVE} pistin <4102> {FAITH} wv <5613> {AS} kokkon <2848> {A GRAIN} sinapewv <4615> {OF MUSTARD,} ereite <2046> (5692) tw <3588> {YE SHALL SAY} orei <3735> {MOUNTAIN} toutw <5129> {TO THIS,} metabhyi <3327> (5628) {REMOVE} enteuyen <1782> {HENCE} ekei <1563> {THITHER,} kai <2532> {AND} metabhsetai <3327> (5695) {IT SHALL REMOVE;} kai <2532> {AND} ouden <3762> {NOTHING} adunathsei <101> (5692) {SHALL BE IMPOSSIBLE} umin <5213> {TO YOU.}). Kata “percaya” pada ayat ini diterjemahkan dengan kata pistin yang artinya percaya bahwa Allah itu ada, Kristus adalah Mesias. Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3 halaman 92, pada ayat 19-20, cerita Matius yang lebih pendek lebih jelas memperlihatkan kekurangna iman murid-murid daripada cerita Markus dan yang menarik perhatian bahwa Rasul Matius termasuk murid yang dimarahi Tuhan Yesus, tetapi Petrus yang adalah sumber dari Injil Markus tidak termasuk. Kata “Gunung ini” harus diartikan secara kiasan mengenai suatu penghalang yang nampaknya tidak dapat disingkirkan (bandingkan 21:21-22). Jadi, artinya, iman sejati (yaitu kepercayaan bahwa Allah itu ada dan Kristus adalah Mesias) dapat mengatasi segala masalah (bukan menghilangkan segala masalah). Iman menuntut kita untuk berfokus bukan pada masalah tetapi kepada Allah, Sang Sumber Hidup. Jika iman kita difokuskan pada Allah, maka kita dapat melewati dan menghadapi segala masalah dengan tegar dan berani karena kita percaya bahwa Allah itu ada dan menyertai kita dalam menghadapi masalah itu. Itulah iman yang Tuhan inginkan.

Konteks Lukas 17:1-6, Dokter Lukas sedang melukiskan suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus sedang memberikan nasehat kepada para murid-Nya. Ada 2 perikop pembahasan yang kelihatannya tidak berkaitan yaitu ayat 1-4 (mengenai penyesatan dan dosa) dan ayat 5-6 (mengenai iman). Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3 halaman 226, berbagai-bagai ajaran kepada murid-murid Yesus dikumpulkan di sini (bandingkan Matius 18:6 dab, 15, 21 dab ; Markus 9:42). Sekalipun Tuhan Yesus mengetahui bahwa “batu-batu sandungan” (TB : penyesatan) tidak dapat terelakkan di dunia ini, namun IA memperingatkan dengan keras terhadap bahaya yang menjadi penyebab kuat orang lain untuk berdosa. Adalah lebih baik orang yang menyesatkan itu bahwa ia mati tenggelam di laut daripada mengalami nasib yang dicadangkan bagi para penyesat. Karena itu biarlah setiap orang menjaga dirinya dalam hal ini. Sebaliknya, murid-murid itu haruslah menolong setiap saudara yang sudah jatuh ke dalam dosa dengan memperingatkannya mengenai apa yang telah dilakukannya dan dengan bersedia untuk memberi ampun, tidak peduli berapa kali ini mungkin perlu (ayat 3-4). Mulai ayat 5, Lukas seolah-olah mengganti topik pembahasan mengenai iman (perhatikan kata penghubung, “Lalu”). Rasul-rasul-Nya berkata, “Tambahkanlah iman kami !” (kai <2532> {AND} eipon <2036> (5627) {SAID} oi <3588> {THE} apostoloi <652> {APOSTLES} tw <3588> {TO THE} kuriw <2962> {LORD,} prosyev <4369> (5628) {GIVE MORE} hmin <2254> {TO US} pistin <4102> {FAITH.}). Ini berarti, para murid-Nya sadar bahwa iman sejati hanya didapat melalui anugerah Allah saja, sehingga mereka memintanya juga kepada Allah (yaitu kepada Tuhan Yesus) agar Ia menambahkan imannya. Kata “menambah” atau give more berarti iman itu bukan hanya iman yang pasif yang tunggal atau tidak bertumbuh, tetapi iman itu harus berbuah dan aktif mengerjakan apa yang Tuhan inginkan. Pada ayat 6, menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, Tuhan Yesus memuji keinginan akan iman yang perlu untuk memungkinkan murid-murid menaati perintah-Nya ; malah “sejumlah” kecil iman pun dapat melakukan mujizat-mujizat besar. Di dalam konteks ini, jelas sekali, ada hubungan erat antara iman dengan perintah Allah. Dengan kata lain, Tuhan Yesus ingin mengajar bahwa iman sejati adalah mengerjakan apa yang Allah inginkan dan perintahkan untuk dikerjakan (dalam hal ini, termasuk iman mengalahkan dan menghadapi segala masalah dengan berani dan tegar serta percaya bahwa Allah beserta kita/Immanuel).

Konteks Yohanes 3:1-21 sedang berbicara mengenai percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi yang merupakan anggota Sanhedrin. Pada ayat 2, Nikodemus datang malam-malam untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Ia menyapa-Nya sebagai guru yang diutus Allah. Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, tidak semua guru Yahudi dapat memperlihatkan bukti tentang penugasan ilahi, karena wibawa mereka diperoleh dari tradisi Sekolah-Sekolah Yahudi. Nikodemus mengenali meterai Allah pada Yesus melalui corak dari tanda-tanda. Tanda-tanda inilah sesungguhnya yang menandakan kesejatian-Nya. Nikodemus mungkin saja ketakutan jika dilihat oleh orang Farisi lain, sehingga ia mendatangi Tuhan Yesus malam-malam. Yang uniknya, Nikodemus sudah tahu ada meterai Allah pada tanda-tanda Tuhan Yesus, tetapi ia tetap memanggil-Nya sebagai guru yang diutus Allah. Ini menunjukkan ia belum mengenal Kristus secara benar (ia hanya mengenal dari luarnya saja)dalam hal ini saya kurang setuju dengan Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, karena pada ayat-ayat berikutnya menunjukkan Nikodemus belum mengenal Kristus secara tuntas. Oleh karena itu, pada ayat 3, Tuhan Yesus langsung menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (apekriyh <611> (5662) o <3588> {ANSWERED} ihsouv <2424> {JESUS} kai <2532> {AND} eipen <2036> (5627) {SAID} autw <846> {TO HIM,} amhn <281> {VERILY} amhn <281> {VERILY} legw <3004> (5719) {I SAY} soi <4671> ean <1437> {TO THEE,} mh <3361> {UNLESS} tiv <5100> {ANYONE} gennhyh <1080> (5686) {BE BORN} anwyen <509> ou <3756> {ANEW,} dunatai <1410> (5736) {HE CANNOT} idein <1492> (5629) {SEE} thn <3588> {THE} basileian <932> tou <3588> {KINGDOM} yeou <2316> {OF GOD.}). Kata “dilahirkan kembali” dalam bahasa Yunani berarti dilahirkan (menjadi) baru. Nikodemus belum dapat mengenal Kristus dengan benar karena ia belum dilahirkan kembali. Ini adalah kali pertama, Tuhan Yesus berbicara tentang kelahiran kembali (born again) sebagai syarat awal seseorang bisa melihat Kerajaan Allah dan mengenal Allah. Jadi, tepat sekali apa yang theologia Reformed ajarkan yaitu bahwa kelahiran baru mendahului pertobatan ! Tanpa kelahiran kembali, mustahil orang berdosa bisa menyesali dosanya, bertobat dan percaya kepada Kristus. Tetapi yang aneh, pada ayat 4, Nikodemus mengerti konsep kelahiran kembali dari sudut pandang hurufiah, lahiriah dan biologis. Sebagai seorang pemimpin Yahudi, Nikodemus pasti bukan tidak tahu sama sekali mengenai gagasan kelahiran ulang (kembali) secara rohani. Entah apa maksudnya ia membuat ucapan Tuhan Yesus nampak tidak masuk akal ? Mungkin ia benar-benar bingung, karena perubahan orang yang telah mencapai usia kematangan dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu yang tidak dapat dibayangkan melalui cara-cara yang wajar. Satu-satunya yang dapat terpikir oleh Nikodemus adalah permulaan yang sama sekali baru, yang memang merupakan kemustahilan. Untuk menjawab keragu-raguan Nikodemus, pada ayat 5, Tuhan Yesus menspesifikkan kelahiran kembali dengan dua macam pembagian sumber kelahiran kembali yaitu dari air dan dari Roh sebagai syarat awal agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3 halaman 267, mengenai “dilahirkan dari air” ada dua tafsiran (pendapat/pandangan) berbeda. Pandangan pertama mengatakan bahwa dilahirkan dari air itu sama artinya dengan baptisan. Sedangkan, pandangan kedua mengidentikkan dilahirkan dari air itu sebagai kelahiran alamiah. Jika pandangan dilahirkan dari air itu sebagai kelahiran alamiah itu benar, maka dapat dikatakan suatu balasan yang logis pada pertanyaan Nikodemus, tetapi tidak ada satu ayat lainnya yang menunjang hubungan ini. Jadi, pandangan pertama lebih tepat dengan hubungan yang dekat dengan air baptisan dengan Roh baptisan dalam ayat-ayat lain (bandingkan 1:33 ; Matius 3:11). Dari pembagian sumber kelahiran kembali ini, hal yang penting yang Tuhan Yesus tekankan justru bukan pada baptisan air, tetapi pada kelahiran dari Roh (atau baptisan Roh)lihat ayat 6-8. Pada ayat 6, Tuhan Yesus membedakan dua macam orang yaitu pertama, orang yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan kedua, orang yang dilahirkan dari Roh adalah roh (bandingkan dengan Galatia 5:16-26). Orang macam pertama yang berasal dari daging pasti melakukan hal-hal yang bersifat daging (bandingkan dengan Galatia 5:19-21), sehingga orang ini tidak mungkin mengerti rencana dan kehendak Allah (bandingkan dengan ayat 12). Sedangkan, orang macam kedua dilahirkan dari Roh pasti mengerti hal-hal rohani dan kehendak Allah. Ia menunjukkan kedua macam orang ini berasal dari sumber yang melahirkan mereka. Mulai ayat 7, Tuhan Yesus mulai mengganti pola perlunya kelahiran kembali (ayat 6) menjadi suatu keharusan/sesuatu yang wajib dan tidak ada pemilihan. Untuk menjelaskan hal ini, pada ayat 8, Tuhan Yesus menggunakan ilustrasi, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Melalui ilustrasi ini, menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3 halaman 267, Ia ingin menjelaskan tentang mukjizat kelahiran baru yang Roh Kudus kerjakan tidak dapat diatur oleh kecerdikan manusia, tetapi tetap dapat dilihat. Menjawab pertanyaan Nikodemus yang bingung dengan perkataan-Nya (ayat 9), Ia langsung menyebut kedudukan Nikodemus yang sebagai Pengajar Israel (bahasa Yunani menggunakan kata sandang yang artinya kelompok), yang seharusnya mengerti tetapi ia gagal mengertinya (ayat 10). Pada ayat 11, menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, sering dalam Injil Yohanes, kesalahpahaman menjurus kepada penjelasan-penjelasan selanjutnya. “Kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui” menunjukkan Tuhan Yesus membedakan diri-Nya dari pengajar-pengajar rabiah yang kurang berwibawa. Pada ayat 12, menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, kata “hal-hal duniawi” harus dihubungkan dengan pernyataan terdahulu, yang meliputi kebenaran-kebenaran rohani, seperti kelahiran baru, sedangkan kata “hal-hal sorgawi” adalah kebenaran-kebenaran yang tidak dapat sepenuhnya dinyatakan di dunia ini. Melalui ayat 13, Tuhan Yesus sedang menjelaskan tentang inkarnasi dan keprawujudan-Nya yang menggarisbawahi kewibawaan Sorgawi-Nya. Untuk menjelaskan pekerjaan duniawi dari Anak Manusia, pada ayat 14, Tuhan Yesus mengutip Perjanjian Lama mengenai Musa dan ular tedung (Bilangan 21:8,9) di mana peninggian ini jelas mengacu kepada salib. Pada ayat 15, Ia hendak menunjukkan bahwa Ia (Anak Manusia) harus ditinggikan dan hal ini merupakan suatu kebutuhan yang wajib dan dengan tujuan ini Ia telah datang. Oleh karena itu, pembanding ini mengarah kepada iman yang sejati kepada-Nya. Dengan maksud inilah Injil Yohanes diutarakan yaitu memberitakan hidup kekal kepada orang yang percaya melalui Injil. Pada ayat 16, Ia ingin mengulang penjelasan bahwa kasih Allah itu begitu besar kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (outwv <3779> gar <1063> {FOR SO} hgaphsen <25> (5656) o <3588> {LOVED} yeov <2316> {GOD} ton <3588> {THE} kosmon <2889> {WORLD} wste <5620> ton <3588> {THAT} uion <5207> autou <846> {HIS SON} ton <3588> {THE} monogenh <3439> {ONLY BEGOTTEN} edwken <1325> (5656) {HE GAVE,} ina <2443> {THAT} pav <3956> {EVERYONE} o <3588> {WHO} pisteuwn <4100> (5723) {BELIEVES} eiv <1519> {ON} auton <846> mh <3361> {HIM} apolhtai <622> (5643) {MAY NOT PERISH,} all <235> {BUT} ech <2192> (5725) {MAY HAVE} zwhn <2222> {LIFE} aiwnion <166> {ETERNAL.}). Dari ayat ini, kita belajar bahwa memang benar Allah mengasihi dunia ini, tetapi hanya orang yang percaya yang beroleh hidup yang kekal. Jika dispesifikkan lagi, siapakah orang percaya itu ? Banyak orang sembarangan menafsirkan orang percaya sebagai orang yang mau (dengan sendirinya) meresponi anugerah Allah. Hal ini sangat ditolak oleh theologia Reformed. Lalu, siapakah orang percaya itu ? Kalau kita kembali lagi melihat konteks ini (khususnya ayat 3), maka dapat disimpulkan bahwa orang percaya adalah orang yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus melahirbarukan orang berdosa, mustahil orang berdosa bisa percaya ! Kalau orang bisa percaya kepada Kristus, itu hanya karena kasih karunia-Nya saja yang diberikan kepada Allah hanya kepada umat pilihan-Nya sebelum dunia dijadikan. Jadi, iman/percaya itu pun juga merupakan anugerah Allah, sehingga kita tidak bisa bangga atau menyombongkan diri. Jika iman bukan anugerah Allah, sangat mungkin sekali, orang yang meresponi anugerah Allah akan menghina orang yang tidak mau meresponi anugerah Allah ini, akibatnya sangat fatal tentunya. Pada ayat 17, Ia mendeklarasikan bahwa misi-Nya datang ke dunia (inkarnasi) adalah untuk menyelamatkan manusia yang berdosa bukan untuk menghukum. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi dan resikonya, pada ayat 18, Tuhan Yesus langsung membagi dua macam orang yaitu :

F Orang yang percaya akan beresiko tidak dihukum.

F Orang yang tidak percaya akan beresiko di bawah hukuman.

Kedua macam orang ini diukur dari tanggung jawab yang telah mereka perbuat apakah mereka telah percaya atau tidak percaya kepada Kristus dan mereka masing-masing harus menerima resiko baik buruknya. Sasarannya adalah Anak Tunggal Allah yaitu Kristus. Perhatikan terjemahan Yunaninya : o <3588> {HE THAT} pisteuwn <4100> (5723) {BELIEVES} eiv <1519> {ON} auton <846> ou <3756> {HIM} krinetai <2919> (5743) o <3588> {IS NOT JUDGED;} de <1161> mh <3361> {BUT HE THAT} pisteuwn <4100> (5723) {BELIEVES NOT} hdh <2235> {ALREADY} kekritai <2919> (5769) {HAS BEEN JUDGED,} oti <3754> mh <3361> {BECAUSE} pepisteuken <4100> (5758) {HE HAS NOT BELIEVED} eiv <1519> {ON} to <3588> {THE} onoma <3686> {NAME} tou <3588> {OF THE} monogenouv <3439> {ONLY BEGOTTEN} uiou <5207> tou <3588> {SON} yeou <2316> {OF GOD.}. Untuk orang yang tidak percaya, Alkitab terjemahan Yunani menjelaskan resikonya bahwa mereka telah dihukum (menggunakan present perfect tense yang berarti sudah/telah). Ini berarti orang ini telah ditentukan Tuhan untuk binasa karena dosa-dosa mereka sendiri. Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini-3, ajaran khas Yohanes adalah hal kekekalan ditentukan kini dan di sini. Iman tidak melulu menjamin hidup yang kekal pada suatu masa depan yang tidak diterangkan, tapi juga memberi hidup yang kekal sekarang ini. Pada ayat 19, Ia menjelaskan lebih dalam tentang orang yang tidak percaya sebagai orang yang lebih menyukai kegelapan dan pada ayat 20, orang ini pun membenci terang karena takut perbuatan-perbuatan jahatnya akan nampak. Sebaliknya, pada ayat 21, Ia menjelaskan bahwa orang yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus pasti melakukan yang benar dan datang kepada terang. Jadi, menurut Yohanes 3, iman berkaitan dengan panggilan Allah melalui kelahiran baru oleh Roh Kudus yang direalisasikan dengan datang kepada terang (percaya kepada Kristus) dan melakukan apa yang Dia perintahkan.

Menurut Ensiklopedia Alkitab Masa Kini-1, bagi Paulus, iman adalah sikap khas Kristen. Tidak seperti Yohanes, Paulus memakai kata benda pistis lebih dua kali lipat dari kata kerja pisteuo. Kata pistis dikaitkan dengan beberapa gagasannya utama. Seperti, dalam kitab Roma 1:16, ia berkata, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” (ou <3756> {FOR} gar <1063> {I AM} epaiscunomai <1870> (5736) {NOT ASHAMED OF} to <3588> {THE} euaggelion <2098> {GLAD TIDINGS} tou <3588> {OF THE} cristou <5547> {CHRIST:} dunamiv <1411> {POWER} gar <1063> {FOR} yeou <2316> {OF GOD} estin <2076> (5748) {IT IS} eiv <1519> {UNTO} swthrian <4991> {SALVATION} panti <3956> {TO EVERY ONE} tw <3588> {THAT} pisteuonti <4100> (5723) {BELIEVES,} ioudaiw <2453> {BOTH TO} te <5037> {JEW} prwton <4412> {FIRST} kai <2532> {AND} ellhni <1672> {TO GREEK:}). Bagi Paulus, agama Kristen lebih dari sekedar pola nasehat yang baik dan Injil bukan hanya sekedar mengatakan kepada manusia apa yang wajib mereka lakukan, tetapi Injil itu sendiri memberikan kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Beberapa kali Paulus mempertentangkan kata-kata belaka dengan kekuatan, umumnya guna menekankan bahwa kekuatan Roh Kudus harus diperlihatkan dalam hidup orang Kristen dan kekuatan ini dapat berperan dalam hidup seseorang hanya jika ia percaya. Tidak ada yang bisa mengganti iman. Perlu diperhatikan bahwa tema besar dari Surat Roma adalah iman dalam Kristus adalah satu-satunya tumpuan manusia untuk diterima oleh Allah (Handbook to the Bible halaman 654. Bandung : Yayasan Kalam Hidup). Sekedar informasi, Handbook to the Bible memberitahukan bahwa masyarakat Kristen di Roma terdiri dari campuran bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain, tetapi tidak ada perselisihan yang serius di antara kedua golongan tersebut. Kota Roma sendiri merupakan kota yang kaya dan kosmopolitan serta merupakan pusat diplomatik dan perdagangan dunia yang dikenal orang waktu itu. Kekaisaran Romawi dalam keadaan damai dan makmur (Pax Romana) menjamin keamanan perjalanan orang-orang yang pulang pergi ke situ (Roma). Pada kitab Roma 1:8-15, setelah menyampaikan salamnya, Paulus langsung berkeinginan untuk pergi ke Roma untuk memberitakan Injil karena dirinya merasa berhutang kepada orang Yunani maupun orang-orang bukan Yunani, orang-orang terpelajar maupun orang-orang yang tidak terpelajar (ayat 14). Dan pada ayat 15, ia menyampaikan tujuannya ke Roma yaitu untuk memberitakan Injil. Apa alasan Paulus untuk memberitakan Injil ke Roma ? Kita kembali lagi ke ayat 14, karena Paulus merasa berhutang kepada mereka. Tetapi, apa yang menyebabkan Paulus rela berkorban demi Injil yang ia beritakan ? Pada ayat 16, ia menjelaskan alasannya (perhatikan kata “Sebab”) yaitu karena dia memiliki keyakinan yang kokoh akan Injil (terjemahan/arti Yunani : I am not ashamed of The Glad Tidings {Yunani : euaggelion} of The Christ). Dari terjemahan/arti Yunani ini, kita bisa lebih jelas bahwa Paulus bukan hanya sekedar memiliki keyakinan yang kokoh dalam Injil, melainkan ia sendiri tidak malu akan Injil Kristus. Mengapa dia bisa tidak malu akan Injil Kristus ? Perkataan selanjutnya menjelaskan, “karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Di sini, Paulus langsung membedakan dua macam orang (berdasarkan ras) yaitu orang Yahudi dan orang Yunani, yang kedua-duanya berada di Roma (lihat konteks waktu itu). Jadi, Injil itu sendiri kekuatan Allah yang menyelamatkan orang-orang pilihan Allah yang tidak memandang ras/bangsa. Di sini, Paulus tidak mengatakan bahwa Injil menyelamatkan semua orang, tetapi ia mengatakan bahwa Injil menyelamatkan setiap orang yang percaya (meskipun tanpa memandang status/ras/bangsa/suku). Dari konteks ini, iman menurut Paulus berkaitan erat dengan Injil. Hanya orang-orang yang telah dipilih oleh Allah terlebih dahulu baru dapat meresponi Injil lalu percaya.

Jadi, dari penyelidikan kita mengenai definisi iman di atas, jelaslah bahwa iman yang sejati pasti membuahkan hasil yaitu perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah dan bukan memuliakan pribadi (diri).

1 comment:

Anonymous said...

The Top Ten
(10 daftar puncak ayat Alkitab yang mendasari ajaran Gereja)

Berikut adalah sepuluh daftar paling atas dari bagian di Alkitab, di mana gereja lain tidak bisa menjelaskan dengan baik tanpa mengadopsi pengajaran dari Gereja Katolik. Daftar ini bisa diperluas menjadi 20 paling atas, 50 paling atas, atau 100 paling atas, tetapi daftar 10 ini mencakup banyak hal dan dapat dengan mudah dimengerti sebelum dilakukan penjelasan ajaran (apologetik) yang lebih luas. Sepuluh daftar paling atas ini juga menyediakan pengenalan yang sempurna tentang pengajaran Gereja Katolik sebelum pembaca berusaha untuk mengkonsumsi lebih dari 2000 bagian Alkitab dan analisa di website ini (http://www.scripturecatholic.com).

Umat Katolik akan menjadi tahu dalam ayat-ayat ini sehingga mereka bisa secara efektif bersaksi tentang kebenaran dari Gereja. Gereja lain harus mengambil ayat-ayat ini secara mendalam sebagaimana mereka menghadapi tantangan kepercayaan mereka sendiri dan untuk menginvestigasi ajaran Gereja Katolik.

Tetapi kedua-duanya perlu ingat bahwa apologetik Katolik bukanlah berbicara tentang benar dan salah. Tetapi tentang berbagi kepenuhan dari kebenaran yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita melalui GerejaNya yang Katolik dan Kudus. Kita juga percaya bahwa analisa ayat-ayat ini dan ayat yang lain di scripturecatholic.com menunjukkan bahwa pemahaman Gereja Katholik tentang Alkitab hampir selalu didasarkan pada makna literal dari kata-kata yang digunakan oleh penulis, suatu penafsiran paling layak dari berbagai cara penafsiran yang ada, dan posisi yang memberikan Yesus kemuliaan yang tinggi dengan menunjukkan kemurahan hati dan cintaNya yang tanpa batas kepada kita.

1. Matius 16:18-19/Yesaya 22:22 (Tentang Otoritas)
2. 1 Timotius 3:15 (Tentang Otoritas)
3. 2 Tesalonika 2:15 (Tradisi)
4. 1 Petrus 3:21 (Tentang Baptisan)
5. Yohannes 20:23 (Tentang Penguatan/Krisma)
6. Yohannes 6:53-58, 66-67 (Tentang Ekaristi)
7. 1 Korintus 11:27 (Tentang Ekaristi)
8. Yakobus 5:14-15 (Tentang Pengurapan)
9. Kolose 1:24 (Tentang Penderitaan)
10. Yakobus 2:24 (Tentang Perbuatan)

A. Otoritas

I. Matius 16:18-19 / Yesaya 22:22

Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Mat 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

YES 22:22 Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

Dalam bahasa asli, kata jemaat dalam Mat 16:18 adalah Gereja (Yunani : Ekklesian/Ekklesia, Inggris KJV : Church). Kebanyakan gereja lain percaya bahwa "gereja" mengacu pada massa pengikut Kristen seluruh dunia, yang dengan bebas dihubungkan satu sama lain oleh iman mereka dalam Alkitab saja. Tetapi ayat ini menunjukkan bahwa "Gereja" yang didirikan oleh Yesus Kristus bukanlah suatu badan yang tak kelihatan dari pengikut bebas yang terhubung (loosely-connected), tetapi adalah suatu institusi yang hirarkis dan kelihatan yang dibangun di atas seseorang, Petrus. Seseorang yang diberi otoritas tertinggi, suatu badan dengan suksesi dinasti, dan diberikan ketidak-bersalahan (infallibility). Gereja ini Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Di dalam ayat-ayat ini, kita lihat berikut :

Pertama, Yesus membangun GerejaNya (“ekklesia”) di atas Petrus. Yesus mengubah nama Simon menjadi Kepha, dan berkata bahwa di atas "Kepha" ini Ia akan membangun Gereja. Kepha, dalam bahasa Aram (bahasa di mana Yesus berbicara), berarti suatu bentuk batu karang raksasa, dan penggunaan Kepha oleh Yesus untuk mengubah nama Petrus menandakan dasar kepemimpinan di dalam Gereja (lihat juga Mrk. 3:16 dan Yoh. 1:42 di mana Yesus mengubah nama Simon menjadi "Kefas" yang mana transliterasi dari bahasa Aram "Kepha"). Hanya Gereja Katolik yang dapat memenuhi dan membuktikan suatu garis keturunan para pengganti yang tak terputus yang pondasinya adalah Petrus.

Yang kedua, Yesus mengatakan alam maut tidak pernah akan menguasai Gereja. Maka meskipun Yesus menugaskan manusia penuh dosa seperti Petrus untuk memimpin Gereja, Yesus berjanji neraka tidak akan menguasainya. Karena kuasa neraka mengacu pada yang hal-hal yang supranatural/gaib, ini harus berarti bahwa Gereja, walaupun dipimpin oleh orang-orang penuh dosa, akan dilindungi dengan sempurna. Karena Gereja sangat dilindungi, Gereja tidak bisa membawa orang beriman ke dalam kesalahan supranatural. Jadi, dia tidak bisa untuk memberi pengajaran yang salah dalam hal iman dan moral. Ketidak-bisa-an untuk memberi pengajaran yang salah dalam iman dan moral ini disebut "infallibility" atau ketidak-bersalahan (ini tidak bisa dikaitkan dengan kesalahan dan kebejatan para pemimpin Gereja, yang mana sudah mengarah pada "impeccabilas" atau ketidak-celaan). Jika Gereja tidak infallible, maka kuasa kematian atau alam maut tentu saja akan menjatuhkan anggotanya yang penuh dosa. Pengajaran Gereja yang konsisten dalam iman dan moral selama 2000 tahun membuktikan Yesus telah menjaga janjiNya.

Ketiga, Yesus memberi Petrus kunci kerajaan surga. Sementara banyak gereja lain berpikir bahwa pemberian "kunci" berarti bahwa Yesus menetapkan Petrus sebagai pelindung dari pintu gerbang surga, kenyataannya "kunci" tersebut mengacu pada otoritas Petrus atas Gereja di dunia (yang mana Yesus sering menggambarkannya sebagai "kerajaan surga." Mat. 13:24-52; 25:1-2; Mrk. 4:26-32; Luk 9:27; 13:19-20, dll.)
Di dalam kerajaan Daudiah (Perjanjian Lama), raja mempunyai perdana menteri di mana di atas bahunya Tuhan menempatkan kunci dari kerajaan (Yes 22:22). Dengan cara yang sama, kerajaan Kristus yang baru juga mempunyai seorang perdana menteri (Petrus dan para penggantinya) yang diberi kunci kerajaan.

Kunci tidak hanya merepresentasikan otoritas perdana menteri dalam mengatur jemaat Tuhan dalam ketidakhadiran sang raja, tetapi juga berarti termasuk rangkaian pergantian perdana menteri (sebagai contoh, di Yes 22:20-22, Eliakim menggantikan Shebna sebagai perdana menteri di dalam kerajaan Daudiah). Hanya Gereja Katolik yang mengakui dan membuktikan suatu rangkaian pergantian perdana menteri (paus) sampai dapat dilacak kembali ke Petrus, dan rangkaian pergantian ini dimudahkan melalui kunci kerajaan.

Akhirnya, Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa apapun yang ia ikat dan lepaskan di atas bumi akan terikat dan terlepas pula di dalam surga. Seperti di dalam kerajaan Daudiah, kapan saja Petrus, perdana menteri membuka, tak seorangpun akan menutup, dan kapan saja ia menutup, tak seorangpun akan membuka. Yesus, oleh karena itu, memberi Petrus otoritas untuk membuat keputusan yang akan disahkan di dalam keabadian. Bagi Petrus yang penuh dosa (dan para penggantinya melalui penyampaian "kunci") untuk membuat keputusan seperti ini, ia harus dengan sempurna dilindungi. Sekali lagi, ini membuktikan bahwa Yesus memberikan ketidak-bersalahan (infallibility) kepada Gereja. Hanya di Gereja Katolik dan yang telah dibuktikan bahwa pengajarannya selama 2000 tahun dalam iman dan moral yang tidak berubah, infallibility dinyatakan.

II. 1 Timotius 3:15
1 Tim 3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.

Seperti yang dijelaskan di ayat yang pertama, dalam bahasa asli, kata jemaat dalam 1 Tim 3:15 inipun mauksudnya adalah Gereja (Yunani : Ekklesian, Inggris KJV : Church). Kebanyakan gereja lain percaya bahwa Alkitab menjadi tiang dan pondasi dari kebenaran, dan tidak ada pengetahuan di luar Alkitab yang diperlukan bagi keselamatan kita. tetapi kenapa Santo Paulus menulis bahwa Gereja, dan bukan Alkitab, menjadi tiang dan pondasi dari kebenaran? Ini adalah suatu teks kuat yang menyangkal teori Sola Scriptura (Hanya dengan Alkitab saja) dari gereja lain, yang mana secara salah meyakini bahwa Alkitab menjadi satu-satunya sumber kebenaran kekristenan (suatu teori yang tidak bisa ditemukan di manapun di dalam Alkitab sendiri). Sementara, Santo Paulus mengatakan Gereja yang menjadi tiang penopang dari kebenaran.

Ini maksudnya bahwa semua adalah kebenaran, bahwa Yesus mewarisi kita iman, moral dan keselamatan kita, mengalir melalui suatu Gereja yang hidup, seperti yang sudah kita pelajari, dibangun oleh Kristus sendiri di atas batu karang Petrus dan para penggantinya. Seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik, Tuhan telah memberi kita kebenaranNya dalam wujud firman yang hidup (Alkitab yang tertulis dan tradisi lisan) dan pengajaran yang hidup dari otoritas Gereja, yang diwarisi dengan pemberian kekuasaan untuk mengikat dan melepaskan. Sesungguhnya, ini adalah karena Gereja adalah pondasi kebenaran yang kita percayai dalam Alkitab. Ini adalah karena Gereja Katolik mengumpulkan Alkitab menjadi satu kitab dengan menentukan kitab mana adalah diilhami (inspired) oleh Tuhan dan kitab mana yang tidak. Gereja menyelesaikan pemilihan "kanon Alkitab" pada akhir abad keempat. Jika Gereja Katolik bukan merupakan puncak pondasi dari kebenaran, kepercayaan kita akan Alkitab akan tanpa dasar/pondasi yang kuat.

Kompilasi dari Alkitab oleh Gereja menerangi kesalahan Sola Scriptura. Seperti yang sudah disinggung di atas, gereja lain biasanya percaya bahwa Tuhan sudah mewahyukan semua hal yang diperlukan bagi keselamatan kita melalui Alkitab saja. Sebagai konsekuensi, mereka juga percaya bahwa tidak ada pengetahuan yang perlu dicari di luar Alkitab mengenai Iman Kristen yang diperlukan bagi keselamatan kita. Meskipun begitu, pengetahuan kitab-kitab mana yang menjadi bagian dari Alkitab dan kitab-kitab mana yang tidak adalah sangat penting bagi keselamatan kita, sebab jika kita tidak mengetahui, kita bisa terjerumus kepada kesalahan. Lebih lanjut, pengetahuan ini hanya bisa datang dari Tuhan sebab manusia tidak bisa melihat inspirasi ilahi.

Masalah dalam sola Scriptura, adalah bahwa pengetahuan tentang yang mana kitab-kitab yang diilhami dan yang mana yang tidak, tidaklah terdapat di Alkitab. Alkitab tidak mempunyai "daftar isi yang diilhami". Justru, pengetahuan tentang kanon adalah wahyu dari Tuhan yang penting bagi keselamatan kita, yang kita terima dari luar Alkitab. Wahyu ini diberikan kepada Gereja Katolik yang Kudus, dan fakta sejarah dan teologis ini menghancurkan doktrin Sola Scriptura (menariknya, sementara gereja lain menolak otoritas Gereja Katolik dalam kebanyakan hal, mereka menerima otoritas Gereja dalam menentukan kanon Perjanjian Baru).

Jika kita adalah seorang dari gereja lain berusaha untuk membuktikan doktrin Sola Scriptura, dan di sana adalah ayat yang berkata "Alkitab menjadi tiang dan penopang dari kebenaran," kita akan memproklamirkan ayat itu paling atas. Pada waktu yang sama, jika kita adalah seorang dari gereja lain, kita harus mengabaikan 1Tim 3:15 untuk melanjutkan protes tentang Iman Katolik.

B. Tradisi

III. 2 Tesalonika 2:15

2 Tes 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

2 Tes 2:15 Therefore, brethren, stand fast, and hold the traditions which ye have been taught, whether by word, or our epistle.

2 Tes 2:15 ara oun adelphoi stêkete kai krateite tas paradoseis as edidachthête eite dia logou eite di epistolês êmôn

Di dalam Alkitab bahasa Yunani di atas, kata paradoseon, paradoseis, paradosin yang berdiri sendiri, selalu diterjemahkan sebagai tradition dalam bahasa inggris. Entah mengapa terjemahan bahasa Indonesia tidak menulisnya tradisi. Jika Anda mempunyai Alkitab atau Alkitab elektronik multi bahasa, dapat melihat contoh-contoh lain di Mat 15:2, Mat 15:3, Mat 15:6, Mar 7:3, Mar 7:5, Mar 7:8, Mar 7:9 dan beberapa ayat lagi, yang mengatakan bahwa kata tersebut berarti tradisi dalam bahasa Indonesia.

Seperti yang sudah kita bahas, gereja lain percaya bahwa kekristenan akan mengikuti Alkitab saja sebagai sumber Iman Kristen mereka (Sola Scriptura). Akan tetapi kenapa Paulus memberitahu kita untuk mengikuti kedua-duanya, yaitu Alkitab dan kata-kata lisan? Tidakkah Paulus menambahkan sesuatu hal lain untuk diikuti sebagai tambahan dari Alkitab? Ya, sebab doktrin Sola Scriptura adalah suatu doktrin salah.

Paulus berkata bahwa mematuhi tradisi yang tertulis (Kitab Suci) tidaklah cukup. Kita harus pula mematuhi tradisi lisan. Ini menjadi dasar pengajaran bahwa Kristus memberikan kepada para rasul pengajaran yang tidak tertulis (Rasul Yohanes mengatakan bahwa "dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu, bdk Yoh 21:25”).

Dengan kata lain, ini adalah semuanya yang lain di mana Gereja memberi pengajaran atas iman dan moral. Kita berterimakasih kepada tradisi lisan apostolik yang sudah secara pasti mengajarkan kepada kita tentang Allah Trinitas, dua keadaan Kristus (manusia dan ilahi), persatuan dari keadaan itu (hypostatic union), Filioque (Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra), dan kanon kitab suci (kitab-kitab mana yang termasuk di dalam Alkitab dan yang tidak). Semua pengajaran ini, dan banyak, banyak lagi yang lain tidak dengan tegas diajarkan di dalam Alkitab, tetapi secara umum dipercaya oleh semua kekristenan. Untuk belajar lebih banyak tentang tradisi lisan apostolik, Anda dapat membeli buku Katekismus Gereja Katolik.

Karena 2 Tesalonika 2:15 sangat mengganggu posisi doktrin Sola Scriptura, Gereja lain sering membantah bahwa dalam tradisi lisan, Paulus mengacu, tradisi itu harus berasal dari mulut para rasul. Argumentasi mereka lebih lanjut adalah bahwa, semua rasul meninggal, kita tidak lagi harus mengikuti tradisi lisan. Argumentasi ini, bagaimanapun, tidak bisa terbukti dari kitab suci (yang mana akan mungkin jika Sola Scriptura benar) dan pada kenyataannya, bertentangan dengan kitab suci sendiri. Sebagai contoh, di 2 Timotius 2:2 di mana Paulus (generasi pertama) menginstruksikan kepada Timotius (generasi kedua) untuk memberi pengajaran kepada yang lain tentang iman (generasi ketiga) yang akan bisa memberi pengajaran kepada yang lain juga generasi keempat). Argumentasi seperti itu juga bertentangan dengan seluruh maksud tradisi (dalam bahasa Yunani, "paradosis") yang mana berarti "diterima sampai ditangan" dari satu generasi kepada generasi berikutnya.


Lebih dari itu, argumentasi gereja lain juga terbantah, di mana pada saat Gereja memilih Kanon Alkitab. Sementara rasul terakhir Yohanes meninggal di sekitar tahun 100 M, Alkitab belum selesai dikumpulkan sampai tahun 397 M. Jadi Gereja diperlukan untuk menjaga tradisi lisan apostolik selama 300 tahun dalam rangka menentukan surat yang mana yang diilhami dan surat yang mana yang tidak. Tradisi tentu tidak berasal dari mulut rasul (mereka sudah meninggal), tetapi dari para pengganti mereka. (Tidak ada alasan juga untuk menyimpulkan bahwa Gereja perlu/seharusnya mendengarkan generasi keempat, kelima, atau keenam dari pengganti para pengganti rasul, tetapi tidak boleh mendengarkan dari para penggantinya di kemudian hari seperti kita saat ini).

Kita perlu juga catat bahwa tradisi apostolik yang diperintahkan Paulus kepada kita untuk diikuti di dalam 2 Tesalonika 2:15 tidak sama dengan tradisi orang Farisi yang dikutuk Yesus di dalam Mat 15:3 dan Mrk 7:9. Tradisi yang dikutuk Yesus mengarah pada peraturan ritual dan tindakan lain dalam Perjanjian Lama yang kontroversi dengan Perjanjian Baru. Maka ada tradisi manusia tertentu yang, jika bertentangan dengan Injil, kita harus menolak, dan tradisi apostolik lisan yang diperintahkan oleh Paulus harus kita terima.

Satu-satunya argumentasi gereja lain yang dapat dibuat adalah, sekali Alkitab dikumpulkan dan dikanonisasi, semua tradisi lisan apostolik sudah masuk dalam Kitab Suci. Sebagai hasilnya, kebutuhan untuk mengikuti tradisi lisan tidak diperlukan lagi. Tetapi mereka tidak bisa membuktikan dari Alkitab itu sendiri. Tidak ada di dalam Kitab Suci yang memerintahkan kita untuk mengikuti tradisi lisan hanya sampai Alkitab dikumpulkan dan dikanonisasi, dan kemudian mengikuti Alkitab saja (kata "Alkitab" bahkan tidak ada di Alkitab). Sesungguhnya, Yesus juga tidak pernah memerintahkan kepada siapapun dari para rasulNya untuk menulis apapun. Mereka hanya ditugaskan untuk "mengabarkan Injil kepada semua makhluk, Mat 28:19”. Sebab Kitab Suci adalah firman Tuhan yang hidup yang akan tetap sama dari kemarin, hari ini dan untuk selamanya (bdk. Ibr 13:10), dan tidak ada ayat di dalam Kitab Suci yang menentang perintah Paulus dalam 2 Tes 2:15, kita harus pula mematuhi tradisi lisan dari Gereja sebagaimana yang Paulus perintahkan, atau kita tidak setia kepada Kitab Suci.

C. Baptisan
IV. 1 Petrus 3:21
1 Pet 3:21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus.


Kebanyakan gereja lain mengajarkan bahwa baptisan hanya simbolis dan tidak benar-benar menyelamatkan kita. Mengapa kemudian, Petrus mengatakan bahwa baptisan itu tentu saja menyelamatkan kita? Sebab baptisan, tidak seperti yang diajarkan gereja lain, adalah menyelamatkan. Melalui jasa dari kebangkitan Kristus, baptisan, Sakramen Inisiasi dalam Kristen yang dimulai oleh Kristus, membersihkan kita dari dosa asal, membuat kita diangkat menjadi anak-anak Tuhan, dan membawa kita kepada keselamatan.

Tidak seperti yang gereja lain ajarkan, baptis bukan hanya suatu tindakan simbolis yang berupa penuangan, percikan atau membenamkan orang ke dalam air (jika tidak, Petrus tidak akan berkata bahwa itu menyelamatkan kita). Kis 2:38 juga mengatakan hal ini bahwa kita harus bertobat dan dibaptis untuk pengampunan dosa kita. Pertobatan sudah barang tentu menjadi syarat keselamatan, dan baptisan merupakan tanda ke-berolehan keselamatan tersebut. Baptisan bukan hanya suatu pendekatan kepada Tuhan melalui suatu tanda simbolis. Inilah alasan kenapa Petrus mengatakannya "bukan sebagai suatu penghapusan kotoran dari badan”. Kebanyakan ahli mengatakan Petrus sedang mengacu pada khitanan (upacara ritual inisiasi dalam Perjanjian Lama) ketika ia menulis tentang “penghapusan kotoran dari badan. ”Khitanan adalah suatu isyarat simbolis di depan Tuhan yang tidak pernah dapat menyelamatkan kita. Tetapi, paling tidak, Petrus mengajar baptisan itu tidak berkenaan dengan bagian luar/lahiriah, tetapi bagian dalam dari kehidupan seseorang.

Jadi, Petrus mengajarkan bahwa baptisan itu menyelamatkan kita “dengan nurani yang bersih”. Ini berkenaan dengan bagian dalam kehidupan. Dengan cara yang sama, penulis dari Ibr 10:22, dalam hubungannya dengan pencucian dengan air yang murni (tentang baptis), mengatakan kita dibasuh dan menjadi “bersih dari nurani yang jahat”. Baptis menghapus dosa asal yang menggelapkan nurani kita. Ini memurnikan bagian dalam dari kehidupan seseorang. Baptis bukan hanya suatu eksternal, simbolis, upacara tanda/isyarat, (jika tidak, para penulis yang kudus tidak akan menulis tentang pemurnian dari nurani, di mana dosa dilahirkan).

Jadi, melalui kebangkitan Kristus, sekarang baptisan benar-benar menyelamatkan hidup rohani kita, sama halnya perahu nabi Nuh (yang mana Petrus mengatakan baptisan "sesuai dengan") yang menyelamatkan hidup keluarganya. Di dalam baptisan, kita dicuci bersih dari dosa asal dan menjadi anak angkat laki-laki dan perempuan dari Bapa. Inilah alasan kenapa Paulus menulis kepada Titus, mengenai baptisan, yaitu “Dia menyelamatkan kita dengan rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang mana Dia menuangkannya kepada kita dengan melimpah melalui Yesus Kristus, sedemikian sehingga kita dibenarkan oleh rahmatNya dan menjadi pewaris hidup abadi.” (Tit 3:5-7). Paulus menguatkan pengajaran Petrus bahwa baptisan itu menyelamatkan kita dengan pembaharuan bagian dalam hidup kita, yakni, jiwa kita, yang mana kini diwarisi dengan keilahian Tuhan dan rahmat penyucian. Jadi kita menjadi anak-anak Tuhan dan mewarisi kerajaanNya.

Hanya Gereja Katolik yang mengajarkan bahwa baptisan, berdasarkan atas jasa Kristus dan pelaksanaannya kepada kita, adalah menyelamatkan. Gereja lain, bertentangan dengan 1 Pet 3:21 (dan Titus 3:5-7; Yoh 3:5; dan Ibr 10:22) memberi pengajaran baptisan itu hanya simbolis. Dalam pelaksanaannya, Gereja Katolik melakukan persiapan yang cukup panjang untuk calon baptis (katekumen), karena menyadari bahwa baptisan adalah sesuatu yang sakral. Baptisan, karena merupakan meterai penyelamatan, harus benar-benar dipersiapkan oleh calon baptis dalam hal pemahaman ajaran Gereja Katolik, dan tentunya adalah pertobatan.


D. Pengakuan Dosa
V. Yohanes 20:22-23

Yoh 20:22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus”.
Yoh 20:23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.

Gereja lain percaya bahwa orang Kristen perlu mengaku dosa mereka secara pribadi kepada Tuhan, dan tidak kepada seorang imam. Mengapa, kemudian Yesus memberi kuasa kepada para rasul untuk mengampuni dan mempertahankan dosa? Sebab, tidak seperti kepercayaan gereja lain, Yesus percaya bahwa orang Kristen secara terbaik berkembang dalam kekudusan dengan mengaku dosa mereka kepada para imam Nya dan menerima pengampunan dalam sakramen pengakuan dosa. Pengakuan dosa menjadi cara normatif dimana Tuhan mengampuni dosa kita.

Ayat ini sangat kuat mengganggu posisi gereja lain. Pertama, kita lihat bahwa Yesus menghembusi para rasulNya. Satu-satunya waktu lain Tuhan menghembusi manusia adalah ketika Ia menciptakan manusia dan memberikan nyawa di badannya (Kej 2:7). Ketika Tuhan menghembusi manusia, suatu perubahan terjadi. Di sini, para rasul diubah menjadi "Kristus lain" yang diisi dengan Roh Kudus dan diberi otoritas ilahi oleh Yesus untuk mengampuni dosa.

Begitu juga, Matius menulis, Tuhan itu memberi kuasa kepada manusia (Yesus sebagai Anak Manusia) untuk mengampuni dosa (Mat. 9:8). Kita juga catat bahwa Yesus tidak membedakan antara dosa yang sangat serius (dosa berat) dan dosa yang lebih sedikit (dosa ringan) (seperti pada 1 Yoh 5:16-17). Berdasarkan atas kemurahan hati Tuhan, para rasul bisa mengampuni semua dosa.

Kita juga mencatat bahwa para rasul tidak hanya diberi kuasa untuk mengampuni dosa, tetapi juga untuk mempertahankan dosa. Apa artinya ini? Maksudnya adalah bahwa para rasul diberi anugerah dalam memberikan pertimbangan dan keputusan atas ketulusan dari pengaku dosa, dan mengikat pengaku dosa dengan tindakan penebusan dosa agar diampuni dosanya. Jika di dalam pertimbangan para rasul, pengaku dosa tidak tulus hati, atau dikehendaki harus melaksanakan tindakan penebusan dosa di dalam perbaikan terhadap dosanya, para rasul bisa mempertahankan dosa (menahan pengampunan) sampai kondisi-kondisi mereka dipenuhi. Sementara otoritas seperti itu hanya dimiliki oleh Tuhan sendiri, Kristus membagi otoritas ini bersama dengan para rasul.


Kuasa untuk mempertahankan dosa sangat penting sebab ini memberikan otoritas kepada para imam, tidak hanya untuk mengampuni dosa, tetapi untuk menghapus penghukuman sementara terhadap dosa (Gereja menyebut penghapusan dari hukuman sementara terhadap dosa yang telah diampuni ini dengan sebutan "indulgensi"). Tentunya, jika seorang imam dapat mengampuni dosa berat (yang mana, jika tidak diampuni akan mengirim orang ke neraka), imam tentunya dapat menghapus hukuman sementara terhadap dosa ringan. Ini adalah bagian dari otoritas imam untuk mengikat (menahan dosa dan menentukan penebusan dosa) dan otoritas untuk melepaskan (mengampuni dosa dan penghapusan hukuman sementara terhadap dosa).

Tentu saja anugerah Yesus dalam otoritas yang disebutkan dalam Yoh 20:22-23 hanya dapat diberikan jika pengaku dosa mengaku dosanya secara lisan kepada para rasul. Para rasul tidak memberikannya dengan membaca pikiran si pengaku dosa, dan sekalipun mereka mengaku secara lisan, pengampunan dosa masih akan tergantung pada keinginan pendosa untuk diampuni (pendosa akan menyatakan keinginan itu dengan mengaku dosanya kepada imam). Jika pengakuan lisan tidak diperlukan, cara Yesus memberikan anugerah kepada para rasul tidak akan ada artinya.
Akhirnya, sekelompok kecil gereja lain mengakui bahwa para rasul mempunyai kuasa untuk mengampuni dan mempertahankan dosa, mereka hanya dapat mengesampingkan Yoh 20:22-23 dengan membantah bahwa otoritas ini berakhir pada kematian mereka. Masalah dengan argumentasi mereka bahwa ini tidak bisa dibuktikan dari Kitab Suci ( tidak bagian dalam Kitab Suci yang mengajarkan bahwa otoritas mengikat dan melepas, dari para rasul akan berakhir pada kematian). Sebaliknya, argumentasi dapat dibuktikan dari catatan sejarah (Gereja sudah dan terus memberikan sakramen pengakuan dosa selama berabad-abad).

Lebih dari itu, gereja lain gagal untuk memberikan penjelasan yang cukup tentang mengapa Yesus harus mewariskan anugerah yang tidak masuk akal seperti itu kepada jaman para rasul, dan kemudian mengambil kembali anugerah itu dari generasi berikutnya. Jawabannya, tentu saja adalah bahwa Ia tidak mengambil anugerah itu kembali. Anugerah dipelihara melalui rangkaian suksesi para imam oleh sakramen imamat seperti yang Kristus harapkan. Tentang pewarisan anugerah ini, Alkitab sering menyebutnya sebagai "penumpangan tangan." Kis 6:6; 13:3; 8:18; 9:17; 1 Tim 4:14; 5:22; 2 Tim 1:6

E. Ekaristi
VI. Yohanes 6:53-58, 66-67
Yoh 6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Yoh 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
Yoh 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Yoh 6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
Yoh 6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
Yoh 6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Yoh 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Yoh 6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?".

Kebanyakan gereja lain percaya bahwa roti dan anggur yang ditawarkan oleh Imam Katolik di dalam Misa Kudus hanya lambang dari tubuh dan darah Kristus. Mereka tidak percaya bahwa orang Kristen harus benar-benar makan daging dan minum darah Kristus untuk memperoleh hidup abadi. Mereka tidak percaya bahwa daging Kristus adalah makanan yang nyata, dan darahNya adalah minuman yang nyata. Mengapa, kemudian, Yesus berulang-kali mengatakan dalam ayat ini bahwa kita harus makan dagingNya dan minuman darahNya atau kita tidak punya hidup di dalam diri kita? Mengapa Kristus mengatakan bahwa dagingNya tentu saja adalah makanan, dan darahNya tentu saja adalah minuman, jika darah dan dagingNya bukan benar-benar makanan dan minuman? Pengajaran Yesus tentang Ekaristi ini adalah yang paling besar di dalam seluruh Kitab Suci, dan ayat ini adalah ayat yang sangat membuat masalah dan pertentangan di gereja lain, bahwa roti dan anggur dalam Misa Kudus hanya sebagai lambang.


Ketika Yoh 6 dengan penuh doa dibaca, kita lihat bagaimana Yesus secara berangsur-angsur memberi pengajaran orang beriman tentang roti dari sorga yang membawa hidup, yang akan Ia berikan kepada dunia (melalui pemecahan lembaran roti, mengacu kepada hujan manna yang diberikan kepada bangsa Israel, dan akhirnya mengacu kepada roti yang Yesus akan berikan, yang mana adalah dagingNya sendiri). Ketika bangsa Yahudi mempertanyakan Yesus tentang bagaimana mungkin ia bisa memberi mereka dagingNya untuk dimakan, Yesus menjadi lebih harafiah di dalam penjelasanNya. Yesus mengatakan beberapa kali bahwa kita harus makan (di dalam bahasa Yunani, "phago") dagingNya untuk memperoleh hidup abadi (yang secara harafiah berarti "untuk mengunyah").

Ketika bangsa Yahudi mempertanyakan keanehan pengajaranNya lebih lanjut, lebih lanjut pula Yesus menggunakan kata yang lebih harafiah lagi (di dalam Yunani, "trogo") untuk menjelaskan bagaimana kita harus makan dagingNya untuk memperoleh hidup abadi (yang mana secara harafiah berarti "untuk menggerogoti atau memamah") (Yoh 6:54). Di bagian lain Perjanjian Baru, kata “trogo” hanya digunakan dua kali (Mat. 24:38; Yoh 13:18) dan selalu digunakan secara harafiah (makan secara fisik). Gereja lain tidak mampu memberikan satu contoh di mana kata "trogo" pernah digunakan dalam makna simbolis. Untuk mengarahkan ke titik utama dari pengajaranNya, Yesus mengatakan bahwa dagingNya tentu saja makanan riil, dan darah Nya adalah tentu saja minuman riil (Yesus tidak mengatakan sesuatupun tentang roti (dan anggur) yang menjadi lambang Tubuh dan Darahnya).

Apakah kemungkinan-kemungkinan yang paling memaksa dari bagian ini, dan apa yang terjadi pada ujung ceramah Yesus. Kita mengetahui bahwa bangsa Yahudi memahami bahwa Yesus mengatakan secara harafiah. Ini ditunjukkan oleh pertanyaan mereka, "Bagaimana mungkin manusia memberi kepada kita dagingNya untuk dimakan?" Mereka tidak bisa mengerti tentang mengapa mengkonsumsi daging Yesus dapat membawa hidup dan bagaimana mereka bisa mungkin melakukan hal seperti itu. Kita juga mengetahui bahwa Yesus bereaksi terhadap pertanyaan mereka dengan menjadi lebih harafiah lagi tentang memakan daging Nya dan meminum darah Nya. Tetapi kita belajar dari ujung ceramah Yesus, bahwa banyak dari pengikut Nya, oleh karena kesulitan memahami pengajaranNya, memutuskan untuk tidak lagi mengikutiNya, dan Yesus membiarkan mereka pergi. Kemudian Ia menghampiri para rasulNya dan menanyai mereka "Akankah kamu juga pergi?".

Akankah Yesus, yang adalah inkarnasi dari Firman Tuhan yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia, mengijinkan pengikut nya untuk meninggalkanNya jika mereka salah mengerti tentang pengajaranNya? Tentu saja tidak, apalagi pengajaranNya tentang bagaimana mereka memperoleh hidup abadi yang mana adalah inti dari misi Yesus. Yesus selalu menerangkan arti dari pengajaranNya kepada para muridNya (Mrk 4:34).

Yesus tidak mengatakan, "Hei, orang-orang, kembali ke sini, kamu semua salah mengerti". Ia tidak melakukan ini sebab mereka semua tidak salah. Mereka memahami dengan tepat, kita harus makan daging Yesus dan minum darahNya, atau kita tidak memiliki hidup di dalam diri kita. Gereja lain yang menentang, bahwa roti dan anggur yang diberikan oleh Gereja Katolik di dalam Misa Kudus adalah hanya simbol (dan bukan secara ajaib menjadi tubuh dan darah Kristus melalui tindakan dari Imam yang bertindak "sebagai persona Christi") harus membaca Yoh 6:53-58, 66-67, mengapa Yesus menggunakan kata-kata yang Ia katakan, dan mengapa Yesus mengijinkan pengikut Nya untuk meninggalkanNya jika mereka memahamiNya dengan benar (yang mana adalah satu-satunya kejadian di dalam Injil di mana Kristus mengijinkan murid Nya untuk meninggalkanNya berkenaan dengan pengajaran doktrin).

Ketika kita merenungkan misteri ini dengan pikiran dan hati yang terbuka, kita diajak untuk percaya dan mengetahui bahwa Ekaristi menjadi cara Bapa untuk memberi kita PutraNya di dalam perjanjian cinta yang abadi oleh kuasa Roh Kudus. Ekaristi adalah perluasan dari Inkarnasi. Jika kita bisa mempercayai Inkarnasi (Tuhan menjadi bayi mungil), selanjutnya akan mudah bagi kita untuk percaya bahwa Tuhan membuat Dirinya secara hakekat hadir dalam wujud roti dan anggur. Gereja telah mengajar untuk 2000 tahun lamanya bahwa Ekaristi menjadi sumber dan puncak dari Iman Kristen, kesempurnaan dari pengorbanan anak domba Paskah, yang mana kita dikembalikan kepada Tuhan dan mengambil bagian di dalam hidup ilahiNya. Paulus mengatakan, "anak domba Paskah kita telah dikorbankan, oleh karena itu, mari kita merayakan pesta". (1 Kor 5:7-8).

VII. 1 Korintus 11:27
1 Kor 11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Walaupun gereja-gereja lain mengajarkan bahwa Ekaristi hanyalah simbol dari tubuh dan darah Kristus, Paulus dalam ayat ini mendasari pengajaran Katolik yang mengajar bahwa Kristus itu nyata, sungguh-sungguh, dan secara hakekat (substansi) hadir dialam Ekaristi. Paulus mengkonfirmasikan apa yang Yesus ajarkan dalam Injil Yohanes bab 6. Jika kita ikut serta dalam Ekaristi dengan tidak layak, kita bersalah karena kejahatan mencemarkan tubuh dan darah Kristus (yang secara harafiah, membunuh Kristus). Ini pengajaran yang sangat khidmat dan kuat membuktikan dengan pasti pemahaman Katolik tentang Ekaristi dan meninggalkan keraguan kecil, bila ada, tentang kehadiran yang riil (Real Presence).


Suatu ilustrasi tentang penerapan dari ayat ini yang mungkin sangat menolong. Suatu waktu, sebut saja Toni yang seorang Katolik sedang berdebat dengan seseorang dari gereja lain di tempat kerja, tentang Kehadiran Kristus yang riil (Real Presence) dalam Ekaristi. Toni menerangkan kepadanya bahwa dalam ketiga Injil Sinoptik tentang Perjamuan Terakhir, seperti juga dalam pengajaran Paulus yang menerima secara langsung dari Kristus, Yesus mengambil roti, memberkati dan memecah-mecahkannya, dan berkata, "Inilah tubuhKu". Dengan cara yang sama, ia mengambil anggur, mengucap syukur, dan berkata, "Inilah darahKu" (Mat 26:26-28, Mar 14:22-24, Luk 22:19-20, dan 1 Kor 11:21-25). Toni menekankan bahwa Yesus tidak mengatakan "Ini mewakili tubuh dan darahKu," atau " Ini adalah lambang tubuh dan darahKu" (meskipun ada banyak kata kerja dalam bahasa Aram untuk kata “mewakili”). Toni menjelaskan lebih lanjut kepadanya, bahwa Tuhan tidak, dan tidak bisa, menyatakan sesuatu tanpa membuatnya, dan menantang dia untuk menemukan dalam Kitab Suci, ayat untuk membuktikan Toni salah, dan ia tidak bisa.

Sebagai gantinya, gereja lain memberikan penjelasan, dengan ilustrasi foto istrinya diambil dari dinding di dalam ruangannya, dan diberikannya kepada Toni, dan berkata, "Inilah istriku". Kemudian ia menanyai Toni, "Apakah ini bukan benar-benar dia, siapakah dia?". Ia pikir ia membuat Toni diam.

Pertama-tama Toni memberi selamat pada dia atas pasangan cantik yang dikaruniakan kepadanya seperti itu. Toni kemudian berpura-pura menyobek foto itu dan menjatuhkannya ke lantai, berpura-pura menginjak-injaknya. Toni membuat sedikit kegaduhan. Ia melihat Toni dengan ekspresi terkejut dan bingung. Toni kemudian menanyainya, “Bukankah sekarang saya bersalah telah mencemarkan tubuh dan darah istrimu?”

Setelah beberapa saat, ia menjawab, “Tidak”. Toni balik bertanya kepadanya, “Mengapa tidak?”. Pikirannya benar-benar berputar, tetapi Toni berpikir bahwa ia tidak mengetahui arah pikiran Toni. Toni menyela untuk membantunya, dengan mengatakan “aku akan memberitahu kamu mengapa, dari poin yang baru saja kamu buat. Karena foto istrimu hanyalah simbol dari dia (istrimu), dan bukan benar-benar dia?”. Sampai titik ini, ia setuju, tetapi masih bingung. Toni kemudian menambahkan, “menjadi bersalah dengan mencemarkan tubuh dan darah istrimu karena menyobek fotonya dan akan menyakitkan hatinya adalah tidak mungkin, sebab kamu tidak bisa mencemarkan suatu simbol, apakah ini benar?” Ia menyetujui.


Toni kemudian mengarahkan pembicaraan ke titik utama dengan mendekatinya dan menanyakan dengan pelan-pelan. “Kemudian mengapa Paulus di dalam 1 Kor 11:27 menyatakan kepada kita bahwa kita menjadi bersalah dengan mencemarkan tubuh dan darah Kristus jika kita menerima Ekaristi dengan tidak layak? Itu adalah sesuatu pernyataan yang tak masuk akal jika Ekaristi hanyalah suatu simbol, tidakkah seperti itu?”. Setelah jeda beberapa lama terlihat kebingungan dari teman Toni dari gereja lain tersebut untuk berkata-kata. Yang dapat dilakukannya adalah meminta Toni untuk mengembalikan foto istrinya kepadanya dan berjanji bahwa ia akan membaca ayat dalam konteks yang benar dan akan kembali lagi kepada Toni. Tetapi ia tidak pernah melakukannya.






F. Pengurapan Orang Sakit
VIII. Yakobus 5:14-15

Yak 5:14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Yak 5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

Sementara gereja lain biasanya mempunyai beberapa bentuk bantahan untuk kebanyakan ayat dalam Kitab Suci yang mendukung pengajaran Gereja Katolik (yang selalu dapat dibuktikan balik), mereka biasanya hanya mempunyai sedikit kata-kata untuk Yak 5:14-15. Kebanyakan gereja lain menyimpan ayat ini, tidak pernah untuk berhubungan dengannya lagi. Ini adalah karena tidak ada tempat untuk meletakkan ayat ini dalam Teologinya. Tidak cocok di bagian manapun.

Bagian ini mendasari Sakramen Pengurapan Orang Sakit dari Gereja Katolik (yang dulu disebut "Pemberian minyak suci secara sungguh-sungguh/Extreme Unctuation") Sakramen ini, yang adalah salah satu tujuh sakramen, Yesus mengadakan untuk GerejaNya, dan diberikan kepada orang-orang dalam bahaya kematian, menderita penyakit yang mematikan, atau berhadapan dengan penanganan medis yang serius.

Ayat ini menunjukkan beberapa hal yang telah diajarkan oleh Gereja selama 2000 tahun. Pertama, untuk menerimakan sakramen, orang harus meminta uskup atau para imam Gereja. Ini memerlukan seorang laki-laki yang secara khusus ditahbiskan untuk melakukan pekerjaan khusus tersebut, dan berkaitan dengan apa yang kita mengerti tentang Gereja (jangan lupakan Petrus, kunci-kunci, suksesi kerasulan, pentahbisan imam, kuasa untuk mengikat dan melelepaskan, dan pondasi dari kebenaran).

Kedua, Yakobus mengatakan doa imam yang penuh iman akan menyelamatkan penderita sakit dan Tuhan akan menaikkan dia ke atas. Ini menunjukkan tindakan para imam Gereja dalam pribadi Kristus (“in persona Christi") di dalam melanjutkan karya penyelamatan Kristus. Yesus adalah satu-satunya Juru Selamat kita, tetapi Ia menginginkan kita untuk mengambil bagian di dalam imamatNya yang abadi, dan Ia memanggil manusia (laki-laki) tertentu untuk mengambil bagian dengan cara yang sangat mendalam untuk menuju keselamatan (melalui jabatan imamat yang dijelaskan di sini). Sehingga para imam, melalui kuasa Kristus, menyelamatkan jiwa penderita sakit.

Akhirnya, berdasarkan atas doa dan tindakan dari para imam, dosa-dosa penderita sakit diampuni (ini yang sebenarnya menyelamatkan jiwa manusia). Gereja lain mengalami kesulitan besar dengan ayat ini terutama karena ayat ini menunjukkan bahwa para imam mempunyai otoritas dan kuasa untuk mengampuni dosa (yang diberikan kepada manusia oleh Kristus, lihat juga Mat 9:8, Yoh 20:23). Tidak sama dengan apa yang Alkitab nyatakan, tidak ada di manapun dalam teologi atau praktek di gereja lain yang menyatakan tentang pengampunan dosa oleh pendeta atau sakramen untuk orang sakit.


G. Penderitaan
IX. Kolose 1:24
Kol 1:24 Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.

Kol 1:24 Who now rejoice in my sufferings for you, and fill up that which is behind of the afflictions of Christ in my flesh for his body's sake, which is the church

Seperti pada beberapa ayat sebelumnya, di dalam ayat ini, kata church dalam bahasa inggris sebenarnya lebih cocok diterjemahkan sebagai gereja, yang merupakan Tubuh Kristus. Umat Kristen percaya bahwa penderitaan yesus dan kematianNya secera keseluruhan cukup untuk pengampunan semua dosa dunia. Mengapa kemudian Paulus mengatakan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam penderitaan Kristus? Bagaimana hal ini mungkin? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh pemahaman Gereja Katolik yang sudah berumur 2000 tahun, bagaimana kita sebagai umat Kristen mengambil bagian dalam penebusan dan penyelamatan Kristus.

Kebanyakan gereja lain memberikan Anda janji manis ketika mereka memberikan pengajaran tentang penderitaan. Sebab di dalam aliran gereja lain tersebut pada umumnya Anda semua hanya perlu untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, dan diselamatkan, tidak ada yang lain, penderitaan sederhananya dipandang sebagai sesuatu yang harus dipikul sebagai bagian dari keadaan manusia, tanpa nilai atau manfaat untuk diri kita atau orang lain. Karena Gereja Katolik percaya bahwa masing-masing dari kita, berdasarkan baptisan kita, mengambil bagian dalam Imamat abadi Kristus, Gereja juga mengajarkan bahwa doa kita, perbuatan baik, dan bahkan penderitaan adalah melanjutkan pekerjaan penebusan Kristus. Ini adalah konsekwensi dari menjadi anggota persekutuan para Kudus. Ini adalah juga yang ditulis oleh Paulus tentang suratnya di Kolose 1:24.

Di ayat ini, Paulus mengatakan ia bergembira di dalam penderitaannya untuk kepentingan orang lain. Dari yang yang kita pahami tentang Paulus, kita dapat dengan menyimpulkan bahwa pada kenyataannya ia tidak bergembira di dalam keadaan seperti apapun (dia menderita). Ia bergembira karena telah menderita untuk ikut menyempurnakan pekerjaan penebusan Kristus. Memang sangat sedikit surat-surat tentang teologi ini. Kita juga lihat bahwa kegembiraan Paulus bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk anggota Gereja yang lain. Maka kegembiraan Paulus tentang nilai dari penderitaannya di dalam pekerjaan penebusan berdasarkan pada pemahaman bahwa penderitaanya adalah untuk membantu orang lain (bukan karena ia menikmati sakit dalam penderitaan). Ini menjadi lebih jelas seperti pada saat Paulus menjelaskan pengajarannya dalam konteks Tubuh Mistis Kristus, dan hanya dalam konteks ini pengajaran Paulus bisa dimengerti.

Paulus menjelaskan bahwa ia melengkapi apa yang menjadi kekurangan dari penderitaan Kristus. Tetapi Paulus tidak melakukan ini untuk kepentingan Kristus Sendiri, sebab penderitaan Kristus adalah cukup dan sempurna untuk penebusan kita. Paulus tidak bisa menambahkan apapun kepada kekuatan penderitaan Kristus. Justru, Paulus menjelaskan bahwa ia mengerjakan ini untuk kepentingan Gereja (Tubuh Mistik) di mana Kristus menjadi kepalanya. Mengapa? Sebab Tuhan menginginkan kita untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus dalam melanjutkan pekerjaan penebusanNya. Jadi, di dalam Gereja dan untuk Gereja, Yesus Kristus, dengan cara yang misteri, memberikan ruang dan mengijinkan penderitaan kita untuk dipersatukan dengan penderitaanNya, untuk memenuhi kehendak Bapa. Dalam baptisan kita, di mana kita menjadi anak-anak di dalam PutraNya dan mengambil bagian dalam ImamatNya, bahwa penderitaan kita dapat melanjutkan pekerjaan penebusan Kristus. Ini adalah hal yang mulia, tetapi ini sama seperti cinta Tuhan kepada kita, dan ini justru oleh karena cinta Tuhan kepada kita semata.

Bagaimana kita, seperti Paulus, melengkapi kekurangan dari penderitaan Kristus untuk kepentingan Gereja? Kita memberikan penderitaan kita sebagai pengorbanan pujian kepada Tuhan. Sebagai ganti dari memikul penderitaan, kita secara harafiah akan menderita melalui doa untuk menyempurnakan pekerjaan penebusan Kristus. Ini adalah apa yang Gereja sebut sebagai "penderitaaan penebusan". Jenis penderitaan ini yang membuat Paulus bergembira, dan inilah alasan kenapa cara kita menjalani penderitaan menjadi sangat penting. Penderitaan seperti itu dapat bermanfaat tidak hanya bagi mereka yang menderita, tetapi bagi semua anggota Tubuh Kristus. Jenis penderitaan yang terburuk adalah penderitaan yang sia-sia. Hanya Gereja Katolik, yang selama 2000 tahun telah hidup dan diajar oleh pengajaran Paulus dalam penderitaan.

H. Perbuatan
X. Yakobus 2:24
Yak 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Sebagai tambahan terhadap kepercayaan mereka di dalam Alkitab Saja ("Sola Scriptura"), kebanyakan gereja lain percaya bahwa semua orang harus menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi untuk dibenarkan oleh Tuhan (pembenaran adalah proses dengan mana manusia digerakkan oleh rahmat, menuju ke arah Tuhan dan meninggalkan dosa, dan menerima pengampunan dan kebenaran Tuhan). Jadi, kebanyakan gereja lain percaya bahwa orang dibenarkan dan diselamatkan oleh iman nya di dalam Kristus saja (yang disebut "Sola Fide" atau Iman Saja). Tetapi jika ini benar, kenapa kemudian Yakobus mengatakan bahwa seorang manusia dibenarkan oleh perbuatan dan bukan oleh iman saja?

Yakobus mengatakan ini, sebab kita dibenarkan, dan akhirnya diselamatkan melalui kedua-duanya, iman dan perbuatan kita, dan tidak hanya iman saja. Pada kenyataannya, satu-satunya tempat di dalam Alkitab di mana frase "iman saja" muncul adalah di dalam Yakobus 2:24 di mana di situ dikatakan kita dibenarkan oleh perbuatan dan bukan oleh iman saja. Sehingga Alkitab tidak pernah memberi pengajaran di manapun bahwa kita dibenarkan, diselamatkan, atau yang lainnya, oleh iman saja. Sementara dalam hal ini, posisi Gereja Katolik nampak jelas nyata, teologi iman dan perbuatan berkenaan dengan keselamatan kenyataannya cukup rumit, dan telah menjadi salah satu sumber utama perpecahan antara Gereja Katolik dan Gereja lain. Karenanya, poin-poin harus dibuat untuk menanggapi kontroversi ini dan memperjelas pengajaran Katolik

Pertama, Katolik akhirnya percaya bahwa kita diselamatkan, bukan oleh iman atau perbuatan, tetapi oleh Yesus Kristus dan hanya Dia. Kematian Yesus Kristus dan kebangkitanNya adalah semata-mata sumber dari pembenaran (sedang dalam hubungan yang benar dengan Tuhan) dan keselamatan kita (berbagi dalam kehidupan ilahi dengan Tuhan). Tetapi sebagai hasil dari kematian dan kebangkitan Kristus, kini kita mampu menerima rahmat Tuhan. Rahmat/anugerah adalah hidup ilahi milik Tuhan yang mana diberikanNya ke dalam jiwa kita. Inilah pengertian bahwa Adam pada permulaan kalah untuk kita, dan Kristus menang kembali untuk kita. Rahmat ini yang menyebabkan kita untuk mencari Tuhan dan untuk percaya dalam Dia (bagian "iman"). Non-Katolik biasanya berhenti sampai di sini.

Tetapi Tuhan menginginkan kita untuk merespon terhadap rahmatNya dengan membawa iman kita ke dalam tindakan (bagian "perbuatan"). Inilah alasan kenapa Yesus selalu mengajar tentang keselamatan kita dalam konteks apa yang benar-benar kita lakukan selama hidup kita di dunia, dan bukan berapa banyak iman yang kita miliki ("segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40,45)). Ketika Yesus memberi pengajaran tentang kedatanganNya yang kedua di mana Ia akan memisahkan domba dari kambing, Ia mendasarkan keselamatan dan kutukan atas apa yang benar-benar kita lakukan ("perbuatan"), apakah benar atau jahat. (Mat 25:31-46). Di dalam Yak 2:14-26, Yakobus dengan cara yang sama menginstruksikan kepada kita untuk meletakkan iman kita ke dalam tindakan dengan melakukan perbuatan baik, dan tidak hanya dengan memberikan persetujuan iman intelektual. Yakobus mengatakannya dengan "jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak 2:17, 26).

Maka kita harus melakukan lebih dari menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Bahkan setanpun percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat, dan "mereka gentar" (Yak 2:19). Kita harus pula berbuat baik. Iman menjadi permulaan proses yang mengarahkan kita kepada pembenaran, tetapi iman saja tidak pernah memperoleh rahmat pembenaran. Iman dan Perbuatan bertindak bersama-sama untuk mencapai Pembenaran kita. Paulus mengatakannya dengan sangat baik ketika ia menulis bahwa kita memerlukan "iman yang bekerja dalam kasih" (Gal 5:6). Kita tidak dibenarkan dan diselamatkan oleh iman saja.


Kedua, adalah penting untuk membedakan antara "perbuatan" yang diajarkan Yakobus di dalam Yak 2:24 dan "perbuatan menurut hukum" diajarkan Paulus di dalam Rom 3:20,28; Gal 2:16,21; 3:2,5,10; dan Efe 2:8-9. Gereja lain biasanya mengacaukan "perbuatan baik" yang diajarkan Yakobus dan “perbuatan menurut hukum” yang diajarkan Paulus" ketika mereka mencoba untuk membuktikan bahwa "perbuatan" adalah tidak relevan kepada pembenaran dan keselamatan. "Perbuatan menurut hukum" yang diajarkan Paulus di dalam Ef 2:8-9 dan di bagian lain merunjuk pada Hukum Musa dan sistem hukum mereka yang dibuat Tuhan, dan diwajibkan bagi mereka untuk memperloleh imbalan dari perbuatan. Mereka akan sangat “bangga” dengan perbuatan mereka dan menghargai perbuatan mereka untuk diri mereka sendiri. (Bdk Rom 4:2; Ef. 2:9). Paulus mengajarkan bahwa dengan kedatangan Kristus, Hukum Musa (tentang moral, hukum, dan peraturan adat) yang membuat Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, tidak lagi dapat membenarkan seseorang. Sebagai gantinya, Paulus mengajarkan bahwa sekarang kita dibenarkan dan diselamatkan oleh rahmat (bukan kewajiban terhadap hukum) melalui iman (bukan perbuatan mematuhi hukum) (Ef. 2:5,8). Karenanya kita tidak lagi “bangga” dengan menghargai perbuatan kita untuk diri kita sendiri. Kita menghargainya untuk Tuhan yang memberikan segalanya kepada kita dengan cuma-cuma oleh rahmatNya.

Oleh karena itu, kita tidak lagi diharuskan untuk memenuhi “perbuatan hukum”, tetapi untuk memenuhi “Hukum Kristus” (Gal. 6:2). Inilah alasan kenapa Paulus menulis bahwa “pelaku hukum Taurat (yang relevan dengan hukum Kristus)” akan dibenarkan (Rom. 2:13). Tentu saja, “perbuatan menurut hukum” yang ditulis Paulus dalam Rom. 3:20,28; Gal. 2:16,21; 3:2,5,10 dan Ef. 2:8-9 tidak ada hubungannya dengan “perbuatan baik” yang diajarkan Yakobus dalam Yak. 2:24 atau “hukum” yang diajarkan Paulus dalam Rom. 2:13 (sebab semua menjadi bagian dari Firman Tuhan yang tidak pernah dapat saling berkontradiksi).

Secara ringkas, berdasar Kitab Suci, Gereja telah mengajarkan selama 2000 tahun bahwa kita dibenarkan dan diselamatkan oleh kemurahan hati dan rahmat Kristus melalui kedua-duanya iman dan perbuatan, dan bukan iman saja. Kita tidak lagi berada dalam sistem hukum hutang, di mana Tuhan memberikannya kepada kita (sebagai pemberi pinjaman/pendosa). Kita sekarang berada dalam sistem rahmat di mana Tuhan memberi penghargaan atas perbuatan kita ketika dilaksanakan dengan iman dalam Kristus ( Bapa/Anak). Ini juga berarti bahwa kita harus melanjutkan untuk melatih iman dan perbuatan kita sampai akhir dari hidup kita untuk diselamatkan. Inilah alasan kenapa Yesus mengatakan kepada kita untuk "bertahan sampai akhir" untuk bisa diselamatkan (Mat 10:22; 24:13; Mar 13:13). Ini adalah juga mengapa Paulus memperingatkan kita bahwa kita bisa kehilangan keselamatan kita jika kita tidak bertekun (Bdk Rom 11:20-23; 1 Kor 9:27). Iman Katolik ini membantah novel gereja lain tentang gagasan "sekali selamat tetap selamat".

Copyright 2006 by John Salza (johnsalza@scripturecatholic.com)
Alih Bahasa : Fantioz (fantioz@yahoo.com)