Memulihkan Persekutuan yang Retak ??
Pada bab 23 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari keduapuluh dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Pada bab 20 ini, Warren masih sedikit mengajarkan tentang hal komunitas, khususnya bagaimana memulihkan sebuah persekutuan yang retak dengan cara-cara yang menurut Warren "Alkitabiah".
Pada awal bab ini, ia mengutip 2 Korintus 5:18 versi God’s Word Translation (GWT), "(Allah) telah memulihkan hubungan kita dengan-Nya melalui Kristus, dan telah memberikan kepada kita pelayanan untuk memulihkan hubungan." (Warren, 2005, p. 171)
Komentar saya :
Lagi-lagi, penyakit lama Warren kambuh, ia gemar sekali mengutip ayat Alkitab dari versi terjemahan yang cocok dengan ide yang ingin dia sampaikan. Benarkah 2 Korintus 5:18 mengajarkan tentang pelayanan untuk memulihkan hubungan dengan sesama orang beriman ? TIDAK. Untuk mendapatkan keseluruhan konteks dan perikop yang ada, mari kita perhatikan 2 Korintus 5:18-20 versi Terjemahan Baru (TB), "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah." Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, "Semuanya itu dikerjakan oleh Allah. Melalui Kristus Allah membuat kita berbaik kembali dengan Dia, lalu menugaskan kita supaya orang-orang lain dimungkinkan berbaik juga dengan Allah. Kami memberitakan bahwa dengan perantaraan Kristus, Allah membuat manusia berbaik kembali dengan diri-Nya. Allah melakukan itu tanpa menuntut kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan manusia terhadap diri-Nya. Dan kami sudah ditugaskan Allah untuk memberitakan kabar itu. Jadi kami adalah utusan-utusan Kristus. Melalui kami Allah sendiri yang menyampaikan pesan-Nya. Atas nama Kristus, kami mohon dengan sangat, terimalah uluran tangan Allah yang memungkinkan kalian berbaik dengan Dia." King James Version menerjemahkannya, "And all things are of God, who hath reconciled us to himself by Jesus Christ, and hath given to us the ministry of reconciliation; To wit, that God was in Christ, reconciling the world unto himself, not imputing their trespasses unto them; and hath committed unto us the word of reconciliation. Now then we are ambassadors for Christ, as though God did beseech you by us: we pray you in Christ's stead, be ye reconciled to God." Dari ketiga ayat ini yang sengaja saya kutip dari tiga versi terjemahan, yaitu TB, BIS dan KJV, kita mendapatkan pengertian bahwa ayat 18 sama sekali TIDAK mengajarkan tentang pelayanan untuk memulihkan hubungan dengan sesama orang beriman. Ketika Paulus berbicara di ayat 18 tentang pelayanan pendamaian, ia sedang mengajarkan tentang bagaimana sebagai orang Kristen, jemaat Korintus harus menjadi alat pendamaian dari Allah bagi sesama manusia agar mereka juga berdamai dengan Allah. Intinya bukan memulihkan hubungan dengan sesama manusia, tetapi memulihkan hubungan manusia dengan Allah melalui penebusan Kristus Yesus ! Itulah inti Injil ! Geneva Bible Translation Notes memberikan catatan mengenai ayat ini,
"He commends the excellency of the ministry of the Gospel, both by the authority of God himself, who is the author of that ministry, and also by the excellency of the doctrine of it. For it announces atonement with God by free forgiveness of our sins, and justification offered to us in Christ, and that so lovingly and freely, that God himself does in a way beseech men by the mouth of his ministers to have consideration of themselves, and not to despise so great a benefit."
Demikian pula halnya dengan Adam Clarke dalam Adam Clarke’s Commentary on the Bible menafsirkan frase, "The ministry of reconciliation/pelayanan pendamaian" dalam ayat ini,
Διακονιαν της καταλλαγης· The Office or function of this reconciliation called, 2Co 5:19, the word; τον λογον της καταλλαγης· the Doctrine of this reconciliation. Καταλλαγη, reconciliation, comes from καταλλασσω, to change thoroughly; and the grand object of the Gospel is to make a complete change in men’s minds and manners; but the first object is the removal of enmity from the heart of man, that he may be disposed to accept of the salvation God has provided for him, on the terms which God has promised.
Selanjutnya, ia mengungkapkan pengajarannya,
Hubungan selalu layak dipulihkan.
...Paulus mengajarkan bahwa kemampuan kita untuk bergaul dengan baik dengan orang lain merupakan tanda kedewasaan rohani (Roma 15:5)...
...
Jika Anda menginginkan berkat Allah atas kehidupan Anda dan Anda ingin dikenal sebagai anak Allah, Anda harus belajar untuk menjadi pembawa damai... "Berbahagialah orang yang membawa damai," yaitu orang-orang yang secara aktif berupaya menyelesaikan konflik. Pembawa damai tidak banyak karena membawa damai adalah kerja keras.
...
Membawa damai bukanlah menghindari konflik. Lari dari masalah, berpura-pura masalah tersebut tidak ada, atau takut membicarakannya sebenarnya adalah sikap pengecut. Yesus, Sang Raja Damai, tidak pernah takut akan konflik. Kadang-kadang Dia memancing konflik demi kebaikan semua orang. Kadang kita perlu menghindari konflik, kadang kita perlu menciptakannya, dan kadang kita perlu menyelesaikannya...
Membawa damai juga bukan memenuhi keinginan musuh...Dalam banyak hal Yesus tidak mau menyerah, tetap bertahan menghadapi musuh yang jahat. (Warren, 2005, pp. 171-172)
Komentar saya :
Ada dua kesalahan yang cukup fatal pada pengajaran ini (perhatikan pernyataan yang sengaja saya garisbawahi).
Pertama, dari pernyataan pertama yang sengaja saya garisbawahi, Warren, secara implisit (maupun eksplisit) ingin mengatakan bahwa kita harus belajar untuk menjadi pembawa damai supaya kita diberkati oleh Allah. Jelas, ini mirip (bahkan identik dengan) ide "theologia" kemakmuran. Apakah benar kalau kita melakukan sesuatu itu dengan motivasi agar kita nanti diberkati Allah ? TIDAK ! Meskipun di dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus mengawali pengajarannya dengan kata Blessed (=diberkatilah), tidak berarti Ia ingin mengajarkan bahwa kita harus melakukan perintah Allah dengan motivasi agar kita diberkati Allah. Berkat Allah memang ada dan terjadi di dalam kehidupan kita, tetapi ingatlah, itu hanya efek atau akibat yang akan mengikuti ketaatan kita kepada perintah-Nya. Berkat-berkat Allah tidak boleh dijadikan dorongan untuk melakukan perintah-perintah-Nya. Itu adalah dosa yang bertopengkan "rohani" ! Kita diperintahkan Tuhan Yesus untuk menjadi pembawa damai, sadarlah, itu sebuah perintah, tanpa ada iming-iming atau dorongan agar perintah itu kita jalankan !
Kedua, dari pernyataan kedua yang sengaja saya garisbawahi, Warren dengan tidak bertanggungjawab mengatakan bahwa Tuhan Yesus kadang-kadang memancing konflik. Ini jelas tidak sesuai dengan Alkitab ! Kristus tidak pernah memancing konflik ! Ketika Ia menegur kemunafikan orang-orang Farisi di dalam Matius 23, itu tidak berarti Ia sedang memancing konflik. Dari sini, Warren jelas tidak mampu secara kognitif membedakan istilah "memancing konflik" dengan "menegur dosa". Mungkin bagi orang-orang Farisi, tindakan Kristus tersebut "memancing konflik" atau "menyulut kemarahan" mereka, tetapi bukan itu yang Alkitab ajarkan. Entah, dengan fondasi ajaran mana yang Warren ikuti untuk menafsirkan Matius 23, ajaran Alkitab atau ajaran orang-orang Farisi yang munafik kah ?! Dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus kadang-kadang "memancing konflik" berarti Warren secara implisit hendak mengajarkan bahwa Kristus juga kadang-kadang "berdosa", karena "memancing konflik" atau "menyulut pertengkaran" bisa dikategorikan berdosa. Ini jelas tidak bertanggungjawab ! Kristus tidak pernah berdosa, Ia murni dan jujur dalam segala yang dilakukan-Nya !
Kemudian, ia memaparkan cara memulihkan suatu hubungan yang retak,
Berbicara kepada Allah sebelum berbicara kepada orang tersebut. Bicarakanlah masalah tersebut dengan Allah... Semua hubungan Adna akan berjalan lebih lancar kalau saja Anda mau lebih banyak berdoa mengenai hubungan-hubungan tersebut.
Sebagaimana dilakukan Daud dengan mazmur-mazmurnya, gunakanlah doa untuk melontarkan perasaan ke atas. Beri tahu Allah keputusasaan Anda. Berserulah kepada-Nya. Dia tidak pernah terkejut atau terganggu oleh kemarahan, luka hati, rasa tidak aman, atau emosi Anda lainnya. Jadi beri tahu Dia secara persis apa yang Anda rasakan.
Sebagian besar konflik bersumber dari kebutuhan yang tak terpenuhi. Beberapa kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi oleh Allah...Tidak seorang pun bisa memenuhi semua kebutuhan Anda kecuali Allah...
Selalu mengambil inisiatif. Tidak peduli apakah Anda yang melukai atau yang dilukai : Allah ingin agar Anda mengambil langkah pertama. Jangan menunggu pihak lainnya. Hampirilah mereka terlebih dahulu. Memulihkan persekutuan yang retak begitu penting, sehingga Yesus memerintahkan bahwa hal tersebut perlu mendapatkan prioritas melebihi ibadah bersama...
...
Keberhasilan dari suatu pertemuan damai sering kali bergantung pada pilihan waktu dan tempat yang tepat untuk bertemu...
Bersimpati terhadap perasaan-perasaan mereka. Gunakan telinga Anda lebih banyak dari mulut Anda... Paulus menasihati, "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:4) Kata "memperhatikan" adalah dari kata Yunani skopos, yang darinya kita membentuk kata teleskop dan mikroskop. Itu berarti memperhatikan dengan teliti. Pusatkan perhatian pada perasaan-perasaan mereka, bukan pada fakta...
Akui peranan Anda dalam konflik. Jika Anda bersungguh-sungguh dalam memulihkan suatu hubungan, Anda sebaiknya mengawali dengan mengakui kesalahan atau dosa-dosa Anda sendiri...
...
Pengakuan merupakan alat yang penuh kuasa untuk rekonsiliasi...
Seranglah masalahnya, bukan orangnya. Anda tidak mungkin membereskan masalah jika Anda sibuk mencari siapa yang bertanggung jawab... Anda tidak akan pernah bisa menjelaskan pikiran Anda dengan marah, karena itu pilihlah kata-kata Anda dengan bijak...
Ketika memecahkan konflik, cara Anda berbicara sama pentingnya dengan apa yang Anda katakan. Jika Anda mengatakannya dengan cara menyerang, apa yang Anda katakan akan diterima dengan cara membela diri...
Bekerja sama sebanyak mungkin. ... Damai selalu memiliki label harga... Demi persekutuan, berusahalah sekuat mungkin untuk berkompromi, menyesuaikan diri dengan orang lain, dan menunjukkan perhatian pada apa yang mereka butuhkan (Roma 12:10 ; Filipi 2:3)....
Utamakan rekonsiliasi, bukan resolusi.... Rekonsiliasi mengutamakan hubungan, sementara resolusi mengutamakan masalah. Bila kita mengutamakan rekonsiliasi, masalah akan kehilangan maknanya dan seringkali menjadi tidak relevan.
Kita dapat membangun kembali hubungan meskipun kita tidak mampu menyelesaikan perbedaan-perbedaan kita...
Ini tidak berarti Anda berhenti mencari pemecahan masalah. Anda mungkin perlu tetap berdiskusi dan bahkan berdebat, tapi Anda melakukannya dalam semangat keharmonisan. Rekonsiliasi berarti Anda melupakan perbedaan pendapat itu, bukan masalahnya... (Warren, 2005, p. 173-177)
Komentar saya :
Ada tiga hal yang perlu dikoreksi dari pandangan Warren di atas.
Pertama, perhatikan pernyataan, "Sebagaimana dilakukan Daud dengan mazmur-mazmurnya, gunakanlah doa untuk melontarkan perasaan ke atas." Tidak ada hal yang mengindikasikan bahwa Daud berdoa untuk melontarkan perasaannya. Daud memang terkadang memiliki perasaan kesesakan, putus asa, tetapi ketika ia berdoa, ia tidak menggunakan media doa untuk melampiaskan seluruh perasaannya, melainkan ia berdoa mohon kekuatan dari Tuhan untuk menguatkannya di kala harus menderita kesesakan. Jadi, doa BUKAN sarana untuk mengeluarkan perasaan kita kepada Tuhan, tetapi DOA merupakan sarana membentuk hidup dan kehendak kita agar berpadanan dengan kehendak Allah.
Kedua, perhatikan pernyataan, "Demi persekutuan, berusahalah sekuat mungkin untuk berkompromi, menyesuaikan diri dengan orang lain, dan menunjukkan perhatian pada apa yang mereka butuhkan (Roma 12:10 ; Filipi 2:3)." Roma 12:10 dan Filipi 2:3 tidak sedang mengajarkan tentang pentingnya berkompromi di dalam persekutuan ! Roma 12:10, "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." Filipi 2:3, "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;" Apakah menurut Anda, kedua ayat ini mengajarkan tentang prinsip berkompromi di dalam persekutuan ?! TIDAK ! Kedua ayat ini sedang mengajarkan tentang pentingnya mengasihi dan rendah hati di dalam hidup seorang Kristen.
Ketiga, perhatikan pernyataan, "Bila kita mengutamakan rekonsiliasi, masalah akan kehilangan maknanya dan seringkali menjadi tidak relevan." Rekonsiliasi memang penting, tetapi tidak berarti meniadakan masalah yang terjadi. Masalah perlu diselesaikan bukan dengan prinsip rekonsiliasi, tetapi dengan prinsip ketaatan mutlak pada Firman Allah (Alkitab) yang bertanggungjawab !
No comments:
Post a Comment