13 January 2008

Bab 18 : DIBENTUK UNTUK KELUARGA ALLAH ?? (Analisa Terhadap Bab 15 Buku Rick Warren)

Bab 18
Dibentuk untuk Keluarga Allah ??




Pada bab 18 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari kelimabelas dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.

Pada bab ini, Warren mencoba menjelaskan tentang pentingnya keluarga Allah dan tanggung jawab manusia di dalamnya, tetapi sayangnya beberapa prinsipnya dibangun bukan atas dasar kedaulatan Allah, melainkan kehendak bebas manusia, yang tentu merupakan ciri khas theologia Warren, yaitu Arminian. Mulai bab ini juga, ia memaparkan konsep community yang merupakan salah satu ciri khas masyarakat di abad postmodern tetapi diselimuti dengan istilah “rohani” yaitu “keluarga Allah”. Apakah ini salah ? Tentu tidak, tetapi seringkali community (komunitas) ini tidak dipakai untuk bersekutu mempelajari Firman-Nya, malahan dipergunakan untuk hal-hal lain yang kurang bermanfaat. Mari kita menyelidikinya.
Pada halaman 131-132, Warren mengajarkan bahwa kita dibentuk untuk menjadi bagian di dalam keluarga Allah. Bahkan menurut Warren, Allah sendiri memperkenalkan diri-Nya dengan istilah-istilah keluarga : “Bapa, Anak, dan Roh Kudus.” (Warren, 2005, p. 131). Karena Allah ingin membentuk keluarga, maka menurut Warren, Ia menciptakan kita.

Komentar saya :
Lebih tepatnya, kita diciptakan untuk berkomunikasi dengan Allah. Bisa jadi, kita juga diciptakan untuk menjadi bagian di dalam keluarga Allah. Tetapi kalau sampai mengatakan bahwa Allah menyatakan diri-Nya dengan istilah-istilah keluarga, saya pikir, itu kurang benar. Di manakah posisi Roh Kudus di dalam kaitannya sebagai istilah keluarga ? Trinitas memang adalah teladan untuk menciptakan suatu hubungan yang baik (Warren, 2005, p. 132). Pengajaran Warren ini memang benar. Tetapi tidak berarti Allah menyatakan diri-Nya dengan istilah-istilah keluarga. Itu kurang benar. Allah tetap menyatakan diri-Nya dalam tiga Pribadi tetapi tetap satu Esensi. Sehingga bisa jadi Allah Trinitas menjadi patron atau teladan membentuk suatu keluarga yang baik secara jasmani di dalam dunia ini.

Selanjutnya, ia berkomentar,
Bila kita menempatkan iman kita di dalam Kristus, Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anak-Nya, orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita, dan gereja menjadi keluarga rohani kita...
Semua manusia diciptakan oleh Allah, tetapi tidak semua orang merupakan anak Allah. Satu-satunya cara untuk menjadi keluarga Allah adalah dengan dilahirkan kembali ke dalamnya... Allah “telah memberi kita kesempatan untuk dilahirkan kembali, sehingga sekarang kita menjadi anggota keluarga Allah” (1 Petrus 1:3b ; Firman Allah yang Hidup/FAYH ; lihat juga Roma 8:15-16).
Undangan untuk menjadi bagian dari keluarga Allah bersifat universal (Markus 8:34 ; Kisah 2:21 ; Roma 10:13 ; 2 Petrus 3:9 ; AITB), tetapi ada satu syarat : iman di dalam Yesus... (Warren, 2005, p. 132)

Komentar saya :
Saya tidak setuju dengan pandangan Warren yang mengatakan bahwa ketika kita menempatkan iman kita di dalam Kristus, maka Allah baru menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak-Nya. Pernyataan ini dengan secara implisit (maupun eksplisit) hendak mengajarkan bahwa karena saya beriman, maka Allah baru menjadi Bapaku dan saya menjadi anak-anak-Nya (jika saya tidak beriman di dalam Kristus, otomatis Allah enggan menjadi Bapaku). Ini jelas pandangan theologia Arminian yang dianut oleh Warren. Sebaliknya, theologia Reformed yang jelas berbasiskan kedaulatan Allah akan mengajarkan bahwa Allah telah memilih manusia sebelum dunia dijadikan, Ia menggenapkan karya keselamatan dengan mengadakan perjanjian dengan Kristus yang akan menggenapkan karya Allah Bapa ini dan juga Roh Kudus yang menyempurnakannya dengan melahirbarukan umat pilihan-Nya sehingga mereka dapat percaya di dalam Kristus. Kita menjadi anak-anak-Nya memang ketika Allah menjadi Bapa kita, tetapi itu terjadi bukan karena ketika kita beriman di dalam Kristus. Iman di dalam Kristus hanyalah respon manusia pilihan-Nya terhadap anugerah Allah. Kita menjadi anak-anak-Nya murni karena adanya kedaulatan pemilihan Allah sebelum dunia dijadikan (predestinasi). Tanpa anugerah dan kedaulatan pemilihan Allah sebelum dunia dijadikan, mustahil kita bisa beriman di dalam Kristus. Itulah berita pengajaran Alkitab yang dimengerti dari sudut pandang theologia Reformed yang konsisten !
Kedua, memang tidak semua orang adalah anak-anak Allah meskipun semua manusia diciptakan oleh Allah. Menjadi anak-anak Allah memang harus dilahirkan kembali. Tetapi dilahirkan kembali ini bukan atas inisiatif manusia seperti pengajaran Warren yang lagi-lagi mengutip 1 Petrus 1:3b versi lain yang arti sebenarnya tidak demikian. 1 Petrus 1:3 menurut Terjemahan Baru (TB), “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,” BIS mengartikannya, “Marilah kita bersyukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus! Ia sangat mengasihani kita, itu sebabnya Ia memberikan kepada kita hidup yang baru, dengan menghidupkan kembali Yesus Kristus dari kematian. Ini memberikan kita harapan yang kokoh.” dan KJV menerjemahkannya, “Blessed be the God and Father of our Lord Jesus Christ, which according to his abundant mercy hath begotten us again unto a lively hope by the resurrection of Jesus Christ from the dead,” Tidak ada satu pengertian yang bisa ditafsirkan bahwa Allah memberi kita kesempatan untuk dilahirkan kembali. Ini jelas pengajaran yang ngawur ! Kalau Allah memberi kita kesempatan untuk dilahirkan kembali, maka berarti kita yang menentukan kapan kita mau dan ingin dilahirkan kembali dan bukan Allah yang menentukan, ini jelas salah dan melawan kedaulatan Allah serta meninggikan manusia yang hendak menyaingi takhta kedaulatan-Nya ! Lalu, kalau Warren menyuruh kita membandingkan dengan Roma 8:15-16, maka kedua ayat ini juga berbicara hal yang sama bahwa Roh Kudus menjadikan kita anak-anak Allah (atau dengan kata lain Roh Kudus melahirbarukan kita), bukan kita yang ingin dilahirkan kembali ! Karena di titik awal, Warren menganut theologia Arminian, maka tidak heran, selanjutnya ia mengajarkan, “Undangan untuk menjadi bagian dari keluarga Allah bersifat universal (Markus 8:34 ; Kisah 2:21 ; Roma 10:13 ; 2 Petrus 3:9 ; AITB),...” Semua ayat Alkitab yang Warren kutip ini dilepaskan dari konteksnya dan memang itulah ciri khas Warren yang suka mengutip ayat Alkitab tanpa memperhatikan konteks, latar belakang kitab dan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya (metode eisegese). Roma 10:13, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” Seperti yang sudah ditekankan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong dan Pdt. Yung Tik Yuk, S.Th., ayat 13 di dalam Roma 10 ini tidak berarti bahwa hanya cukup berseru kepada nama Tuhan, maka mereka diselamatkan. Itu “injil” palsu dan murahan! Lalu, mengapa Paulus menuliskan ayat ini ? Pdt. Dr. Stephen Tong dan Pdt. Yung Tik Yuk mengajarkan bahwa latar belakang penulisan kitab Roma adalah pada waktu itu jemaat-jemaat di kota Roma sedang mengalami penganiayaan dari kaisar Roma yang melarang orang-orang di Roma memanggil pribadi lain selain Kaisar sebagai Tuhan. Nah, dengan alasan itulah, Paulus menguatkan jemaat-jemaat di Roma untuk tetap menyebut Kristus sebagai Tuhan meskipun harus dibunuh pada waktu itu dan meskipun mereka harus dibunuh, mereka pasti diselamatkan. Pdt. Dr. Stephen Tong sudah mengatakan bahwa ayat ini sering dipakai oleh banyak hamba Tuhan Injili sebagai pedoman untuk memberitakan Injil, padahal latar belakang kitab ini sengaja tidak diperhatikan. Hal ini mirip dengan Rick Warren, suka mengutip ayat Alkitab tanpa melihat seluruh latar belakangnya.

Kemudian, Warren juga mengajarkan tentang manfaat-manfaat menjadi bagian keluarga Allah,
Saat Anda dilahirkan secara rohani ke dalam keluarga Allah, Anda diberi beberapa hadiah hari kelahiran yang mengagumkan : nama keluarga, keserupaan dengan keluarga, hak-hak istimewa keluarga, hubungan akrab keluarga, dan warisan keluarga !...
...
... Meliputi apakah warisan tersebut ? Pertama, kita akan bersama Allah selamanya. Kedua, kita akan diubah sepenuhnya menjadi seperti Kristus. Ketiga, kita akan dimerdekakan dari segala kesakitan, kematian, dan penderitaan. Keempat, kita akan diberi upah dan ditugaskan kembali dalam pelayanan. Kelima, kita akan mendapat bagian dalam kemuliaan Allah... Anda jauh lebih kaya daripada yang Anda sadari.
... warisan kekal Anda tidak ternilai, murni, tetap, dan dilindungi... (Warren, 2005, pp. 133-134).

Komentar saya :
Pandangan Warren ini tidak ada yang salah, tetapi kurang lengkap. Ketika ia berkata bahwa di dalam keluarga Allah, kita mendapatkan warisan atas janji-janji-Nya, ini benar dan sesuai dengan ajaran Alkitab. Tetapi perlu ditekankan bahwa warisan-warisan ini secara sempurna kita terima ketika Kristus datang kedua kalinya yaitu di dalam kekekalan. Sedangkan di dalam kesementaraan ini, kita masih perlu mengalami penderitaan, penganiayaan, dosa, dll. Dengan kata lain, seperti yang diajarkan oleh Prof. Anthony A. Hoekema, Th.D. di dalam bukunya Alkitab dan Akhir Zaman, kita sedang hidup di dalam suatu ketegangan antara yang sudah dan yang belum (already and not yet). Kalau sesuatu belum terjadi dan belum kita terima, jangan menganggap bahwa kita sudah menerimanya. Itu ajaran “theologia” kemakmuran yang banyak dianut oleh mayoritas gereja Karismatik/Pentakosta karena tidak mengerti arti already and not yet, lalu mengatakan bahwa sebagai anak-anak “raja”, kita pasti kaya, sukses, berhasil, dll. Ini jelas bukan ajaran Alkitab ! Alkitab mengajarkan bahwa semua warisan janji-janji Allah akan kita nikmati BUKAN pada waktu kita hidup di dunia sekarang ini, tetapi kesempurnaan warisan tersebut kita nikmati di dalam kekekalan di bumi yang baru nanti.

Setelah itu, ia juga mengungkapkan tentang baptisan sebagai lambang hubungan dalam keluarga Allah,
...
Baptisan bukanlah suatu upacara pilihan, yang bisa ditunda. Baptisan mempunyai makna masuknya Anda dalam keluarga Allah...
...
... baptisan melambangkan tujuan Allah yang kedua bagi kehidupan Anda : yaitu mengambil bagian dalam persekutuan keluarga kekal Allah.
Baptisan penuh dengan makna. Baptisan Anda menyatakan iman Anda, menyatakan penguburan dan kebangkitan Kristus, melambangkan kematian Anda terhadap kehidupan lama Anda, dan mengumumkan kehidupan baru Anda di dalam Kristus...
Baptisan tidak menjadikan Anda anggota keluarga Allah ; hanya iman di dalam Kristus yang mengerjakan hal itu. Baptisan menunjukkan bahwa Anda adalah bagian dari keluarga Allah...
Dalam Perjanjian Baru, orang-orang dibaptis begitu mereka percaya...

Komentar saya :
Memang benar bahwa baptisan hanya sekedar lambang atau tanda di mana kita menjadi anggota keluarga Allah. Hal ini juga diajarkan dalam Katekismus Singkat Westminster pasal 94 yang menjawab pertanyaan “Apakah baptisan itu ?” dengan jawaban, “Sakramen baptisan adalah pembasuhan dengan air di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang merupakan sebuah tanda dan meterai bahwa kita dipersatukan dengan Kristus, bahwa kita menerima manfaat-manfaat dari kovenan anugerah, dan bahwa kita terikat menjadi milik Tuhan.” (Meade, 2004, p. 419). Baptisan tidak pernah menyelamatkan, hanya sebagai tanda seseorang diterima menjadi bagian dalam keluarga Allah. Yang menjadikan kita anggota keluarga Allah memang adalah iman di dalam Kristus, tetapi iman tersebut seharusnya dijelaskan bahwa itu adalah anugerah/pemberian Allah kepada umat pilihan-Nya. Sehingga yang menjadikan kita sebagai anggota keluarga Allah murni adalah anugerah Allah yang memberikan iman kepada umat pilihan-Nya.

Terakhir, Warren juga menjelaskan tentang hak istimewa terbesar bagi kehidupan,
... Anda adalah bagian dari keluarga Allah, dan karena Yesus menjadikan Anda kudus, Allah bangga akan Anda ! Masuk dalam keluarga Allah merupakan kehormatan tertinggi dan hak istimewa terbesar yang bisa pernah Anda terima... (Warren, 2005, p. 135).

Komentar saya :
Memang benar bahwa kita adalah bagian dari keluarga Allah karena Kristus menjadikan kita kudus. Tetapi yang menguduskan kita bukan hanya Kristus, tetapi kelahiran baru yang Roh Kudus kerjakan. Hal ini sesuai dengan seluruh berita pengajaran Alkitab. Misalnya, untuk menjelaskan status kita sebagai anak Allah yang telah mengalahkan dunia, Rasul Yohanes mengajarkan prinsip dan alasannya, “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.” (1 Yohanes 5:6). Demikian pula Paulus juga mengajarkan kepada Titus, “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” (Titus 3:4-7). Kalau Allah telah menguduskan kita, apakah berarti Allah bangga dengan kita seperti yang Warren ajarkan ? TIDAK. Kalau Allah bangga dengan kita, “seolah-olah” mengajarkan bahwa kita ini cukup layak di hadapan-Nya, karena Allah mau menguduskan kita. Ini bukan ajaran Alkitab. Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan konsep anugerah dengan tegas, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9). Ketika kita dikuduskan terus-menerus oleh pekerjaan Roh Kudus, bersyukurlah karena anugerah Allah boleh tiba pada diri kita yang sebenarnya tidak layak mendapatkannya. Belajarlah bersyukur atas anugerah Allah dengan mempertanggungjawabkan apa yang telah Ia anugerahkan kepada kita demi kemuliaan-Nya saja.

No comments: