Anda Ada Bukan Karena Kebetulan ??
(Antroposentris atau Theosentris ?)
Pada bab 5 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari kedua dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Dalam bab/hari kedua pengajarannya yang berjudul, Anda Ada Bukan Karena Kebetulan, Warren mengungkapkan hal yang tepat, “Anda bukan ada karena kebetulan.” (Warren, 2005, p. 23). Manusia diciptakan oleh Allah itu bukan karena kebetulan atau nasib atau lebih celaka, takdir, tetapi itu adalah kedaulatan dan kerelaan kehendak-Nya dalam menciptakan kita. Tetapi celakanya, pengajaran ini telah salah ditafsirkan Warren dengan mengatakan satu pernyataan yang bagi saya aneh, “Anda hidup karena Allah ingin menciptakan Anda !” (Warren, 2005, p. 23). Kata “ingin” menjadi sesuatu yang aneh bagi saya, mengapa ? Karena kata “ingin” hendak mengindikasikan bahwa Allah terus-menerus rindu untuk menciptakan kita, seolah-olah kita dibutuhkan oleh Allah sebagai kerabat. Saya akan memberikan ilustrasi di dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mengatakan bahwa kita ingin (want) bertemu dengan pacar/pasangan kita, itu berarti kita sedang merindukan pasangan kita bahkan yang lebih parah, pasangan kita adalah hidup kita. Dengan demikian, kalau Allah juga dimasukkan ke dalam kategori ini, lalu mengatakan bahwa Allah ingin menciptakan manusia, maka ini berarti Allah rindu menciptakan manusia, karena seolah-olah tanpa manusia, Allah tidak bisa hidup atau manusia itu yang membuat Allah menjadi hidup. Konsep doktrin Allah telah salah diajarkan oleh Warren, seolah-olah manusia yang bersumbangsih bagi Allah, padahal di dalam bab sebelumnya, ia sendiri berkata bahwa kita tidak dapat memberi masukan kepada-Nya. Sungguh suatu kontradiksi yang aneh.
Kemudian, pada halaman 24, ia mengungkapkan,
Walaupun ada orang-tua yang tidak sah, tidak ada anak-anak yang tidak sah. Banyak anak tidak direncanakan oleh orang-tua mereka, tetapi mereka bukanlah tidak direncanakan oleh Allah. Tujuan Allah memperhitungkan juga kesalahan manusia, dan bahkan dosa. (Warren, 2005, p. 24)
Komentar saya :
Memang benar, mungkin sekali anak bisa lahir dari “orangtua” yang statusnya tidak sah atau antara laki-laki dan perempuan yang hidup free-sex dan anak itu memang diberikan oleh Tuhan dengan maksud tertentu yang kita tidak bisa mengetahuinya. Tetapi yang mengganggu dari pernyataan Warren ini adalah pernyataan yang mengajarkan bahwa tujuan Allah memperhitungkan juga kesalahan manusia, dan bahkan dosa. Kata “memperhitungkan” mungkin tidak tepat digunakan dan saya pribadi tidak mengerti kata apa yang dipergunakan di dalam buku aslinya. Allah memang mengizinkan dosa, tetapi tidak pernah Allah menentukan dosa manusia. Ini bedanya pandangan dari Calvinisme/Reformed dengan Hyper-Calvinisme. Pandangan Calvinisme/Reformed mengajarkan bahwa Allah memang mengizinkan dosa terjadi dan hal ini tidak dapat kita ketahui alasannya, karena Allah saja yang mengetahui alasannya. Sedangkan pandangan Hyper-Calvinisme (boleh diidentikkan dengan pandangan Calvinisme sayap Supralapsarian) mengajarkan bahwa Allah menentukan dosa. Kalau Allah menentukan dosa, bukankah Allah juga disebut sebagai Pencipta dosa ? Padahal Allah itu Mahakasih dan Sempurna, masa Ia disebut Pencipta dosa/kejahatan ?! Ini jelas melawan Alkitab. Saya tidak menyalahkan 100% pandangan Warren, karena kata “memperhitungkan” di dalam pernyataan ini kurang begitu jelas dipaparkan oleh Warren. Lebih tepatnya, kata ini diganti dengan “mengizinkan”.
Lalu, pada halaman 25, Warren menjelaskan,
Motivasi Allah dalam menciptakan Anda adalah kasih-Nya. Alkitab mengatakan, “Jauh sebelum dunia dijadikan Allah telah merancang kita di dalam pikiran-Nya, menetapkan kita sebagai pusat kasih-Nya.” (Efesus 1:4a ; Message) (Warren, 2005)
Anda diciptakan sebagai sasaran khusus dari kasih Allah ! (Warren, 2005)
Komentar saya :
Dapat dibenarkan pendapat Warren bahwa kasih Allah sajalah yang memungkinkan kita bisa ada dan diciptakan, tetapi saya kurang sependapat dengan Warren bahwa motivasi sebenarnya Ia menciptakan manusia adalah kasih-Nya dan apalagi ditambah pengutipan Efesus 1:4a yang dengan sengaja memakai terjemahan The Message untuk mendukung teorinya ditambah lagi dengan pendapatnya yang aneh, “Anda diciptakan sebagai sasaran khusus dari kasih Allah !” Konsep doktrin Allah dan manusia di dalam pemikiran Warren begitu kacau. Pada bab 1, ia menjelaskan bahwa tujuan hidup kita oleh Allah dan untuk Allah, tetapi di bab 2, ia menjelaskan bahwa kita ini diciptakan sebagai sasaran khusus dari Allah. Ini membuktikan bahwa arus theologia/filsafat yang tidak berdasarkan Alkitab dengan teliti dan bertanggungjawab pasti akan berkontradiksi dengan dirinya sendiri/menyerang dirinya sendiri (mengutip pernyataan dari Pdt. Dr. Stephen Tong). Kembali, Efesus 1 seperti yang sudah saya jelaskan berbicara mengenai kedaulatan Allah di dalam pemilihan-Nya kepada manusia di dalam keselamatan yang Ia kerjakan dan Efesus 1:4 (TB), Paulus mengajarkan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkan, “Sebelum dunia ini diciptakan, Allah telah memilih kita melalui Kristus dengan maksud supaya kita menjadi milik-Nya yang khusus dan tidak bercacat di hadapan-Nya...” Alkitab KJV menerjemahkannya, “According as he hath chosen us in him before the foundation of the world, that we should be holy and without blame before him in love:” Tidak ada satu pernyataan pun dari Alkitab TB, BIS maupun KJV yang mengatakan bahwa manusia adalah pusat kasih Allah. Manusia dipilih Allah supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Kalau pun Allah memilih manusia, tujuan akhirnya pasti kembali kepada Allah (Roma 11:36) !
Yang lebih aneh lagi, tetap di halaman yang sama, ia mengungkapkan,
Alkitab berkata, “Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8) Ayat ini tidak berkata Allah memiliki kasih. Dia adalah kasih ! Kasih adalah hakikat karakter Allah. Ada kasih yang sempurna dalam persekutuan Trinitas, jadi Allah tidak perlu menciptakan Anda. Dia tidaklah kesepian. Tetapi Dia ingin menciptakan Anda untuk menyatakan kasih-Nya... (Warren, 2005, pp. 25-26)
Komentar saya :
Anda pasti akan sependapat dengan saya bila Anda hanya membaca bab 2 dalam buku ini bahwa bab ini benar-benar saling berkontradiksi. Kalau di atas, Warren mengungkapkan bahwa Allah menetapkan kita sebagai pusat kasih-Nya, maka pada bagian ini, ia mengatakan bahwa Allah tidak perlu menciptakan kita karena Ia tidak kesepian, tetapi Dia ingin menciptakan kita untuk menyatakan kasih-Nya. Lalu, kalau Anda membaca lagi kutipan kembali versi The Message dari Roma 12:3 yang mengatakan, “Satu-satunya cara yang tepat untuk memahami diri kita adalah melalui keberadaan Allah dan apa yang Dia kerjakan bagi kita.”, ia ingin mengajarkan antroposentris, sesuatu yang berpusat kepada diri manusia. Kembali, Roma 12:3 sebenarnya berarti, “For I say, through the grace given unto me, to every man that is among you, not to think of himself more highly than he ought to think; but to think soberly, according as God hath dealt to every man the measure of faith.” (KJV) Ini bukan tentang memahami diri kita, tetapi memahami Allah. Kalau mau ditafsirkan, ayat ini ingin mengajarkan bahwa karena kita telah menerima anugerah Allah, maka kita tidak boleh serupa lagi dengan dunia di dalam pemikiran (Roma 12:2), tetapi kita harus berubah dengan cara memikirkan sesuai dengan apa yang Allah pikirkan melalui firman-Nya, Alkitab. Tidak berarti pikiran kita identik dengan pikiran Allah. Itu jelas mustahil. Tetapi melalui ayat ini, kita diajarkan untuk mensinkronkan pikiran kita yang berdosa dan cemar ini (pikiran/memikirkan tentang hal-hal yang tidak penting, misalnya memikirkan tentang harta, kekayaan, ketenaran, dll) dengan taat mutlak kepada pikiran Allah yang memimpin iman kita untuk dapat berpikir jernih sesuai firman-Nya, Alkitab.
Selanjutnya, ia mengutip puisi dari Russell Kelfer yang puisi ini sengaja tidak saya kutip. Dari puisi yang terdapat di halaman 26-27 buku Warren ini, memang benar bahwa kita itu kekasih Allah, tetapi dari pengamatan saya, puisi ini terlalu menekankan akan imanensi Allah (Allah yang dekat dengan manusia) yang akan berakibat sangat fatal. Imanensi Allah tanpa dibarengi dengan konsep transendensi Allah akan mengakibatkan manusia tidak lagi menyadari dirinya hanyalah ciptaan Allah yang meskipun telah ditebus oleh Kristus masih dapat berbuat dosa lagi (meskipun tidak dikuasai oleh dosa) dan manusia tidak lagi menghargai dan menyembah Allah sebagai Tuhan dan Pemilik hidupnya. Tidak heran, banyak “pemimpin gereja” dan jemaat dari mayoritas kalangan gereja Injili/Pentakosta/Karismatik yang terlalu menekankan imanensi Allah, menjadi kurang ajar dan seenaknya menyembah Allah menggunakan cara mereka sendiri, misalnya dengan melompat-lompat, menari-nari (karena menurut mereka, Daud pun menari), dll di dalam ibadah/kebaktian mereka. Ini sangat berbahaya, lalu kalau mereka ini ditegur, mereka akan membela diri dengan mengatakan bahwa kita jangan “membatasi” kuasa “Allah”. Sebaliknya, transendensi Allah (Allah yang nun jauh di sana) tanpa dibarengi dengan konsep imanensi Allah akan mengakibatkan manusia terus “dihantui” oleh murka Allah, tanpa mengerti bahwa Allah itu juga mengasihi dan dekat dengan manusia/anak-anak-Nya. Kedua konsep tentang Allah jangan ditekankan secara ekstrim, tetapi harus diseimbangkan, agar menciptakan suatu konsep totalitas akan kehidupan Kristen yang beres.
No comments:
Post a Comment