02 September 2007

PREDESTINASI : Pembahasan Doktrinal yang Berdasarkan Alkitab (oleh : Denny Teguh Sutandio)

PREDESTINASI
Pembahasan Doktrinal yang Berdasarkan Alkitab

oleh : Denny Teguh Sutandio, S.S.

(anggota jemaat Gereja Reformed Injili Indonesia—GRII Andhika, Surabaya {digembalakan oleh Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.} ; lulusan Sastra Inggris dari UK Petra, Surabaya ; mahasiswa part-time di Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya—STRIS Andhika)



Topik predestinasi adalah topik yang banyak diperdebatkan di dalam kalangan keKristenan. Banyak pihak tidak menyetujuinya karena alasan kurang cinta kasih Allah pada semua manusia. Oleh karena itu, pihak oposisi dari predestinasi mengajarkan bahwa Allah tak mungkin memilih manusia atau meskipun Allah memilih, Ia memilih manusia berdasarkan apa yang manusia lakukan kelak (doktrin foreknowledge of God di dalam “theologia” Arminian). Benarkah demikian ? TIDAK. Alkitab sendiri mengajarkan kepada kita bahwa Allah lah yang memilih kita sebelum dunia dijadikan. “Sebelum dunia dijadikan” jelas menunjukkan bahwa Allah memilih kita MURNI bukan karena kita telah beriman atau berbuat baik, tetapi karena belas kasihan Allah semata. Mari kita menggali Roma 8:29-30 ; 9:1-29 dan Efesus 1:3-14 untuk mempelajari doktrin predestinasi yang diajarkan oleh Allah melalui Rasul Paulus.

Surat Roma adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma yang terdiri dari mayoritas orang-orang Yahudi dan Yunani. Kota Roma adalah ibu kota sebuah kerajaan yang terbentang dari Inggris sampai ke Arab, sebuah kota yang kaya dan termasuk kosmopolitan serta sebagai pusat diplomatik dan perdagangan dunia yang terkenal pada waktu itu. Kekaisaran Romawi berada dalam suatu keadaan yang damai dan makmur (Pax Romana). Surat Roma ini menduduki posisi yang penting berkenaan dengan pengajaran Paulus yang paling gamblang akan Injil dan iman Kristen sejati. Roma 1-7 membahas tentang realita dosa dan perjuangan orang Kristen untuk mengalahkannya. Disusul dengan pasal 8 tentang hidup oleh Roh. Di pasal 8 mulai ayat 18, Paulus menjelaskan tentang pengharapan anak-anak Allah hingga konklusinya yang jelas ditemukan di ayat 28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Inilah kedaulatan Allah yang dipercaya di dalam theologia Reformed/Calvinisme bahwa Allah adalah Sumber dari segala sesuatu yang mengerjakan terlebih dahulu kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Siapakah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah itu ? Ayat 29-30 menjawab hal ini, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Ada lima kata kerja yang dipakai di dalam kedua ayat ini.

Pertama, dipilih-Nya dari semula. Kita adalah orang yang dipilih Allah dari semula. Kata “dipilih” dalam terjemahan King James Version adalah foreknow ; Yunani : proginōskō berarti to know beforehand, foresee (=mengetahui/melihat sebelumnya). Ada unsur kekekalan di dalam tindakan Allah pertama ini, yaitu Allah memilih manusia sebelumnya atau sebelum dunia dijadikan. Kata “sebelumnya” atau “sebelum dunia dijadikan” menjadi bahan perdebatan di dalam Calvinisme sendiri (supralapsarian dan infralapsarian). Ada yang mengatakan bahwa Allah memilih sebelum terjadinya dosa, sebaliknya ada yang mengajarkan bahwa Allah memilih manusia setelah terjadinya dosa. Perdebatan ini kurang begitu baik, karena, mengutip Pdt. Sutjipto Subeno, Alkitab mengajarkan bahwa Allah yang memilih adalah Allah yang tidak terikat oleh waktu (apakah sebelum atau sesudah jatuh ke dalam dosa). Tetapi tetap jelas bahwa Allah memilih manusia sebelum dunia dijadikan (=sebelum dunia diciptakan). Dr. John Gill di dalam John Gill’s Exposition of the Entire Bible menafsirkan, “nor is this foreknowledge to be understood of any provision or foresight of the good works, holiness, faith, and perseverance of men therein, upon which God predestinates them to happiness; since this would make something out of God, and not his good pleasure, the cause of predestination; which was done before, and without any consideration of good or evil, and is entirely owing to the free grace of God, and is the ground and foundation of good works, faith, holiness, and perseverance in them: but this regards the everlasting love of God to his own people, his delight in them, and approbation of them; in this sense he knew them, he foreknew them from everlasting, affectionately loved them, and took infinite delight and pleasure in them; and this is the foundation of their predestination and election, of their conformity to Christ, of their calling, justification, and glorification :…

Kedua, ditentukan-Nya dari semula. Dalam KJV, kata ini diterjemahkan predestinate ; Yunaninya proorizō berarti to limit in advance, predetermine (membatasi di depan/terlebih dahulu, menetapkan sebelumnya). Dengan kata lain, kita yang dipilih-Nya, kita lah yang ditetapkan-Nya atau dibatasi-Nya. Kita yang ditentukan-Nya ini dengan tujuan “untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Di dalam lima pokok Calvinisme, hal ini dikenal dengan istilah Limited Atonement (Penebusan Terbatas) yang berarti Kristus menebus dosa-dosa umat pilihan-Nya. Berarti ada keterbatasan pada sekelompok orang yang telah dipilih Allah untuk ditentukan-Nya.

Ketiga, dipanggil-Nya. Setelah dua tindakan Allah dalam kekekalan, maka Ia menyatakan tindakan tersebut di dalam diri manusia dengan memanggil mereka. Dr. John Gill mengatakan bahwa panggilan ini adalah panggilan anugerah bagi umat pilihan-Nya menuju kemuliaan.

Keempat, dibenarkan-Nya. Kata “dibenarkan” dalam bahasa Yunani berasal dari akar kata dikaiosune yang artinya kebenaran keadilan, sehingga kata “dibenarkan” berarti dijadikan benar dan adil. Manusia yang berdosa mustahil bisa memiliki kebenaran keadilan sejati, karena manusia sudah rusak total dan mengurangi/tidak mencukupi kemuliaan Allah (Roma 3:23 ; KJV). Sehingga, hanya melalui anugerah Allah saja, manusia yang berdosa bisa dan layak dibenarkan/dijadikan benar dan berkenan di hadapan-Nya melalui karya Kristus.

Kelima, dimuliakan-Nya. Ini adalah hasil dari pembenaran melalui iman. Setiap umat pilihan yang telah dipanggil dan dibenarkan-Nya, mereka akan dibawa menuju kepada hasil akhirnya yaitu dimuliakan. Sungguh suatu anugerah Allah yang dahsyat. Akibat dosa, manusia yang dimahkotai kemuliaan Allah menjadi rusak total dan manusia semakin jijik di mata Allah, tetapi dosa tersebut ditebus dan akibat dari penebusan itu, manusia dikembalikan natur dan hakekatnya sehingga mereka mendapatkan kemuliaan yang dirusak dosa itu.


Kedua ayat ini dilanjutkan Paulus dengan mengajarkan bahwa karena ada jaminan pemilihan Allah ini dan penebusan Kristus, maka umat-Nya tidak akan binasa selama-lamanya (ayat 33 s/d 39). Untuk menjelaskan bagian ini, mulai pasal 9 s/d 11, Paulus menguraikannya dengan memakai ilustrasi pilihan atas Israel. Pilihan atas Israel yang dimengerti oleh orang-orang Israel seringkali hanya terbatas pada suku bangsa Israel, tetapi Paulus menyingkapkan hal lain yaitu Israel rohani. Israel rohani itulah termasuk kita yang bukan berkebangsaan Israel yang percaya di dalam Kristus. Israel rohani inilah yang disebut sebagai anak-anak Allah bukan secara daging, tetapi secara rohani (ayat 8). Konsep kovenan/perjanjian ini diuraikan Paulus di ayat 9-15 tentang dua macam tindakan pemilihan Allah yaitu penetapan Allah atas diri seseorang untuk menjadi bagian dalam keluarga-Nya (=umat pilihan-Nya) dan penolakan Allah juga pada diri orang lain (sisanya). Di dalam theologia Reformed, hal ini dikenal dengan predestinasi (pemilihan) dan reprobasi (penolakan). Dua hal ini disebut predestinasi ganda (Double Predestination). Banyak orang yang mempercayai predestinasi hanya mempercayai predestinasi dan menolak reprobasi, padahal Alkitab secara jelas mengajarkan adanya reprobasi. Di ayat 12-13, Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau. Lalu, disambung dengan ayat 14, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!” Ini adalah pengujian Paulus bagi jemaat Roma dan termasuk kita. Seringkali kita mengatakan bahwa Allah yang memilih beberapa orang adalah Allah yang “tidak adil”. Di sini Paulus langsung mengkritik pandangan kita bahwa itu MUSTAHIL ! Kata “mustahil” dalam KJV diterjemahkan God forbid (=Allah melarangnya). Bukan hanya itu saja, di ayat 15, Paulus menjelaskan, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Apa yang Paulus katakan ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa Allah adalah Allah yang Berdaulat yang berhak melakukan apa saja (yang tidak melawan natur-Nya) untuk memuliakan-Nya, dan kedaulatan Allah ini tidak bergantung pada siapa dan apapun bahkan pada manusia. Lebih lanjut, kedaulatan Allah dijelaskan Paulus di ayat 16, “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.” dan ayat 18, “Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.” Di ayat 19-22, Paulus lebih keras lagi mengatakan, “Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan--” Ayat-ayat tadi mengindikasikan bahwa tidak ada satu inci pun manusia yang sanggup dan berhak membantah Tuhan Allah dalam segala hal, khususnya dalam hal penetapan Allah atas siapa yang diselamatkan/dipilih dan ditolak.


Dari surat Roma, kita beralih kepada Surat Efesus 1:3-14. Surat Efesus adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus yang sering disebut sebagai surat Trinitas. (mengutip dari kuliah Studi Surat Roma dan Efesus dari Ev. Hendry Ongkowidjojo, M.Div. di Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya—STRIS Andhika) Kembali, mengutip dari Ev. Hendry Ongkowidjojo, khusus Efesus 1:3-14, Paulus menggunakan Berakah (=suatu pujian panjang lebar bagi Allah di dalam gaya Yahudi) yang memiliki 2 keunikan, yaitu : Allah dipuji sebagai Bapa Yesus Kristus Tuhan kita dan pengulangan “di dalam Kristus” (atau “di dalam Dia”) secara konstan dengan tujuan agar ucapan syukur dan kekaguman atas rencana keselamatan Allah mengalir kepada pembaca dengan berespon memuji Allah (sebagai sebuah dorongan).

Di ayat 3, Paulus mengucapkan syukur kepada Allah karena Ia telah memberikan kita segala berkat rohani di dalam Surga. KJV menambahkan kata “in Christ” (=di dalam Kristus) setelah “di dalam Surga”. Ini berarti segala berkat rohani di dalam Surga diperoleh hanya di dalam Kristus. Apa wujud berkat rohani itu ? Ayat 4 menjawab bagian ini, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Berkat rohani ini pertama berwujud anugerah pemilihan Allah yang dikerjakan di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan. “Sebelum dunia dijadikan” kembali menjadi kata kunci penting di dalam predestinasi, karena hal ini mengajarkan bahwa pemilihan Allah BUKAN berdasarkan jasa baik (atau iman) kita, tetapi MURNI karena kemurahan hati dan anugerah-Nya yang berdaulat. Lalu, Paulus menjelaskan bahwa kita dipilih-Nya sejak semula supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dengan kata lain, kekudusan hidup dan perubahan etika terjadi SETELAH kita dipilih Allah. Mengikuti pola pikir Paulus di surat Roma, di surat Efesus pun, Paulus mengungkapkan bahwa setelah Allah memilih manusia, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” (ayat 5) Penentuan/predestinasi ini dilakukan oleh Allah berdasarkan : kasih-Nya dan kerelaan kehendak-Nya. Hal ini penting, karena banyak orang salah mengartikan predestinasi yaitu Allah “seenaknya sendiri” memilih dan menentukan manusia. Padahal Alkitab menyatakan bahwa Allah menentukan manusia MURNI berdasarkan kasih-Nya. Allah memilih dan menentukan manusia juga BUKAN karena terpaksa, tetapi MURNI karena kerelaan kehendak-Nya. KJV menerjemahkannya, “...according to the good pleasure of his will” Dari terjemahan KJV ini, kerelaan kehendak-Nya lebih tepat diterjemahkan sebagai kesenangan kehendak-Nya (Yunani : eudokia berarti satisfaction/kepuasan, yaitu secara subyektif : delight/kegembiraan). Tujuan dari penentuan Allah ini dijelaskan Paulus di ayat 6, “supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” Ini berarti tindakan keselamatan Allah adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia (Roma 11:36).

Berkat rohani kedua yang kita peroleh yaitu pengampunan dosa (ayat 7). Hal ini dijelaskan Paulus di ayat 7, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,” Penentuan dari semula dibarengi dengan tindakan penebusan Allah yaitu dengan mengutus Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa umat-Nya. Dengan kata lain, Allah Bapa memilih dan menentukan manusia di dalam Kristus, Allah Anak (Kristus) diutus oleh Allah Bapa untuk menggenapkan rencana keselamatan Allah Bapa ini dengan menebus dosa umat-Nya. Penebusan dosa di dalam ayat 7 ini berarti pengampunan dosa. Pengampunan dosa bisa berarti dibebaskan/dimerdekakan dari dosa. Dengan kata lain, penebusan dosa berarti kita dimerdekakan dari kutuk dosa yang membelenggu kita selama kita masih menjadi manusia lama. Sehingga penebusan Kristus itu sudah cukup syarat menjadi sarana : peredaan murka Allah (propisiasi), penggantian dosa umat pilihan-Nya (substitusi) dan perekatan kembali hubungan antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa (rekonsiliasi). Di dalam pengharapan inilah, kita menemukan suatu pengharapan kekal menjadi anak-anak Allah yaitu keselamatan yang cukup dan final. Berkat rohani ini, “dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” (ayat 8)

Berkat rohani ketiga yang kita peroleh dari Allah yaitu penyingkapan rahasia kehendak-Nya (ayat 9-12). Di ayat 9-10, Paulus mengajarkan, “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” Predestinasi ternyata bukan perkara mudah dan murah, tetapi predestinasi adalah tindakan agung dari Allah yang berdaulat, karena predestinasi bertujuan akhir pada penyatuan umat Allah di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu. Dengan kata lain, saya menafsirkan bahwa predestinasi berkaitan erat dengan bagian keluarga Allah di mana Kristus menjadi Kepala dan kita sebagai anggota-anggota tubuh-Nya/mempelai wanita-Nya yang kelak akan dinikahkan secara spiritual dengan Kristus sebagai Mempelai Pria. Kristus inilah yang dipaparkan Paulus sebagai sarana umat pilihan-Nya mendapatkan bagian yang dijanjikan (ayat 11), sehingga umat-Nya hanya menaruh pengharapan kovenan pada Kristus (ayat 12).

Berkat rohani keempat yang kita peroleh dari Allah yaitu Roh Kudus (ayat 13-14). Roh Kudus dijelaskan Paulus sebagai Janji yang diberikan Allah sebagai meterai dan jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah (ayat 13-14). Dengan kata lain, Roh Kudus menjadi meterai dan jaminan keselamatan kita bahwa kita yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus untuk bertobat dan percaya di dalam-Nya tidak akan binasa sampai selama-lamanya (keselamatan sejati di dalam Kristus mutlak tidak bisa hilang, karena Roh Kudus menjadi meterai dan jaminan keselamatan kita). Menolak ajaran “sekali selamat tetap selamat” (keselamatan SEJATI di dalam Kristus tidak bisa hilang) bukan hanya menyangkali ajaran Calvinisme, tetapi juga menyangkali berita Alkitab di dalam Efesus 1:13-14 dan yang lebih parah lagi, menghina otoritas Allah seolah-olah Ia “kewalahan” ketika manusia mau murtad dan melawan-Nya.

Biarlah ketiga bahan perenungan ini menjadi studi yang menyadarkan kita akan anugerah Allah yang begitu agung dan ini membuat kita terus bersyukur melalui perbuatan baik yang harus kita lakukan untuk memuliakan-Nya. Soli Deo Gloria. Solus Christus.

No comments: