09 December 2014

Reformed in Brief-2: OTORITAS ALKITAB-1: Inspirasi dan Otoritas Alkitab

Reformed in Brief-2
(Seri Pengajaran Theologi Reformed Secara Singkat dan Praktis):

OTORITAS ALKITAB-1:
Inspirasi dan Otoritas Alkitab

oleh: Denny Teguh Sutandio


Allah yang berdaulat mutlak atas segala sesuatu adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada semua manusia melalui wahyu umum dan kepada umat pilihan-Nya melalui wahyu khusus. Salah satu bentuk wahyu khusus Allah yaitu Kristus dan Alkitab. Alkitab disebut wahyu Allah karena Alkitab diilhamkan oleh Allah. Alkitab diilhamkan Allah dengan cara Allah memakai sarana para penulis Alkitab yaitu para nabi, rasul, dll yang dipakai Allah untuk mengomunikasikan wahyu-Nya kepada manusia, sehingga Alkitab dapat dipahami dengan bahasa manusia. Oleh karena itu, tidak heran, di dalam Alkitab, kita menemukan begitu banyak jenis literatur mulai dari sejarah, puisi, kata-kata bijak, dll. Semuanya ini membuktikan Allah dapat memakai semua bentuk literatur manusia untuk menyatakan kehendak-Nya bagi umat-Nya.
Bagaimana kita mengetahui bahwa Alkitab diilhamkan Allah? Di PL, kita menemukan begitu banyak tulisan “Allah berfirman” (Kej. 1:22; 17:9; 35:10; dst). Di PB, Kristus di keempat Injil mengutip PL (Mat. 4:10; 26:31; Mrk. 7:6; dst) dan karena Kristus adalah Allah, maka para penulis kitab Injil menuliskan kata-kata Kristus sebagai kata-kata Allah sendiri. Hal ini ditandai dengan seringnya Kristus berkata, “Aku berkata kepadamu ... ” (Mat. 5:18, 20, 22, 44; dst) dan perkataan-Nya lain seperti “Akulah...” (Yoh. 6:35; 9:5; 10:9, 11; 11:25; 14:6; 15:1) Selain itu di PB, Rasul Paulus dalam surat-suratnya merujuk pada perkataan Kristus di dalam Injil dan Petrus pun dalam surat-suratnya merujuk pada surat-surat Paulus (2Ptr. 3:15). Semuanya ini membuktikan bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah.
Mengapa firman Allah ini berbentuk tulisan? Firman-Nya ini berbentuk tulisan dengan maksud demi “pemeliharaan dan penyebaran kebenaran tersebut secara lebih baik, dan demi peneguhan dan penghiburan yang makin pasti bagi Gereja-Nya dalam melawan kecemaran daging, dan melawan niat jahat Iblis dan dunia, ...” (Pengakuan Iman Westminster I.1)
Karena Alkitab diilhamkan Allah, maka dengan sendirinya, Alkitab itu berotoritas. Apa arti otoritas Alkitab? Otoritas Alkitab berarti Alkitab menjadi sumber sekaligus dasar membangun ajaran dan praktik hidup Kristiani yang bertanggung jawab. Pengakuan Iman Westminster menegaskan hal ini, “Hakim Tertinggi yang olehnya semua kontroversi agama harus diputuskan, dan semua dekrit dari konsili-konsili, pendapat dari penulis-penulis kuno, doktrin manusia, dan spirit pribadi, harus diperiksa, yang pada keputusan-Nya kita harus bersandar, hanyalah Roh Kudus yang berbicara di dalam Alkitab.” (Pengakuan Iman Westminster I.10) Bukan hanya itu saja, Alkitab juga menjadi sumber kita menafsirkan Alkitab. Artinya, kita menafsirkan Alkitab bukan dengan tradisi gereja maupun Tradisi rasuli seperti yang diimani oleh Gereja Katolik, tetapi kita menafsirkan Alkitab dengan membiarkan Alkitab menjelaskan dirinya sendiri.
Dari sini, kita belajar bahwa otoritas Alkitab berkaitan erat dengan otoritas Allah sebagai penulisnya (2Tim. 3:16-17; 2Ptr. 1:19-20). Pengakuan Iman Belgia mengajarkan,
... Bukan hanya karena Gereja menerimanya, dan menganggapnya begitu, melainkan terutama karena Roh Kudus menyaksikan di dalam hati kita,
bahwa kitab-kitab ini berasal dari Allah,
...
(Pengakuan Iman Belgia Pasal 5)

Prof. Wayne Grudem, Ph.D. mengajarkan konsep ini secara implisit dengan mengatakan bahwa ketika kita meragukan otoritas Alkitab dengan tidak mempercayainya, maka kita sebenarnya sedang meragukan otoritas Allah dan ketika kita meragukan otoritas Allah dengan tidak mempercayai-Nya, itu berarti kita menempatkan diri kita sebagai otoritas yang lebih tinggi dari Allah.[1]
Bagaimana dengan kita? Kita yang mengaku bertheologi Reformed, sudahkah kita benar-benar tunduk pada otoritas Alkitab? Ketundukan kita ditandai bukan dengan perkataan kita saja, tetapi dengan tindakan nyata yang selalu menguji segala sesuatu baik ajaran maupun praktik hidup kita dengan Alkitab dan kerelaan kita mengubah ajaran maupun praktik hidup kita yang jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab dengan penafsiran yang bertanggung jawab.
Apakah hal ini berarti kita menyesampingkan pengalaman rohani, Tradisi rasuli, pemimpin gereja (pendeta), dll? Kita akan membahas hal ini di bagian 2.

--Bersambung--

Denny Teguh Sutandio, S.S. yang lahir di Surabaya, 19 Juli 1985 adalah jemaat Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Exodus, Surabaya yang digembalakan oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. Studi theologi awam bidang Biblika, Historika, dan Doktrin di Sekolah Theologi Awam Reformed (STAR) dari GKRI Exodus dan aktif membaca buku-buku theologi bermutu. Telah menulis beberapa buku dan artikel-artikel doktrin dan praktika.




[1] Wayne Grudem, Kebenaran yang Memerdekakan: Menjawab 20 Pertanyaan Mendasar mengenai Iman Kristen, terj. Daniel Budiantoro (Jakarta: Metanoia, 2009), 5.

No comments: