(Sebuah Tinjauan Iman Kristen Terhadap Fenomena Kesembuhan Ilahi)
oleh: Denny Teguh Sutandio
Hidup manusia makin lama makin susah. Penderitaan silih berganti, penyakit datang silih berganti, kemiskinan, dll mencekam kehidupan kita. Banyak dari kita yang mengalami penderitaan menginginkan penderitaan tersebut segera berakhir. Tidak heran, demi mendapatkan jalan keluar terhadap penderitaan tersebut, banyak orang yang menghalalkan segala cara, misalnya mencari pengobatan alternatif, dukun, dll. Bagaimana dengan Kekristenan? Di dunia Kekristenan, kita menjumpai fenomena menarik yang disuguhkan sebagai solusi terhadap berbagai penyakit, yaitu adanya kesembuhan ilahi yang ditawarkan dalam bentuk ibadah atau Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dengan variasi nama. Misalnya, di Indonesia muncul KKR Kesembuhan Ilahi dan Perjamuan Kudus yang dipromotori oleh Bp. Yesaya Pariadji, selain itu di Surabaya, muncul Festival Kuasa Allah (FKA) yang dipromotori oleh Bp. Philip Mantofa, B.RE. yang pada tahun ini (2010) memasuki seri ke-13. Ada juga yang menjadi sebuah gerakan: Healing Movement dan berbentuk crusade: Mujizat Crusade. Banyak orang Kristen begitu tergiur oleh janji-janji yang disuguhkan di dalam kebaktian kesembuhan ilahi. Sedangkan beberapa orang Kristen tidak percaya akan adanya kesembuhan Ilahi karena mereka berpendapat bahwa semua karunia Roh Kudus telah berhenti ketika Alkitab telah selesai ditulis (pandangan ini disebut: cessationist). Bagaimana pandangan orang Kristen yang tepat sesuai dengan Alkitab? Masih adakah kesembuhan Ilahi? Jika masih ada, bagaimana wujudnya? Bagaimana tinjauan Alkitab terhadap fenomena kesembuhan Ilahi yang terjadi di sekitar kita: apakah dari Allah, sugesti diri, ataukah dari setan?
A. PRESUPOSISI KESEMBUHAN ILAHI
Sebelum kita membahas mengenai kesembuhan Ilahi, kita harus mengerti beberapa poin di bawah ini:
Pertama, Alkitab adalah satu-satunya kebenaran mutlak (2Tim. 3:16-17). Di titik pertama, sebagai orang Kristen yang normal, kita harus percaya 100% bahwa Alkitab yang adalah firman Allah adalah satu-satunya kebenaran mutlak yang menjadi dasar/sumber dari iman dan praktik hidup Kristen. Jika ada ajaran yang bertentangan dengan Alkitab, kita harus berani menolaknya dengan tegas, meskipun orang banyak berbondong-bondong mengikutinya. Prinsipnya: jangan pernah ikut arus zaman jika ajaran di balik arus tersebut melawan Alkitab.
Kedua, Allah adalah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu (Yes. 44:6-8). Karena kita percaya bahwa Alkitab itu adalah firman Allah yang tak mungkin bersalah dalam naskah aslinya, maka kita tentu percaya akan inti Alkitab bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu. Kedaulatan-Nya ditunjukkan dengan Allah menciptakan alam semesta ini dan memeliharanya. Allah yang memelihara adalah Allah yang mengatur alam semesta ini berjalan dengan tepat sesuai dengan kehendak-Nya. Karena Ia adalah Allah yang memelihara dengan mengatur alam semesta, Allah yang sama juga bisa membuat segala sesuatu terjadi di luar kondisi normal. Artinya, pengaturan alam semesta dari Allah ini memungkinkan juga munculnya mukjizat atau hal-hal supernatural. Dengan kata lain, semua hal supernatural SEJATI harus bersumber dari Allah yang berdaulat. Karena Ia adalah Allah yang berdaulat, maka Ia sanggup/mampu melakukan apa pun sesuai dengan natur dan kehendak-Nya dan di saat yang sama, Ia pun sanggup untuk tidak melakukan apa pun sesuai dengan kehendak dan natur-Nya. Dengan kata lain, Ia bebas untuk bertindak sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya dan TIDAK ada seorang pun yang layak untuk menjadi penasehat-Nya akan apa yang perlu Ia kerjakan. Jika ada orang yang berani mengklaim (janji) Allah identik dengan merasa diri layak untuk menasehati-Nya dan di saat yang sama, orang tersebut merasa diri lebih pandai dan bijak dari Allah. Jika kasusnya demikian, lain kali, suruhlah orang tersebut untuk bertindak “seperti Allah” yang mengatur alam semesta ini tanpa terjadi kekacauan sambil membuktikan apakah dia layak menjadi “Allah”.
B. KESEMBUHAN ILAHI: MASIH MUNGKINKAH TERJADI?
Jika kita percaya bahwa dasar iman Kristen kita yang teguh adalah Alkitab dan Allah adalah Allah yang berdaulat, maka pertanyaan selanjutnya adalah masih mungkinkah kesembuhan Ilahi terjadi? Jawabannya yang pasti adalah: MUNGKIN. Mengapa kesembuhan ilahi masih mungkin terjadi sekarang ini? Karena: Allah yang berdaulat yang yang mencipta dan memelihara dengan mengatur alam semesta ini di dalam suatu tatanan yang ada di dalam tangan-Nya adalah Allah yang sama yang juga bisa mengintervensi kuasa-Nya di luar tatanan yang telah diciptakan-Nya melalui mukjizat dan hal-hal supernatural lainnya. Jika Allah tidak bisa berkuasa mengintervensi kuasa-Nya di luar tatanan yang telah diciptakan-Nya tersebut berarti Ia telah dibatas oleh tatanan tersebut dan secara otomatis, Ia bukan Allah yang berdaulat. Inilah kegagalan pola pikir orang Kristen yang percaya bahwa kesembuhan ilahi tidak mungkin terjadi di zaman sekarang.
Jika mukjizat dan hal-hal supernatural (termasuk kesembuhan Ilahi) masih bisa terjadi, pertanyaan selanjutnya, apakah semua yang mengklaim sebagai kesembuhan ilahi itu pasti berasal dari Allah? Mengapa kita perlu mempertanyakan ini? Karena Alkitab sendiri mengajar kita tiga poin penting, yaitu: “Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.” (2Kor. 11:13-14), “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1Tes. 5:21), dan “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” (1Yoh. 4:1) Alkitab sendiri memerintahkan kita untuk menguji segala sesuatu, karena iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang dan secara otomatis para pesuruh iblis dapat menyamar sebagai para pesuruh “Allah”. Oleh karena itu, tidaklah salah untuk menguji fenomena kesembuhan ilahi dari perspektif Alkitab, sehingga kita tidak mudah ditipu oleh setan dan kroni-kroninya.
C. TINJAUAN KRITIS IMAN KRISTEN TERHADAP FENOMENA KESEMBUHAN ILAHI
Kesembuhan ilahi memang masih bisa terjadi di zaman sekarang, namun fakta membuktikan bahwa TIDAK semua yang mengklaim sebagai kesembuhan ilahi itu pasti berasal dari Allah. Bagaimana kita mengetahui fakta ini? Ada beberapa tolok ukur dari Alkitab sendiri untuk menguji kesembuhan ilahi apakah berasal dari Allah, sugesti diri, atau bahkan dari setan:
Pertama, kesembuhan Ilahi SEJATI terjadi menurut kehendak-Nya yang berdaulat. Karena fenomena supernatural SEJATI terjadi karena adanya campur tangan Allah yang berdaulat, maka secara otomatis, kesembuhan Ilahi SEJATI pasti terjadi menurut kehendak-Nya yang berdaulat. Dengan kata lain, kesembuhan Ilahi dapat terjadi pada diri seseorang dan juga bisa TIDAK terjadi pada diri seseorang. Tidak ada seorang pun yang patut mengkomplain akan hal ini. Dari pemikiran ini, maka tidaklah bijak jika ada yang memutlakkan bahwa orang Kristen harus sembuh dan bahkan ada yang mengajarkan bahwa orang yang tidak sembuh itu karena kurang beriman. Jika semua orang Kristen harus sembuh, pertanyaan saya adalah bagaimana dengan Paulus yang mengalami (penyakit) duri di dalam daging yang TIDAK disembuhkan Tuhan? (2Kor. 12:7-10) Apakah kasus Paulus ini menandakan bahwa Paulus kurang beriman?
Kedua, kesembuhan Ilahi SEJATI terjadi untuk memuliakan Allah. Karena bersumber dari Allah, maka secara otomatis kesembuhan Ilahi sejati terjadi supaya Allah dipermuliakan. Tuhan Yesus mengadakan berbagai tanda mukjizat di dalam kitab Injil bermaksud agar semua orang pada zaman-Nya mengerti tanda bahwa Ia adalah Mesias yang datang dari Allah. Ketika Petrus atas kuasa Kristus menyembuhkan seorang yang lumpuh yang duduk di dekat pintu gerbang Bait Allah, maka Alkitab mencatat, “Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah.” (Kis. 3:8)
Ketiga, kesembuhan Ilahi SEJATI berkaitan dengan pemberitaan Injil Kristus yang MURNI. Karena bertujuan untuk memuliakan Allah, maka secara otomatis peristiwa kesembuhan Ilahi SEJATI pasti berkaitan dengan pemberitaan Injil Kristus yang MURNI yang membawa orang yang telah disembuhkan kepada Kristus dengan pengertian yang bertanggung jawab. Mari kita kembali kepada nats Kisah Para Rasul 3:8. Setelah orang lumpuh disembuhkan dan orang banyak menjadi tercengang karenanya, maka Petrus langsung berkhotbah di Serambi Salomo tentang Injil Kristus yang murni (ay. 11-26). Di ayat 11-12, ia langsung berkata bahwa kesembuhan ini terjadi bukan karena kuasa atau kesalehannya dan para murid-Nya yang lain, tetapi karena Kristus (ay. 13-26). Bandingkan hal ini dengan fenomena kesembuhan ilahi hari-hari ini yang disisipi oleh berita “theologi” kemakmuran bahwa semua orang yang percaya kepada Yesus pasti kaya, sehat, disembuhkan, berkelimpahan, dll, bahkan seorang pencetus Word of Faith, Kenneth E. Hagin berani berkata, “Orang percaya harus mengabaikan gejala-gejala penyakit dan percaya bahwa mereka telah disembuhkan” Jerry Savelle juga berkata, “Penyakit adalah usaha iblis merampok hak-hak ilahi orang percaya dalam memiliki kesehatan yang sempurna.” (seperti dikutip dalam artikel Teologi Kemakmuran oleh Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.: http://www.gkri-exodus.org/image-upload/APO%2009%20Teologi%20Kemakmuran.pdf)
Keempat, kesembuhan Ilahi SEJATI TIDAK untuk disebarluaskan. Karena tujuannya untuk memuliakan-Nya, maka secara otomatis kesembuhan Ilahi tidak untuk disebarluaskan dengan diceritakan kepada banyak orang. Di dalam Injil, beberapa kali Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus melarang untuk menyebarluaskan mukjizat yang telah Ia lakukan (Mat. 8:4; 9:30; 12:16). Rasul-rasul Kristus pun ketika menyembuhkan seorang yang sakit atas kuasa Kristus TIDAK pernah satu kalipun menyebarluaskan atau bahkan menggelar kebaktian kesembuhan ilahi atau memfestivalkan kuasa Allah seperti yang gemar dilakukan oleh seorang pemimpin gereja di Surabaya. Jika fenomena kesembuhan ilahi dewasa ini mengklaim berasal dari Allah, permisi tanya, mengapa kesembuhan ilahi di zaman Tuhan Yesus dan para rasul-Nya TIDAK pernah bersifat spektakuler? Lalu, dari manakah ide kesembuhan ilahi dewasa ini?
Kelima, kesembuhan Ilahi SEJATI terjadi secara LANGSUNG. Fakta kesembuhan harus dibedakan menjadi dua: kesembuhan Ilahi dan kesembuhan natural. Kesembuhan natural adalah kesembuhan biasa yang terjadi secara PROSES melalui obat-obatan, dokter, dll dan ini pun terjadi karena kedaulatan Allah yang menyembuhkan. Sedangkan kesembuhan Ilahi adalah suatu kesembuhan dari Allah yang bersifat LANGSUNG yang tidak memakai proses lama. Alkitab TIDAK pernah mencatat bahwa kesembuhan Ilahi terjadi secara bertahap. Namun ada seorang pendeta bercerita bahwa ada seorang yang mengaku dipenuhi “roh kudus” lalu berkata memakai otoritas “Allah” bahwa “Ia” akan menyembuhkan orang tertentu secara pelan-pelan.
Keenam, kesembuhan Ilahi SEJATI berlangsung lama. Secara fenomenal, kesembuhan Ilahi SEJATI pasti berlangsung lama, mengapa? Karena Allah yang menyembuhkan adalah Allah yang menjaga kesembuhan yang dikerjakan-Nya itu secara konstan dan TIDAK ada tipuan di dalam kesembuhan yang Ia kerjakan. Alkitab TIDAK pernah mencatat satu kalipun bahwa orang yang telah disembuhkan Allah kemudian kembali lagi kepada-Nya dalam beberapa hari dan mengeluh bahwa penyakit tersebut kambuh lagi. Namun perhatikan fenomena kesembuhan ilahi hari-hari ini. Meskipun tentu ada orang yang benar-benar disembuhkan Allah, namun fakta justru berkata bahwa mayoritas TIDAK disembuhkan. Kalaupun ada orang yang disembuhkan pada waktu kebaktian kesembuhan ilahi, ia sembuh pada saat kebaktian tersebut, namun begitu pulang ke rumahnya, orang tersebut kembali menderita penyakit yang katanya telah disembuhkan. Ketika menyalami jemaat seusai berkhotbah di Gereja Bethel Tabernakel (GBT) di Semarang, seorang jemaat yang menghadiri KKR Kesembuhan Ilahi dari Peter Youngren berkata kepada Ir. Herlianto, M.Th., “Minggu yang lalu dalam KKR Peter Jongren saya sudah bisa berjalan tidak menggunakan tongkat, tapi sesampai di rumah saya harus pakai tongkat lagi.” (Artikel 9_ 2006, http://www.yabina.org/layout2.htm) Bahkan ada pendeta lain bercerita bahwa ada seorang jemaat yang kurang mampu yang berkacamata kemudian datang ke kebaktian kesembuhan ilahi, lalu ia mengaku dapat melihat dan kacamatanya diinjak-injak dan dibuang, namun sesampainya di rumah, ia tidak bisa melihat lagi dan kemudian terpaksa membeli kacamata lagi.
Ketujuh, kesembuhan Ilahi SEJATI tidak berlaku selama-lamanya. Meskipun berlangsung lama, kesembuhan Ilahi SEJATI TIDAK pernah menjamin bahwa orang yang telah disembuhkan Allah itu akan terus-menerus sembuh dan tidak pernah sakit lagi atau bahkan meninggal. Dengan kata lain, kesembuhan Ilahi SEJATI tidak pernah berlaku selama-lamanya. Mengapa? Karena kesembuhan Ilahi yang dimaksud adalah berkaitan dengan tubuh jasmani manusia yang bersifat fana yang suatu saat pasti sakit dan mengalami kematian. Namun Kenneth E. Hagin, salah satu tokoh kesembuhan ilahi dengan percaya diri menyatakan bahwa ia tidak pernah mengalami sakit kepala selama 45 tahun (In the Name of Jesus, hlm. 44; seperti dikutip oleh Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M. di dalam artikel Teologi Kemakmuran: http://www.gkri-exodus.org/image-upload/APO%2009%20Teologi%20Kemakmuran.pdf). Jika Hagin mengklaim telah menerima kesembuhan ilahi sehingga tidak pernah sakit kepala selama 45 tahun, apakah itu berarti ia tidak akan pernah selama-lamanya sakit kepala atau menderita sakit yang lainnya?
Kedelapan, kesembuhan Ilahi SEJATI tidak (terus-menerus) menggunakan media apa pun. Jika kita menyelidiki Alkitab, maka hampir semua mukjizat kesembuhan yang dilakukan oleh Kristus dan para rasul TIDAK menggunakan media apa pun. Injil hanya mencatat satu kali Tuhan Yesus menggunakan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang (Yoh. 9:6). Media ludah ini sebenarnya hanya cara-Nya menyembuhkan orang dan media ini BUKAN media yang terus-menerus dipakai-Nya ketika menyembuhkan orang. Bandingkan hal ini dengan fenomena kesembuhan Ilahi dewasa ini yang kebanyakan menggunakan media yang terus-menerus dipakai. Misalnya, Bp. Pariadji memakai sarana Perjamuan Kudus dan minyak urapan untuk menyembuhkan orang. Di Jakarta, saya pernah membaca di sebuah majalah rohani, pemimpin gereja menggunakan tali rafia sebagai media kesembuhan ilahi. Di Surabaya, di dalam Festival Kuasa Allah (FKA) di mana saya menonton sendiri DVDnya (saya lupa FKA tahun berapa), Bp. Philip Mantofa, B.RE. mengajak semua jemaatnya bergandengan tangan untuk mendapatkan aliran “kuasa allah”—tenaga dalam ala Gerakan Zaman Baru (untungnya menurut pengakuan dari teman saya, fenomena bergandengan tangan ala tenaga dalam ini TIDAK dilakukan pada FKA tahun-tahun sesudahnya). Meskipun beberapa pengikut mereka mengaku bahwa media-media tersebut hanya sarana saja, pertanyaan saya adalah mengapa di setiap kebaktian kesembuhan ilahi, media-media itu terus-menerus dipakai? Kalau hanya sekadar sarana, bukankah TIDAK perlu terus-menerus dipakai?!
Kesembilan, kesembuhan Ilahi SEJATI mendapatkan pengakuan dari orang banyak. Karena berlangsung lama, maka secara otomatis, kesembuhan Ilahi SEJATI pasti disaksikan dan bisa diuji oleh banyak orang. Di dalam Injil saja, kita menjumpai fakta demikian. Setelah menyembuhkan orang yang sakit kusta, Kristus menyuruh orang tersebut untuk memperlihatkan dirinya kepada imam dan mempersembahkan persembahan (Mat. 8:4). Mengapa harus memperlihatkan diri kepada imam? Karena konteks waktu itu adalah orang kusta dianggap najis dan dikutuk Allah, sehingga orang kusta dijauhi oleh masyarakat sekitar waktu itu. Dengan memperlihatkan diri kepada imam bahwa ia tidak menderita kusta lagi berarti ia tidak lagi dijauhi oleh masyarakat sekitar. Di dalam Matius 15:31, Alkitab mencatat bahwa banyak orang menjadi takjub dan memuliakan Allah tatkala melihat kesembuhan Ilahi terjadi. Bahkan setelah Petrus menyembuhkan seorang lumpuh yang duduk di dekat pintu gerbang Bait Allah dan si lumpuh itu sembuh, Alkitab mencatat, “Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.” (Kis. 3:9-10) Namun fakta yang terjadi saat ini begitu bertolak belakang. Banyak kebaktian kesembuhan ilahi justru banyak menghasilkan penipuan sesaat. Sebagai contoh, Ir. Herlianto, M.Th. di dalam artikel Kesembuhan Ilahi memaparkan bahwa Evander Holifield dikatakan menderita sakit jantung dan dipercaya disembuhkan secara mukjizat oleh Benny Hinn, namun dari diagnosis dokter tinju, Holifield memang TIDAK menderita sakit jantung. Lalu, Holifield disembuhkan dari apa? ((Artikel 9_ 2006, http://www.yabina.org/layout2.htm))
D. KESIMPULAN DAN TANTANGAN
Setelah menyimak 9 ciri kesembuhan Ilahi SEJATI yang dibandingkan dengan fenomena kesembuhan ilahi dewasa ini, diharapkan orang Kristen makin lama makin kritis dan bijaksana dalam menyikapi fenomena Kekristenan hari-hari ini serta menempatkan Alkitab sebagai bahan penguji yang tegas terhadap fenomena-fenomena zaman di sekitar kita. Amin. Soli Deo Gloria.
No comments:
Post a Comment